• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBAN FISIK DAN BEBAN PSIKOFISIK PADA PROSES PEMBUATAN PRODUK MEBEL KAYU DENGAN KOMBINASI KAYU SOLID DAN KAYU LAPIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS BEBAN FISIK DAN BEBAN PSIKOFISIK PADA PROSES PEMBUATAN PRODUK MEBEL KAYU DENGAN KOMBINASI KAYU SOLID DAN KAYU LAPIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SENTRA V - 25

ANALISIS BEBAN FISIK DAN BEBAN PSIKOFISIK PADA

PROSES PEMBUATAN PRODUK MEBEL KAYU DENGAN

KOMBINASI KAYU SOLID DAN KAYU LAPIS

Mustofa Mohtar1, Miftahol Arifin2

1. Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara 2. Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Kontak Person:

Mustofa Mohtar

Jl. Taman Siswa No. 09 Tahunan Jepara Jepara, 59427

Telp: 0291 – 595477, Fax: 0291 - 595477, E-mail: puraarsita@gmail.com

Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keluhan akibat beban fisik yang dialami pekerja dalam proses pembuatan mebel kayu dengan bahan kombinasi kayu solid dan kayu lapis, mengetahui besarnya beban psikofisik serta solusi untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian kualitatif dengan mengembangkan dan menerapkan metodologi desain praktis dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang ada. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan stetoskop, thermometer, serta lux meter sebagai pengukur cahaya. Konsumsi energi adalah cara untuk mengetahui besarnya beban fisik setiap pekerja, sedangkan besarnya beban psikofisik dapat diketahui menggunakan metode Rating of Perceived Exertion (RPE) sehingga besarnya intensitas kerja dapat diketahui.

Kata kunci: Psikofisik, beban kerja, Rating of Perceived Exertion, kelelahan

Pendahuluan

Dewasa ini produk furniture di Indonesia sudah berkembang sedemikian pesat, produk-produk industri kecil tetap eksis di pasar nasional bahkan international. Furniture tradisional tetap digemari oleh konsumen sehingga industry kecil tetap memproduksi furniture tersebut. Banyak alasan mengapa kayu digunakan sebagai bahan bahan baku utama mebelair, satu diantaranya adalah adanya sentuhan seni kriya sehingga dalam pekerjaannya unsur manusia tetap menjadi perhatian utama.

Terkadang pekerja mebel dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin tinggi, bekerja keras yang kadang-kadang kurang memperhatikan kondisi fisik dan psikologisnya. Pada dasarnya tipe kerja manusia dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik dan kerja mental. Kedua tipe kerja ini sangat bertolak belakang, kerja fisik akan membutuhkan energi yang sangat besar dalam melakukan aktivitasnya. Sebaliknya kerja mental tidak melibatkan energi fisik yang cukup besar. Meskipun kedua aktivitas tersebut berbeda, namun keduanya saling berhubungan.

Aktivitas manusia yang terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama akan menimbulkan kelelahan psikologis, kelelahan ini disebabkan beban kerja fisik yang terlalu besar akan berakibat munculnya beban kerja mental. Ketika kelelahan terakumulasi dan manusia tidak ada waktu yang cukup untuk beristirahat, maka kelelahan dan keluhan yang sebelumnya telah dirasakan semakin lama akan terasa semakin berat. Setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun mental pekerja yang menerima beban kerja tersebut agar tidak terjadi kelelahan [1].

(2)

V - 26 SENTRA

Metode Penelitian

Objek utama yang diteliti adalah para pekerja mebel kayu dengan kombinasi kayu solid dan kayu lapis dengan mengetahui banyaknya keluhan yang dirasakan serta melakukan pengukuran beban fisik dan pengukuran psikofisik. Pemecahan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada kerangka pikiran yang disusun berdasarkan kajian teori yang berhubungan dengan pencapaian penelitian secara sistematis, diagram kerangka penelitian tersebut dapat dijabarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Metodologi Penelitian

Kusioner dilakukan untuk mengetahui tingkat kelelahan para pekerja dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis Pada tahap awal sebelum melakukan perancangan kuisioner, terlebih dahulu dilakukan observasi dan wawancara secara langsung pada obyek, terhadap keluhan-keluhan apa saja yang dirasakan sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan performansi mereka yang dapat mengakibatkan kelelahan pada saat bekerja. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk penyusunan kuisioner

Konsumsi Energi

Konsumsi energi pada waktu bekerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran:

a. Kecepatan denyut jantung

Untuk menyatakan hubungan antara energi dngan kecepatan denyut jantung menggunakan kuantitatif yaitu analisis regresi. Adapun persamaannya sebagai berikut:

2 4

. 10 . 71711 , 4 0229038 , 0 80411 ,

1 X X

(3)

SENTRA V - 27

b. Konsumsi energi

Setelah besaran kecepatan dapat disetarakan dalam bentuk energi maka konsumsi energi untuk kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

KE = Et – Ei (2)

Dengan demikian konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih waktu antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi pada saat istirahat.

Rating of Perceived Exertion (RPE)

Salah satu bentuk skala interval pada metode skala psikofisik adalah RPE (Rating of Perceived Exertion) merupakan kerja fisik yang dilakukannya. Skala tersebut bila dikalikan dengan dengan 10, akan mendekati nilai denyut jantung untuk pekerja sehat dalam mengerjakan tingkat kerja yang sama.

Tabel 1. Skala Rating of Perceived Exertion (RPE)

Skala Kriteria skala Kriteria

20 dikenal dengan overall body (ORPE).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pengukuran Beban Kerja Fisik

Untuk mengetahui besarnya konsumsi energi selama bekerja, maka dilakukan pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja dan pencahayaan. Alat ukur yang digunakan adalah

stetoscope dan lux meter. Sebelum pengukuran denyut jantung dilakukan, maka dilakukan pengukuran suhu kerja / ruangan dengan menggunakan thermometer yang bertujuan untuk mengetahui suhu lingkungan kerja pada saat pengukuran.

Tabel 2. Pengukuran Suhu Kerja dan Intensitas Cahaya

Waktu Suhu rata-rata (°C) Lux

Pagi ( 08.00-09.00 ) 23 361

Siang ( 12.00-13.00 ) 26 1110

Sore ( 16.00-17.00 ) 24 271

Setelah dilakukan pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi yang dihasilkan karyawan. Berdasarkan rumus persamaan (1), perhitungan konsumsi energi dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Y = 1,704110,042038X5,8711.104X2

(4)

V - 28 SENTRA Tabel 4. merupakan hasil dari perhitungan konsumsi energi tahap I.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Konsumsi Energi Hari I

Karyawan Denyut Awal

Tabel 4. Hasil Perhitungan Konsumsi Energi

No Usia Karyawan Konsumsi Energi (KKal/menit)

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa besarnya konsumsi energi setiap karyawan berbeda-beda yang disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan berbeda. Dalam penelitian ini juga dapat diketahui bahwa besar-kecilnya tingkat konsumsi energi tidak dipengaruhi oleh usia, karena berdasarkan data diatas, karyawan yang berusia 23 tahun tercatat konsumsi energi yang paling besar dibandingkan karyawan yang berusia diatasnya, hal tersebut disebabkan oleh jenis pekerjaan karyawan ini yang cukup berat.

Pengukuran Psikofisik

Dalam penelitian ini pengukuran intensitas kerja dilakukuan menggunakan metode RPE, karena metode ini menyediakan pengecekan ganda pada laju denyut jantung, khususnya ketika zona denyut jantung ditinjau dari usia. Tabel 1 menunjukkan skala pada RPE yang bernilai 6 – 20 dengan kategori kelas masing-masing, bila dikalikan dengan 10 akan menunujukan nilai yang hampir sama dengan denyut jantung yang hampir sama. RPE lebih didekatkan pada hubungan dengan denyut nadi akhir ( Dnt ) dari pada dengan konsumsi energi ( KE ). Langkah untuk memperoleh data mengenai intensitas kerja setiap karyawan adalah sebagai berikut :

(5)

SENTRA V - 29

Tabel 5. Hasil pengukuran Psikofisik Hari I

Karyawan Usia

Setelah hasil pengukuran psikofisik selama tiga hari berturut-turut diketahui, maka untuk mengetahui berapa besarnya intensitas kerja perharinya diambil rata-ratanya.

Tabel 6. Pengukuran Intensitas kerja karyawan

Karyawan Usia

Tabel 7. Jumlah keluhan yang dirasakan karyawan.

No Pertanyaan Persepsi Karyawan

SS S J JS TP

(6)

V - 30 SENTRA

RPE yang ditunjukan karyawan berbeda-beda karena sesuai dengan aktivitas yang dilakukan pada saat pengukuran berlangsung, selain itu besarnya skala RPE dipengaruhi oleh usia karyawan dan tingkat beban mental karyawan. Penggunaan RPE dalam penelitian ini bertujuan untuk meminimasi besarnya subyektifitas pekerja dalam menentukan batas maksimal pembebananya, karena tinjauan fisiologis berupa konsumsi energi yang bersifat kuantitatif.

Analisis Hasil

Sistem kerja yang diterapkan oleh bengkel mobil New 94 adalah sistem 6 hari kerja dengan jam kerja pada pukul 08.00 – 17.00. Pada saat penelitian dilaksanakan objek yang diteliti adalah enam karyawan, meskipun dalam penelitian ini semua objek yang diteliti melakukan pekerjaan yang sama namun aktivitas kesehariannya tidak sama, maka untuk menganalisa keluhan-keluhan dan intensitas kerja didalam penelitian ini dilakukan perkaryawan. Tabel 7. merupakan tabel analisis jumlah keluhan yang dirasakan karyawan.

Berdasarkan data dalam table 7 dapat dianalisa bahwa ada 5 keluhan yang sering sekali dirasakan oleh karyawan. Dari semua karyawan yang diteliti keluhan yang paling banyak dirasakan adalah rasa haus. Jika ditinjau dari lingkungan kerja dan aktivitasnya, keluhan ini akan sering sekali dirasakan terutama pada siang hari karena pada siang hari suhu tempat bekerja mencapai 260 C, sedangkan kondisi optimum untuk bekerja seseorang adalah pada suhu 240 C. Rentang temperatur dimana manusia merasakan kenyamanan sangat bervariasi tergantung pakaian dan aktivitas fisik yang dikerjakan. Oleh karena itu dianjurkan kepada para karyawan untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan yang tipis pada saat melakukan aktivitas.

Ada 51 keluhan yang sering dirasakan oleh karyawan. Dari semua keluhan tersebut yang paling banyak dirasakan adalah rasa lapar. Jika ditinjau dari kondisi lingkungan kerja dan aklivitasnya, keluhan tersebut akan sering muncul yang disebabkan oleh besarnya konsumsi energi yang dikeluarkan oleh setiap karyawan, besarnya konsumsi energi yang dikeluarkan oleh setiap karyawan dapat dilihat pada Tabel 4.12. Besarnya konsumsi energi tidak tergantung pada kalori yang dikonsumsi saja, akan tetapi tergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Untuk itu maka dianjurkan mengkonsumsi makanan pada saat sebelum bekerja dan pada saat istirahat. Ada 61 keluhan yang jarang dirasakan oleh karyawan. Dari semua keluhan yang paling jarang dirasakan adalah berat di kaki. Pada Bab II dijelaskan bahwa dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia memiliki temperatur yang berbeda-beda, untuk bagian kaki lebih kurang 280 C. Sedangkan temperatur lingkungan kerja tertinggi adalah 260 C. Selain itu aktifitas karyawan sehari-hari sifatnya dinamis, artinya jenis pekerjaan setiap sehari-harinya tidak tetap, sehingga tingkat kelelahan pada kaki tidak dirasakan.

Ada 44 keluhan yang jarang sekali dirasakan oleh karyawan. Dari banyaknya keluhan, ada 5 keluhan yang paling jarang sekali dirasakan, yaitu : lelah di seluruh badan, perasaan gugup, tidak berkonsentrasi, mudah lupa, sulit mengontrol sikap. Keluhan ini dipengaruhi oleh beban mental yang menyebabkan terjadinya strain yang berdampak pada perubahan perilaku. Keluhan tersebut jarang sekali muncul dikarenakan lingkungan kerja masih berada dalam batas yang nyaman. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan tingkat kenyamanan lingkungan kerja para karyawan sehingga kenerja karyawan tidak mengalami gangguan. Ada 22 keluhan yang tidak pernah dirasakan oleh karyawan. Dari 22 keluhan tersebut yang paling tidak pernah dirasakan oleh karyawan adalah lelah untuk berbicara. Ditinjau dari linkungan kerja dan akitivitas yang dikerjakan oleh setiap karyawan, keluhan ini memang tidak pernah dirasakan oleh setiap karyawan karena lingkungan kerja dan jenis pekerjaan yang dikerjakan tidak banyak membutuhkan pembicaraan yang begitu banyak. Hal itu karena hampir setiap karyawan melakukan aktivitasnya masing-masing.

Tabel 8. Analisis Keluhan, Beban Fisik, dan Psikofisik.

Karyawan Usia (tahun)

(7)

SENTRA V - 31

5 34 - 20 2 8 - 0.36 Sedang

6 40 3 14 4 3 6 0.18 Berat

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa banyaknya keluhan yang sering sekali dan sering dirasakan, apakah berpengaruh pada konsumsi energi dan intensitas kerja, walaupun kelelahan fisik yang biasanya diiringi oleh kelelahan mental. Pada tabel dapat dianalisis bahwa pada karyawan 2 merasakan 4 keluhan yang sering dirasakan yaitu mengantuk, ada beban pada mata, rasa ingin berbaring, haus. Keluhan tersebut timbul karena adanya beban fisik yang besar, sehingga besarnya konsumsi energi disebabkan oleh aktifitas yang terlalu besar, sedang intensitas kerjanya ringan. Dari hal itu diketahui bahwa beban fisik karyawan 2 lebih besar dari pada beban psikofisiknya, jika dibandingkan dengan karyawan 6 banyaknya keluhan yang sering sekali dan sering dirasakan tidak dipengaruhi oleh konsumsi energi akan tetapi dipengaruhi oleh beban psikofisiknya. Dari perbandingan tersebut dapat dianalisis bahwa hubungan antara banyaknya keluhan yang dirasakan, konsumsi energi yang dikeluarkan dan besarnya intensitas kerja akan saling berpengaruh atau tidak tergantung jenis keluhan yang dirasakan serta kondisi mental dan fisik untuk merespon beban kerja yang dirasakan oleh masing-masing karyawan.

Setelah jumlah keluhan, besarnya beban fisik dan psikofisik sudah diketahui, yang perlu diperhatikan oleh para mekanik adalah kondisi fisik dan mental setiap mekanik dalam melakukan aktivitas saat bekerja maupun diluar pekerjaanya, karena setelah penelitian ini kemungkinan banyaknya keluhan dan tingginya beban kerja akan teridentifikasi, akan tetapi untuk kedepannya kemungkinan ada tingkat keluhan dan tingkat beban kerja yang dirasakan berbeda dari yang sekarang, oleh karena itu kondisi kesehatan baik fisik maupun mental para mekanik harus benar-benar diperhatikan baik perusahaan maupun para mekanik/karyawan itu sendiri, agar selama dalam melakukan segala aktifitas selalu dalam kondisi yang optimal.

Kesimpulan

Besarnya tingkat keluhan, konsumsi energi, dan intensitas kerja yang dipengaruhi oleh besarnya tingkat beban fisik, dan psikofisik yang dirasakan oleh masing-masing pekerja berbeda-beda, karena kemampuan untuk menerima besarnya pembebanan setiap karyawan berbeda-beda tergantung kemampuan fisik dan mental yang dirasakan oleh setiap karyawan. Banyaknya keluhan dan besarnya tingkat beban yang dirasakan setiap karyawan berbeda-beda memerlukan keseimbangan/kenyamanan antara beban kerja dengan kondisi fisik dan mental masing-masing karyawan. Kenyamanan kerja masing-masing karyawan dapat dirasakan ketika beban kerja yang diberikan telah sesuai dengan kondisi setiap mekanik, tingkat kenyamanan lingkungan kerja dan aktivitas kerja masih dalam taraf nyaman bagi masing-masing karyawan.

Notasi

Y = energi (kkal/menit)

X = kecepatan denyut jantung (denyut/menit) KE = Konsumsi energi (kkal/menit)

Et = Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kkal/menit) Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kkal/menit)

Referensi

[1] Hart, Sandra G. (1990). “NASA Task Load Index (NASA-TLX): 20 Years Later”, Moffett Field: NASA-Ames Research Center

[2] Rahadian Ramadhan, Ishardita Pambudi Tama, Analisa Beban Kerja Dengan Menggunakan Work Sampling Dan Nasa-Tlx Untuk Menentukan Jumlah Operator (Studi Kasus: Pt Xyz). Jurnal rekayasa dan manajemen sistem industry, VOL 2, NO 5 (2014) p. 926-973

[3] Nurmianto, Eko. (2004), Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Prima Printing, Surabaya. [4] Pulat, B.M.1992. Fundamental of Industrial Ergonomics, Prentice Hall, Englewood Cliffs. New

Jersey.

[5] Grandjean, E, 1986. Fitting The Task to The Man : An Ergonomic Approach. Taylor and Francis, London and Philadelphia,.

(8)

V - 32 SENTRA

[7] Manuaba, Adnyana, 2006.Designing Shift Work System in Various Hospitals in Bali through Total Ergonomic Approach, Bridging Theory and Practice, ProsidingSeminar Nasional Ergonomi-K3, ITS Surabaya.

[8] Sutalaksana, 1982. Teknik Tata Cara Kerja. Departemen Teknik Industri ITB, Bandung. [9] Wignjosoebroto, Sritomo, 2000. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya, Surabaya. [10] Widyanti, Ari dan Sutalaksana, Z. Iftikar, 2000. Psikofisik Sebagai Salah Satu Tinjauan

Gambar

Gambar 1. Metodologi Penelitian
Tabel 1. Skala Rating of Perceived Exertion (RPE)
Tabel 4. Hasil Perhitungan Konsumsi Energi
Tabel 7. Jumlah keluhan yang dirasakan karyawan.
+2

Referensi

Dokumen terkait

18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4)

Pelatihan Aplikasi teknologi berbasis bakteri lignochloritik pada pertanian organik di Desa Randu Gading Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang. 2011 BPP Kecamatan Tajinan-Forum

Dengan adanya periode dominan yang tinggi yang luas, maka daerah penelitian memiliki area dengan ketebalan sedimen lunak yang tebal dengan cakupan area yang luas, serta

Dengan metode pembelajaran yang digunakan dapatlah memudahkan siswa belajar sesuatu yang berguna dan bermanfaat, bagaimana memadukan antara isi dan nilai yang

Seperti yang dikutip dalam Bichler dan Gaines, pemecahan masalah dapat diartikan sebagai berikut: “Polisi mengambil tindakan secara individual atau bekerjasama dengan

beroperasi, gangguan Phasa atau netral ditandai dengan LED kuning. Jika, misalnya, indikator TRIP bersinar merah, dan indikator IL1 dan IL2 pada saat yang sama diterangi, telah

yang mengalami kerugian selama 4 tahun terakhir dari tahun 2010 sampai dengan 2013, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kinerja keuangan pada perusahaan ini dengan

Penelitian berfokus pada mekanisme rekrutmen dan pengusulan calon legislatif perempuan dengan menggunakan 3 tahap rekrutmen calon kandidat, yakni tahap