• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

184

Faktor

Faktor Yang Mempengaruhi

Kepatuhan Wajib Pajak

I Made Sudiartana

a,*

, Ni Putu Yuria Mendra

b

a,bUniversitas Mahasaraswati, Denpasar, Indonesia *(yurimendra@gmail.com)

ABSTRAK

Penelitian ini untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang bersumber dari diri wajib pajak maupun faktor diluar diri wajib pajak.Karakteristik wajib pajak dapat dilihat dari jenis kelamin, usia, pendidikan. Selain faktor karakteritik individu, ada beberapa hal juga yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak bagi pemilik UMKM yaitu seperti bidang usaha, bentuk usaha, penjualan, pelapor dan pengisi SPT.Data penelitian diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada wajib pajak badan yaitu UMKM yang ada di Kabupaten Gianyar.Populasi penelitian ini adalah seluruh UMKM di Kabupaten Gianyar. Penentuan jumlah sampel dilakukan menggunakan rumus Slovin. Teknik analisis data meliputi uji intrumen yaitu validitas dan reliabilitas; uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas; goodness of fit meliputi Koefisien determinasi, uji F, dan uji t; serta menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa bidang usaha, pendidikan, penjualan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan bentuk usaha, jenis kelamin, usia berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan pengisi dan pelapor SPT berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak

Kata Kunci : Kepatuhan Pajak, Bidang Usaha, Bentuk Usaha, Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan, Penjualan, Pelapor dan Pengisi SPT

PENDAHULUAN

Pajak merupakan tulang

punggung penerimaan negara di

Indonesia. Pajak memegang peranan

penting disebabkan lebih dari 70%

penerimaan negara bersumber dari

penerimaan pajak (Damayanti et al.,

2015). Badan Pemeriksa

KeuanganRepublik Indonesia (BPK RI)

mengungkapkan bahwa realisasi

penerimaan pajak selama lima tahun

terakhir dari 2008-2012tidak

mencapai target atau berkisar antara

94,31 persen hingga 97,26 persen

dari target Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Perubahan (APBN-P).

Salah satu upaya pemerintah untuk

meningkatkan potensi penerimaan

pajak di Indonesia adalah dengan

menerbitkan Peraturan Pemerintah

No. 46 Tahun 2013 mengenai

Penghasilan dari Usaha yang Diterima

atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Ketentuan ini mengenakan Pajak

Penghasilan (PPh) bersifat final

dengan tarif final 1 persen bagi

masyarakat yang memiliki usaha

sendiri dengan peredaran bruto tidak

(2)

185 pajak. Pemerintah mulai melirik

sektor Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) yang mendominasi

kegiatan perekonomian

Indonesia.UMKM dianggap memiliki

potensi besar untuk pemasukan

pajak dimana selama ini penerimaan

pajak sebagian besar berasal dari

wajib pajak besar yang jumlahnya

kurang dari 1%.Melalui aturan ini,

pemerintah ingin mengoptimalkan

penerimaan pajak melalui sektor

UMKM.

Penarikan pajak dari sektor

UMKM sesungguhnya bukanlah satu

hal yang mudah.Tidak hanya

Indonesia, di negara maju dan negara

berkembang lainnya masih melihat

sektor UMKM sebagai sektor yang

hard to control dari sisi kepatuhan

pajak.Oleh karena itu sangat penting

apabila kepatuhan wajib pajak dapat

timbul dari diri wajib pajak itu sendiri

atau secara sukarela.Wajib pajak

patuh bukan berarti wajib pajak

membayar dalam nominal besar,

melainkan wajib pajak yang mengerti

dan mematuhi hak dan kewajibannya

dalam bidang perpajakan serta telah

memenuhi kriteria tertentu (Supriyati

dan Hidayati, 2008). Karakteristik

wajib pajak dapat dilihat dari jenis

kelamin, usia, pendidikan. Selain

faktor karakteritik individu, ada

beberapa hal juga yang dapat

mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak bagi pemilik UMKM yaitu

seperti bidang usaha, bentuk usaha,

penjualan, pelapor dan pengisi SPT.

Bidang usaha dan bentuk usaha

memiliki hubungan dengan

kepatuhan wajib pajak, dimana

dengan lebih berbadan hukum usaha

tersebut, maka kepatuhan wajib

pajak juga akan semakin meningkat.

Jenis kelamin dikaitkan dengan

perbedaan jenis kelamin laki dan

perempuan.Dalam studinya Jackson

and Million (1986), Oxley (1993),

dalam hai and See (2011)

menemukan bukti bahwa jenis

kelamin dapat mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak.Wajib pajak

perempuan lebih patuh dibandingkan

dengan laki-laki.

Umur pembayar pajak adalah satu

yang terpenting.Title (1980)

menjelaskan hubungan antara umur

dengan kepatuhan.Wajib pajak yang

muda lebih berani mengambil risiko,

kurang sensitif terhadap hukuman.

Menurut Tittle (1980); Witte and

Woodbury 91985); Dubin and Wilde

(1988); Feisten (1991); Hanno and

Violette (1996) menemukan bahwa

umur wajib pajak yang lebih tua

biasanya lebih patuh daripada yang

muda. Tingkat pendidikan

masyarakat secara umum dapat

mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban

(3)

186 semakin tinggi menyebabkan

masyarakat semakin mudah

memahami ketentuan

perpajakan.Seseorang yang memiliki

tingkat pendapatan tinggi cenderung

melaporkan pajaknya dengan jujur

daripada yang mempunyai

pendapatan rendah (Mustikasari,

2007).Menurut Bida (2001) dan

Feriyani (2007) juga menyatakan

bahwa pendapatan berpengaruh

positif terhadap kepatuhan wajib

pajak.Faktor lain yang mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak adalah pelapor

dan pengisi SPT. Semakin ahli orang

yang melapordan mengisi SPT

sehingga prosedurnya menjadi lebih

mudah dan cepat, maka kepatuhan

wajib pajak akan meningkat.

TINJAUAN PUSTAKA

Kepatuhan Pajak

Pembayaran pajak adalah

kewajiban warga negara baik wajib

pajak orang pribadi maupun badan.

Setiap warga negara diharapkan

secara sukarela memenuhi kewajiban

namun kenyataan yang terjadi adalah

adanya keengganan untuk membayar

pajak. Vazquez and Schneider (2003)

mengakui kebanyakan orang tidak

suka membayar pajak, dan sebagai

hasilnya adalah kesulitan bagi

otoritas pajak.

Kepatuhan pajak adalah sesuatu

yang tidak mudah didefinisikan

karena multi dimensi. Brown dan

Mazur (2003) mengungkapkan bahwa

kepatuhan mencakup tiga dimensi,

yaitu kepatuhan pembayaran,

pelaporan dan pengisian. Kepatuhan

pajak terjadi jika wajib pajak

membayar tepat waktu, menghitung

pajak secara akurat sesuai dengan

aturan perpajakan (James dan Alley,

2002).Di Indonesia, definisi

kepatuhan pajak dituangkan dalam

SE-02/PJ/2008 tentang Kepatuhan

pajak selalu menjadi masalah besar

bagi pemerintah di seluruh dunia.

Kirchleret al. (2008) mengatakan

bahwa pemerintah memiliki tanggung

jawab memastikan bahwa warga

negara mengikuti tugas warga negara

ini dan berperilaku sesuai dengan

ketentuan undang-undang pajak

terlepas dari status sosial mereka.

Dengan kata lain, mewujudkan

kepatuhan pajak merupakan tugas

pemerintah.

Pelaku Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM)

Keberadaan UMKM sebagai

tulang punggung perekonomian

nasional tidak perlu diragukan

lagi.UMKM yang lebih banyak

bergerak di sektor riil berperan

sebagai penyelamat saat terjadi krisis

moneter dan memiliki tingkat

penyerapan tenaga kerja yang cukup

(4)

187 UMKM yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia mencapai 52,7 juta

unit. Besaran proporsi produk

domestik bruto dari sektor UMKM

mencapai 56 persen serta tingkat

penyerapan tenaga kerja diatas 97

persen.Melihat besarnya peran UMKM

dalam perekonomian, menarik untuk

melihat bagaimana peran pelaku

UMKM ini dalam penerimaan pajak.

Meskipun peran UMKM cukup

besar namun tidak semua UMKM

terdaftar sebagai Wajib Pajak dan

patuh dalam melaporkan kewajiban

pajak ke kantor pajak. Rendahnya

kepatuhan pajak dari para pelaku

UMKM terkait dengan beberapa hal:

1.Pelaku UMKM didominasi pelaku

usaha rumah tangga. Kebanyakan

pelaku UMKM dari kelompok ini

kurang atau tidak peduli dengan

masalah ketentuan yang berlaku.

2.Pelaku UMKM umumnya orang

pribadi swa-usaha(self

employment)yang cenderung

kurang patuh dibandingkan

dengan karyawan, dimana atas

penghasilan yang diperoleh telah

dipotong pajak pada saat

dibayarkan.

3.Pelaku UMKM biasa bergerak di

sektor informal, sehingga catatan

yang ada atas pelaku UMKM dan

transaksi yang dilakukannya relatif

tidak ada.

Hipotesis

H1: Bidang Usaha berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib

pajak

H2: Bentuk usaha berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib

pajak

H3: Jenis kelamin berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib

pajak

H4: Usia berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak

H5: Pendidikan berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib

pajak

H6 : Penjualan berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib

pajak

H7 :Pelapor dan Pengisi SPT

berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak

METODE

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah wajib

pajak sektor UMKM yang berlokasi di

Kabupaten Gianyar.

Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak UMKM.

Definisi Operasional Variabel

Variabel Bebas (Independent

Variabel) meliputi Bidang Usaha(X1)

adalah jenis usaha yang dilakukan

(5)

188 meliputi usaha perorangan, UD, CV,

dan PT; Jenis Kelamin(X3)

didefinisikan sebagai perbedaan laki

dan perempuan; Usia (X4) meliputi

kategori umur wajib pajak;

Pendidikan (X5) adalah latar belakang

jenjang penddikan yang ditempuh

wajib pajak; Penjualan (X6)

menggunakan rata rata jumlah

penjualan yang diperoleh; Pelapor dan

Pengisi SPT (X7) meliputi siapa yang

melapor dan mengisi SPT

Variabel Terikat (Dependent

Variabel) adalah Kepatuhan Wajib

Pajak (Y)yang menggunakan

kuesioner dengan skala likert .

Metode Pengumpulan Sampel

Penelitian ini merupakan

penelitian survei untuk menganalisis

pengaruh bidang usaha, bentuk

usaha, jenis kelamin, usia,

pendidikan, penjualan, pelapor dan

pengisi SPT terhadap kepatuhan

wajib pajak. Teknik pengumpulan

data menggunakan kuisioner untuk

UMKM di Kabupaten Gianyar yang

terdaftar sebagai wajib pajak baik

yang telah maupun yang belum

melaporkan kewajiban perpajaknya

secara bulanan maupun

tahunan.Data penelitian diperoleh

dengan membagikan kuesioner

kepada wajib pajak badan yaitu

UMKM yang ada di Kabupaten

Gianyar.

Populasi penelitian ini adalah

seluruh UMKM di Kabupaten

Gianyar. Penentuan jumlah sampel

dilakukan menggunakan rumus

Slovin sebagai berikut:

Keterangan:

n = sampel

N = populasi

α = taraf signifikansi sebesar 0,05 Apabila diketahui jumlah populasi

UMKM sebesar 116.557 unit, maka

jumlah sampel yang diambil

menggunakan rumus Slovin adalah

sebanyak 398 unit usaha.

Teknik Analisis Data

Uji Instrumen (Uji Validitas dan

Reliabilitas)

Menurut Ghozali (2016:53), uji

validitas digunakan untuk mengukur

sah atau tidak suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan atau pernyataan pada

kuesioner mampu mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Dasar

pengambilan keputusan valid atau

tidaknya butir-butir pertanyaan

dalam kuesioner adalah apabila total

nilai dari pearson correlation untuk

masing-masing butir pertanyaaan

menunjukkan nilai diatas 0,30 maka

data dinyatakan valid. Uji reliabilitas

(6)

189 suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau

konstruk.Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan

adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Pengujian ini,

peneliti mengukur reliabelnya suatu

variabel dengan cara melihat

Cronburch Alpha dengan signifikansi

yang digunakan lebih besar dari 0,70.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji

normalitas data, uji autokorelasi, uji

heteroskedastisitas dan uji

multikolinearitas. Namun karena data

yang digunakan adalah data cross

section maka uji autokorelasi tidak

dilakukan.

Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mencapai tujuan penelitian

seperti yang dikemukakan

sebelumnya, maka hipotesis di uji

dengan metode analisis regresi linear

berganda. Analisis regresi linear

berganda digunakan untuk

menganalisis variabel independen

terhadap dependen dengan

menggunakan program SPSS. Rumus

persamaannya sebagai berikut:

Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+

β5X5+β6X6+β7X7+e...(2)

Keterangan :

Y= Kepatuhan wajib pajak orang

pribadi

α= konstanta

β1, β2, β3 = koefisien regresi

X1 = Bidang Usaha

X2 = Bentuk usaha

X3 = Jenis kelamin

X4 = Usia

X5 = Pendidikan

X6 = Penjualan

X7 = Pelapor dan Pengisi SPT

e =kesalahan pengganggu

Uji Kelayakan Model

Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Ketepatan fungsi regresi sampel

dalam menaksir nilai aktual dapat

diukur dari Goodness of Fitnya.

Secara statistik, setidaknya ini

dapat diukur dari koefisien

determinasi, dan uji F, dan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah Provinsi Bali mencatat

bahwa hingga Juni 2016, terdapat

265.558 UMKM formal dan informal

yang tersebar di seluruh wilayah Bali.

Berdasarkan lokasi demografis usaha

kecil dan menengah yang ada di Bali,

jumlah UMKM terbanyak terdapat di

Kabupaten Gianyar yaitu sebesar

91.511 UMKM (Bali Bisnis, com.,

2016), atau sekitar 34,46% dari total

UMKM yang ada di Provinsi Bali.

Jumlah UMKM tersebut

diklasifikasikan menjadi 84.677

UMKM informal dan 6.834 UMKM

(7)

190 bergerak dalam bidang komoditas,

produk dan jasa unggulan yaitu

kerajinan perak, hotel melati, toko

barang kerajinan, lukisan, serta mini

market dan toko kelontong.

Populasi dalam penelitian ini

adalah 6.834 UMKM formal yang

tercatat pada Dinas Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah

Kabupaten Gianyar. Penentuan

jumlah sampel menggunakan rumus

Slovin yang memperoleh 398 UKM

yang tersebar pada 7 kecamatan di

Kabupaten Gianyar. Penelitian ini

menggunakan metode survei, yaitu

mendatangi langsung UMKM formal

dan memberikan kuisioner kepada

pemilik UMKM tersebut. Penelitian ini

menyebarkan 398 kuisioner dan

sebanyak 395 kuisioner yang

kembali. Dapat dikatakan bahwa

tingkat pengembalian responden

(response rate) sebesar 99,25%. Dari

395 kuisioner yang dikembalikan,

terdapat 10 responden yang tidak

mengisi secara lengkap semua item

pertanyaan/pernyataan yang

diajukan sehingga jumlah kuisioner

yang dapat diolah lebih lanjut adalah

385 kuisioner.

Berdasarkan jenis usahanya,

UMKM dalam penelitian ini

dikelompokkan dalam industri

makanan, minuman, dan rokok (22,

08%), industri kerajinan kayu,

bambu, dan rotan (29,87%), industri

kerajinan logam (15,84%), dan

industri kerajinan lainnya (32,21%).

Apabila ditinjau dari bentuk usaha,

UMKM dibedakan dalam bentuk

perorangan (72,73%), Usaha Dagang

(17,92%), Persekutuan Komanditer

(5,97%), dan Perseroan Terbatas

(3,38%). Pemilik UMKM yang

berpartisipasi sebagai responden

berjenis kelamin pria sebanyak

60,78%, sedangkan wanita sebanyak

39,22%. Pemilik UMKM tersebut

berusia lebih kecil dari 31 tahun

sebanyak 8,31%, berusia 31-40 tahun

sebanyak 38,18%, berusia 41-50

tahun sebanyak 37,66%, dan lebih

besar dari 50 tahun sebanyak

15,84%. Sebagian besar responden

memiliki latar belakang SMU/SMA

(54,03%), sedangkan sisanya adalah

dibawah SMU/SMA (12,47%),

akademi (7,01%), dan sarjana

(26,49%). Adapun rata-rata besarnya

penjualan yang diperoleh UMKM pada

setiap bulannya adalah dibawah Rp.

2.500.000 (28,31%), antara Rp.

2.500.000 sampai dengan Rp.

5.000.000 (32,73%), diatas Rp.

5.000.000 sampai Rp. 7.500.000

(15,58%), diatas Rp. 7.500.000

sampai Rp. 10.000.000 (9,87%), dan

diatas Rp. 10.000.000 (13,51%).

Berkaitan dengan kewajiban dalam

mengisi dan melaporkan Surat

Pemberitahuan (SPT), pemilik UMKM

(8)

191 (82,08%), menggunakan jasa

konsultan (9,09%), maupun fiskus

yaitu petugas pajak (1,04%).

Uji Instrumen

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut, jika korelasi item

terhadap skor total lebih besar dari

0,30 maka instrumen penelitian

dikatakan valid. Berdasarkan

Lampiran 1 variabel X1, X2, dan X3

tidak valid sedangkan variabel

X4,X5,X6, dan X7 valid karena

semua item pertanyaan korelasinya

diatas 0,3 sedangkan untuk variabel

Y valid kecuali item pertanyaan 1

dihilangkan karena tidak valid.Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau

andal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten

atau stabil dariwaktu ke waktu, jika

koefisien Cronbach Alpha> 0,7 maka

pertanyaan dinyatakan reliabel.

Berdasarkan Lampiran 1 semua

instrumen koefisien Cronbach Alpha>

0,7, maka semua item pertanyaan

dikatakan reliabel.

Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan

untuk menguji apakah model regresi,

variabel pengganggu atau residual

berdistribusi normal atau tidak.

Statistik uji yang digunakan untuk

menguji normalitas adalah One

SampleKolmogorov-Smirnov (K-S) Test.

Residual berdistribusi normal apabila

tingkat signifikannya menunjukkan

nilai yang lebih besar dari 0,05. Hasil

uji normalitas Kolmogorov-Smirnov

Test dapat di lihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan hasil pengolahan data

diperoleh besarnya nilai

Kolmogorov-Smirnov adalah 1,052 dan signifikansi

pada 0,218. Nilai signifikansi lebih

besar dari 0,05 maka data residual

berdistribusi normal.

Uji Heterokedastisitas

Pengujian Heterokedastisitas

dilakukan untuk melihat apakah

dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual

satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Pengujian

heterokedastisitas dilakukan dengan

uji Glejser dengan melihat tingkat

signifikansi. Jika tingkat Signifikansi

berada di atas 0,05 maka model

regresi ini bebas dari

heterokedastiditas. Hasil uji dapat

dilihat pada Lampiran 2. Hasil

pengujian heterokedastisitas

menunjukan nilai probabilitas

signifikansi masing-masing variabel

bebas (0,672; 0,066; 0,356; 0,543;

0,419; 0,839; 0,476) lebih dari 0,05,

(9)

192 model regresi dalam penelitian ini

bebas dari heterokedastisitas.

Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan

untuk membuktikan atau menguji

adanya hubungan yang linier

(multikolinieritas) antara variabel

bebas yang satu dengan yang lain.

Pedoman untuk mengetahui apakah

antara variabel bebas yang lain tidak

terjadi multikolinieritas apabila

mempunyai nila VIF (Varians Inflation

Factor) kurang dari 10 dan angka

tolerance lebih dari 0,1. Berdasarkan

pengolahan tersebut dapat dilihat

bahwa nilai masing-masing variabel

memiliki nilai VIF (1,099; 1,214;

1,047; 1,046; 1,322; 1,271; 1,076) di

bawah 10 dan nilai tolerance(0,910;

0,824; 0,955; 0,956; 0,756; 0,787;

0,930 ) diatas 0,10 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi

hubungan multikolinieritas antar

variabel bebas tersebut.

Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan Lampiran 2 Nilai

Adjusted R Square adalah 0,066 hal

ini berarti 6,6% variasi Kepatuhan

wajib pajak dapat dijelaskan oleh

tujuh variabel independen sedangkan

sisanya 93,4% dapat dijelaskan oleh

faktor-faktor lain diluar model.

Uji F

Berdasarkan hasil pengolahan data

dengan program SPSS yang dapat

dilihat di Lampiran 2, maka diperoleh

hasil sebagai berikut. Hasil uji

serempak diperoleh nilai Fhitung4,892

dengan signifikansi 0,000 lebih kecil

dari 0,05. Hasil ini menunjukan

bahwa modelnya Fit.

Uji t dan Pembahasan

Pengujian yang dilakukan secara

parsial terhadap parameter dilakukan

dengan menggunakan uji t (t-test)

pada Lampiran 2. , dengan taraf

signifikansi 0,05, Ho ditolak dan Ha

diterima apabila Sig. t

= 0,05, dan

Ho diterima dan Ha ditolak apabila

Sig. t >

= 0,05. Berdasarkan hasil

pengolahan data dengan program

SPSS maka diperoleh hasil sebagai

berikut:

1)Pengaruh Bidang Usaha terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Lampiran 2 menunjukkan tingkat

signifikansi sebesar 0,669> 0,05

bidang usaha tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Maka H1 ditolak. Kepatuhan wajib

pajak tidak terpengaruh oleh

bidang usaha wajib pajak, karena

tergantung dari karakteristik

individu dari masing-masing wajib

pajak

2)Pengaruh Bentuk Usaha terhadap

(10)

193 Lampiran 2 menunjukkan tingkat

signifikansi sebesar 0,019< 0,05

bentuk usaha berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Maka H2 diterima. Semakin

berbadan hukum bentuk usaha

wajib pajak maka wajib pajak akan

lebih taat terhadap hukum dan

peraturan sehingga kepatuhan

wajib pajak akan meningkat

3)Pengaruh Jenis Kelamin terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Lampiran 2 menunjukkan tingkat

signifikansi sebesar 0,000<

0,05jenis kelamin berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Maka H3 diterima. Jenis kelamin

berpengaruh dimana perempuan

akan cenderung untuk patuh

terhadap peraturan

4)Pengaruh Usia terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak

Lampiran 2 menunjukkan tingkat

signifikansi sebesar 0,001<

0,05usia berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Maka H4 diterima.Wajib pajak yang

muda lebih berani mengambil

risiko, kurang sensitif terhadap

hukuman, sedangkan umur wajib

pajak yang lebih tua biasanya lebih

patuh daripada yang muda.

5)Pengaruh Pendidikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Lampiran 2 menunjukkan tingkat

signifikansi sebesar 0,760>

0,05pendidikan tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Maka H5 ditolak. Walaupun wajib

pajak memiliki pengetahuan tinggi

atau tidak, tidak akan berpengaruh

terhadap kepatuhan, hal tersebut

bersumber dari kesadaran

masing-masing wajib pajak.

6)Pengaruh Penjualan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak

Lampiran 2 menunjukkan tingkat

signifikansi sebesar 0,935>

0,05penjualan tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Maka H6 ditolak. Besar kecilnya

rata rata penjualan tidak

mempengaruhi kepatuhan, karena

wajib pajak yang memiliki

penghasilan tinggi cenderung akan

tidak melaporkan penjualan yang

diperoleh untuk menghindari

pajak.

7)Pengaruh Pengisi dan Pelapor SPT

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Lampiran 2 menunjukkan tingkat

signifikansi sebesar 0,038< 0,05

dengan koefisien beta negatif,

berarti Pengisi dan Pelapor SPT

berpengaruh negatif terhadap

kepatuhan wajib pajak. Maka H7

(11)

194 KESIMPULAN

Hasil penelitian menyatakan

bahwa bidang usaha, pendidikan,

penjualan tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak,

sedangkan bentuk usaha, jenis

kelamin, usia berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak,

sedangkan pengisi dan pelapor SPT

berpengaruh negatif terhadap

kepatuhan wajib pajak

DAFTAR PUSTAKA

Alm, James, Jackson, Betty, dan Michael J. M. 1992. Estimating the Determinants of Taxpayer Compliance with Experimental Data, National Tax Journal, 45:1, pp. 107-14.

Alm, James dan Benno Torgler. 2011. Do Ethics Matter? Tax Compliance and Morality. Journal of Business Ethics Volume 101, Issue 4, pp 635-651.

Al-Mamun, Abdullah, Harry Entebang, Shazali Abu Mansor, Qaiser Rafique Yasser, dan Thurai Murugan Nathan. (2014). The Impact of Demografic Factors on Tax Compliance Attitude and Behavior in Malaysia. Journal of Finance, Accounting and Management, 5(1), pp. 109-124

Andreoni, J., B. Erard, dan J. Feinstein. 1998. Tax Compliance. Journal of Economic Literature 36 No. 2: 818-860.

Chung, Janne dan Viswanath Umashanker Trivedi. 2006. The Effect of Friendly Persuasion and Gender on Tax Compliance Behavior. Journal of Business Ethics, Volume 47, Issue 2, pp 133-145.

Eriksen, K., dan Fallan, L. 1996. Tax knowledge and attitudes towards taxation: areport on a quasi-experiment. Journal of Economics Psycology, Vol. 17, No. 3, pp. 387-408.

http://www.pajak.go.id. Artikel

pendapatan pajak di Indonesia dan DJP Provinsi Bali, diakses tanggal 22April 2016

http://bali.bisnis.com/read/2015022 3/16/49719/url diakses 10 April 2016

Jackson, B. R., dan V. C. Milliron. 1986. Tax Compliance Research: Findings, Problems, and Prospects, J. Account. Lit. 5: 125-165.

James, Simon dan Clinton Alley. 2002. Tax compliance, self-assessment and tax administration. Journal of Finance and Management in Public Services, Vol. 2, No. 2: pp. 27-42.

Kastlunger, Barbara. 2010. Sex differences in tax compliance: Differentiating between demographic sex, gender-role orientation, and prenatal masculinization (2D:4D). Journal of Economic Psychology Vol. 31: pp. 542– 552.

(12)

195 Mustikasari, E. 2007. Kajian empiris

tentang kepatuhan wajib pajak badan diperusahaan industri pengolahan di Surabaya. Simposium

NasionalAkuntansi X

Makasar.

McGee, R. W., dan Smith, S. R. 2007. Ethics, Tax Evasion, Gender and Age: An Empirical Study of Utah Opinion. Andreas School of Business Working Paper Series, Barry University, Miami Shores.

Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT Granit.

Referensi

Dokumen terkait

Jalur tracking yang disepakati sebagai kegiatan wisata utama, yaitu jalur Peninggalan Purbakala, Subak, Pura Beji dengan aktivitas yoga, menuju ke Desa tradisional Pinge..

Judul Kegiatan :penyiraman tanaman secara otomatis dengan menggunakan pemrograman plc di lokasi pembibitan di desa Coyo, kecamatan Pulokulon, kabupaten Grobogan untuk

Pelaksanaan ICT pendidikan bagi guru dapat menggunakan terminologi bahwa e- learning yang diterapkan memiliki makna „‟ Pembelajaran baik secara formal maupun

If you look closely at the code in Update , you find that at the end of the method, the value of oldKeys is set to refer to the pressedKeys array so that the next time that

sekolah dalam menyediakan fasilitas olahraga hanya bolavoli mini yang minimal, Kendala-kendala dalam pelaksanaan ekstrakurikuler Sekolah Dasar Negeri Temon

Jaringan komputer adalah dua komputer atau lebih yang saling berhubungan satu sama lain, saling berkomunikasi secara elektronik, saling membagi sumber daya ( misalnya printer,

Pinjaman yang diterima meningkat 46,4% dari Rp22,5 triliun di tahun 2015 menjadi Rp33,0 triliun di tahun 2016� Kenaikan ini didominasi oleh naiknya pinjaman bilateral sebesar

Oleh karena itu Allah memandang bahwa melenyapkan hidup seseorang tanpa alasan yang dibenarkan oleh Allah SWT sama artinya melenyapkan semua manusia, karena orang