POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS Juli 2012
Pengaruh variasi beban… 43
PENGARUH VARIASI BEBAN PADA PEMANAS INDUKSI UNTUK MENDAPATKAN PENGHEMATAN OPTIMUM
Slamet Pambudi
Sfaf Pengajar - Progdi.Teknik Elektro, Akademi Teknologi Warga Surakarta
ABSTRACT
Induction cooker is a cooker with induction heating using magnetic fields. When this stove has the highest efficiency compared with other stoves that use gas, kerosene or electric heater, because the heat which is generated almost entirely absorb by the pan.
The research has the purpose of obtaining the energy efficiency of the metal which is used as a pan and to decide the magnetic field strength from the use of induction cooker. One of the way to obtain energy efficiency is the selection of metallic materials used as a pan, where the selection of an appropriate metal material will be obtained optimum efficiency. Mean while for the magnetic field strength that is generated by induction cooker, in order to know the limit of safety for the health effects of magnetic fields strength in accordance with the standards.
The test results on two metallic materials as a pan containing 1 liter of water from metal stainless steel and zinc, at a temperature of 60C shows that the energy efficiency of the pan stainless steel (80,3 %) was higher than pan zinc (74,9 %). But the magnetic field strength is generated by the pan containing 1 liter of water at a temperature of 60C, the magnetic field strength which is generated by using the pan stainless steel (1404 mA / m = 1.76 μT) is higger than the pan ingredients zinc (861 mA / m = 1.08 μT).
The higgest magnetic field strength is produced by induction heating cooker on the research is amounted to 1430 mA/m (1.79 μT) with a pan of stainless steel containing 1 liter of water. This magnetic field is still safe. According to the IRPA, INIRC and WHO standards, these restriction of magnetic field doesn’t disturb the health is 1 mT.
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS Juli 2012
Pengaruh variasi beban… 44
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Dengan terjadinya krisis energi, maka berbagai upaya akan dilakukan untuk penghematan
energi. Diantaranya dengan
melakukan efisiensi dari suatu sistem atau perangkat yang digunakan, khususnya dalam hal penghematan energi.
Pada kompor dengan
menggunakan sistem pemanas dengan induksi yaitu suatu kawat konduktor yang dialiri arus listrik yang akan muncul garis gaya magnet dan jika kawat konduktor tersebut dibentuk suatu kumparan, kemudian didekatnya diletakkan
suatu materi yang dapat
menghantarkan listrik (umumnya logam) maka logam tersebut akan menerima efek garis gaya magnet sehingga pada logam akan mengalir arus pusar (eddy current). Karena logam yang digunakan memiliki hambatan listrik dan adanya arus yang mengalir dalam logam tersebut maka akan menghasilkan joule heating sebesar P = I2 × R, dimana P adalah daya, I untuk arus, dan R untuk hambatan. Daya inilah yang keluar sebagai panas dan proses yang berlangsung dinamai pemanasan lewat induksi.
Dengan kompor
menggunakan sistem ini, energi yang terbuang hampir tidak ada. Pengubahan energi listrik menjadi
panas, berlangsung dengan efisien
sehingga daya listrik yang
diperlukan kecil. Keunggulan lainnya, sistem pemanas dengan induksi tidak menggunakan api sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan luka bakar yang rendah dan tingkat keamanan yang tinggi. Selain itu, proses ini tidak memanaskan udara di sekitarnya, sehingga orang yang sedang berada di dekat alat masak pemanas dengan induksi tidak akan merasa kepanasan. Melalui pengaturan jumlah arus listrik yang mengalir di
kumparan, tingkat kepanasan
pemanas dengan induksi dapat dengan mudah disesuaikan dengan panas yang dibutuhkan. Tidak
adanya proses pembakaran
menyebabkan tidak adanya risiko terjadinya kekurangan oksigen dalam ruangan.
Dari beberapa penelitian tentang pemanas dengan induksi, disebutkan bagaimana efisiensi energi dari alat tersebut dapat lebih ditingkatkan. Dalam publikasinya (30 Januari 2009), J.S Park, S.
Taniguchi dan Y.J. Park
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS Juli 2012
Pengaruh variasi beban… 45
Nabil A. Ahmed
(November 2008) dalam
prosedingnya, memfokuskan
tentang rangkaian pemanas dengan induksi-nya. Dengan eksperimen dan simulasi dibuat rangkaian High Frequency Soft Swtching Power Conversion dengan dua sistem yaitu, Pulse Width Modulation dan Pulse Density Modulation. Dengan menggunakan rangkaian diatas, diperoleh efisiensi konversi daya yang sangat besar diatas 93%.
Rangkaian series resonant inverter dengan frekuensi tinggi untuk aplikasi pemanas dengan induksi, akan diperoleh transfer daya yang maksimum dengan bentuk tegangan dan arusnya sinusoidal (Dr. P. K. Sadhu, dkk, 2004).
Pada penelitian pemanas dengan induksi yang lainnya, menyoroti pada rangkaiannya
untuk meningkatkan efisiensi
dengan menggunakan metode series resonant inverter dan
kebanyakan adalah untuk
diterapkan dengan daya besar pada skala industri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
perubahan beban terhadap
rangkaian kompor pemanas dengan induksi. Dari hasil pengujian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengguna kompor masak dengan induksi didalam memilih bahan logam tempat memasak yang tepat, sehingga
dapat diperoleh penghematan
energi dan keamanan bagi
kesehatan terhadap pengaruh
medan magnet.
1.2.Landasan Teori
1.2.1. Dasar pemanas induksi
Ada tiga faktor dasar dari pemanas induksi, yaitu induksi elektromagnetik, efek kulit dan transfer panas. Pada dasarnya cara kerja dari pemanas induksi hampir sama dengan transformator.
Pada gambar 1., merupakan
konsep dasar yang terdiri dari gulungan pemanas induktif dan arus, yang menggambarkan induksi elektromagnetik dan efek kulit.
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS Juli 2012
Pengaruh variasi beban… 46
Tujuan yang paling penting dari pemanas induksi adalah untuk
memaksimalkan pembangkitan
energi panas pada gulungan sekunder, lubang kecil pada gulungan pemanas induktif dibuat kecil dan gulungan sekunder dibuat dari bahan dengan hambatan listrik yang kecil dengan permeabilitas yang tinggi. Bahan selain logam mengurangi efisiensi energi karena bahan tersebut memiliki hambatan listrik besar dan permeabilitas yang rendah.
Pemanas dengan induksi
adalah kombinasi antara
elektromagnetik, perpindahan
panas, dan fenomena metalurgi.
1.2.1.2. Resistivitas dan Konduktivitas Listrik pada Material
Kemampuan material untuk dengan mudah menghantarkan arus
listrik ditentukan oleh
konduktivitas listrik (σ). Kebalikan
dari konduktivitas σ adalah
resistivitas listrik (ρ). Satuan untuk
ρ dan σ adalah meter dan mho/m. Resistivitas listrik suatu logam tertentu bervariasi dengan suhu, komposisi kimia, struktur mikro logam, dan ukuran butir.
Untuk sebagian besar logam, ρ
akan naik dengan kenaikan suhu. Resistivitas dari logam murni dapat direpresentasikan sebagai fungsi
linier dari suhu (kecuali ada perubahan dalam kisi-kisi logam).
(1) dimana,
ρ0 adalah resistivitas listrik pada
suhu ruang T0
ρ(T) adalah resistivitas listrik pada suhu T
α adalah koefisien suhu dari resistivitas listrik.
Hubungan resistivitas listrik
ρ (-m) dengan resistivitas listrik R () dapat dinyatakan sebagai berikut:
(2) di mana,
l adalah panjang konduktor yang dialiri arus.
A adalah luas penampang
konduktor di mana arus mengalir melaluinya.
1.2.1.3. Permeabilitas Magnetik dan Permitivitas Relatif
µr merupakan permeabilitas
magnetik relatifyang menunjukkan
kemampuan suatu bahan (misalnya, logam) untuk melakukan fluks magnet yang lebih baik di udara atau hampa udara. Permitivitas
relatif (ε) menunjukkan
kemampuan bahan untuk
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS Juli 2012
Pengaruh variasi beban… 47
Permeabilitas magnetik
relatif memiliki efek pada semua
fenomena induksi dasar.
Permitivitas relatif tidak begitu banyak digunakan pada pemanasan induksi, tapi memainkan peran utama dalam aplikasi pemanasan dielektrik.
Nilai konstan µo = 4π x 10-7
H/m [atau Wb / (A.m)] disebut permeabilitas ruang bebas, dan konstanta εo = 8,854 x 10-12 F/m
disebut permitivitas ruang bebas. Hasil permeabilitas magnet relatif dan permeabilitas ruang bebas disebut permeabilitas µ dan sesuai dengan rasio kepadatan fluks magnetik (B) untuk intensitas medan magnet (H).
(3)
1.2.1.4. Efek Kulit ( Skin Effect )
Efek kulit adalah sesuatu hal yang penting dalam aplikasi listrik menggunakan tegangan bolak-balik (ac). Karena efek ini,
sekitar 86% daya akan
terkonsentrasi di lapisan
permukaan konduktor. Lapisan ini
disebut reference depth (δ).
Tingkat efek kulit tergantung pada frekuensi dan sifat material
(resistivitas listrik ρ dan
permeabilitas magnetik relatif µr )
pada konduktor. Akan muncul efek kulit ketika diberikan frekuensi
yang semakin tinggi atau ketika jari-jari benda kerja relatif besar.
Distribusi dari densitas arus sepanjang ketebalan benda kerja (radius) secara kasar dapat dihitung dengan persamaan
POLITEKNOSAINS EDISI KHUSUS DIES NATALIS Juli 2012
Pengaruh variasi beban… 48
Gambar 2. Blok diagram kompor pemanas induksi.
Sumber AC disearahkan oleh rangkaian penyearah untuk memperoleh sumber DC, yang akan menjadi sumber arus DC pada rangkaian inverter frekuensi tinggi. Rangkaian inverter ini mengatur arus ke kumparan pemanas sehingga akan terbentuk medan
magnet. Jika suatu benda
konduktor diletakkan diatas medan magnet tersebut, maka akan muncul induksi tegangan dan terbentuk arus pusar (eddy current). Disini akan dibangkitkan energi panas pada benda konduktor tersebut yang dipergunakan sebagai tempat memasak.
1.2.2.1. Konverter Resonansi
Didalam sistem daya pada
kompor pemanas induksi,
digunakan rangkaian konverter resonansi untuk membuat konversi
energinya efisien dan
meminimalkan rugi-rugi rangkaian
pensaklarannya. Rangkaian pada konverter resonansi terdiri dari kapasitor, induktor dan resistor. Ada dua jenis rangkaian ini, yaitu: rangkaian resonansi seri dan rangkaian resonansi paralel.
Gambar 3. Rangkaian Resonansi
Ketika sumber daya dihubungkan ke rangkaian, energi listrik masuk pada induktor dan ditransfer ke
kapasitor persamaan (8).
Persamaan (9), merupakan
perhitungan tegangan yang masuk
ke kapasitor yang akan
dikembalikan lagi ke induktor. Resonansi akan terjadi pada saat induktor dan kapasitor saling bertukar energi. Total energi selama resonansi tidak berubah, dan memiliki nilai yang sama yaitu sebesar puncak induktor atau kapasitor.
(6)
(7) (8)
(9)
Reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif dapat dihitung dengan persamaan (11) dan persamaan (12). Untuk besar
impedansi pada rangkaian
resonansi seri dapat dihitung dengan persamaan (2.19).
(11)
(12)
(13)
Pada frekuensi resonansi, harga reaktansi induktif pada persamaan (11) dan harga reaktansi kapasitif pada persamaan (12) memiliki harga yang sama. Yaitu sebesar tegangan dari sumber daya dan arus pada rangkaian yang berada pada level yang sama. Frekuensi resonansi dapat dihitung dengan persamaan (14). Arus pada rangkaian akan mencapai puncak ketika frekuensi sumber sama dengan frekuensi resonansi dan akan turun jika frekuensi sumber lebih besar atau lebih kecil dari frekuensi resonansinya.
Hz
(14)
Nilai reaktansi pada
rangkaian disebut impedansi
khusus, dan dapat dijelaskan dengan persamaan dibawah ini:
(15)
Dan perbandingan rangkaian half-bridge resonansi seri, dapat dilihat pada persamaan dibawah:
(16)
Di kurva frekuensi
diperlihatkan hubungan antara arus (output energi) dan frekuensi sumber ketika tegangan sumber rangkaian resonansi dibuat sama. Arus dan output energi mencapai nilai maksimumnya pada frekuensi resonansi. Di daerah dimana frekuensi pensaklaran lebih rendah dari frekuensi resonansi, reaktansi
induktif terhubung langsung
dengan frekuensi pensaklaran. Menurut persamaan (12), reaktansi kapasitip merupakan kebalikannya.
Gambar 4. Kurva frekuensi.
1.2.3. Efisiensi Energi Kompor Pemanas induksi.
ratio antara energi panas yang dihasilkan dengan energi input listrik yang digunakan.
Untuk menghitung efisiensi energi, digunakan persamaan sebagai diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram zat itu sebanyak 1C. Untuk
Untuk air, panas jenisnya sebesar:
(19)
2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dengan menggunakan
persamaan (17), dapat dihitung energi masukan kompor induksi dengan tempat memasak bahan logam seng yang berisi 1 liter air pada saat ΔT terukur sebesar 46,42 detik (pada tabel 2.2) adalah: Qin = 220,1 x 5,80 x 0,99 x
46,42
= 58666,25516 Joule = 58,67 kjoule
Sedangkan energi keluaran pada kompor induksi dengan tempat memasak menggunakan bahan logam seng, data pengukuran
yang dipergunakan untuk
perhitungan adalah Δt (C). Pada
percobaan penelitian, tempat
memasak dengan bahan logam seng, diisi dengan 1 liter air (1 liter air 1 kg). Suhu awal air (t1)
sebesar 30C. Sebelum mencari
energi keluarannya, terlebih dahulu dicari kalor jenis airnya. Dengan menggunakan persamaan (18) dapat dicari kalor jenis air pada suhu 40C (t2) sebagai berikut:
= 0,99733232 kal
= 4,186 x 0,99733232 Joule,
= 4,174833092 Joule dengan,
mair = 1 liter 1000 gram Δt = t2 – t1 = 40C - 30C = 10C
maka dapat dihitung besarnya energi keluarannya:
Qout = 1000 x 4,174833092 x
10
= 41748,33092 Joule = 41,75 kJoule
Dari perhitungan diatas, maka efisiensi energi pada kompor induksi dengan beban bahan logam seng yang berisi 1 liter air dengan
Pengukuran parameter dengan keadaan awal sebagai berikut:
a) Volume air yang diberikan di
Pengukuran parameter pada tabel mulai dilakukan pada saat suhu air di tempat memasak mencapai 30C.
Tabel 2.1. Hasil pengukuran dan perhitungan karakter kompor induksi dengan beban dari bahan seng berisi 0,5 liter air.
No.
Data Ukur Data Hitung
Δ t
Tabel 2.2. Hasil pengukuran dan perhitungan karakter kompor induksi dengan beban dari bahan seng berisi 1 liter air.
No.
Data Ukur Data Hitung
Δ t
Pengukuran dilakukan dengan keadaan awal sebagai berikut:
a) Volume air yang diberikan ke
Pengukuran parameter pada tabel dimulai saat suhu air mencapai 30C.
Tabel 2.3. Hasil pengukuran dan perhitungan karakter kompor induksi dengan beban logam stainless steel berisi 0,5 liter air.
No.
Data Ukur Data Hitung
Pengukuran parameter pada
tabel dimulai saat suhu air mencapai 30C.
Tabel 2.4. Hasil pengukuran dan perhitungan karakter kompor induksi dengan beban logam stainless steel berisi 1 liter air.
2.4. Efisiensi Energi
Dengan sistem pemanasan yang digunakan pada pemanas induksi, dapat dikatakan sebagian
besar energi panas yang dihasilkan alat berada pada tempat memasak sehingga efisiensi energi dari peralatan ini cukup besar.
Gambar 5. Grafik hubungan efisiensi dengan perubahan suhu pada kompor induksi dengan tempat memasak dari logam seng berisi 0,5 dan 1 liter air.
Pada tabel 2.1 dan 2.2., dapat digambarkan grafik hubungan efisiensi energi dengan perubahan
waktu seperti pada gambar 5. Tempat memasak yang berisi 0,5 liter air memiliki efisiensi energi No.
Data Ukur Data Hitung
Δ t
(C) ΔT (detik) Tegangan (Volt ac) (Ampere) Arus PF
Medan Magnet (mA/m)
Energi Input (kJoule)
Energi Output (kJoule)
(%)
paling besar pada suhu 80C (Δt =
50C) yaitu sebesar 74,8 %.
Sedangkan pada tempat memasak yang berisi 1 liter air, efisiensi tertinggi pada suhu 70C (Δt = 40C) yaitu sebesar 75,5 %.
pada kompor induksi dengan tempat memasak dari logam stainless steel berisi 0,5 dan 1 liter air.
Gambar 6. Grafik hubungan efisiensi dengan perubahan suhu
Pada gambar 6. terlihat bahwa untuk tempat memasak dari bahan logam stainless steel yang berisi 0,5 liter air, memiliki efisiensi energi tertinggi pada suhu 70C (Δt = 40C) yaitu sebesar 78,3 %. Sedangkan untuk tempat memasak yang berisi 1 liter air, memiliki efisiensi energi yang paling tinggi pada suhu 60C (Δt = 30C) yaitu sebesar 80,3 %.
Dengan melihat tabel 2.2. dan 2.4., dapat dibuat grafik seperti pada gambar 7. Grafik ini untuk membandingkan efisiensi kedua bahan tempat memasak. Tampak bahwa efisiensi dari kompor induksi dengan tempat memasak
bahan stainless steel memiliki
efisiensi yang lebih besar
dibandingkan dengan tempat
Gambar 7. Grafik hubungan efisiensi dengan perubahan suhu pada kompor induksi dengan tempat memasak dari logam seng dan stainless steel berisi 1 liter air.
3. PENUTUP 3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kedua bahan logam yaitu bahan logam seng dan bahan logam
stainless steel yang menjadi beban dari kompor pemanas induksi, dapat disimpulkan:
1. Supaya dapat memaksimalkan
energi panas pada kompor pemanas induksi model JF-2000IC, diperlukan suatu tempat memasak dari bahan logam
ferromagnetic yang memiliki resistivitas listrik yang rendah serta permeabilitas yang tinggi.
2. Pengujian kedua bahan logam
yang digunakan untuk tempat memasak yang berisi 0,5 liter
air, pada Δt sebesar 40C
efisiensi energi tempat memasak
dengan bahan logam stainless steel sebesar 78,3%. Pada keadaan ini, efisiensi energi dengan bahan logam stainless steel lebih besar dibandingkan tempat memasak dari bahan seng (74 %).
Sedangkan untuk pengujian kedua bahan logam yang
digunakan sebagai tempat
memasak berisi 1 liter air, pada Δt sebesar 30C efisiensi energi kompor induksi dengan tempat memasak dari bahan logam
stainless steel sebesar 80,3 %,
lebih besar dibandingkan
efisiensi energi dengan
menggunkan tempat memasak dari bahan logam seng (74,9 %).
3. Kuat medan magnet terbesar
berisi 0,5 liter air, tempat memasak dengan bahan logam
stainless steel memiliki kuat medan magnet sebesar 1427 mA/m atau 1,78 µT, lebih besar
dibandingkan kuat medan
magnet dengan tempat memasak dari bahan logam seng (869 mA/m = 1,08 µT).
Dan kuat medan magnet terbesar yang dihasilkan dengan tempat memasak yang berisi 1 liter air, untuk tempat memasak dengan
bahan logam stainless steel
memiliki kuat medan magnet sebesar 1430 mA/m (1,79 µT), lebih besar dibandingkan kuat medan magnet dengan tempat memasak dari bahan logam seng (875 mA/m = 1,09 µT).
4. Menurut rekomendasi dari
IRPA/INIRC tahun 1991, untuk batasan medan magnet supaya tidak mengganggu kesehatan adalah 1 mT (dalam beberapa jam per hari) sehingga kedua bahan logam pada penelitian aman digunakan.
3.2. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian
serta dari
kesulitan-kesulitan yang ditemui
selama melakukan
penelitian, maka disarankan
untuk mencoba dan
mengembangkan metode
lain yang lebih baik
2. Perlu dilakukan lagi
pengujian dengan variabel yang lain, sehingga efisiensi energi dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
________, 2000 ,“Induction
heating System
Labeling and Standard-Electric Heating Rice Cooker”, Korea Testing Laboratory.
Hirota, I., Omori, H., Nakaoka, M.,
1992, “Performance
Evaluations of
Single-ended Quasi-load
Automation, pp. 223-228 vol.1.
Holman, J.P., 1995, “Perpindahan
Kalor”, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Jean Callebaut, 2007,”Power
Quality and Utilisation
Guide”, Leonardo
Koertzen, H. W., Van Wyk, J. D., Ferreira, J. A., “Design
of the Half-bridge
Series resonant converter for Induction
Cooking”, Power
Electronics Specialists Conference, pp. 729-735 vol. 2.
Leschynsky, V., Weinert, H., Szlaferek, A., 2007, “Layered Alloys for
Effective Magnetic
Flux Concentration in
Induction heating”,
Material
Science-Poland, vol. 25 no. 2. Miyauchi, T., Kondo, S., 2009,
“Induction heating
Cooking Device”,
United States Patent Application
Publication, pp. 1-6. Nabil A. Ahmed, 2008,
“Three-Phase High Frequency AC Conversion Circuit
with Dual Mode
Suspector with Critical Thickness on Induction heating”, IOP Publishing Ltd
Pal, N., Sadhu, P. K., Chakrabarti, R. N., 2006, “A Comparative Study of HF Mirror Inverter for
Induction Cooker
through Real-time and PSPICE Simulation”, IE (I) Journal, pp. 268-274 vol. 86.
resonant Superimposed
Inverter Applied to
Induction heating”, IE (I) Journal, pp. 214-217 vol. 84.
Raymond Cook, Micah
Black, 2003,
“Handbook of
Induction heating”,
Marcel Dekker, Inc., New York.