• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PENYELENGGARAAN DAFTAR-DAFTAR CATATAN SIPIL UNTUK GOLONGAN TIONGHOA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERATURAN PENYELENGGARAAN DAFTAR-DAFTAR CATATAN SIPIL UNTUK GOLONGAN TIONGHOA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

PERATURAN PENYELENGGARAAN

DAFTAR-DAFTAR

CATATAN SIPIL UNTUK GOLONGAN TIONGHOA

(Reglement op het houden der registers van den Burgerlijken Stand voor de Chineezen)

Ord. 29 Maret 1917 (S. 1917-130 jo. 1919-81) mb. 1 Mei 1919

Bagian 1. Daftar-daftar Catatan Sipil Pada Umumnya.

pasal 1. (s.d.u. dg. S. 1924-558.)

(1) Di Indonesia untuk golongan Tionghoa ada daftar-daftar untuk pencatatan, tentang kelahiran, tentang izin untuk perkawinan, tentang perkawinan dan perceraian, dan tentang kematian. (Chin. 22 .)

(2) (s.d.u. dg. S. 1907-205 pasal 3io. S. 1919-816.) Kecuali bila Gubernur jenderal menentukan lain, daftar-daftar ini di tempat-tempat, di mana ditempatkan pegawai catatan sipil untuk bangsa Eropa, diselenggarakan oleh pegawai pegawai ini, dan di tempat-tempat lain yang ditunjuk oleh Gubernur Jenderal, oleh pegawai pemerintah dari golongan Eropa yang berpangkat tertinggi di sana, yang daerahnya sebagai pegawai catatan sipil untuk golongan Tionghoa ditentukan oleh Gubernur Jenderal. (BS. 1; KUHPerd. 4.)

Pasal 2.

(1) Kepala-kepala Pemerintahan Daerah dengan surat keputusan akan menunjuk pegawai-pegawai, yang pada waktu ketidakhadi-n untuk Sementara atau berhalangannya pegawai-pegawai yang disebut dalam pasal yang lain, akan bertindak sebagai pegawai catatan sipil luar biasa.

(2) Ketidakhadiran atau sebabnya berhalangan akan disebut secara jelas dalam akta yang akan dibuat oleh pegawai yang ditunjuk itu.

(3) Di tempat-tempat yang sebagai akibat tidak adanya Pegawai yang cakap, tidak dapat diangkat pegawai luar biasa, maka salah

seorang dari pegawai-pegawai catatan sipil dalam daerah itu yang diangkat untuk itu oleh Kepala Pemerintahan Daerah, dalam hal ketidak hadiran atau terhalangnya Pegawai di tempat tersebut melakukan tugas-tugas sebagai Pegawai catatan sipil, berwenang untuk membuat akta yang seharusnya termasuk daerah pegawai tersebut terakhir, dengan kekecualian tentang pencatatan akta-akta yang dibuat oleh orang-orarg perantara.

(4) Dia harus menyebutkan dalam aktanya tentang ketidakhadiran atau sebab terhalangnya itu. (BS- 2.)

Pasal 3.

(1) Bila terjadi kelahiran atau kematian pada jarak lebih dari sepuluh pal dari gedung-tempat pembuatan akta catatan sipil, laporan tentang kelahiran, asalkan bersama itu tidak dilakukan pengakuan, atau tentang kematian, dapat dilakukan kepada orang-orang, yang untuk itu oleh Kepala Pemerintahan Daerah dalam

(2)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

sipil. (BS. Chin. 50.)

(2) Kepala-kepala Pemerintahan Daerah- di mana mungkin - juga akan menunjuk dengan Surat keputusan, orang-orang yang akan bertindak dalam hal ketidak-hadiran untuk sementara atau berhalangannya perantara-perantara catatan sipil itu.

Pasal 4.

Pegawai-pegawai atau perantara-perantara catatan sipil, untuk menjamin cara Penulisan nama-nama Tonghoa yang tidak berubah-ubah dalam huruf Latin, dan di mana perlu, sebelum membuat aktanya, meminta kepada pelapor atau para pihak untuk memperlihatkan surat izin masuk mereka ataupun akta menetap di Indonesia, atau satu dua surat ketetapan Pajak langsung mereka atau surat-surat yang cocok untuk hal itu. (BS. Chin. II.)

Pasal 5.

(1) Pegawai-pegawai catatan sipil biasa, sepanjang mereka oleh Gubernur Jenderal ditunjuk untuk itu dengan menyimpang dari ketentuan dalam pasal 1 ayat (2), pegawai-pegawai catatan sipil luar biasa, sepanjang mereka tidak ditugaskan dalam fungsi yang sama mengenai golongan Eropa, demikian pula para perantara, berkewajiban sebelum menerima jabatan mereka, di hadapan Kepala Pemerintahan Daerah atau di hadapan pegawai yang ditunjuk untuk itu, menurut cara agama mereka untuk mengucapkan sumpah atau janji sebagai berikut:

"Saya bersumpah (berjanji), bahwa saya akan menunaikan jabatan saya sebagai ... secara jujur dan rajin, dan bahwa saya akan mentaati dengan saksama

peraturan-peraturan Perundang-undangan, tentang catatan sipil. (S. 1920-69.)

(2) Tentang pengambilan sumpah ini dibuat berita acara.

Pasal 6.

(1) (s.d.u. dg. S. 1, 907-205 pasal 3 jo. S. 1919-816.) Kepala-kepala Pemerintahan Daerah akan mengirimkan kepada Pegawai penuntut umum pada raad van justitie, untuk diletakkan dan disimpan pada kepaniteraan majelis tersebut, salinan-salinan keputusan-keputusan dan berita-berita acara pengambilan sumpah, tersebut dalam Pasal 5, beserta tanda tangan pegawai dan pegawai luar biasa, dan para perantara, dengan kekecualian tanda tangan pegawai dan pegawai luar biasa yang juga pegawai luar biasa catatan sipil untuk golongan Eropa.

(2) Salinan keputusan-keputusan dan berita-berita acara pengambilan sumpah para perantara biasa dan luar biasa tersebut dalam pasal 3, demikian pula tanda tangan mereka juga akan dikirimkan kepada pegawai catatan sipil biasa. Pengiriman salinan berita-berita acara pengambilan sumpah dan tanda tangan tidak dilakukan, bila pengambilan sumpah atau penandatanganan telah dilakukan di

hadapan seorang yang menjalankan tugas-tugas pegawai catatan sipil, dalam kedudukan demikian atau yang lain

Pasal 7.

(3)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 8.

Ada empat daftar catatan sipil yang diselenggarakan secara terpisah yaitu-.

10. daftar tentang kelahiran yang terdiri dari :

a. daftar pokok, yang disediakan untuk pencatatan semua kelahiran, yang dilaporkan kepada pegawai catatan sipil, tanpa dilakukan pengakuan;

b. daftar tambahan, Yang disediakan untuk pencatatan semua akta yang dikirimkan oleh para perantara catatan sipil mengenai laporan tentang kelahiran yang berdasarkan pasal 3 dilakukan kepada mereka;

c. daftar tambahan, yang disediakan untuk pencatatan semua pengakuan, kecuali yang telah dilakukan pada laporan kelahiran atau pelaksanaan perkawinan;

d. daftar tambahan, yang disediakan untuk pencatatan kelahiran, di mana dilakukan juga pengakuan, dan akta-akta lainnya yang menurut undang-undang harus dicatatkan dalam daftar

kelahiran;

20. daftar tentang izin perkawinan, disediakan untuk pencatatan izin-izin sedemikian untuk perkawinan seperti yang diberikan oleh para orang tua, kakek-nenek, Para wali atau balai-balai harta peninggalan yang diberikan di hadapan pegawai catatan sipil;

30. daftar tentang perkawinan dan perceraian, disediakan untuk pencatatan semua perkawinan dan pengakuan-pengakuan yang

dilakukan bersama itu, dan tentang semua perceraian perkawinan, demikian pula mengenai akta-akta pembubaran perkawinan dengan keputusan pengadilan setelah pisah meja dan ranjang;

40. daftar tentang kematian yang terdiri dari:

a. daftar pokok, Yang disediakan untuk pencatatan semua

kematian, yang laporannya dilakukan kepada pegawai catatan sipil;

b. daftar tambahan, Yang disediakan untuk pencatatan semua akta kematian yang dikirimkan oleh perantara-perantara catatan sipil Yang laporannya dilakukan kepada mereka berdasarkan pasal 3;

c. daftar tambahan, yang disediakan untuk pencatatan semua akta lain, yang menurut undang-undang harus dicatatkan dalam

daftar kematian;

Pasal 9.

(1) Semua daftar catatan sipil, kecuali yang disediakan untuk izin perkawinan, diadakan dalam rangkap dua. (BS. 7.)

(2) Daftar-daftar itu diberikan oleh negara secara cuma-cuma kepada pegawai-pegawai catatan sipil. Dengan kekecualian daftar-daftar yang disebut dalam pasal 8 butir 10 d, 30, dan 40 c, semua itu dilengkapi dengan akta-akta blanko tercetak yang model-modeinya ditetapkan oleh Directeur van Justitie (kini Menteri Kehakiman), dan blanko akta-akta itu diisi dan ditambah oleh pegawai-pegawai catatan sipil sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan ini. (3) (s.d. u. dg. S. 1932-539.) Pengiriman daftar-daftar itu kepada

pegawai-pegawai catatan sipil dilakukan tiap tahun oleh Kepala-kepala Pemerintahan Daerah, dengan perantaraan hakim-hakim karesidenan yang dimaksud dalam pasal 10, kecuali bila kepala-kepala pemerintahan sendiri ataupun pegawai-pegawai yang

(4)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

disebut dalam ketentuan itu, ataupun bila pengiriman itu dilakukan secara langsung.

(4) Pengiriman itu dilakukan pada saat Yang sedemikian rupa hingga daftar-daftar itu dapat diterima oleh pegawai-pegawai catatan sipil sebelum tanggal 1 Januari tahun yang baru. (BS. Chin. 35) (5) Pedoman daftar-daftar lanjutan pada waktu-waktu di antara itu

dilakukan dengan cara yang sama seperti yang ditentukan dalam ayat (3).

Pasal 10.

(S.d.u. dg. S. 1924-558; S. 1930-221.)

(1) Lembar pertama dan terakhir dari daftar-daftar Yang diberi nomor urut ditandatangani oleh hakim karesidenan di tempat kedudukan pegawai catatan sipil itu, sedangkan semua lembar selebihnya diparaf olehnya.

(2) Bila di tempat itu tidak ada hakim karesidenan, ataupun fungsi-fungsi pegawai catatan sipil dan hakim karesidenan setempat dilaksanakan oleh pejabat yang sama, maka penandatanganan dan pemarafan termaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Kepala

Pemerintahan Daerah ataupun oleh pegawai dikantornya yang ditunjuk olehnya, yang dalam resortnya, di mana daftar-daftar itu digunakan, tidak menjabat fungsi-fungsi pegawai atau pegawai luar biasa catatan sipil. (BS. 8.)

11. Dianggap tidak tertulis karena tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang.

Pasal 12.

(1) Akta-akta itu dicatat dalam daftar-daftar secara berurutan tanpa membiarkan satu ruangan kosong terbuka antara dua akta.

(2) Apa yang sekiranya pada pembuatan akta di dalamnya dicoret, ditulis di antaranya atau dipinggir, harus disetujui, dan

seperti aktanya sendiri, ditandatangani; tidak boleh ada sesuatu dinyatakan dengan singkatan atau dengan angka-angka.

(3) Setelah penyelesaian akta di dalamnya tidak boleh diadakan perubahan apa pun, kecuali sebagai akibat suatu keputusan pengaditan yang dimaksudkan untuk itu yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti. (BS. 9.)

Pasal 13.

Pegawai-pegawai catatan sipil dalam akta-akta yang harus mereka buat, tidak boleh menyebutkan baik dalam tubuh akta itu, maupun sebagai catatan pinggir atau sebagai sisipan, hal-hal di luar apa yang harus diterangkan oleh pihak-pihak yang menghadap sesuai; dengan undang-undang. (BS. 10.)

Pasal 14.

(1) (s. d. t. dg. S. 1932-539.) Pada akta-akta catatan sipil harus dinyatakan tahun, bulan dan hari pencatatannya, demikian pula nama keluarga, nama kecil, umur, pekerjaan dan tempat tinggal, baik dari pihak-pihak yang menghadap maupun dari saksi-saksi. Pada akta perkawinan di samping itu harus disebutkan juga hari dari minggu itu, serta jamnya dilaksanakan perkawinan. (BS. 11.) (2) (s.d. u. dg. S. 1937-595, mb. 1-1-1939.) Dalam akta-akta

(5)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 15.

(1) Dalam segala hal di mana pihak-pihak yang berkepentingan tidak diwajibkan untuk menghadap sendiri, mereka dapat mewakilkan kepada seorang kuasa, yang khusus ditunjuk untuk perbuatan itu dengan akta otentik.

(2) Akan tetapi pemberian kuasa itu dapat dilakukan di bawah tangan, tertulis di atas kertas yang tidak bermeterai, bila rumab

tinggal pemberi kuasa terletak lebih dari sepuluh pal dari rumah notaris yang terdekat; akan tetapi dalam hal itu surat pemberian kuasa itu harus ditandatangani oleh pegawai Eropa sebagai tanda telah diketahui. (BS. 12.)

(3) Perwakilan seperti yang dimaksud dalam ayat (1) tidak diperkenankan untuk datang di muka para perantara.

Pasal 16.

(1) (s.d.u. dg. S. 1907-205 pasal 3jo. S. 1919-816; S. 1932-42.) Saksi-saksi yang dipergunakan dalam akta catatan sipil, dipilih oleh mereka yang berkepentingan dan hendaknya diutamakan dari penduduk golongan Eropa atau golongan Tionghoa; mereka harus penduduk Indonesia, dan telah mencapai umur dua puluh satu tahun penuh.

(2) Juga sanak keluarga diperkenankan menjadi saksi.

(3) Bila saksi-saksi termasuk golongan Indonesia atau yang

dipersamakan dengan itu dan tidak dikenal oleh pegawai catatan sipil, pegawai itu dapat meminta agar wewenang saksi itu

diperkuat oleh keterangan dari ketua rukun wilayah, atau dari kepala kampung tempat saksi itu bertempat tinggal. (BS. 3.)

Pasal 17.

(1) Pegawai-pegawai catatan sipil membacakan di hadapan pihak-pihak yang datang beserta para saksi, akta-aktanya dan menerangkan di dalamnya bahwa formalitas itu telah dipenuhi.

(2) Ayat ini dianggap tidak tertulis karena tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang.

(3) tiap-tiap akta harus ditandatangani oleh pegawai catatan sipil, pihak-pihak yang menghadap, saksi-saksi dan bila digunakan juru bahasa seperti yang dimaksud dalam ayat yang lain, oleh juru bahasa itu. Bila seorang atau lebih dari para pihak atau saksi, ataujuru bahasa tidak dapat menandatangani, dalam akta itu harus disebutkan tentang sebab halangan itu. (BS. 14.)

Pasal 18.

Pada waktu kedatangan sebuah kapal Indonesia atau kapal lain di suatu tempat di Indonesia di mana ada syahbandar atau pegawai lain yang diangkat untuk itu, ia berkewajiban untuk menanyakan kepada nakhoda atau penguasa kapal, apakah ia ada kiriman atau laporan-laporan yang harus disampaikan yang berkenaan dengan catatan sipit, dan bila demikian halnya, diusahakan agar hal itu dilakukan. (BS. 16.)

Pasal 19.

(1) Daftar-daftar harus ditutup oleh pegawai catatan sipit pada akhir tahun.

(2) Salah satu dari daftar-daftar yang dibuat dalam rangkap dua, di Jawa dan Madura dalam waktu satu bulan setelah itu, dan di

daerah seberang dalam waktu dua bulan kemudian, dengan

(6)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

tertulis dipindahkan untuk disimpan pada kepaniteraan raad van justitie, sedangkan yang lain dari rangkap dua itu tetap di kantor pegawai catatan sipil dalam simpanannya. (BS. 17.) (3) Di tempat-tempat di mana kepaniteraan raad van justitie dan

kantor pegawai catatan sipil berada dalam satu gedung, maka daftar-daftar yang masuk di kepaniteraan sesuai dengan yang dimaksud dalam ayat (2) segera setelah dibuat berita acaranya seperti dimaksud dalam pasal 48, dipindahkan ke tempat

penyimpanan lain di luar gedung itu yang akan ditunjuk oleh Kepala Pemerintahan Daerah.

Pasal 20.

(1) Daftar-daftar izin perkawinan harus dipindahkan dengan cara yang sama ke kepaniteraan raad van justitie.

(2) Akan tetapi bila hal itu merupakan izin perkawinan yang pada waktu pemindahan belum dilaksanakan, daftar-daftar ini tetap berada dalam kantor pegawai catatan sipil sampai pelaksanaan perkawinannya, akan tetapi tidak boleh ditahan lebih lama dari satu tahun setelah penutupan daftar itu. (BS. 18.)

Pasal 21.

Bila pada akhir tahun dalam suatu daftar tidak ada akta yang

dicatatkan, namun daftar demikian itu harus ditutup dan dikirimkan dengan menyebutkan keadaan itu, dengan cara seperti yang ditentukan dalam dua pasal yang lain. (BS. 19.)

Pasal 22.

(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dari ketiga pasal yang lain, daftar-daftar catatan sipil tanpa perintah hakim tidak boleh dipindahkan.

(2) Bila hakim memerintahkan pemindahan daftar-daftar yang sedang berjalan, pegawai catatan sipil berkewajiban segera meminta daftar-daftar lanjutan, setelah penerimaan surat perintah itu. (BS. 20.)

Pasal 23.

(1) (s.d.u. dg. S. 1930-221.) Setelah pegawai catatan sipil

menerima daftar-daftar lanjutan yang telah disahkan dengan tanda tangan dan diparaf menurut pasal 10, maka ia harus menutup

daftar-daftar yang diperintahkan untuk dipindahkan, dengan

menyebutkan alasan mengapa penutupan itu dilakukan sebelum akhir tahun, dan kemudian segera memenuhi perintah pengadilan.

(2) Daftar-daftar lanjutan itu dalam segala hal selalu harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan daftar-daftar yang

dilanjutkannya, dan penutupannya harus juga dilakukan pada akhir tahun, seakan-akan hanya ada satu daftar. (BS. 21.)

Pasal 24.

Bila perkara yang memerlukan daftar-daftar itu telah selesai, maka daftar-daftar itu harus dipindahkan ke tempat-tempat penyimpanan yang ditunjuk dalam pasal 10 dan 20. (BS. 22.)

Pasal 25.

(7)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

waktunya meminta daftar-daftar lanjutan yang disahkan dengan tanda tangan dan diparaf sesuai dengan pasal 10.

(2) Ayat (2) pasal 23 juga berlaku terhadap daftar-daftar lanjutan ini. (BS. 23.)

Pasal 26.

Pemberian kuasa dan surat-surat lain, yang diminta pada akta-akta catatan sipil, tetap dilekatkan pada daftar-daftar yang harus dipindahkan kepada kepaniteraan raad van justitie. (BS. 24.)

Pasal 27.

(1) Setiap orang berwenang untuk minta diberi petikan-petikan dari daftar-daftar serta salinan surat-surat kuasa dan surat-surat lain yang dilekatkan pada akta-akta. Petikan-petikan itu harus dipercaya, bila sesuai dengan daftar-daftar, sampai pada saat kepalsuannya dinyatakan baik melalui penuntutan pidana, maupun melalui cara yang diatur dalam ketentuan-ketentuan

perundangundangan hukum acara perdata. Legalisasi tanda tangan juru simpan daftar-daftar catatan sipil, atas surat-surat yang diberikan olehnya sebagai pegawai catatan sipil, bila hal ini diharuskan atau diminta oleh orang yang berkepentingan,

dilakukan oteh ketua raad van justitie atau oleh hakim yang menggantikannya.

(2) Di daerah-daerah luar Jawa dan Madura di mana tidak terdapat suatu raad van justitie, legalisasi itu dapat dilakukan oleh Kepala Pemerintahan Daerah. (Berdasarkan S. 1938-370io. 264 oleh residen; BS. 25.)

Dengan S. 1937-595, mb. I Jan. 1939, di belakang ayat (2) pasal 27 ditambahkan ayat (3), (4) dan (5), yang berbunyi:

(3) Dari akta-akta kelahiran oleh para juru simpan hanya diberikan petikan sesuai dengan ayat yang berikut, kecuali bila yang

meminta dengan tegas mengharap petikan dari daftar seperti yang dimaksud dalam ayat terakhir pasal 28.

(4) Petikan yang dimaksud dalam ayat yang lalu menyebutkan: tahun dan hari kelahiran, beserta tempat kelahiran, jenis kelamin, nama keturunan dan nama kecil, beserta nama keturunan dan nama kecil ayah dan ibu; satu dan lain seperti yang ternyata dari akta itu atau dari keterangan-keterangan pinggir. Petikan itu harus menyatakan bahwa hal itu sesuai dengan keadaan pada waktu dikeluarkannya.

(5) Dalam tiap-tiap petikan yang dikeluarkan dalam bentuk apa pun, penyebutan nama keturunan dan nama kecil dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan dalam daftar.

Dengan S. 1933-327jo. 338 pada pasal 27 ditambahkan ayat berikut sebagai ayat ke-3; ayat ini tidak harus dianggap sebagai diganti oleh ayat baru ke-3 tersebut di atas, melainkan sebagai menjadi ayat ke-6:

(6) Salinan-salinan dan petikan-petikan dari surat-surat kuasa dan lain-lain yang dilekatkan pada akta-akta yang dikeluarkan untuk kepentingan dinas umum adalah bebas dari meterai.

Pasal 28.

(1) Bila pada pinggir suatu akta yang telah dicatatkan harus

diadakan penyebutan akta lain yang berhubungan dengan catatan sipil, hal itu dilakukan oleh pegawai catatan sipil dalam

(8)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

di.lam daftar yang dipindahkan ke kepaniteraan.

(2) Catatan-catatan ini ditandatangani oleh pegawai catatan sipil atau oleh panitera dengan menyebutkan hari pembuatan itu. (3) Pengurusan untuk keseragaman pencatatan ditugaskan kepada

pegawai penuntut umum pada raad van justitie yang kepadanya oleh pegawai catatan sipit atau panitera raad van justitie dikirimkan salinan secara akta demi akta, di Jawa dan Madura dalam sepuluh hari setelah penandatanganan, dan daerahdaerah seberang secepat-cepatnya.

(4) (s.d.u. dg. S. 1937-595.) Tidak ada petikan dari daftar-daftar catatan sipil boleh dikeluarkan, kecuali bila hal itu

ditambahkan dengan catatan-catatan yang ada pada pinggir akta itu; segala sesuatunya dengan tidak mengurangi apa yang

ditentukan dalam ayat (4) pasal yang lain. (BS. 26.)

Pasal 29.

(1) Setiap orang dapat membuktikan baik dengan saksi-saksi ataupun dengan surat surat bahwa daftar-daftar catatan sipil tidak pernah ada, atau telah hilang, ataupun bahwa suatu akta yang telah dicatatkan tidak ada.

(2) Dalam hal pemalsuan, pengubahan, penyobekan, pemusnahan atau penggelapan suatu akta catatan sipil, putusan hakim yang

menyatakan adanya kejahatan, mempunyai kekuatan yang diberikan kepada perkara-perkara pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti oleh Kitab Undang-undang Hukum Perdata, terhadap perkara perkara perdata. (BS. 27.)

Pasal 30.

Akta-akta catatan sipil dan catatan-catatan, yang harus dimasukkan dalam daftar-daftar, dicatatkan tanpa biaya. (BS. 31; BS. Chin. 42.)

Pasal 31.

(s.d.u. dg. S. 1923-345; S. 1932-539; S. 1933-327, 338; S. 1937-595; S. 1941-293.)

(1) Untuk pengeluaran petikan dari daftar-daftar catatan sipil, terutang bea f 4,50.

(2) Petikan dari daftar-daftar catatan sipil diberikan secara cuma-cuma:

a. untuk kepentingan dinas umum;

b. kepada orang-orang yang tidak mampu, asalkan ketidakmampuan itu ternyata dari suatu surat keterangan, yang di daerah-daerali seberang diberikan oleh kepala pemerintahan setempat dan di Jawa dan Madura oleh asisten residen, atau oleh

pegawai Eropa yang ditunjuk untuk memberikan keterangan-keterangan demikian dan tentang ketidakmampuan itu disebut dalam surat-surat itu. (BS. 33; Zeg. 31, 11-611.)

Pasal 32.

(1) (s.d.u. dg. S. 1924-558; S. 1932-539.) Di Jakarta, Jatinegara, Tangerang, Bogor, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Padang, Palembang, Medan, Pontianak, dan Ujungpandang pada tiap-tiap hari Rabu dan Kamis, dan di lain-lain tempat tiap-tiap hari Rabu dari jam sembilan pagi sampai jam tiga sore diberikan kesempatan untuk melaksanakan perkawinan secara cuma-cuma. (BS. 33a.)

(9)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

perkawinan pada hari atau jam yang tidak ditentukan untuk pelaksanaan perkawinan secara cuma-cuma, harus dibayar sesuai dengan tarif berikut di bawah ini:

untuk pelaksanaan perkawinan pada hari Sabtu f 200,-

pada hari Senin f 75,-

pada tiap-tiap hari lain, yang menurut ayat yang lalu tidak ditentukan untuk pelaksanaan perkawinan secara cuma-cuma, demikian pula pada hari yang pelaksanaan perkawinannya benar dilakukan secara cuma-cuma, akan tetapi pada jam yang tidak ditentukan untuk itu f 200,-.

Pasal 33.

(1) (s.d.u. dg. S. 1932-539.) Untuk tiap tiap pelaksanaan perkawinan diluar gedung tempat pembuatan akta-akta catatan sipil, di luar apa yang menurut ayat yang lain dapat diminta, terhutang jumiah f 25,-.

(2) (s.d.u. dg. S. 1925-435.) Akan tetapi bila dari suatu keterangan dari kepala pemerintahan setempat atau dari pegawai Eropa yang ditunjuk oleh kepala pemerintahan setempat untuk memberikan keterangan demikian, ternyata ketidak mampuan yang dimaksud dalam ayat yang lain para pihak, pelaksanaan perkawinan di luar gedung tempat pembuatan akta catatan sipil, juga secara cuma-cuma.(BS. 33b.)

Pasal 33a.

(s.d.t. dg. S.1932-539.)

(1) Pegawai catatan sipil atau pun penggantinya memperhitungkan biaya menurut Reglemen Perjalanan Umum. (S 1921-422) yaitu sesuai dengan apa yang dalam peraturan itu ditentukan untuk perjalanan-perjalanan dinas (di mana perlu termasuk di dalamnya uang harian dan uang makan), biaya-biaya yang harus diganti kepadanya, bila dia untuk pelaksanaan perkawinan harus

meninggalkan gedung, tempat pembuatan akta-akta catatan sipil, akan tetapi dengan pengertian bahwa penggantian itu terhutang, dengan tidak mengingat berapa jauh dari gedung termaksud

pelaksanaan perkawinan itu dilakukan.

(2) Biaya-biaya termaksud dalam ayat yang lalu menjadi beban para pihak, yang bila hal itu diminta, berkewajiban untuk membayar di muka.

(3) Akan tetapi, bila dengan cara yang ditentukan dalam pasal 33, ternyata ketidak-mampuan para pihak itu, biaya-biaya itu

dibebankan kepada negara.

Pasal 33b.

(s.d.t. dg. S. 1932-539.)

(1) Dalam hal penolakan atau kelalaian untuk memenuhi uang yang berdasarkan pasal yang lalu terhutang kepada catatan sipil, ataupun atas kehendak para pihak kepada siapa hal itu diminta, pegawai catatan sipil itu menyerahkan perhitungannya untuk dianggarkan kepada hakim karesidenan.

(2) Bila orang yang menjadi pegawai catatan sipil juga orang yang menjadi hakim karesidenan, perhitungan itu diserahkan untuk dianggarkan kepada ketua raad van justitie.

(3) Hakim membuat anggarannya berdasarkan perhitungan itu dan disertai surat perintah untuk pelaksanaan.

(10)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

(5) Bila biaya-biaya itu dibebankan kepada negara, maka pengiriman dan penanganan selanjutnya dari perhitungan biaya perjalanan pegawai catatan sipil dilakukan berdasarkan Reglemen Perjalanan Umum. (S. 1921-422.) (Lihat S. 1934-211, 212; 1936-666, 1937-364, 1939-269.)

Pasal 33C.

(s.d.t. S. 1932-539; s.d.u. dg. S. 1933-327, 338.)

(1) Dalam hal suatu pelaksanaan perkawinan berdasarkan apa yang ditentukan dalam pasal-pasal 32 dan 33 terhutang bea-bea, jumlah itu disetorkan pada kas negara.

(2) Pegawai catatan sipil tidak akan melaksanakan perkawinan, sebelum kepadanya diperlihatkan bahwa beanya telah dilunasi, bukti mana dilekatkan olehnya pada akta perkawinan bersangkutan. (3) Pegawai catatan sipil yang melaksanakan perkawinan sebelum

biaya-biaya itu dibayar, harus bertangung jawab atas pembayaran biaya itu.

Bagian 2. Akta-akta Dari Para Perantara Catatan Sipil.

Pasal 34.

Dari laporan yang dilakukan berdasarkan pasal 3 oleh para perantara catatan sipil dibuat akta-aktanya dengan mengisi ruang-ruang kosong pada formulir-formulir yang dicetak untuk itu sesuai dengan maksud yang tertera di samping. Namun oleh mereka tidak boleh dibuat akta-akta yang menyangkut diri mereka sendiri, istri mereka, orang tua mereka atau anak-anak mereka. (BS. 5; S. 1918-31.)

Pasal 35.

(1) Formulir-formulir yang dimaksud dalam pasal yang lain yang dalam reglemen ini ditetapkan model-modelnya diberi nomor urut, dan dijilid menjadi buku-buku berisi seratus lembar. Selanjutnya kepada tiap-tiap formulir dilampirkan bukti blanko tercetak dari laporan yang dilakukan sesuai dengan model-model yang disertakan peraturan ini, bukti mana harus mempunyai nomor yang sama dengan formulirnya di mana la termasuk di dalamnya, setelah pembuatan aktanya diisi oleh perantara itu, ditandatangani dan diserahkan kepada pelapor atau salah satu dari Para pelapor.

(2) Buku-buku dengan formulir-formulir diberikan secara cuma-cuma kepada perantara-perantara melalui pegawai catatan sipil yang bersangkutan setelah mereka memberikan parafnya pada tiap-tiap formulir. (BS. Chin. 9, 46.)

Pasal 36.

(1) Perantara-perantara itu berkewajiban untuk menggunakan formulir-formulir menurut nomor urut untuk pengisiannya, dan mengirimkan formulirformulir yang telah diisi dengan tercatat melalui pos atau - bila tidak ada hubungan pos - dengan cara yang ditentukan oleh Kepala Pemerintahan Daerah, dikirimkan kepada pegawai

catatan sipil.

(2) Pengiriman itu di Jawa dan Madura dilakukan setiap minggu sekali pada hari yang ditentukan oleh Kepala Pemerintahan Daerah.

(3) Di luar Jawa dan Madura hal itu dilakukan pada waktu-waktu yang akan ditentukan oleh Kepala Pemerintahan Daerah.

Pasal 37.

(11)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

atau bahasa Indonesia dengan huruf Latin. (BS. Chin. 4.)

Pasal 38.

(1) Dalam bagian formulir yang harus diisi tidak boleh ada ruang-ruang yang dibiarkan kosong.

(2) Ayat (2) pasal 12 berlaku di sini.

(3) Setelah penyelesaian akta-akta, tidak diperbolehkan mengadakan perubahan-perubahan di dalamnya.

Pasal 39.

(1) Para perantara tidak diperbolehkan menyebutkan dalam ruang-ruang formulir yang harus diisi atau dengan cara catatan pinggir, apa pun di luar yang menurut maksud yang sudah ditentukan harus dimuat.

(2) Ayat (2) pasal 14 berlaku di sini.

40. (Dihapus dg. S. 1937-595, mb. 1 Jan. 1939.)

Pasal 41.

(s.d.u. dg. S. 1937-595.) Akta-akta harus ditandatangani oleh Para perantara dan pelapor.

Pasal 42.

untuk pembuatan akta-akta dan bukti-bukti tentang laporan-laporan yang telah dilakukan, yang dimaksud dalam bagian ini, bagi orang-orang yang berkepentingan tidak terhutang biaya-biaya. (BS. Chin. 30; S. 1918-31.)

Pasal 43.

(1) Para perantara berkewajiban untuk pada waktunya meminta buku-buku baru dengan formulir-formulirnya sehingga pada mereka selalu tersedia formulir-formulir dengan cukup.

(2) Juga tanpa adanya permintaan pegawai catatan sipil akan mengirimkan buku-buku baru dengan formulir-formulir kepada perantara-perantara bila dia anggap perlu.

Pasal 44.

(1) Akta-akta yang dikirimkan oleh Para perantara sesuai dengan pasal 36 kepada pegawai catatan sipil, olehnya segera setelah penerimaannya dicatatkan dalam daftar yang disediakan untuk itu dalam bahasa Belanda menurut nomor urut yang diterima.

(2) Akta-akta yang dengan demikian dibuat oleh pegawai-pegawai catatan sipil hanya ditandatangani oleh mereka.

Bagian 3. Tanggung Jawab Para Pegawai Catatan Sipil Dan Juru Simpan Lain

Serta Para Perantara

Pasal 45.

Pegawai catatan sipil dan juru simpan lain, masing-masing sesuai bidangnya, bertanggung jawab atas penyelenggaraan yang benar dan penyimpanan daftar-daftar, Para perantara catatan sipil untuk

(12)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ganti rugi kepada orang-orang tersebut di atas. (BS. 28; KUHP 557a, 558a.)

Alinea ke-2 dicabut dengan S. 1919-356.

Pasal 46.

Pegawai-pegawai pada pemerintahan dalam negeri yang untuk itu

ditunjuk oleh Kepala Pemerintaban Daerah di Jawa dan Madura paling sedikit satu kali dalam tiga bulan dan di tempat-tempat lain pada waktu yang ditentukan oleh kepala-kepala itu, meminta agar oleh perantara-perantara catatan sipil yang diangkat dalam resort mereka diperlihatkan buku-buku dengan formulir-formulir yang dimaksud dalam pasal 35, dan menyebutkan dalam berita acara yang harus dibuat

rangkap dua, nomor-nomor dan tanggal-tanggal dari akta-akta yang telah dibuat nomor dari formulir pertama yang tidak terisi dan keadaan buku-buku itu. Sebuah dari berita acara ini dikirimkan kepada pegawai catatan sipil dan yang lain kepada pegawai penuntut umum pada raad van justitie bersangkutan.

Pasal 47.

Bila pada akta-akta yang diterima oleh pegawai catatan sipil

berdasarkan pasal 36 terdapat kekurangan satu atau dua nomor, bila akta-akta itu dibuat tidak menurut urutan nomornya, bila hal itu tidak dikirimkan dengan cara yang diperintahkan dalam peraturan atau bila akta-akta itu diterima olehnya pada waktu yang sedemikian yang menuwukkan bahwa hal itu tidak dikirimkan pada waktu yang ditentukan dalam pasal tersebut, maka dia segera membuat berita acara mengenai hal ini, yang disampaikannya kepada pegawai penuntut umum pada raad van justitie bersangkutan.

Pasal 48.

(1) Pegawai penuntut umum pada raad van justitie berkewajiban untuk memeriksa daftar-daftar yang dipindahkan kepada kepaniteraan dan surat-surat yang dilampirkan padanya, dan membuat berita acara mengenai pendapatnya, dalam enam bulan pertama dari tiap-tiap tahun. Dia berwenang untuk melihat dalam daftar-daftar rangkap duanya yang tidak disimpan pada kepaniteraan, namun tanpa boleh memindahkan atau menyuruh memindahkannya.

(2) Pemeriksaan ini tidak mengenai dipenuhi atau tidaknya perintah-perintah dari pasal 36.

(3) Salinan-salinan otentik berita acara yang dimaksud dalam pasal ini dan kedua pasal yang lalu dalam delapan hari setelah

pembuatannya dikirimkan oleh para pembuat berita acara itu kepada Jaksa Agung pada Hooggerechtshof. (BS. 29.)

Pasal 49.

Panitera-panitera pada raad van justitie berkewajiban untuk

memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Pemerintahan Daerah tiap keterangan yang menyatakan bahwa seorang perantara bersalah melakukan kejahatan atau pelanggaran yang bersangkutan dengan akta-akta yang dimaksud dalam bagian yang lain.

Bagian 4. Akta Kelahiran

Pasal 50.

(13)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

(BS. 37.)

a. kepada pegawai catatan sipil dari tempat kelahiran, bila kelahiran itu terjadi pada jarak sepuluh pal atau kurang dari seputuh pal dari kantor pegawai itu;

b. kepada pegawai catatan sipil dari tempat kelahiran itu atau kepada salah seorang dari perantara resort itu, bila

kelahiran itu terjadi pada jarak lebih dari sepuluh pal dari kantor termaksud.

(2) Dalam hal ini disamakan dengan hari Minggu, Tahun Baru Eropa dan Tahun Baru Cina menurut perhitungan gaya lama, selanjutnya Hari Paskah kedua dan Hari Pantekosta, kedua Hari Natal, Hari

Kenaikan Isa Almasih, hari-hari Pesta Cina Bulan Pumama Pertama (Cap Go Meh), Hari Pesta Kuburan (Ceng Bing), Pesta Kapal Liong (Pe Cun) dan pesta untuk para roh tanpa keluarga (Cio Ko),

demikian pula hari kelahiran Raja, hari kelahiran Konghucu dan tanggal 10 Oktober. (BS. Chin. 73.)

(3) Bila tempat kelahiran dipisahkan oleh laut atau ada pada jarak lebih dari sepuluh pal baik dari kantor pegawai catatan sipil yang dimaksud dalam ayat pertama maupun dari tempat kedudukan salah seorang perantara dalam resortnya, laporan itu dapat dilakukan kemudian.

Pasal 51.

Bila terjadi gangguan perhubungan antara tempat kelahiran dalam hal tersebut dalam pasal 50 ayat (1) huruf a yang lain, dengan kantor pegawai catatan sipil atau dalam hal tersebut dalam huruf b pasal itu, dengan tempat kedudukan perantara yang bertempat tinggal terdekat, sehingga laporan tidak mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang ditentukan kepada pegawai itu atau perantaranya, maka jangka waktu itu dihitung mulai berjalan sejak saat pulihnya perhubungan itu.

Pasal 52.

(1) Pegawai itu atau perantaranya akan membuat akta mengenai laporan itu, meskipun jangka waktu yang ditentukan untuk itu telah

habis.

(2) (s.d.u. dg. S. 1937-595.) Namun bila setelah kelahiran itu telah lampau dua bulan, tidak peduli apakah untuk itu ada ketentuan tertentu mengenai jangka waktu, laporan itu hanya dapat dilakukan dengan kuasa dari pegawai penuntut umum dari raad van justitie.

(3) Pegawai atau perantara berwenang untuk, sebelum membuat aktanya, pergi ke tempat kelahiran, dan minta agar anak itu diperlihatkan kepadanya. (BS. 37.)

Pasal 53.

(s.d.u. dg. S. 1926-513.)

(1) Laporan kelahiran seorang anak harus dilakukan oleh ayahnya, atau bila tidak ada atau berhalangan, oleh dokternya, tabib, ahli kebidanan, bidan atau orang-orang lain yang hadir pada waktu kelahiran, atau ibu itu melahirkan di luar rumahnya, oleh pemilik rumah tempat lahirnya anak itu.

(14)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 54.

Akta kelahiran yang dibuat oleh pegawai catatan sipil memuat: (BS. 40.)

10. tahun, bulan, hari, jam dan tempat kelahiran;

20. jenis kelamin anak itu, hari, nama-nama kecil yang diberikan kepadanya;

30. nama keturunan, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal orang tuanya;

40. (s.d.u. dg. S. 1937-595.) nama keturunan, nama-nama kecil, umur, pekerjaan dan tempat tinggal pelapor.

Pasal 55.

Bila anak itu lahir di luar perkawinan, nama ayahnya tidak boleh disebut dalam akta yang dibuat oleh pegawai atau perantara kecuali bila ia mengakui anak itu, baik sendiri ataupun oleh yang dikuasakan yang khusus diangkat untuk itu dengan akta otentik, namun dalam hal itu laporan itu tidak dapat diterima oleh seorang perantara. (BS. 41.)

Pasal 56.

(1) (s.d.u. dg. S. 1918-356.) Laporan anak luar kawin yang ibunya termasuk golongan bangsa Indonesia atau yang disamakan dengan itu - kecuali bila ia wanita Tionghoa yang terhadapnya berlaku

ketentuan-ketentuan ordonansi 29 Maret 1917 (S. 1917-130) - tidak boleh diterima oleh perantara, dan oleh pegawai catatan sipil hanya bila ibunya tidak kawin, anak demikian itu mempunyai ayah Tionghoa, dan laporan itu dilakukan olehnya bersamaan dengan pengakuan anak itu.

(2) Laporan ini dapat dilakukan pada setiap umur anak itu, namun demikian dalam hal apa pun hal ini tidak boleh dilakukan

bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam pasal 282 alinea pertama, 283 dan 284 alinea pertama Kitab Undang-undang Hukum Perdata. (BS. 42.)

Pasal 57.

(1) Pegawai catatan sipil berkewajiban untuk memberitahukan dalam dua puluh empat jam kepada balai harta peninggalan, dalam daerah tempat mereka berkedudukan, tiap laporan kelahiran anak luar kawin dan tiap pengakuan yang dicatatkan dalam daftar demikian pula dalam hal-hal pengakuan, untuk memberitahukan apakah

ayahnya atau ibunya yang melakukan pengakuan itu belum atau sudah cukup umur, dan apakah pengakuan yang dilakukan oleh ayahnya terjadi sesudah atau sebelum ibunya meninggal dunia. (2) Bila laporan itu atau pengakuan itu diketahui oleh pegawai pada

hari Minggu atau pada salah satu dari hari-hari yang disamakan dengan yang dimaksud dalam pasal 50 ayat (2) atau pada hari yang mendahului hari itu, maka pemberitahuan dapat dilakukan pada hari kerja pertama berikutnya. (BS. 42a.)

Pasal 58.

(15)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

yang ada di kapal.

(2) Pencatatan ini dilakukan menurut formulir tertentu yang

disampaikan oleh syahbandar atau pegawai lain yarg ditugaskan untuk itu, bersama-sama dengan daftar anak buah kapal, kepada nakhoda atau penguasa kapal. (BS 46.)

Pasal 59.

(1) Dalam pelabuhan pertama yang disinggahi oleh kapal itu, bila pelabuhan itu terletak di Indonesia, nakhoda atau penguasa kapal berkewajiban untuk menyerahkan dua petikan dari buku harian

kapal, yang berisi catatan kelahiran, kepada kepala pemerintahan setempat. (S. 1931-168: Di daerah gubememen Jawa dan Madura, asisten residen.)

(2) (s.d.u. dg. S. 1924-558.) Pegawai itu menyebutkan hari

penyerahan itu pada bagian bawah petikan-petikan itu dan setelah hal itu dilegalisasi, menyimpan yang satu dalam arsipnya dan mengirimkan yang lain untuk dicatatkan dalam daftar kepada pegawai catatan sipil di tempat tinggal ayahnya, atau ibunya bila ayahnya tidak diketahui. (BS. 47.)

(3) (s.d.t. dg. S. 1937-595, m.b. 1-1-1939.) Bila ayahnya, atau bila dia tidak dikenal, ibunya tidak diketahui tempat

tinggainya, petikan kedua harus dikirimkan kepada pegawai catatan sipil di Jakarta yang menyalinnya dalam daftar-daftar yang sedang berjalan.

Pasal 60.

(1) Bila kapal itu terpaksa masuk pelabuhan, baik pelabuhan di

Nederland ataupun pelabuhan di salah satu daerah seberang lautan dari kerajaan di luar Indonesia, petikan-petikan yang tersebut di atas dikirimkan, dalam hal pertama kepada departemen daerah Seberang Lautan, dan dalam hal terakhir kepada kepala

pemerintahan Nederland di daerah seberang lautan.

(2) Bila kapal itu terpaksa masuk pelabuhan asing, pengiriman itu dilakukan kepada konsul di pelabuhan itu atau yang bertempat kedudukan di tempat yang terdekat.

(3) Dalam pada itu, nakhoda atau penguasa kapal tetap berkewajiban pada waktu kapal itu kembali di Indonesia, untuk bertindak seperti yang ditentukan dalam ayat (1) pasal yang lain. (BS. 48.)

Pasal 61.

(s.d.u. dg. S. 1924-558.) Bila pada suatu perjalanan di laut dari orang tua yang penduduk Indonesia dilahirkan seorang anak di atas kapal Belanda yang kemudian singgah pada pelabuhan Indonesia, maka dari pihak Gubernur Jenderal dikirimkan salinan kedua dari petikan dari buku harian kapal yang dikirimkan kepadanya berdasarkan pasal 36 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Belanda, yang olehnya atau atas perintahnya telah dilegalisasi untuk dicatatkan dalam daftar-daftar kepada pegawai catatan sipil dari tempat tinggal ayah anak itu atau ibunya bila ayahnya tidak dikenal. (BS. 49.)

Pasal 62.

(s.d.u. dg. S. 1924-558.)

(16)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

kapal dan bila hal itu tidak demikian, oleh penguasa kapal pada tempat pertama yang disinggahi oleh kapal itu.

Bila tempat itu terletak tidak lebih jauh dari sepuluh pal dari kantor pegawai catatan sipil, laporan itu dilakukan para pegawai itu, bila tidak demikian, kepadanya atau kepada seorang

perantara dalam resortnya.

(2) Pegawai catatan sipil yang menerima laporan itu, atau yang

kepadanya dikirimkan akta yang dibuat oleh perantara berdasarkan laporan itu, mengirimkan petikan dari daftar-daftar, yang memuat akta kelahiran itu, untuk dicatat kan, kepada pegawai catatan sipil tempat tinggal ayahnya atau ibunya bila ayahnya tidak diketahui.

(3) (s.d.t. dg. S. 1937-5.95, mb. 1-1-1939.) Dalam hal-hal yang diatur dalam pasal59 ayat (3), maka diikuti peraturan-peraturan yang diberikan di situ.

Pasal 63.

(1) (s.d.u. dg- S. 1924-558.) Bila kelahiran terjadi setelah mengalami kerusakan kapal, laporan dilakukan pada tempat di Indonesia yang pertama kali dicapai oleh para penumpang kapal yang rusak itu kepada pegawai catatan sipil yang berwenang atau perantaranya menurut pembedaan dalam pasal 62.

(2) Dalam hal ini berlaku ayat (2) pasal yang lalu.

Pasal 64.

(s.d.u. dg. 5. 1924-5,58.)

(1) Bila dilahirkan seorang anak di atas kapal Indonesia, yang ada di pelabuhan atau di tempat berlabuh di Indonesia, laporan kelahiran demikian dilakukan di darat kepada pegawai atau perantara catatan sipil yang berwenang yang dibedakan menurut pasal 50, kecuali ada kemungkinan kesulitan untuk meninggalkan kapat untuk melakukan laporan itu, dan dalam hal demikian harus diambil tindakan sesuai dengan yang ditentukan dalani pasal 58, 59, dan 60.

(2) Pegawai-pegawai atau perantara-perantara catatan sipil yang berwenang setempat yang menurut pembedaan yang diadakan dalam pasal 50 selanjutnya berkewajiban untuk, bila diminta, juga

menerima laporan dan membuat akta kelahiran yang terjadi di atas kapal lain daripada kapal Indonesia, sedangkan kapal-kapal itu berada dalam pelabuhan atau tempat berlabuh Indonesia.

Pasal 64a.

(s.d.t. dg. S. 1933-327jo. 338.) Petikan-petikan dari buku-buku harian kapal yang dimaksud dalam pasal 59 sampai dengan 64 adalah bebas dari meterai.

Pasal 65.

(s.d.u. dg. S. 1,9,77-595.) Bila pengakuan seorang anak luar kawin dilakukan di hadapan pegawai catatan sipil setelah pembuatan akta kelahirannya, pegawai ini akan membuat akta dan selanjutnya

bertindak sesuai dengan yang diatur dalam pasal 281 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. (BS. 53.)

Pasal 65a.

(17)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

suatu keputusan hakim kepalsuan suatu pengakuan terhadap seorang anak menjadi terbukti, panitera pengadilan Eropa atau Indonesia yang telah memberi keputusan itu, dalam satu bulan setelah keputusan itu mendapat kekuatan hukum yang pasti, berkewajiban untuk mengirimkan sebuah salinan kepada pegawai catatan sipil yang daftar-daftarnya memuat pencatatan kelahiran itu, dan dalam hal akta yang memuat pengakuan yang telah dilakukan di hadapan pegawai catatan sipil lain, juga kepada pegawai itu. Dari keputusan hakim sejauh yang berhubungah dengan pengakuan, mereka mengadakan catatan pada pinggir akta kelahiran dan pada akta yang memuat dilakukannya pengakuan itu.

Pasal 66.

(1) Bila telah dilakukan pengesahan seorang anak luar kawin, baik karena perkawinan para orang tuanya yang menyusul maupun oleh surat-surat pengesahan yang diberikan berdasarkan pasal 274 atau 275 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, atas permohonan orang-orang yang berkepentingan dalam pengesahan itu, hal itu akan disebutkan pada pinggir akta kelahiran itu.

(2) Keputusan pemberian surat-surat pengesahan akan disalin dalam buku daftar yang berjalan mengenai perkawinan dan perceraian dari tempat tinggal orang yang atas permohonannya telah

diberikan surat-surat itu, dan dicatat tanggal dan nomor

pembukuannya dalam catatan pinggir yang dimaksud dalam ayat (1). (BS. 53a.)

Bagian 5. Akta Izin Perkawinan, Perkawinan, Perceraian Dan Pembubaran Perkawinan Setelah Pisah Meja Dan Ranjang

Pasal 67.

(1) Akta izin dari orang tua, dari kakek-nenek, atau dari wali-wali atau balai harta peninggalan, yang dibuat oleh pegawai catatan sipil, harus dibukukan dalam daftar izin untuk kawin menurut urutan hari bulannya.

(2) Dengan tidak mengurangi persyaratan-persyaratan umum yang

diharuskan oleh reglemen ini kepada isi dari akta-akta catatan sipil, maka akta izin kawin memuat:

10. nama keturunan, nama sendiri, umur, pekerjaan dan tempat tinggal calon suami-istri;

20. hubungan para pihak yang hadir memberikan izin.

(3) Pegawai catatan sipit berwenang untuk meminta, agar identitas pihak-pihak yang menghadap diterangkan oleh dua orang saksi yang dikenalnya. ia menyebutkan keterangan ini dalam akta. (BS. 59a)

Pasal 68.

Setelah pada pegawai catatan sipil diberikan keterangan para pihak, sebagaimana disebut pada pasal 80 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pegawai akan menerangkan bahwa mereka diikat dalam perkawinan

seorang dengan yang lain, dan tentang itu segera dibuat akta dalam daftar yang ditentukan untuk itu. (BS. 60)

Pasal 69.

Akta perkawinan menyebutkan: (BS.61.)

(18)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

20. apakah mereka dewasa atau di bawah umur;

30. nama keturunan, nama sendiri, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua mereka;

40. izin dari para orang tua mereka, dari kakek-nenek mereka atau dari para wall dan balai harta peninggalan, atau izin dari hakim, bila hal itu diminta;

50. penengahan dari hakim, sekiranya hal itu telah terjadi; 60. dispensasi-dispensasi yang diberikan;

70. pernyataan dari para pihak untuk saling mengikat diri sebagai suami-istri dan pernyataan hubungan perkawinan mereka oleh pegawai umum;

80. pengakuan anak luar kawin, bila hal itu terjadi;

90. nama keturunan, nama sendiri, umur, pekerjaan dan tempat tinggal para saksi, demikian juga deraiat kekeluargaan karena hubungan darah atau semenda, yang sekiranya ada antara mereka dan para pihak;

100. izin yang dipersyaratkan untuk melakukan perkawinan bagi para perwira militer yang berpangkat lebih rendah.

(s.d.t. dg. S. 1928-546.) Bila hal ini mengenai perkawinan orang-orang yang kawin kembali setelah perkawinan mereka yang terdahulu putus, maka akta perkawinan itu harus mencantumkan pula hari, tanggal dan tempat pelaksanaan perkawinan mereka yang terdahulu.

Pasal 70.

Bila suatu perkawinan dilaksanakan dengan kuasa, atau dilaksanakan dalam sebuah rumah yang khusus, hal itu disebutkan dengan tegas dalam aktanya. (BS. 62.)

Pasal 71.

(s.d.u. dg. S- 1924-558.). Penyalinan akta-akta perkawinan yang dilangsungkan di luar negeri sesuai dengan ketentuan-ketentuan pasal 83 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, harus dilakukan dalam daftar yang sedang berjalan di tempat tinggal suami-istri. (BS. 63.)

Pasal 72

(1) Akta pencatatan suatu perceraian perkawinan dan pembubaran perkawinan setelah pisah meja dan ranjang memuat: (BS. 64; S. 1946-24 pasal 2, 3.)

10. nama keturunan, nama sendiri, pekerjaan dan tempat tinggal suami-istri, dengan penyebutan siapa dari mereka yang minta pencatatan itu;

20. penyebutan keputusan hakim yang menetapkan perceraian

perkawinan atau pembubaran perkawinan setelah pisah meja dan ranjang, yang salinannya tetap disematkan pada daftar;

30. Penyebutan surat keterangan panitera yang bertujuan untuk membuktikan bahwa terhadap keputusan itu tidak ada lagi upaya hukum yang sah.

(2) Akta itu dicatatkan dalam daftar perkawinan menurut hari dan bulannya, dan di samping itu pihak yang telah memperoleh

(19)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Bagian 6. Akta Kematian

Pasal 73.

(s.d.u. dg. S. 1923-458.)

(1) Laporan kematian dilakukan paling lambat tiga hari setelah hari kematian, hari minggu dan hari-hari yang disamakan dengan itu tidak dihitung:

a. kepada pegawai catatan sipil di tempat di mana orang itu meninggal dunia bila kematian itu terjadi pada tempat yang berjarak kurang dari sepuluh pal dari kantor pegawai itu; b. kepada pegawai catatan sipil di tempat di mana orang itu

meninggal dunia atau kepada salah seorang perantara dalam resort itu, bila meninggalnya terjadi pada jarak lebih dari sepuluh pal dari kantor termaksud.

(s.d.u. dg. S. 1937-595.) Pegawai tersebut atau perantaranya atas keterangan pelapor membuat akta kematiannya. Barang siapa saja berwenang untuk melakukan laporan bila ia mengetahui

sendiri tentang kematian itu.

Ayat (2) pasal 50 peraturan ini berlaku di sini.

(2) Bila tempat kematian terpisah oleh laut atau terletak lebih dari sepuluh pal baik dari kantor pegawai catatan sipil yang dimaksud dalam ayat (1) maupun dari tempat, di mana salah seorang

perantara bertempat kedudukan dalam resortnya, laporan itu dapat juga dilakukan kemudian, asalkan paling lambat pada hari keenam puluh setelah terjadinya kematian itu.

Pasal 74.

(s.d.u. dg. S. 1924-5,58.) Bila ternyata bahwa yang meninggal dunia itu mempunyai tempat tinggal di tempat lain, pegawai catatan sipil yang menerima atau yang kepadanya dikirimkan akta yang dibuat oleh perantara mengenai hal itu, menyampaikan petikan dari daftar yang memuat akta kematian itu kepada pegawai catatan sipil dari tempat tinggal yang terakhir yang diketahui dari yang meninggal dunia itu agar di sana dicatatkan juga dalam daftar-daftar.

Pasal 74a.

(s.d.t. dg. S. 1923-458; s.d.u. dg. S. 1926-513; S. 1937-595.)

Yang berkewajiban untuk melakukan laporan kematian, dengan tidak mengurangi kewajiban dan persyaratan wewenang yang ditentukan pada pasal 73 ayat (1) ialah:

a. semua anggota keluarga dari yang meninggal dunia yang dewasa dan bertempat tinggal serumah;

b. dalam hal tidak ada atau terhalangnya orang-orang seperti yang dimaksud dalam huruf a, dokternya yang telah menyatakan kematian itu;

c. dalam hal tidak ada atau terhalangnya orang-orang yang dimaksud pada huruf a dan b, para pembantu yang sudah dewasa dari yang meninggat dunia dan mereka yang bertempat tinggal bersama satu rumah atau satu pekarangan dengan yang meninggal dunia;

d. dalam hal kematian itu terjadi dalam hotel, rumah penginapan atau tempat demikian yang lain, maka pengurus rumah demikian juga berkewajiban untuk melaporkan;

(20)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 75.

(1) Akta-akta kematian yang harus dibuat oleh pegawai catatan sipil memuat: (BS. 67.)

10. nama keturunan, nama sendiri, umur, pekerjaan dan tempat tinggal dari yang meninggal dunia, beserta hari dan jam kematian;

20. nama keturunan dan nama sendiri dari istri atau suami yang meninggal dunia, bila yang meninggal dunia kawin, atau pernah kawin, dan bila yang meninggal dunia telah berkali-kali kawin, nama-nama keturunan dan nama sendiri dari suami-suami atau istri-istri dari yang meninggal dunia;

30. nama keturunan, nama sendiri, umur, pekerjaan dan tempat tinggat pelapor,

(2) Akta kematian itu juga harus memuat nama keturunan, nama sendiri, pekerjaan, tempat tinggal dan tempat kelahirannya orang tua dari yang meninggal dunia, sejauh hal itu dapat diketahui.

Pasal 76.

(1) Pegawai atau perantara-perantara catatan sipil tidak boleh membuat akta kematian dari seorang anak yang hidup tidak penuh tiga hari, kecuali bila baginya terbukti bahwa dari anak itu telah dibuatkan akta kelahiran.

(2) (s.d.u. dg. S. 1937-595.) Bila hal ini tidak ternyata, maka

perantara yang diberi laporan itu menunjukkan pelapor itu kepada pegawai catatan sipil untuk melakukan laporan itu, dan pegawai catatan sipil yang menerima laporan itu tidak diperkenankan

untuk menyatakan bahwa anak itu telah meninggal dunia, melainkan hanya menyatakan bahwa anak itu dilaporkan lahir tidak bernyawa. Pegawai catatan sipil dalam keadaan demikian yang meragukan

kebenaran laporan, dapat minta agar anak itu diperlihatkan kepadanya. Di samping itu dia menerima keterangan pelapor mengenai nama keturunan, nama sendiri, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua anak itu, dengan menyebutkan tahun dan bulan, hari dan jam kelahiran anak itu.

(3) Akta itu dicatatkan dalam daftar kematian sesuai dengan hari dan tanggalnya apakah anak itu dilahirkan hidup atau mati. (BS. 68.)

Pasal 77.

(1) Dalam jarak sepuluh pal dari kantor catatan sipil, atau dari tempat kedudukan perantara tidak boleh dilakukan pemakaman tanpa izin, yang bebas dari meterai dan cuma-cuma yang diberikan dalam hal pertama oleh pegawai catatan sipil dan dalam kedua oleh

perantara, setelah mereka, di mana mereka anggap perlu, telah meyakinkan diri tentang kematian itu.

(2) Kecuali dalam hal pemakaman yang lebih dini diizinkan atau diperintahkan oleh polisi, izin oleh pegawai atau perantara

catatan sipil tidak diberikan lebih dahulu sebelum dua belas jam setelah kematian. (BS. 69.)

(3) (s.d.t. dg. S. 1918-356.) Pelanggaran peraturan ayat (2) pasal ini yang dilakukan oleh pegawai catatan sipil, dapat dihukum dengan denda uang setinggi-tingginya seratus gulden. Peristiwa ini dianggap sebagai pelanggaran. (BS. 69; KUHP 557, 557a.)

Pasal 78.

(21)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

kedudukan seorang perantara, pemakaman dilakukan tanpa izin, akan tetapi tidak lebih cepat dari dua puluh empat jam setelah kematian, dan tidak boleh dilakukan kecuali dihadiri para saksi kepada siapa diperlihatkan mayatnya. (BS. 70.)

(2) Dalam hal yang dimaksud dalam pasal yang lalu, laporan tentang kematian hanya dapat dilakukan oleh orang yang sama yang hadir menadi saksi pada pemakaman, mengenai hal mana oleh pegawai catatan sipil disebutkan dalam akta yang dibuatnya.

Pasal 79.

(1) (s.d.u.dg. S. 1937-595.) Bila suatu kematian terjadi dalam rumah sakit umum atau militer, ataupun suatu jenasah diterimanya untuk dikuburkan dalam rumah sakit itu, kepala rumah sakit itu atau pengurusnya ataupun dokter yang melakukan tugas atau perwira kesehatan berkewajiban untuk melakukan laporan secara tertulis tentang hal itu kepada pegawai catatan sipil dalam waktu dua puluh empat jam, diatur menurut formulir tertentu, kepada

pegawai catatan sipit, yang menyalin laporan itu dengan segera, hanya akan menandatangani di atas daftar dan bertindak terhadap surat itu sesuai dengan apa yang ditentukan pada pasal 26.

(2) Dalam hal demikian tidak diperlukan izin pemakaman atau keterangan yang dimaksudkan untuk itu. (BS. 71.)

Pasal 80.

(1) Bila ada tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk kematian dengan kekerasan, atau ada keadaan-keadaan lain yang memberi alasan urituk persangkaan itu, pemakaman tidak boleh dilakukan sebelum jenasah itu diperiksa secara hukum. (BS. 72.)

(2) Dalam berita acara dari pemeriksaan jenasah itu sedapat-dapatnya disebutkan nama keturunan, nama sendiri, umur, tempat kelahiran, pekerjaan dan tempat tinggal yang meninggal dunia. (S.

1916-612.)

Pasal 81.

(1) (s.d.u. dg. S. 1937-595.) Pegawai yang membuat berita acara pemeriksan mayat berkewajiban untuk, segera setelah pemeriksaan itu melaporkan tentang apa saja yang diperlukan untuk membuat akta, kepada pegawai atau perantara catatan sipil yang berwenang menurut pembedaan berdasarkan pasal 73.

(2) Dalam hal ini berlaku pasal 74. (BS. 73.)

Pasal 82.

(1) Panitera pada pengadilan atau, dalam hal pelaksanaannya

dilakukan tanpa kehadirannya, pejabat atau pegawai yang ditunjuk untuk itu oleh penguasa yang karena atau atas perintahnya

pelaksanaan itu telah dilakukan, berkewajiban untuk dalam duapuluh empat jam setelah pelaksanaan suatu putusan hukuman mati melaporkan tentang kematian itu kepada pegawai atau perantara catatan sipil yang berwenang di tempat pelaksanaan putusan hukuman itu, dan memberitahukan semua petunjuk-petunjuk yang dipersyaratkan untuk dapat membuat aktanya, sesuai dengan pasal 75 atau pasal 34.

(2) Bila suatu kematian terjadi dalam rumah penjara atau lembaga lain semacam itu, maka para penjaga rumah penjara atau

penguasanya berkewajiban untuk melaporkan sedemikian juga. (3) Bila pelaksanaan putusan hukuman mati atau kematian yang

(22)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

satu dari hari-hari yang dimaksud dalam pasal 50 ayat (2) reglemen ini disamakan dengan itu atau pada hari sebelum itu, laporannya dapat dilakukan paling lambat pada hati kerja pertama berikutnya.

(4) Di sini berlaku juga pasal 75. (BS. 74.),

Pasal 83.

Dalam hal kematian dengan kekerasan, dalam pelaksanaan hukuman mati seorang terhukum, atau dalam hal kematian dalam rumah penjara, maka hal-ikhwal itu oleh pegawai atau perantara catatan sipil tidak akan disebutkan dalam akta.

Pasal 84.

(1) Bila suatu kematian terjadi pada perjalanan melalui laut di atas kapal Indonesia, maka akta kematiannya harus dicatatkan dalam buku harian kapal oleh nakhoda atau penguasa kapal itu dalam dua puluh empat jam, dengan dihadiri dua orang saksi yang ada si atas kapal.

(2) Terhadap pencatatan ini berlaku pasal 58 ayat (2). (BS. 76.)

Pasal 85.

Terhadap kematian-kematian yang dimaksud dalam pasal yang lain diikuti peraturan-peraturan yang tercantum pada pasal 59 dan 60 tentang akta-akta kelahiran, dengan pengertian bahwa apa yang ditentukan di situ berkenaan dengan tempat tinggal para orang tua anak itu, diterapkan terhadap tempat tinggal yang meninggal dunia. (BS. 77.)

Pasal 86.

(s.d.u. dg. S. 1924-5b8.) Bila pada perjalanan melalui laut seorang penduduk Indonesia meninggal di atas kapal Belanda, yang kemudian singgah di pelabuhan Indonesia, maka diperlakukan sesuai dengan pasal 61, dengan pengertian bahwa salinan yang kedua yang dimaksud di situ dikirimkan kepada pegawai catatan sipil dari tempat tinggal orang yang meninggal dunia. (BS. 78.)

Pasal 87.

(s.d. u. dg. S. 1924-558.) Bila suatu kematian terjadi selama perjalanan melalui laut di atas kapal Indonesia yang baik penguasa maupun perwira-perwiranya orang-orang Indonesia atau orang-orang timur asing, maka laporan kematian itu dilakukan di tempat pertama yang disinggahi oleh kapal itu di Indonesia. Bila tempat itu

terletak tidak lebih jauh dari sepuluh pal dari kantor seorarang pegawai catatan sipil, laporan itu dilakukan kepada pegawai itu, dalam keadaan lain kepadanya atau kepada seorang perantara dalam resortnya. (BS. 79.)

Pasal 88.

(s.d.u. dg. S. 1924-558.)

(1) Bila suatu kematian terjadi setelah dialami kecelakaan kapal, laporan kematian dapat dilakukan di tempat pertama di Indonesia yang dapat dicapai oleh para korban kecelakaan kapal itu, kepada pegawai catatan sipil atau perantara yang berwenang menurut

pembedaan yang diadakan dalam pasal 87.

(23)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 89.

(s.d.u. dg. S. 1924-558.)

(1) Bila suatu kematian terjadi di atas kapal Indonesia, yang

berlabuh di pelabuhan atau di tempat berlabuh di Indonesia, maka laporan kematian demikian dilakukan disana di darat kepada

pegawai atau perantara catatan sipil yang berwenang menurut pembedaan yang diadakan dalam pasal 73, kecuali bila tidak ada kemungkinan untuk meninggalkan kapal untuk melakukan laporan itu, yang dalam hal itu diambil tindakan seperti yang ditentukan dalam pasal 84 dan 85.

(2) Pegawai dan perantara catatan sipil yang berwenang di tempat itu menurut pembedaan yang diadakan dalam pasal 73, selanjutnya

berkewajiban, bila diminta untuk itu, juga menerima laporan dan membuat akta tentang kematian-kematian yang terjadi di atas kapal lain yang bukan kapal Indonesia, yang berlabuh di pelabuhan atau tempat berlabuh di Indonesia. (BS. 81.)

Pasal 89a.

(s.d.t. dg. S. 1933-327jo. 338.) Petikan dari buku-buku harian kapal, yang dimaksud dalam pasal 85 sampai dengan 89 adalah bebas dari meterai.

Pasal 90.

(s.d.u. dg. S. 1924-558.) Salinan akta kematian penduduk Indonesia yang meninggal dunia di atas kapal Belanda atau di Negeri Belanda, yang oleh pihak pemerintah dikirimkan kepada Gubernur Jenderal, dikirimkan atas perintah Gubernur Jenderal kepada pegawai catatan sipil dari tempat tinggal terakhir orang yang meninggal dunia, untuk dicatatkan dalam daftar-daftar yang berjalan. (BS. 82.)

Pasal 91.

(1) Pemberitahuan yang diharuskan pada alinea terakhir pasal 360 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dilakukan dalam dua puluh empat jam setelah laporan kematian atau bila laporan itu

dilakukan kepada perantara, setelah pencatatan akta yang dibuat oleh perantara ini ke dalam daftar kematian, dan demikian pula dalam waktu dua puluh empat jam setelah pelaksanaan perkawinan kedua dan selanjutnya.

(2) Bila laporan diketahui oleh pegawai, atau pelaksanaan perkawinan dilakukan pada hari Minggu atau pada salah satu hari yang

menurut apa yang ditentukan pada ayat (2) pasal 50 disamakan dengan itu, atau pada hari sebelum itu, pemberitahuan dilakukan paling lambat pada hari kerja pertama yang berikut. (BS. 83.)

Pasal 92.

Pencatatan di dalam daftar catatan sipil yang biasa tentang kematian anggota angkatan perang dalam perjalanan menuju medan perang dalam pertempuran, dalam perjalanan pasukan melalui laut, atau meninggal dunia dalam dinas negara di luar Indonesia, dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan khusus mengenai hal itu yang telah ada atau yang kemudian masih akan dikeluarkan. (BS. 84.)

Pasal 92a.

(s.d.t. dg. S. 1946-136.) Bila telah di buktikan bahwa

daftar-daftar kematian tidak pernah ada, bahwa hal itu telah hilang, bahwa suatu akta yang telah dicatatkan tidak ada, atau bahwa keadaan

(24)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

dibuktikan baik dengan saksi-saksi ataupun dengan surat-surat.

Bagian 7. Perubahan Nama Keluarga

Pasal 93.

(s.d.u.dg. S 1924-558.) Tak seorang pun dapat mengubah nama keluarga atau menambahkan nama keluarga pada namanya tanpa izin dari raad van justitie dari tempat tinggalnya, yang diberikan atas permohonan

untuk itu. (KUHPerd. 11.).

Pasal 94.

(s.d.u. dg, S. 1926-558.) Bila raad van justitie mengizinkan perubahan nama atau penambahan nama keluarga, putusan itu harus disampaikan kepada pegawai catatan sipil dari tempat kelahiran pemohon, dan pegawai itu mencatatkan hal itu dalam daftar yang berjalan dan membuat catatan tentang hal itu pada pinggir akta kelahirannya. (KUHPerd. 12.)

Bagi 8. Perbaikan Akta Catatan Sipil Dan Penambahannya

Pasal 95.

(s.d.u. dg. S. 1924-558.) Bila tidak pernah ada daftar-daftar atau daftar-daftar itu hilang, dipalsukan, dirubah, disobek, dimusnahkan, digelapkan atau dibuat cacad, bila ada akta yang hilang, atau bila dalam akta yang dicatatkan terdapat kekhilafan-kekhilafan,

pernyataan atau kekeliruan lainnya, maka hal itu memberi alasan untuk menambah atau memperbaiki daftar-daftar itu.

Pasal 96.

(1) Permohonan untuk itu hanya dapat diajukan kepada raad van justitie, yang di dalam daerah hukumnya daftar-daftar itu

diselenggarakan atau seharusnya diselenggarakan, pengadilan mana memberi putusan dalam hal itu, bila ada alasan-alasan setelah mendengar pihak-pihak yang berkepentingan, dengan tidak

mengurangi hak untuk naik banding.

(2) (s.d.u. dg. S. 1918-356.) Dalam hal tidak ada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan, maka pegawai penuntut umum pada raad van justitie berwenang karena jabatan untuk minta dilengkapinya akta-akta yang tidak ada atau ditambah atau diperbaiki, laporan-laporan kematian yang tidak lengkap atau tidak benar dalam

daftar-daftar catatan sipil. (KUHPerd. 14.)

Pasal 97.

putusan itu hanya berlaku terhadap pihak-pihak yang mengajukan

permohonan, atau yang dipanggil pada kesempatan itu. (KUHPerd. 17.)

Pasal 98.

(25)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Ketentuan-ketentuan Penutup.

Pasal 99.

(s.d.u. dg. S. 1918-356.) Pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan- ketentuan dalam pasal 77 dan 78 peraturan ini, yang

dilakukan oleh orang-orang khusus, dihukum dengan denda uang paling tinggi seratus gulden. Peristiwa-peristiwa ini dianggap sebagai pelanggaran.

Pasal 99a.

(s.d.t. dg. S. 1924-5,58.) Anak-anak yang berada dalam keadaan seperti yang dimaksud dalam pasal 18 dari ketentuan-ketentuan

tentang hukum perdata dan hukum dagang untuk golongan Tionghoa (S. 1917-129 yang terakhir diubah dengan S. 1924-557.), tidak dianggap sebagai anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan. Pegawai catatan sipil akan menerima keadaan bahwa ayah yang melaporkan anaknya merupakan bukti yang cukup bahwa dia terang-terangan memperlakukannya sebagai anaknya.

Pasal 100.

(s.d.u.dg. S. 1924-558.) Gubernur Jenderal berwenang untuk

menentukan, bahwa di bagian-bagian Indonesia tidak perlu dilakukan laporan tentang kelahiran atau kematian yang terjadi dalam kelompok-kelompok golongan Tionghoa tertentu.

Pasal 101.

(s.d.u. dg. S. 1924-558.) Bila tentang suatu kelahiran atau

kematian tidak dilakukan laporan menurut pasal yang lain, ataupun karena kelahiran atau kematian itu terjadi di bagian Indonesia di mana peraturan penyelenggaraan daftar catatan sipil belum berlaku, sedangkan masing-masing orang tua anak itu atau yang meninggal dunia mempunyai tempat tinggal mereka di bagian di mana peraturan ini

telah berlaku, maka tentang penerapan pasal 95 dan selanjutnya

dianggap akta kelahiran atau akta kematian tidak ada pada daftar di tempat terjadinya kelahiran dan kematian itu.

Pasal 102.

Referensi

Dokumen terkait

Aspek kedua yang menjadi indikator kurangnya kepuasan kerja karyawan pada Perusahaan X adalah pengembangan diri, dari hasil wawancara dijelaskan bahwa pengembangan

Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 28 Oktober 2020

kalangan ulama tafsir sunni menyatakan bahwa Allah SWT hanya membenarkan dua cara dalam penyaluran nafsu seksual. Pertama, melalui pasangan yang dinikahi tanpa

• Proses produksi yoghurt di CV. Cita Nasional terdiri dari penerimaan bahan baku, pendinginan awal, pencampuran bahan tambahan, agitasi, pemanasan, homogenisasi,

Sebelum kegiatan PPL dimulai, mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan observasi di sekolah tempat PPL akan dilaksanakan. kegiatan observasi bertujuan untuk mengenal

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul ”Aplikasi Steganografi

Cocodiesel adalah biodiesel yang dibuat dengan mereaksikan minyak kelapa (gugus trigliserida) dengan metanol (alkohol) yang merupakan reaksi metanolisis dan menggunakan katalis

Adapun pengangkatan anak (adopsi) menurut ukum adat, maka dalam pengangkatan anak terdapat banyak sistem yang berlaku tergantung epada hukum adat set em pat