• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Persiapan dalam Negosiasi tahap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tahap Persiapan dalam Negosiasi tahap "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Ujian Akhir Semester Negosiasi dan Diplomasi Reza Akbar Felayati 071311233075

Tahap Persiapan dalam Negosiasi

Sebagai sebuah jantung di dalam diplomasi, negosiasi menjadi sebuah proses yang vital di dalamnya karena melalui proses negosiasi lah, diplomasi yang menentukan tercapainya kepentingan suatu pihak terjadi. Negosiasi yang terdiri dari tahap persiapan, pembangunan, pengumpulan informasi, tawar-menawar, persetujuan, hinga tahap implementasi atas kesepakatan dan perjanjian yang telah dibuat harus dilakukan secara runtut atau tersistematis. Ini menjadikan seorang diplomat perlu menguasai proses negosiasi mulai dari tahap persiapan, strategi apa yang harus digunakan, bahkan hingga bagaimana kita mengatur sikap Setiap tahap harus dilakukan dengan maksimal agar mampu mencapai kepentingan yang merupakan tujuan utama dilakukannya negosiasi. Salah satu pondasi negosiasi yang berupa tahap persiapan negosiasi haruslah dipahami secara sempurna. Dalam bernegosiasi, negosiator memerlukan tahapan – tahapan dari persiapan hingga perundingan apa yang akan menjadi langkah – langkah dalam melakukan negosiasi.

Dalam tahap persiapan negosiasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penentuan planning atau rencana (Djelantik, 2008). Planning atau perencanaan menjadi penting dalam negosiasi karena apabila tidak mempersiapkan perencanaan dengan baik, dapat menyebabkan kegagalan dalam bernegosiasi. Persiapan yang baik akan membawa pada keberhasilan negosiasi. Selain itu menentukan tujuan awal juga sangat vital di dalam proses persiapan negosiasi. Seorang negosiator harus memfokuskan diri pada tujuan apa yang ingin dicapai dalam negosiasi dan mencari cara terbaik guna mencapai tujuan tersebut. Menurut Roy (2003: 43), tujuan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu substantive goal (uang, barang atau yang lebih spesifik), intangible goal (menjadi pemenang, memberi saran dan tidak merugi dalam negosiasi) dan procedural goal (mempercepat negosiasi). Tujuan atau goal harus jelas dan tepat sasaran. Tujuan merupakan sesuatu yang spesifik dan fokus. Tujuan umumnya bersifat nyata (tangible). Tujuan yang dibuat seringkali mengalami konflik dengan tujuan dari pihak lain, dan inilah yang nanti akan diselesaikan di dalam proses negosiasi (Djelantik, 2008).

(2)

bertikai serta mengumpulkan informasi begitu juga dengan menjalin hubungan dan komunikasi yang baik serta menyeimbangkan hubungan kekuasaan yang timpang (Roy, 2003).

Dalam tahap persiapan pun, terdapat langkah – langkah yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam rangka perencanaan. Dalam perencanaan, negosiator harus mengetahui isu – isu yang ada. Dengan mengetahui isu – isu yang ada dan terjadi diantara pihak yang bertikai, negosiator dapat mementukan langkah selanjutnya. Selain itu, negosiator mengurutkan isu dari yang penting hingga tidak penting, serta mengetahui kepentingan di balik isu yang ada. Yang keempat, negosiator dituntut untuk mengathui dengan jelas batasan dan alternatif lain juka negosiasi tidak berjalan dengan baik. Kelima, menentukan dan menekankan kepentingan (interest) yang ingin dicapai. Keenam yaitu menentukan kepabilitas dihadapan lawan, dan mengetahui kapabilitas mereka pula serta yang terkhir adalah merencanakan negosiasi dengan baik (Djelantik, 2008).

Sedangkan Dalam artikel “Negotiation: Strategy and Planning” oleh Roy J. Lewichi (2003), dipaparkan beberapa tahap dalam persiapan negosiasi. Langkah pertama menurut Lewichi adalah memahami permasalahan yang akan dinegosiasikan, sehingga dapat mengetahui jenis dan sifat negosiasi yang akan dilakukan. negosiasi akan bersifat distributif Jika isu yang dinegosiasikan adalah tunggal, sedangkan negosiasi akan bersifat integratif jika bernegosiasi mengenai isu lebih dari satu. Melalui analisis kemungkinan, pengumpulan informasi, serta dengan berkonsultasi kepada ahli di bidang isu tersebut, negosiator dapat memahami dan mendalami isu yang akan dinegosiasikan (Lewichi et.al, 2003: 97).

Yang kedua adalah menentukan definisi kepentingan sebagai tujuan utama negosiasi. Kepentingan merupakan hal yang vital karena kepentingan adalah yang mendasari terjadinya negosiasi. Adalah kepentingan pihak – pihak yang ikut pula mendorong terjadinya negosiasi agar kedua belah pihak dapat mencapai kepentingan mereka. Menurut Lewichi (2003), kepentingan dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu dari sudut pandang substantif, process-based, dan relationship-based : “Interest maybe, Substantive, that is, directly related to the focal issues under negotiations; process-based, that is, related to how the negotiators behave as they negotiate; relationship-based,that is, tied to the current or desired future relationship between the parties”. Seorang negosiator harus melakukan analisis terhadap kepentingan pihak lawan untuk menentukan strategi yang akan digunakan (Lewichi et.al, 2003: 99).

(3)

Selanjutnya adalah mengatur target dan bagaimana melakukan pembukaan dalam tawar-menawar. Target dalam konteks ini didefinisikan oleh Lewichi (2003) sebagai: “Targets may not be as firm and rigid as resistance points of alternatives; one might be able to set a general range or a class of several outcomes that would be equally acceptable”. Sementara penentuan pencapaian solusi yang ideal akan dikaukan di dalam pembukaan dalam tawar-menawar, sehingga seorang negosiator yang ingn mencapai kepentingannya harus merencanakannya sebaik mungkin, karena jelas akan mempengaruhi kemungkinan untuk memenangkan negosiasi. Dengan mengatur target dan melakukan pembukaan dalam tawar menawar, diharapkan negosiator dapat mempersiapkan proses negosiasi selanjutnya (Lewichi et.al, 2003: 99).

Menganalisa kapabilitas pihak lawan pun penting untuk dilakukan oleh seorang negosiator. Langkah ini menjadi penting sebab faktanya, negosiator akan mengumpulkan informasi tentang lawan negosiasi untuk mengetahui posisi lawan. Negosiator akan mencari tahu tentang lawan dalam hal isu, strategi tawar-menawar yang akan digunakan, kepentingan dan kebutuhan, titik resistensi dan alternatif, target, gaya negosiasi dan reputasi, pihak yang mendukungnya, struktur sosial, serta kewenangan dalam pembuatan perjanjian. Dengan begitu maka negosiator dapat memperkirakan strategi dan taktik apa yang akan digunakan lawan (Lewichi et.al, 2003: 104). Selain itu, dengan mengetahui kepabilitas lawan, negosiator akan dapat memperkirakan langkah dan alternatif apa saja yang akan diambil oleh pihak negosiator. Kemudian tahap terakhir adalah mengetahui peraturan – peraturan yang ada dalam negosiasi, sebab peraturan menandakan sekaligus bertindak sebagai sarana agenda yang harus diikuti negosiator, begitu pula dengan informasi – informasi seperti tempat dan waktu negosiasi, alternatif yang memungkinkan untuk diambil ketika menghadapi kegagalan negosiasi tanpa melanggar aturan, cara mentaati komitmen terhadap keputusan yang telah ditetapkan, serta mengetahui indikator keberhasilan sebuah perjanjian yang nantinya dihasilkan.

(4)

logic of ruthless force, and we believe that all the countries of the world stand with us in this regard.” Abbas mengatakan bahwa pendudukan Israel lah yang dikutuk oleh Palestina, bukan negara Israel itu sendiri. Disini Abbas sebagai negosiator telah mengetahui isu – isu yang akan dibahas mengenai pendudukan Israel di Palestina serta posisi yang akan diambil oleh Palestina. Kepentingan yang dibawa oleh Palestina dan Israel pun sudah jelas terlihat, di mana kepentingan terbesar Palestina adalah penghentian pendudukan israel serta mengembalikan wilayah yang telah diambil Israel dan pengakuan kemerdekaan Palestina. Israel di sisi lain membawa kepentingan untuk memperbesar wilayah mereka, dan menganggap bahwa wilayah Palestina adalah bagian dari Israel, serta menganggap Palestina tidak pernah menjadi negara merdeka. Alternatif yang dibawa oleh kedua belah juga telah terlihat. setelah kegagalan Palestina dalam negosiasi di dalam Dewan keamanan PBB, Palestina berencana membawa masalah ini ke International Court of Criminal (ICC). Sebagai alternatif, Palestina berencana menandatangani Statuta Roma dan secara resmi bergabung menjadi bagian dari ICC. Ini dilakukan untuk mencapai kepentingan Palestina yaitu kemerdekaan dan pembebasan dari pendudukan Israel. Palestina sebagai pihak negosiator pun telah menganalisa pihak lawan, yaitu Israel. Israel yang merupakan negara sekutu dari Amerika Serikat membuat Palestina membuat gerakan mendekati negara – negara kuat Eropa, dan hasilnya adalah dukungan dari Uni Eropa, Prancis dan Rusia atas Palestina (Manggala, 2014). Sedangkan Israel sendiri telah menggandeng negara Australia beserta Amerika Serikat sebagai sekutunya agar kepentingan mereka dapat dipertahankan.

Dari sini dapat dilihat bahwa tahap persiapan dalam sebuah proses negosiasi adalah tahap yang sangat vital. Dapat dikatakan bahwa di dalam tahap inilah tingkat keberhasilan sebuah negosiasi dibangun. Dengan tahap persiapan yang matang, negosiasi dapat dilakukan dengan lancar dan memiliki kesempatan dan tingkat keberhasilan yang tinggi, dan begitu pula sebaliknya. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan di dalam proses negosiasi, seperti memahami permasalahan yang akan dinegosiasikan, menentukan definisi kepentingan sebagai tujuan utama negosiasi, mengetahui batas dan menentukan berbagai alternatif, mengatur target dan bagaimana melakukan pembukaan dalam tawar-menawar dan menganalisa kapabilitas pihak lawan. Tahap – tahap yang telah ditentukan itu pun seharusnya dilakukan secara keseluruhan, karena tahap – tahap tersebut sejatinya membangun pondasi awal dari proses negosiasi yang sukses. Layaknya membangun sebuah rumah, batu bata yang disusun harus sedemikian rupa tanpa boleh ada bagian yang terlewat, agar rumah tidak roboh.

(5)

Referensi:

Djelantik, S (2008) Diplomasi: Antara Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu

Lazareva, I (2014) ‘What failed Palestinian UN statehood bid means’ The Telegraph, 30 Desember 2014

Lewicki, Roy J. et al. 2003. Negotiation: Exercise, Reading, and Cases, New York: McGraw-Hill, ch. 4.

Manggala, Y (2014) ‘Resolusi Gagal, Presiden Palestina Segera Gabung ICC’ Republika, 1 Januari 2015

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, pada Gambar 7.2(b) menunjukan untuk RGB adalah 2298 atau 2.99% dengan hasil secara keseluruhan ditunjukan oleh Gambar 7.1, dimana peningkatan yang signifikan

TYPE OF REIMBURSABLE EXPENSES UNIT BREAKDOWN OF QUANTITY QUANTITY TOTAL UNIT COST (IDR) AMOUNT (IDR) UNIT COST (IDR) AMOUNT (IDR) Remarks. ORIGINAL CONTRACT

Hasil uji statistik uji beda selisih intensitas nyeri antara massage counterpressure pa- da kelompok perlakuan dengan perawatan standar pada kelompok kontrol menun- jukkan

Sementara itu motif atau makna alih kode (alih bahasa) dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Sunda, meliputi: 1) Merasa janggal (ganjil) tidak berbahasa Sunda dengan orang

Untuk operasional kegiatan peran dan fungsi TKPK provinsi, maka tim teknis TKPK Provinsi telah melakukan fasilitasi, koordinasi dan pengendalian terhadap TKPK Provinsi dan

Selain untuk mendapatkan visual style yang tepat, proses ini menjadi penting untuk membawa animasi keluar dalam dikotomi 2D-3D.Gaya coretan pensil (doodle) dipilih sebab sangat

Dari hasil hutang tersebut digunakan para petani tambak untuk membeli benih dan juga pakan ikan, karena para petani harus memberi makan ikan dengan pakan ikan buatan

Rescyana Putri Hutami (2012) Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaaan Industri Manufaktur Yang Tercatat