• Tidak ada hasil yang ditemukan

LanduseSim sebagai aplikasi pemodelan da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LanduseSim sebagai aplikasi pemodelan da"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -69

LanduseSim sebagai aplikasi pemodelan dan simulasi spasial

perubahan penggunaan lahan berbasis Sistem Informasi Geografis

dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

Nursakti Adhi PRATOMOATMOJO

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS; Indonesia nursaktiadhi@gmail.com, www.pratomoatmojo.com

ABSTRAK

Perencanaan wilayah dan kota dewasa ini tidak lepas dari pemanfaatan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis), khususnya ketika digunakan dalam proses penyusunan dokumen rencana tata ruang yang melibatkan proses membuat, mengelola, memvisualisasikan dan menganalisis data-data spasial. Namun hingga saat ini masih terdapat celah (gap) cukup besar dalam proses penyusunan tersebut, dikarenakan adanya tuntutan dalam membuat rencana penggunaan lahan (land use) yang logis, sistematis, terstruktur dan memiliki landasan keilmuwan yang cukup. Ketidakmampuan perencana dalam meramalkan perubahan dinamika wilayah menjadi batasan/kendala yang sering dialami oleh para perencana. Dikarenakan terkendala cara, metoda dan alat, pada akhirnya perencana lebih menekankan pada pendekatan intuitif pada saat pengusulan rencana pola ruang. Namun berkat kemajuan teknologi, batasan tersebut mulai dapat diatasi dengan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu memprediksi dan simulasi spasial.

Dalam paper ini menunjukkan serta menjelaskan LanduseSim sebagai software (perangkat lunak) spatial planning model mampu memberikan kontrol dan solusi kepada perencana untuk mendapatkan informasi Land Use Change (perubahan penggunaan lahan)di masa yang akan datang akibat dari suatu alternatif perencanaan. Kemampuan LanduseSim dalam memprediksi secara trend maupun mensimulasikan skenario perencanaan (melibatkan rencana struktur, rencana pola ruang, dan kebijakan pola ruang yang diadopsi menjadi skenario perencanaan) mempermudah perencana dalam mengkreasikan skenario perencanaan spasial serta mengevaluasi secara cepat (rapid assessment) untuk menentukan skenario perencanaan terbaik. Selain itu, kemampuan LanduseSim

yang dapat meningkatkan keterlibatan ahli GIS dalam proses perencanaan untuk dapat terlibat lebih dalam pada bagian perencanaan (planning part). Dengan dimilikinya kemampuan untuk mengakomodasi pendekatan perencanaan spasial baik Top-Down dan/atau Bottom-up, LanduseSim

menjadi daya tarik bagi perencana tata ruang maupun para peneliti spasial dalam berkeksplorasi dan bereksperimen untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan perencanaan spasial yang membutuhkan mekanisme simulasi dengan keterlibatan data-data spasial SIG.

(2)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -70 PENDAHULUAN

Perkembangan dan pemanfaatan teknologi dalam praktek perencanaan wilayah dan kota di abad 21 ini telah memasuki era digital, dimana semakin maraknya penggunaan aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk mempermudah penyusunan rencana tata ruang. Salah satu teknologi yang semakin banyak digunakan dalam bidang perencanaan wilayah dan kota adalah SIG (Sistem Informasi Geografis).

Dalam implementasinya, SIG dalam penyusunan dokumen tata ruang telah digunakan diberbagai analisis untuk aspek-aspek yang dikaji, salah satunya adalah aspek rencana penggunaan lahan. Namun hingga saat ini masih terdapat gap pada mekanisme tersebut, terutama saat perencana melakukan penetapan rencana penggunaan lahan (land use) yang logis, tepat dan memiliki landasan keilmuwan yang cukup. Gap tersebut disebabkan karena ketidakmampuan perencana dalam meramalkan perubahan dinamika wilayah. Alhasil mekanisme instan sering dilalui, yaitu melakukan pendekatan intuitif dikarenakan terkendala cara, metoda dan alat. Namun berkat kemajuan teknologi, batasan tersebut mulai dapat diatasi dengan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu memprediksi dan simulasi spasial, terutama untuk melihat dinamika penggunaan lahan dalam perencanaan wilayah dan kota.

Rencana penggunaan lahan/pola ruang merupakan salah satu keluaran utama dalam proses penyusunan dokumen rencana tata ruang. Hal ini dikarenakan rencana pola ruang merupakan salah satu dasar utama yang dijadikan landasan dalam menurunkan kebijakan-kebijakan zonasi di masa yang akan datang. Namun pada umumnya perencana, khususnya di Indonesia tidak melakukan pendekatan analisis langsung terhadap penggunaan lahan, melainkan perencana menganalisis secara parsial aspek-aspek lain yang kemudian dengan pendekatan intuitif dalam menghasilkan usulan rencana pola ruang. Dalam mekanisme seperti ini, perencana dikatakan tidak optimal dikarenakan tidak memiliki gambaran/informasi terhadap komposisi penggunaan lahan di masa depan.

Untuk dapat mengetahui kondisi spasial masa depan suatu wilayah perencanaan maka perencana membutuhkan alat dalam memprediksi dinamika penggunaan lahan termasuk meramalkan perubahan lahan yang terjadi akibat suatu skenario perencanaan spasial. Peramalan perubahan penggunaan lahan (land use forecasting) merupakan hal yang kompleks sehingga membutuhkan bantuan komputer untuk melakukannya. Sebagaimana Marshal (1994) menyatakan “In any type of analysis, it is generally the case

that complexity causes greater difficulties in manual methods than in computer methods. Land use forecasting is no exception”.

Salah satu aplikasi yang dapat meramalkan / memprediksi perkembangan wilayah melalui simulasi penggunaan lahan adalah LanduseSim. Dengan menggunakan teknik komputasi, LanduseSim dapat dijadikan alat untuk melakukan simulasi spasial, termasuk simulasi penggunaan lahan yang memiliki kemampuan mengakomodasi pendekatan bottom-up dan top-down. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa manfaat LanduseSim dari segi teori maupun praktis.

METODOLOGI

Penelitian ini disajikan dalam bentuk penelitian deskriptif, dimana penulis berusaha mendeskripsikan dan menjelaskan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian kaitannya dengan implementasi aplikasi LanduseSim sebagai perangkat lunak untuk pemodelan dan simulasi penggunaan lahan pada konteks perencanaan wilayah dan kota. Pada makalah ini pula disajikan pula beberapa konsep dan contoh kasus yang melibatkan LanduseSim dalam penerapannya.

(3)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -71

pada dokumen rencana tata ruang. Beberapa hal yang akan dijelaskan pada paper ini antara lain;

1. LanduseSim sebagai aplikasi simulasi spasial berbasis grid/cell

2. Teknik dan algoritma LanduseSim dalam melakukan simulasi penggunaan lahan 3. LanduseSim dalam memenuhi tuntutan simulasi dalam praktek perencanaan wilayah

dan kota

4. LanduseSim dalam meningkatkan pelibatan ahli GIS dalam praktek perencanaan 5. LanduseSim mampu mengakomodasi pendekatan top-down dan bottom-up dalam

perencanaan spasial

6. LanduseSim mampu melakukan simulasi spasial berbasis trend maupun target

TEMUAN DAN DISKUSI

Adapun penjelasan singkat dari beberapa poin yang telah diutarakan pada sasaran dijelaskan pada beberapa materi berikut ini;

A. LanduseSim sebagai aplikasi simulasi spasial berbasis grid / raster

LanduseSim (www.landusesim.com) merupakan software simulasi dan pemodelan spasial berbasis grid/cell dengan menggunakan data raster penggunaan lahan sebagai atribut spasial. Pemodelan dan simulasi berbagis grid telah membuktikan dimana simulasi dengan sistem grid memiliki beberapa keuntungan, yaitu: entitas geografis dan karakteristik perilaku individu/obyek dalam lingkup mikro-spatial dilibatkan, model berorientasi obyek dan dapat menyatukan spatial topologi, ekspresi terintegrasi di dalam maupun diluar ruangan dapat direalisasikan, dan mampu menerapkan model simulasi kerumunan (Song dkk, 2013).

B. Teknik dan algoritma LanduseSim dalam melakukan simulasi penggunaan lahan Implementasi simulasi pada aplikasi LanduseSim menggunakan teknik Cellular Automata. CA yang ditunjukkan sebagai sebuah cabang keilmuwan baru (Wolfram, 2002) saat ini benar-benar diimplementasikan di berbagai bidang baik dibidang transportasi, interaksi manusia, dan perkembangan kota. Implementasi CA dalam memodelkan perubahan penggunaan lahan secara umum telah didemonstrasikan oleh Sun (2003), Samat (2009), Liu (2009) dan Ahmed (2010). Selain itu, implementasi CA dalam memodelkan penggunaan lahan telah dapat dikombinasikan dengan variabel kebencanaan sebagaimana ditunjukkan oleh Pratomoatmojo (2012) dan Nugraha (2013) dalam memodelkan perkembangan kota yang mempertimbangkan kompleksitas lain seperti rob di Kota Pekalongan dan Kota Surabaya.

Dengan menggunakan teknik komputasi, Cellular Automata merupakan metode terbaik saat ini dalam melakukan simulasi spasial, termasuk simulasi landuse dengan kemampuannya mengakomodasi pendekatan bottom-up dan top-down. Yin dkk (2008) mengemukakan bahwa “Cellular automata is capable of simulating two-dimension state in discrete time, hence it is of spatial-temporal dynamics and the characteristic makes it

(4)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -72

Gambar 1. Skema simulasi pada aplikasi LanduseSim

Pada Gambar 1 menjelaskan bahwa algoritma CA pada LanduseSim bekerja dengan mekanisme iterasi dimulai dari peta penggunaan lahan, peta kesesuaian suatu penggunaan lahan, neighborhood operation, aturan-aturan yang diberlakukan (transition rules), kemudian berdasarkan nilai tersebut diurutkan (rank) sebelum dilanjutkan alokasi perubahan sesuai dengan jumlah grid yang diekspektasikan. Penetapan time-step (banyak iterasi) juga sangat mempengaruhi hasil simulasi spasial yang dihasilkan, terutama kaitannya alokasi lahan per waktu simulasi. Mekanisme tersebut terus berulang dan berurutan pada setiap land use yang disimulasikan hingga peta penggunaan lahan akhir didapatkan.

C. LanduseSim dalam memenuhi tuntutan simulasi dalam praktek perencanaan wilayah dan kota

LanduseSim merupakan software yang didesain dan dikembangkan untuk kebutuhan perencanaan dimana perencana memiliki kemampuan untuk menentukan faktor-faktor spasial yang digunakan untuk memprediksi masa depan dengan pendekatan perencanaan. Sebagaimana telah disampaikan oleh Hall (2002), bahwa model dimana menempatkan perencana untuk memiliki kontrol terhadap faktor-faktor merupakan model perencanaan. Hall (2002) menyatakan,

“Model design is one of the most complex and intriguing stages of the modern planning

process. Designing a model, or models, to suit the precise problem involves logical analysis of a set of interrelated questions. Once it is determined precisely which questions the model is supposed to answer, the problem is to list the concepts to be represented, which must be measurable. It is also necessary to investigate which variables can be controlled by the planner, at least in part; if the assumption is that no parts are controllable, then the model is a pure forecasting model, but if at least some of the factors are under the planner‟s control, then

it is a planning model.” .

Masih menurut Hall (2002) bahwa yang dikatakan model perencanaan adalah model dimana perencana (planner) dapat mengontrol faktor-faktor yang dilibatkan dalam pemodelan. Hal ini dicerminkan oleh aplikasi LanduseSim dimana perencana dapat menentukan dan berkuasa penuh terhadap simulasi land use yang dihasilkan, mulai dari

driving-factors, neighborhood process, transition-rules, zoning, dan besaran simulasi yang diinginkan.

Keterlibatan perencana (planner) dimana planner perlu melakukan tes/simulasi terhadap solusi-solusi yang ditawarkan sebelum solusi tersebut diadopsi sebagai suatu rencana yang diputuskan. Tuntutan tersebut sebagaimana yang dijabarkan, dapat berbentuk verbal, fisik ataupun matematis. Dengan perkembangan teknologi terutama kemampuan komputasi di era modern ini, maka mekanisme simulasi khususnya untuk kebutuhan bidang

(5)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -73

perencanaan wilayah dan kota dapat ditemukan dalam beberapa software yang tersedia, termasuk salah satunya adalah LanduseSim yang fokus pada mengakomodasi kebutuhan dan memiliki kemampuan untuk melakukan simulasi spasial penggunaan lahan. Bara TD (1989) menyatakan,

“The planner then formulates a set of alternative courses of action in order to solve the

problem. The planner will also have theory about the way in which reality is structured, and about how it will react to the changes being considered. Planners will then test their proposed solutions, and in order to do so, they will simulate them with a model derived from the theory. The model can be expressed in a variety of forms, such as verbal, physical or mathematical. Simulation will produce as a result the probable effects of each alternative course of action

Dalam pernyataan tersebut, Bara TD (1989) menjelaskan juga bahwa dalam mekanisme perencanaan, perencana perlu suatu model untuk simulasi dari suatu set alternatif perencanaan. Selain itu ditambahkan pula bahwa mekanisme perencanaan memerlukan proses yang merupakan siklus terus menerus sebagaimana digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2. “The Planning System”

Sumber : Bara TD (1989). Integrated Land use and transport Modelling, Social Sciences and Planning. 10-11.

Dengan adanya mekanisme simulasi pada proses perencanaan (Gambar 2), maka diharapkan proses penyusunan rencana tersebut mampu menggambarkan kemungkinan-kemungkinan perubahan ataupun dampak yang akan timbul di masa depan dari tiap alternatif rencana spasial yang diusulkan dalam rencana tata ruang.

D. LanduseSim dalam meningkatkan keterlibatan ahli SIG dan perencana dalam proses perencanaan wilayah dan kota

(6)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -74

perencanaan spasial, mensimulasikan skenario untuk memilih skenario yang terbaik, sebagaimana telah dijabarkan dalam FAO (1993) terdapat 10 tahapan dalam menyusun rencana penggunaan lahan, salah satunya adalah menghasilkan skenario, dan melakukan pemilihan skenario yang terbaik sebelum menetapkan suatu rencana.

Gambar 3. Level kompetensi yang diharapkan dari perencana

Dalam kasus tersebut (Gambar 3) LanduseSim dapat berperan untuk meningkatkan tingkat partisipasi ahli SIG dan juga perencana untuk berkolaborasi dalam ranah perencanaan sebenarnya, yaitu antara lain;

 Membuat skenario spasial

Perencana dapat bereksperimen dengan melakukan serangkaian uji coba dengan

satu atau lebih skenario perencanaan yang akan diusulkan pada suatu dokumen tata

ruang, termasuk juga membuat skenario kebijakan dimana skenario tersebut

mengadopsi pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan dan/atau yang akan

direalisasikan. LanduseSim dalam hal ini mampu mengakomodasi skenario-skenario

yang dibuat oleh perencana yang kemudian akan disimulasikan.

 Mensimulasikan skenario yang diusulkan

Dengan LanduseSim maka perencana mampu mensimulasikan perubahan spasial

terutama dinamika pola ruang atau perubahan pola pemanfaatan lahan di suatu

wilayah dengan mengacu pada pertimbangan skenario yang diusulkan. Perencana

akan mampu untuk memprediksi bagaimana apabila suatu skenario perencanaan

(7)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -75

 Perencana dapat bertindak sebagai fasilitastor dalam mekanisme perencanaan Dengan usulan skenario perencanaan, yang kemudian disimulasikan dengan

LanduseSim untuk melihat efek perubahan land use dari skenario perencanaan,

maka perencana dapat berlaku sebagai fasilitator yaitu menunjukkan hasil simulasi

kepada stakeholder yang terlibat, sehingga stakeholder memahami dan dapat

mengambil kesimpulan dari opsi-opsi yang ditawarkan perencana. Dalam hal ini,

stakeholder juga mendapat pendidikan tentang perencanaan wilayah dan kota.

 Memonitor dan mendapat informasi time-series terhadap perubahan spasial akibat direalisasikannya suatu skenario perencanaan

LanduseSim juga dapat digunakan untuk melakukan observasi perubahan lahan dan

menghasilkan prediksi secara series untuk mengamati dan mengantisipasi

perubahan-perubahan yang akan terjadi apabila suatu skenario perencanaan

direalisasikan.

E. LanduseSim mampu mengakomodasi pendekatan Top-Down dan Bottom-Up dalam perencanaan spasial

Terdapat dua pendekatan utama perencanaan spasial ditinjau dari proses keterlibatannya, yaitu top-down dan bottom-up.

 LanduseSim mengakomodasi pendekatan Top-Down

Simulasi perubahan penggunaan lahan dalam konteks perencanaan spasial, harus

dapat menerjemahkan rencana-rencana pada hirarki yang lebih tinggi untuk tetap

diikuti. Sebagai contoh, simulasi perubahan pemanfaatan lahan dapat mengikuti

zoning ruang terbuka hijau, dimana zonasi tersebut tidak dapat berubah/dikonversi

menjadi lahan terbangun. Selain itu dapat juga mengadopsi rencana-rencana

pembangunan infrastruktur yang sudah ditetapkan pada suatu perencanaan

pembangunan.

 LanduseSim mengakomodasi pendekatan Bottom-Up

Pada proses perencanaan, masukan yang diberikan oleh stakeholder (pemerintah,

swasta, ataupun masyarakat) dapat diakomodasi sebagai alternatif-alternatif skenario

yang kemudian dapat disimulasikan. Masukan dapat berupa rencana spasial,

konservasi area, target pertumbuhan. Dengan hal ini maka alternatif tersebut dapat

dibandingkan dengan pendekatan top-down yang telah dihasilkan.

 LanduseSim mengakomodasi pendekatan Top-Down dan Bottom-Up

Proses simulasi ini memerlukan gabungan antara pendekatan Top-down (kebijakan)

dan partisipasi stakeholder (Bottom-Up). Gabungan kedua pendekatan tersebut juga

dapat dijadikan sebagai skenario kombinasi yang kemudian dapat disimulasikan

untuk melihat prediksi perubahan komposisi unit pemanfaatan lahan di suatu wilayah

(8)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -76

F. LanduseSim mampu melakukan simulasi spasial secara runtut baik trend maupun skenario

LanduseSim dapat memberikan hasil prediksi/peramalan secara runtut dilengkapi dengan pola perkembangan yang terjadi, sehingga pengguna dapat melakukan pengamatan secara rinci terkait dinamika yang akan terjadi. Dengan mengetahui dinamika masa depan yang lebih detail, maka diharapkan tindakan perencanaan spasial yang berorientasi masa depan dapat lebih sesuai. Hal ini juga akan menjelaskan bagaimana suatu lahan berubah, misal semula adalah sawah, dan 20 tahun adalah menjadi industri, bisa jadi selama proses simulasi berlangsung, lahan sawah tersebut berubah tidak langsung menjadi industri melainkan mengalami beberapa transisi perubahan; sawah  lahan kering  pemukiman  industri.

Dalam kasus penyusunan rencana tata ruang dimana periode perencanaan pada umumnya adalah 20 tahun, dengan menggunakan LanduseSim memungkinkan perencana untuk mendapatkan peta prediksi tahun secara runtut mulai tahun 2010, 2011, 2012, 2013 hingga tahun 2030.

Selain itu ketika aplikasi lain cenderung melakukan peramalan berbasis trend, LanduseSim dapat sangat fleksibel untuk melakukan prediksi trend maupun target (perencanaan). Sebagai contoh prediksi hingga 50 tahun kedepan suatu desa, yang semula tidak pernah memiliki lahan industri dalam sejarahnya, LanduseSim dapat mensimulasikan akan tumbuh lahan industri di wilayah tersebut (ketika diinginkan oleh perencana), dimana aplikasi sejenis tidak dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Berikut adalah 2 contoh simulasi dengan menggunakan satu penggunaan lahan dan multi penggunaan lahan (termasuk melibatkan land use baru).

Kasus 1 : Perkembangan Permukiman dengan batasan areal hutan

Landuse Eksisting (2006) Disimulasikan Landuse baru -

Penghambat :

Tahun 2006 Tahun 2007 (sim) Tahun 2008 (sim) Tahun 2009 (sim)

Tahun 2010 (sim) Tahun 2011 (sim) Tahun 2012 (sim)

Simulasi perkembangan

permukiman (6) yang diasumsikan tidak dapat mengkonversi areal hutan (2)

(9)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -77

Kasus 2 : Perkembangan Permukiman disertai Real-estate (penggunaan lahan baru) dengan batasan areal pertanian dan hutan

Landuse Eksisting (2006) Disimulasikan Landuse baru Penghambat :

Tahun 2006 (eks) Tahun 2007 (sim) Tahun 2008 (sim) Tahun 2009 (sim)

Tahun 2010 (sim) Tahun 2011 (sim) Tahun 2012 (sim)

Pada kasus ini

Gambar 5. Simulasi perkembangan multi-landuse dengan LanduseSim

Selain penggunaan single dan multi-landuse simulasi yang dapat diterapkan menggunakan LanduseSim, berikut juga disajikan 2 contoh hasil implementasi aplikasi LanduseSim mensimulasi perubahan penggunaan lahan bersifat trend maupun mensimulasikan skenario perencanaan. Pada contoh pertama, LanduseSim diimplementasikan untuk melakukan prediksi penggunaan lahan dengan mempertimbangkan kompleksitas lain yaitu banjir rob di wilayah Surabaya Utara.

Gambar 6.. Pemodelan dan Simulasi perubahan landuse di pantai utara teluk lamong Surabaya.

Sumber : Nugroho (2013)

Pada kasus tersebut diatas mencoba mensimuasikan perubahan landuse dengan LanduseSim versi 1.0 dengan melalui mekanisme cek keakuratan model. Pada penelitian tersebut mencoba mensimulasikan dinamika dua belas (12) landuse, dimana tujuh (7) land use yang diestimasikan berkembang sedangkan sisanya cenderung berkurang dan statis (tetap). Adapun hasil yang diperoleh dari mekanisme pemodelan tersebut memiliki tingkat akurasi sebesar 89,1 %, sedangkan ujicoba terbaru menggunakan LanduseSim versi 2.0

LANDUSE 2006

+

PENDORONG

+

PENGHAMBAT

=

HASIL SIMULASI

(10)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -78

dengan beberapa peningkatan algoritma dan kustomisasi menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik yaitu 92,3 %. Dengan beberapa catatan ini membuktikan bahwa LanduseSim dapat digunakan untuk peramalan penggunaan lahan.

Pada kasus kedua adalah mengimplementasikan LanduseSim pada kasus perencanaan.

Gambar 7. Simulasi berbasis skenario perencanaan menggunakan LanduseSim dalam penyusunan Rencana Rinci Kawasan Teluk Lamong.

Pada gambar (Gambar 7) menunjukkan bahwa LanduseSim dapat digunakan untuk mensimulasikan skenario perencanaan spasial. Pada kasus tersebut rencana dijabarkan menjadi 4 skenario dengan target prediksi adalah tahun 2034 yang disimulasikan sejak tahun 2014. Dengan kemampuan ini maka LanduseSim dapat memberikan ilustrasi dampak suatu skenario perencanaan yang diputuskan terhadap perubahan komposisi penggunaan lahan di suatu wilayah.

KESIMPULAN

LanduseSim dapat digunakan oleh para perencana wilayah, perencana kota, ahli geografi, ahli lingkungan maupun peneliti spasial lainnya sebagai aplikasi simulasi berbasis grid yang dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan spasial. Di bidang perencanaan tata ruang, LanduseSim sangat sesuai diterapkan pada skala medium hingga makro, seperti penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),

Rencana yang diakomodasi

Waterfront Development

RTH dan Bozem Pel. Teluk Lamong

DryPort CBD

Pola Ruang Eksisting

Tol Gate

Skenario-1

Y 2034

Skenario-2

Y 2034

Skenario-3

Y 2034

Skenario-4

Y 2034

(11)

berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

VI -79

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K), ataupun studi/kajian yang melibatkan penggunaan lahan seperti perencanaan sistem transportasi, studi real-estate, kajian Amdal, penyusunan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis), rencana pengembangan hutan, rencana pertanian dan masih banyak lainnya. Algoritma LanduseSim yang mengadopsi teknik Cellular Automata sangat sesuai dan memiliki tingkat akurasi tinggi untuk diterapkan pada kasus prediksi/peramalan perubahan penggunaan lahan (land use change). Untuk perencanaan, LanduseSim juga dapat digunakan untuk mengembangkan skenario perencanaan termasuk juga melakukan simulasi dari tiap skenario yang diusulkan. Kebutuhan akan simulasi seperti ini dapat digunakan untuk dilanjutkan melakukan penilaian skenario untuk memilih skenario perencanaan terbaik. Selain itu LanduseSim memudahkan para peneliti spasial dalam berkeksplorasi dan bereksperimen untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan perencanaan spasial yang membutuhkan mekanisme simulasi dengan keterlibatan data-data spasial SIG.

REFERENSI

Ahmed B. (2010). Land cover change prediction of Dhaka City: A Markov Cellular Automata Approach, Bangladesh, India

FAO (1993). Guidelines for Land-Use Planning. Food and Agriculture Organization (FAO) Development Series 1. ISSN 1020-0819.

Bara T.D. (1989). Integrated Land use and transport Modelling – Decisions chains and hierarchies. Cambridge University Press.

Hall P. (2002). Urban and Regional Planning Fourth Edition. Routledge

Liu Y. (2009). Modeling Urban Development with Geographic Information Systems and Cellular Automata. CRC Press

Marshal, N. and Lawe, S. (1994). Land use allocation modeling in uni-centric and multi-centric regions. Paper presented at the 1994 TRB National Conference

Nugroho, A.A. (2013). Model Perubahan Landuse akibat kenaikan muka air laut dan pasang maksimum di pantai utara teluk lamong (PUTL) bagian surabaya. Master Tesis Teknik Manajemen Pantai ITS. Indonesia

Pratomoatmojo, N.A. (2012). Land use change modelling under tidal flood scenario by means of markov-cellular automata in Pekalongan municipal. M.Sc. Thesis UGM. Indonesia

Samat N. (2009). Integrating GIS and CA-Markov model in evaluating urban spatial growth. Malaysian Journal of Environmental Management 10(1).

Song, Y., Gong J., Niuc, L., Li, Y., Jiang, Y., Zhang, W., Cui T. (2013). A grid-based spatial data model for the simulation and analysis of individual behaviours in micro-spatial environments. Simulation Modelling Practice and Theory. Volume 38, November 2013, 58–68. DOI: 10.1016/j.simpat.2013.07.002

Sun Z (2003). Simulating Urban Growth Using Cellular Automata, A case study in Zhongshan City, China

Wolfram, S (2002). A New Kind of Science.Wolfram Media Inc. ISBN-10: 1579550088.

Yin C, Yu D, Zhang H, You S, Chen G. (2008) Simulation of urban growth using a cellular

(12)

Gambar

Gambar 1. Skema simulasi pada aplikasi LanduseSim
Gambar 2.
Gambar 3. Level kompetensi yang diharapkan dari perencana
Gambar 4 . Simulasi perkembangan  single-landuse dengan LanduseSim
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada Industri Farmasi dimengertikan bahwa Budaya Organisasi cenderung dibentuk dalam rangka terciptanya hubungan dan komunikasi yang makin baik antara Karyawan dengan

Bertolak dari kenyataan tersebut, beberapa feminis terdorong untuk membangun model relasi baru yang tidak patriarkal, melainkan bersandar pada logika kesalingan

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM-BANDA ACEH 2014/2015 Jagalah kebersihan, ketertiban, kedisiplinan dan ketelitian selama praktikum

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja

Selain faktor kepuasan kerja diatas, ada juga faktor penentu kepuasan kerja. Diantaranya adalah gaji, kondisi kerja, dan hubungan kerja. 1) Gaji atau upah merupakan

Ketiga jenis tepung sorgum dari berbagai varietas ini kadar gula reduksi yang paling tertinggi terdapat pada tepung sorgum varietas merah, sedangkan kadar gula

Menurut Syafitri, 2019 menyatakan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan yang diterimanya karena orang yang bekerja lebih

enguasaan materi dan kemampuan mengajar yang tepat dapat ditentukan oleh guru apabila ia mengetahui cara-cara dalam.. memilih metode