• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau P"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Privat Permukiman

Dalam Menyerap CO

2

dan Memenuhi Kebutuhan O

2

Manusia di

Surabaya Utara (Studi Kasus: Kecamatan Kenjeran)

Adequacy Analysis of Privat Recidences Green Space In Absorbing

CO

2

Emission and Fullfilling the Human Nedds of O

2

in North

Surabaya (Case Study: Kenjeran District)

Siti Rahmatia Pratiwi a, Rahmat Boedisantoso b, dan Joni Hermana c

aMahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Surabaya-60111 b dan cDosen Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Surabaya-60111

Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111 siti_08@enviro.its.ac.id

Abstrak

Sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, kota Surabaya banyak mengalami perkembangan terutama pada bidang pembangunan. Hal tersebut mempengaruhi kepadatan penduduk dan laju urbanisasi yang menyebabkan kebutuhan lahan permukiman meningkat. Persebaran lahan terbangun permukiman yang semakin meluas mengakibatkan kurangnya porsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat dan meningkatkan pelepasan emisi karbon dioksida (CO2) berlebih ke udara bebas. Penelitian ini menganalisis keberadaan RTH privat

permukiman dalam menjalankan fungsinya sebagai penyerap emisi CO2 dan memenuhi

kebutuhan O2 manusia, sehingga dapat diketahui RTH privat ideal dalam memenuhi kedua

fungsi tersebut. Penelitian dilakukan melalui pengamatan langsung dilapangan dengan mengambil beberapa sampel yang terdiri dari tiga tipe rumah di wilayah studi yaitu, mewah, menengah dan sederhana. Besarnya emisi CO2 yang bersumber dari konsumsi energi

berupa bahan bakar, peralatan elektronik dan limbah dari septictank dihitung dengan pendekatan nilai faktor emisi dan metode box model. Sedangkan kemampuan serapan CO2

oleh tumbuhan dihitung berdasarkan luas tutupan vegetasi dan jenis pohon dominan. Hasil penelitian menunjukkan besar emisi CO2 yang dihasilkan berdasarkan box model sebesar 60

% dari rumah sederhana, 28 % rumah menengah dan rumah mewah 12 % dari total emisi 266,080 gram/detik. Luas RTH privat eksisting rumah sederhana rata-rata memiliki 6,071 m2, menengah 18,860 m2 dan mewah 22,097 m2. Dalam penyerapannya, berdasarkan luas tutupan vegetasi dan jenis pohon tidak mencukupi dalam menyerap emisi CO2 tersebut.

Dalam memenuhi kebutuhan O2 RTH privat ideal untuk tipe rumah sederhana sebesar 23 %

dari luas tanah, menengah 16 % dan mewah 3 %. Sedangkan untuk menyerap CO2, RTH

ideal untuk rumah sederhana 45 % dari luas tanah, menengah 17 % dan mewah 4 %.

Kata Kunci: Emisi CO2 Permukiman, Kebutuhan O2 Manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat

Abstract

As the second largest metropolitan city in Indonesia, Surabaya city experienced many developments, especially in the field of development. It affects the population density and the rate of urbanization are causing increased housing land requirement. Distribution of land up the expanding settlements resulted in a lack of portion of Private Green Space (RTH) and increase the release of carbon dioxide (CO2) excess to the atmosphere. This study analyzes

the existence of settlements in the private green space to function as an absorber of CO2

emissions and fulfilling the human needs of O2, so it can be seen in the ideal of private green

(2)

medium and simple. The amount of CO2 emissions resulting from energy consumption of

fuel, electronic equipment and waste from the septic tank approach the value calculated with emission factors and methods of box model. While the ability of CO2 uptake by plants was

calculated based on the extensive vegetation cover and the dominant tree species. The results showed that CO2 emissions by the model box for 60% of the simple, 28% of the

middle and luxury12% of the total emissions of 266.080 grams / sec. Vast green space of the existing private on simple homes the average is 6.071 m2, medium 18.860 m2 and luxury 22.097 m2. In absorption, based on extensive vegetation cover and tree species insufficient to absorb the CO2 emissions. In fulfilling the human needs of O2, private green space ideal

for a simple type is 23% of land area, 16% for middle and luxury 3%. While to absorb CO2,

green space ideal for a simple home is 45% of land area, 17% for the middle and luxury 4%.

Keywords: CO2 Emissions Recidences, The human needs of O2, Private Green Space (RTH)

1. PENDAHULUAN

Kota Surabaya banyak mengalami perkembangan terutama pada bidang pembangunan. Perkembangan ini meliputi pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat untuk berbagai fasilitas perkotaan sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Peningkatan tersebut akan mengakibatkan kebutuhan lahan meningkat. Kecamatan Kenjeran merupakan salah satu wilayah di Surabaya Utara dengan tingkat urbanisasi yang cukup tinggi hal ini disebabkan karena keberadaan Jembatan Nasional Suramadu yang terdapat di wilayah tersebut yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura.

Persebaran lahan terbangun yang sangat luas mengakibatkan kurangnya porsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan dapat meningkatkan pelepasan emisi karbon dioksida (CO2)

berlebih ke udara bebas yang dihasilkan oleh aktivitas dari berbagai sektor. Salah satu upaya untuk mereduksi CO2 di daerah perkotaan adalah mengurangi emisi karbon dengan

Ruang Terbuka Hijau (Ismaun dan Joga, 2011).

Menurut Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total wilayah dengan porsi 20% sebagai RTH publik dan 10% sebagai RTH privat. Dalam upaya pemenuhan target luasan itu, seringkali hanya RTH publik yang diperhatikan proporsinya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan RTH privat sebagai penyerap emisi CO2 dari kegiatan

permukiman yang didasarkan pada konsumsi energi dibandingkan dengan kecukupan RTH privat dalam memenuhi kebutuhan oksigen (O2) manusia.

2. METODOLOGI

(3)

Emisi CO2 primer berupa emisi CO2 yang berasal dari pemakaian bahan bakar rumah tangga

yaitu LPG dan minyak tanah. Perhitungan emisi bahan bakar dilakukan dengan pendekatan melalui faktor emisi dan NCV seperti pada persamaan (1) untuk bahan bakar LPG dan persamaan (2) untuk bahan bakar minyak tanah yang bersumber dari IPCC (2006).

Pey = Fcy x EF CO2 x NCV LPG ...(1)

Dimana:

Pey = total emisi CO2 (gr karbon)

Fcy = konsumsi emisi CO2 (kg)

EF CO2 = faktor emisi LPG 63,1 (gr karbon/MJ)

NCV = berat bersih LPG 47,3 (MJ/kg)

Bey = EF kero x FC kero x NCV kero ...(2)

Dimana:

Bey = total emisi CO2 (gr karbon)

EF kero = faktor emisi minyak tanah 71,9 (gr karbon/MJ)

FC kero = konsumsi kerosene (kg)

NCV kero = 43,8 (MJ/kg)

Emisi CO2 primer juga berasal dari septictank. Perhitungan emisi CO2 dari kegiatan tersebut

dilakukan dengan perhitungan emisi CH4 limbah septictank dalam IPCC (2006) yang

dikonversikan menjadi gas CO2. Rumus yang digunakan adalah persamaan (3). Emisi CH4 = [,(�����,�����)] (TOW – S)...(3) Dimana:

Emisi CH4 = Emisi CH4 (kg CH4/tahun)

TOW = Total kandungan bahan organik pada air limbah (kg BOD/tahun) S = Komponen zat organik yang telah menjadi lumpur (kg BOD/tahun) Ui = Fraksi populasi ke-i, dapat dilihat dalam IPCC (2006)

Ti,j = tingkat pemanfaatan perawatan/debit jalur atau sistem. j, untuk masing masing fraksi populasi (in income group or inventory year)

EFj = Faktor emisi (kg CH4/kg BOD)

R = Total CH4 recovery (kg CH4/tahun)

Dalam penelitian ini kedua emisi tersebut selanjutnya dijumlahkan dan dimasukkan dalam perhitungan box model. Gambar 1 merupakan visualisasi persebaran emisi pencemar berdasarkan metode box model. Dimana emisi pencemar yang dihasilkan oleh kontributor (q) menyebar dalam suatu batasan ruang berupa box dengan volume tertentu.

Gambar 1 Visualisasi Box Model

Didalam penyebarannya, emisi pencemar juga dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin (U). Untuk menghitung besarnya konsentrasi pencemar digunakan persamaan (4).

C (t) = ��

��(� − �(−��)/�) ...(4)

Dimana:

C(t) = konsentrasi pencemar (mg/m3) q = rata-rata emisi pencemar per

meter persegi (mg/m2/detik) L = panjang kotak (m)

H = tinggi pencampuran udara (m)

W = lebar kotak

U = rata-rata kecepatan angin (meter/detik)

t = waktu tempuh (detik)

(4)

S= 0,2278 e (0,0048.I) ...(5)

Dimana:

I = intensitas cahaya (kal/cm2/hari) e = bilangan pokok logaritma natural

0,0048 = koefisien intensitas cahaya 0,2278 = konstanta perjumlahan

Selain berdasarkan luas tutupan vegetasi kemampuan serapan RTH dapat dihitung berdasarkan jenis pohon dengan mengetahui kemampuan daya serap CO2 berbagai jenis

pohon berdasarkan hasil riset Pentury, (2003).

Sedangkan untuk menghitung luasan RTH ideal yang diperlukan demi memenuhi kebutuhan O2 manusia setiap harinya dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (6)

berdasarkan pendekatan metode Gerakis (1974) yang dimodifikasi Wisesa (1988) dalam Adiastari (2010).

Lt = ��+��+�� (��)(�,����)(�) m

2 ...(6)

dimana:

Lt = luasan RTH pada tahun ke-t (m2)

Pt = jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t

Kt = jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke-t Tt = jumlah kebutuhan oksigen bagi ternak pada tahun ke-t

54 = ketetapan yang menunjukkan bahwa 1 m2 luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman perhari

0,9375 = ketetapan yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram

2 = jumlah musim di Indonesia

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Emisi CO2 Permukiman

Emisi yang dianalisis akan terserap oleh RTH privat bersumber dari konsumsi bahan bakar rumah tangga berupa LPG dan minyak tanah serta emisi dari septictank. Untuk menghitung emisi CO2 dari bahan bakar menggunakan persamaan (1) dan persamaan (2). Hasil

perhitungan menunjukkan rata-rata emisi CO2 bahan bakar untuk tipe rumah sederhana

adalah 0,020 gr/detik, rumah menengah 0,018 gr/detik dan rumah mewah 0,012 gr/detik. Dari hasil tersebut nampak bahwa tipe rumah sederhana memiliki nilai terbesar. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya emisi tersebut antara lain tingginya konsumsi bahan bakar itu sendiri dan life style dari penghuni menyangkut aktivitas memasak dan aktivitas lainnya dalam menggunakan bahan bakar.

Setelah emisi dari penggunaan bahan bakar diketahui dilakukan perhitungan emisi CO2 dari

septictank yang diperoleh dengan menggunakan persamaan (3). Dapat diperoleh emisi CO2

septictank untuk tipe rumah sederhana 0,0000791 gr CO2/detik, menengah 0,0000649 gr

CO2/detik, dan mewah 0,0000551 gr CO2/detik. Tipe rumah sederhana menghasilkan emisi

terbesar. Dalam pendekatan yang digunakan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan diantaranya adalah jumlah penghuni dan pendapatan penduduk.

Selanjutnya diperoleh besarnya total emisi yang terdapat di wilayah studi. Total emisi tersebut merupakan jumlah dari total emisi bakar dan septictank yang telah disesuaikan dengan jumlah rumah yang ada di Kecamatan Kenjeran. Hasil perhitungan untuk rumah sederhana adalah 0,0201873 gr/detik, rumah menengah 0,0176327 gr/detik, dan mewah 0,0118002gr/detik.

3.2 Emisi CO2 Permukiman Dalam Box Model

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan emisi CO2 tipe rumah sederhana berdasarkan

(5)

gr/detik, rumah menengah 74, 888 gr/detik, dan mewah 32,576 gr/detik. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah emisi CO2 di udara setelah dihitung

berdasarkan box model. Hal ini disebabkan karena box model merupakan batas penyebaran maksimal emisi tersebut di udara. Jika dihitung selisihnya maka selisih tersebut merupakan emisi yang keberadaannya di luar dari volume box yaitu 37 %.

3.3 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat Permukiman

Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat permukiman yang dihitung adalah luas tutupan vegetasi berupa pohon dan perdu yang terdapat di permukiman penduduk wilayah studi. Hasil perhitungan rata-rata luas tutupan vegetasi untuk rumah sederhana adalah 6,071 m2, rumah menengah 18,860 m2 dan mewah 22,097 m2. Meski jumlah rumah sederhana memiliki jumlah terbanyak di Kecamatan Kenjeran, namun hal ini merupakan kondisi eksisting yang ada di wilayah tersebut. Menurut hasil pengamatan di lapangan rumah sederhana merupakan tipe rumah yang sebagaian besar tidak memiliki RTH privat. Sebagian besar rumah sederhana di wilayah tersebut tidak memiliki tanaman hijau di pekarangannya.

3.3.1 Kemampuan RTH Privat Dalam Menyerap Emisi CO2 3.3.1.1 Berdasarkan Tutupan Vegetasi

Untuk menghitung kemampuan penyerapan luas tutupan vegetasi perlu diketahui intensitas cahaya Kota Surabaya. Intensitas yang digunakan sesuai dengan kondisi iklim Kota Surabaya. Kota Surabaya beriklim tropis sehingga intensitas cahaya yang digunakan adalah intensitas cahaya garis lintang khatulistiwa. Intensitas cahaya yang digunakan dalam perhitungan dikonversikan dalam satuan watt/m2, dimana nilai 1 kal/cm2/hari sama dengan 0,485 watt/m2.

Selanjutnya dihitung laju serapan CO2 dengan persamaan (5). Hasil perhitungan

menunjukkan rata-rata laju serapan CO2 dalam kurun waktu satu tahun per detik adalah

0,000000027834 gr/cm2/detik. Laju serapan tersebut kemudian dikalikan dengan luas tutupan vegetasi sehingga diperoleh kemampuan serapan CO2. Hasil perhitungan

kemampuan serapan CO2 untuk tipe rumah sederhana adalah 0,00169 gr/detik, menengah

0,00525 gr/detik dan rumah mewah 0,00615 gr/detik. Kemudian total emisi CO2

dibandingkan dengan kemampuan serapan emisi CO2. Perbandingan tersebut menunjukkan

total emisi yang dihasilkan per detiknya melebihi kemampuan serapan tiap tipe rumah yang ada di Kecamatan Kenjeran.

3.3.1.2 Berdasarkan Jenis Pohon

Dalam penelitian ini, perhitungan kemampuan serapan pohon dilakukan guna membandingkan hasil kemampuan serapan pohon tersebut dengan kemampuan serapan berdasarkan tutupan vegetasi. Dalam analisis ditemukan kekurangan data pendukung berupa kemampuan penyerapan pohon lain, sehingga untuk mengetahui kemampuan penyerapan pohon dalam perhitungan ini hanya menggunakan pohon mangga. Berdasarkan identifikasi jenis pohon dari hasil survei di wilayah penelitian, pohon mangga merupakan pohon dominan dan menurut Pentury (2003), pohon mangga termasuk pohon yang memiliki kemampuan cukup besar dalam menyerap CO2 yaitu 4182,308 mg/m3.

Hasil perhitungan kemampuan penyerapan pohon mangga di rumah sederhana adalah 267,786 gr/detik, menengah 128,053 gr/detik dan mewah 103,055 gr/detik. Selanjutnya hasil perhitungan kemampuan penyerapan pohon mangga di tiap tipe rumah tersebut dibandingkan dengan total emisi CO2. Setelah dibandingkan diperoleh hasil bahwa pohon

(6)

3.3.2 RTH Privat Ideal

3.2.2.1 RTH Ideal Berdasarkan Serapan Emisi CO2 oleh Luas Tutupan Vegetasi

Dalam hal ini RTH privat ideal dihitung berdasarkan laju serapan dengan intensitas cahaya yang terdapat dalam perhitungan sebelumnya. Luas RTH privat diperoleh dengan membagi emisi CO2 yang dihasilkan tiap tipe rumah dengan laju serapan. Hasil perhitungan

menunjukkan luas RTH yang dibutuhkan untuk rumah sederhana dalam menyerap emisi CO2 adalah 45,864 m2, menengah 40,044 m2 dan rumah mewah 26,799 m2. RTH privat ideal

untuk menyerap emisi CO2 bila dibandingkan dengan luas tanah eksisting untuk tipe rumah

sederhana adalah 87 % dari luas tanah, rumah menengah 53 % dan mewah 18 %. Besarnya nilai tersebut dapat didukung dengan hasil pengamatan langsung selama melakukan survei di Kecamatan Kenjeran, rumah-rumah sederhana di wilayah penelitian sebagian besar tidak memiliki RTH privat.

3.2.2.2 RTH Ideal Untuk Memenuhi Kebutuhan O2 Manusia

Untuk menghitung luasan RTH ideal yang diperlukan demi memenuhi kebutuhan O2 manusia

setiap harinya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Gerakis (1974) yang dimodifikasi dalam Wisesa (1988) pada persamaan (5) dengan kebutuhan O2 manusia

rata-rata perhari sebanyak 840 gr/hari. Dalam hal ini keberadaan manusia di rumah perhari diasumsikan selama 12 jam. Sehingga kebutuhan O2 yang akan disuplai oleh RTH adalah ½

dari kebutuhan O2 dalam satu hari, yaitu 420 gr/hari.

Kebutuhan O2 manusia perhari untuk tiap tipe rumah sederhana adalah 1952 gr/hari, rumah

menengah 78540 gr/hari dan mewah 2100 gr/hari. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan O2 tersebut yaitu keberadaan penghuni (jam/hari) dan jumlah

penguni di tiap rumah. Dari kebutuhan O2 diperoleh RTH yang dibutuhkan untuk tipe rumah

sederhana seluas 19,283 m2, menengah 38,321 m2 dan mewah 20,741 m2. Bila dibandingkan dengan luas tanah eksistingnya, RTH privat ideal untuk tipe rumah sederhana adalah 23 % dari luas tanah, menengah 16 % dan mewah 3 %. Hasil tersebut dipengaruhi oleh keberadaan RTH eksisting.

4. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan RTH privat dalam menyerap CO2 tidak mencukupi sedangkan

dalam memenuhi kebutuhan O2 manusia mencukupi. Dalam memenuhi kebutuhan O2 RTH

privat ideal untuk tipe rumah sederhana sebesar 23 % dari luas tanah, menengah 16 % dan mewah 3 %. Sedangkan untuk menyerap CO2, RTH ideal untuk rumah sederhana 45 % dari

luas tanah, menengah 17 % dan mewah 4 %.

5. DAFTAR PUSTAKA

Adiastari, R. 2010. Kajian Mengenai Kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam Menyerap Emisi Karbon Di Kota Surabaya. Surabaya: Teknik Lingkungan ITS.

Anonim. 2007. Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Jakarta Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC). 2006. Waste-IPCC Guidelines for

National Greenhouse Gas Inventories (IPCC Guidelines). Japan Ismaun I. dan Joga, N. 2011. RTH 30 %! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta

Gambar

Gambar 1 Visualisasi Box Model

Referensi

Dokumen terkait

Pada tes akhir siklus II hasil pencapian ketuntasan 100 % ( gambar pada tabel 3 ) di karenakan semua siswa sudah mampu menguasi cara servis bawah bola voli. Ada

Dijelaskan pula dalam buku penelitian ini bahwa dinamika dan pertumbuhan Pesantren Jawa Pesisiran, Kajen menghadapi pusaran arus modernitas nampaknya menjadi satu

Pengertian pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Momerandum DPR-GR 9 juni 1966 yang

Pengelola, pimpinan dan/atau penanggungjawab gedung adalah orang dan/atau badan yang karena jabatannya memimpin dan/atau bertanggung jawab atas kegiatan dan/atau

dari tempat itu, Dia melihat seorang petugas pemerintah sedang duduk di kantornya. Pekerjaan orang itu adalah * 2:10 Anak Manusia Waktu Yesus tinggal di dunia, Dia sering

Memenuhi Berdasarkan hasil hasi verifikasi terhadap dokumen Bill of Lading dari kegiatan penjualan ekspor oleh CV Cipta Usaha Mandiri selama setahun terakhir periode Mei

Salah satu kelemahan dari kebijakan dedicated storage adalah membutuhkan luas area yang lebih besar, oleh karena itu perlu dikembangkan model optimasi yang bisa

Pemberlakuan sanksi atas pelanggaran disipilin dokter atau dokter gigi oleh Majelis Kehormatan Disiplin Dokter Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004