• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pervasive Service Discovery Protocol pada Rumah Cerdas Berbasis NRF24L01

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Pervasive Service Discovery Protocol pada Rumah Cerdas Berbasis NRF24L01"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

1251

Implementasi

Pervasive Service Discovery Protocol

pada Rumah Cerdas

Berbasis NRF24L01

Dwi Aris Suprayogi1, Sabriansyah Rizqika Akbar2, Mochammad Hannats Hanafi I.3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1arissuprayogi1295@gmail.com, 2sabrian@ub.ac.id, 2hanas.hanafi@ub.ac.id

Abstrak

Rumah cerdas merupakan salah satu perkembangan teknologi nirkabel. Sistem pada rumah cerdas memungkinkan perangkat yang ada dirumah dapat terintegrasi satu sama lain sehingga mampu mempermudah aktifitas. Salah satu modul komunikasi nirkabel yang dapat diterapkan pada sistem rumah cerdas adalah nRF24L01. Kebutuhan komunikasi protokol dan konfigurasi perangkat yang dapat dikatakan tidak mudah menjadi sebuah hambatan bagi perkembangan sistem rumah cerdas. Metode pervasive service discovery protocol dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Melalui metode ini pengguna tidak perlu melakukan konfigurasi yang susah, perangkat lunak akan melakukan pencarian perangkat keras dan pengguna langsung dapat mengakses layanan yang ditawarkan perangkat tersebut. Penelitian ini mengimplementasikan metode pervasive service discovery protocol pada rumah cerdas menggunakan modul komunikasi nRF24L01. Sistem dirancang agar sensor node dapat berkomunikasi secara pervasif dengan master node. Komunikasi pervasif yang dimaksud adalah pengalamatan dilakukan secara otomatis oleh sistem. Master node yang bertindak sebagai node koordinator akan memberikan alamat berbeda ke masing-masing sensor node. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam 10 kali percobaan waktu yang dibutuhkan sebuah sensor node untuk dapat terhubung dengan master node adalah 1011 ms sedangkan waktu yang dibutuhkan 2 sensor node untuk dapat terhubung dengan master node secara bersamaan masing-masing memliki waktu rata-rata 1011 ms dan 1123.2 ms. Hasil pengujian fungsional sistem yang dilakukan juga menunjukan bahwa pengguna dapat melakukan monitoring dan kontroling perangkat melalui serial monitor pada master node.

Kata kunci: Rumah Cerdas, nRF24L01, Pervasive Service Discovery Protocol

Abstract

Smart home is one of wireless technology development. Smart home system makes devices in the home can be connected each other, so can make activity easier. One of wireless communication module which can be applied in smart home system is nRF24L01. The necessary of protocol communication and devices configuration can be said that it is not easy being a obstacle for smart home developing. Pervasive service discovery protocol method can be a solution for solving that

problem. By using this method, the users doesn’t need to do difficult configuration, software will

search hardware and users can access service which is offered by that devices immediately. This research applies pervasive service discovery protocol method in smart home by using nRF24L01 communication module. The system is made in order to sensor node can communication as pervasive by using master node. Pervasive communication which is mentioned is a automatic addressing by system. Master node which is coordinator node will give different address to every sensor node. Based on trial which is done for 10 trial times, time needed for one sensor node to be connected with master node is 1011 ms, while time needed for two sensor nodes to be connected with master node simultaneously have average times 1011 ms and 1123.2 ms. The result of fungtional system experiment indicate that the user can monitoring and controlling device by serial monitor in master node.

Keywords: Smart Home, nRF24L01, Pervasive Service Discovery Protocol

1. PENDAHULUAN

Teknologi nirkabel telah berkembang pesat

(2)

informasi dan komunikasi pada rumah dimana komponennya berkomunikasi pada jaringan lokal. Tekonologi ini dapat digunakan untuk melakukan monitoring, alarming controlling serta melakukan tindakan sesuai dengan kriteria program yang ditanamkan(Laberg, 2005). Contohnya sistem rumah cerdas mampu mengendalikan pencahayaan, suhu, multimedia, jendela, pintu serta banyak fungsi lainya(smarthomeenergy.com, 2013). Hal ini yang mendorong kemajuan rumah cerdas masa depan dimana peralatan rumah akan ditanamkan sensor dan aktuator( missalnya pada produk elektronik) sehingga dapat dikendalikan dari jarak jauh(Li, dkk., 2012).

Dalam penerapan rumah cerdas untuk menghubungkan suatu perangkat dengan perangkat lain maka dibutuhkan sebuah modul

komunikasi nirkabel. Banyak modul

komunikasi yang dapat digunakan untuk menghubungkan perangkat satu dengan lainnya. Contoh modul komunikasi nirkabel yang dapat

digunakan diantaranya microwave,

inframerah(IR), radio frequency(RF), Wi-Fi, Bluetooth, 802.11, dan sebagainya(Khadam, dkk., 2015). Modul nRF24L01 merupakan

modul komunikasi nirkabel yang

memanfaatkan pita gelombang radio frequency untuk komunikasinya. Kelebihan penerapan

modul nRF24L01 pada rumah cerdas

dibandingkan dengan modul komunikasi lainnya adalah mengatasi maslah biaya yang mahal(Rahim, dkk., 2016), jangkauan komunikasi yang luas, serta konsumsi daya yang rendah.

Kebutuhan akan komunikasi protokol dan konfigurasi perangkat merupakan sebuah hambatan sistem rumah cerdas(Leonardo, 2017). Metode pervasive service discovery protocol dapat menjadi solusi untuk menangani permasalah tersebut. Melalui metode ini memungkinkan perangkat lunak mendeteksi secara otomatis perangkat keras serta layanan

yang ditawarkanya dalam sebuah

jaringan(Salehi, 2011). Beberapa keuntungan yang didapat dalam metode ini adalah kemudahan dalam konfigurasi serta kemudahan dalam mengatur/mengakses sistem rumah cerdas.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Sabriansyah R.A., Wijaya K., Mochammad Hannats H.I., Issa A., dan Maystya T.H yang berjudul “Pervasive Device and Service discovery Protocol in XBee Sensor Network”.

Pada penelitian tersebut mengimplementasikan protokol pervasif untuk deskripsi perangakat dan layanan pada jaringan XBee. Protokol tersebut diterapkan pada arduino yang terintergrasi dengan XBee transceiver sebagai sensor device dan raspberry pi yang terintgrasi dengan XBee transceiver sebagai gateway. Hasil yang diperoleh pada pada penelitian ini sensor device mampu melakukan semua persyaratan dalam protokol pervasif yang diusulkan. Namun implementasi XBee pada rumah cerdas menjadi hambatan baru dalam segi biaya karena harganya yang mahal. Maka dari itu dibutuhkan sebuah modul komunikasi low cost untuk mengatasi hal tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini merancangan sebuah sistem

dengan mengimplementasikan metode

pervasive service discovery protocol pada rumah cerdas menggunakan modul komunikasi nRF24L01.

2. PERVASIVE SERVICE DISCOVERY

PROTOCOL

Pada tahun 1988 Mark Weiser melahirkan sebuah visi tentang komputasi kapan saja dan

dimana saja atau yang disebut “ubiquitous computing”. Dia mendefinisikan, ubiquitous computing adalah metode untuk membuat banyak komputer yang tersedia pada sebuah lingkungan fisik namun kehadirannya tidak terlihat nyata (Weiser, 1993). Konsep ubiquitous computing juga dikenal sebagai pervasive computing, istilah yang kami gunakan pada penelitian ini. Inti dari visi tersebut adalah terciptanya lingkungan dengan kemampuan komputasi dan komunikasi yang terintergrasi dengan pengguna manusia (Satyanarayanan, 2001). Pervasive computing memiliki lingkungan yang terintegrasi dengan sensor, aktuator, kamera, dan semua perangkat komputasi lainnya. Salah satu tujuan dibentuknya visi ini adalah untuk membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari mereka (Salehi, 2011).

(3)

diakses (Bishaj, 2007). Penggunaan umum pada service discovery telah ditemukan pada printer di jaringan. Printer menyediakan layanan bagi orang lain untuk ditemukan. Tanpa service discovery, setiap komputer yang terhubung ke jaringan harus dikonfigurasi secara manual untuk mengenali printer di jaringan. Semua layanan pada printer seperti layanan cetak warna (jika mendukung) juga perlu dikonfigurasi secara manual atau semi-manual di setiap komputer. Dengan service discovery, proses ini bisa terjadi secara otomatis sehingga komputer bisa langsung mencari printer pada jaringan (Vasseur & Dunkles, 2010). Service discovery protocol adalah protokol jaringan komputer yang memungkinkan mendeteksi satu sama lain serta layanan yang mereka tawarkan. Service discovery protocol berkembang dari hari ke hari dan jumlahnya meningkat karena kebutuhan akan otomasi. Kebutuhan akan otomasi juga menyebabkan perangkat komputasi terus berkembang. Banyak teknologi seperti jaringan nirkabel, sistem embeded, kecerdasan buatan, dan lain-lain mempercepat eksistensi komputasi hampir setiap objek di sekitar manusia. Untuk memastikan deteksi, konfigurasi dan interoperabilitas antar perangkat ini tidak dapat dikelola secara manual sehingga diperlukan kebutuhan akan otomasi dalam hal ini. Service discovery protocol telah dirancang untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut (Salehi, 2011). Setiap service discovery protokol setidaknya terdiri dari 2 element dasar (Marin, dkk., 2005), yaitu:

1. Entitas yang tertarik untuk menemukan dan menggunakan layanan

2. Entitas yang menawarkan layanan

Sedangkan mekanisme pada service discovery protocol melibatkan 3 komponen (Bhatti, dkk., 2014), yaitu :

1. Pendaftaran layanan 2. Penemuan layanan

3. Interaksi dengan layanan yang ditemukan Dalam sebuah jurnal yang berjudul

Pervasive Device and Service discovery Protocol in XBee Sensor Network” yang dilakukan oleh Sabriansyah dkk menjelaskan bahwa terdapat 2 metode dalam pervasive dan service discovery protocol yang didasarkan pada bagaimana perangkat dan layanan ditemukan. Metode pertama adalah broadcast sebagai solusi, dimana permintaan penemuan layanan di broadcast oleh gateway. Metode pervasive dan service discovery ini memiliki beberapa kelemahan seperti jaringan yang

berkembang akan membuat beberapa node menerima informasi broadcast dimana node tersebut sebenarnya telah terdaftar pada gateway. Metode kedua adalah dimana

penyedia layanan membroadcast ke

lingkungan. Metode ini akan mengurangi informasi broadcast di jaringan karena setalah node terdaftar di gateway maka keadaanya berubah menjadi listening dan menghentikan pesan broadcast. Layanan yang diberikan oleh node dapat diminta oleh gateway dengan cara unicast.

3. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

Pada penelitian ini tahap perancangan dibagi menjadi 2 bagian yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak.

Gambar 1. Alur perancangan sistem

Perancangan perangkat keras meliputi pembuatan skema rangkaian master node dan sensor node, sedangkan perancangan perangkat lunak meliputi perancangan komunikasi pervasif antar node. Perancangan perangkat keras pada sistem dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram blok perangkat keras

(4)

sensor DHT-11 untuk mendeteksi suhu dan kelembapan lingukangan sekitarnya, serta laptop yang digunakan untuk memonitoring dan kontroling perangkat melalui serial monitor. Skema rangkaian dari perancangan perangkat keras dapat dilihat pada Gambar 3 sampai dengan Gambar 5.

Gambar 3. Rangkaian master node

Gambar 4. Rangkaian sensor node lampu

Gambar 5. Rangkaian sensor node suhu

Selanjutnya adalah perancangan dan implementasi perangkat lunak. Alur kerja master node seperti pada Gambar 6 dimulai

dengan melakukan inisialisasi baudrate, pin, channel, alamat master node dan struct. Inisialisasi baudrate dilakukan untuk menentukan kecepatan transfer data serial dari mikrokontroler ke komputer. Inisialisasi pin dilakukan untuk memastikan bahwa komponen elektronik dapat bekerja dengan baik setelah dikoneksikan dengan pin yang sudah ditentukan. Inisialisasi channel dan alamat master node dilakukan untuk menentukan channel komunikasi wireless yang digunakan antara master node dengan sensor node. Inisialisasi struct digunakan untuk menyimpan data yang diolah oleh master node.

Gambar 6. Diagram alir master node

Gambar 7. Diagram alir fungsi receive pada master node

(5)

Gambar 8. Diagram alir fungsi request

Implementasi perangkat lunak pada master node juga memungkinkan pengguna untuk mengontrol perangkat yang terhubung dengan sensor node. Tipe perangkat yang dapat dikontrol oleh master node berupa aktuator. Kontrol perangkat dilakukan pada serial monitor dengan memasukkan alamat sensor node tujuan serta memasukkan kondisi perangkat yang diinginkan. Masukkan angka 1 untuk kondisi perangkat lampu menyala dan angka 0 untuk kondisi perangkat lampu mati.

Gambar 9. Diagram alir sensor node

Gambar 10. Diagaram alir fungsi receive pada sensor node

Pada Gambar 9, alur kerja sensor node dimulai dengan melakukan inisialisasi baudrate, pin dan channel. Inisialisasi baudrate dilakukan untuk menentukan kecepatan transfer data serial dari mikrokontroler ke komputer. Inisialisasi pin dilakukan untuk memastikan bahwa pin yang disambungkan pada perangkat keras sesuai dengan pin yang sudah ditentukan. Inisialisasi channel dilakukan untuk menentukan channel komunikasi yang digunakan oleh master node dan sensor node.

Gambar 11. Diagram alir fungsi search master

(6)

sensor node tersebut. Jika kode unik tidak sama maka sensor node akan kembali mengirimkan pesan advertise, sedangkan jika kode unik yang diterima sama dengan kode unik yang dimiliki maka sensor node akan memasang alamat yang diterima menjadi alamat baru untuk dirinya.

Perangkat yang terhubung dengan sensor node dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe sensor dan tipe aktuator. Tipe sensor adalah perangkat yang menghasilkan data dengan melakukan sensing terhadap lingkungan sekitarnya, sedangkan tipe aktuator adalah perangkat yang akan menjalankan fungsinya jika ada masukkan dari luar. Pada sistem ini perangkat yang mampu di kontrol oleh pengguna adalah perangkat tipe aktuator. Contoh perangkat tipe aktuator pada penelitian ini adalah perangkat lampu. Kontrol yang dimungkinkan hanya menyalakan dan mematikan perangkat.

4. PENGUJIAN

Pengujian pada penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu pengujian pengiriman data JSON, pengujian menyalakan dan mematikan perangkat lampu, serta pengujian waktu yang dibutuhkan sensor node untuk dapat terhubung dengan master node. Hal tersebut ditunjukan pada Gambar 12. Pengujian pada sistem dilakukan pada dengan mengkatifkan master node terlebih dahulu kemudian mengaktifkan sensornode.

Gambar 12. Pohon Pengujian penelitian

Pengujian pengiriman data JSON bertujuan untuk memastikan bahwa master node dapat menerima dan menampilkan data yang dikirimkan oleh sensornode berupa data JSON menggunakan modul komunikasi nRF24L01. Data yang dikirimkan berisi alamat sensor node, nama perangkat, tipe perangkat dan layanan yang diberikan perangkat. Pengujian dilakukan dengan mengirimkan pesan setiap 2

detik sekali. Data yang diterima oleh master node akan ditampilkan perbagian untuk mengetahui keberhasilan parsing data JSON yang dilakukan. Hasil pengiriman data JSON dapat dilihat pada Gambar 13

Gambar 13. Hasil pengiriman data JSON pada master node

Pengujian menyalakan dan mematikan perangkat lampu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan sistem dalam mengontrol perangkat tipe aktuator. Pengujian ini dilakukan melalui serial monitor pada master node. Fitur menyalakan dan mematikan perangkat lampu dapat dijalankan ketika sensornode lampu telah terhubung dengan master node. Prosedur pengujian dilakukan dengan memasukkan alamat sensor node tujuan dan dilanjutkan dengan memasukkan kondisi layanan yang diinginkan. Masukkan angka 1 untuk kondisi lampu nyala dan masukkan angka 0 untuk kondisi lampu mati. Sensor node lampu akan merespon request layanan dari pengguna jika input yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dilakukan. Dari hasil pengujian yang dilakukan seperti Tabel 1, sistem dapat melakukan kendali terhadap perangkat tipe aktuator sesuai dengan rancangan sistem yang dibuat.

Tabel 1. Hasil pengujian menyalakan dan mematikan perangkat lampu

No Alamat

node

Input Kondisi

alamat kondisi sebelum sesudah

1 04 04 1 OFF ON

2 04 04 0 ON OFF

3 04 04 0 OFF OFF

4 04 04 1 ON ON

5 04 03 0 ON ON

6 04 05 0 ON ON

(7)

aktif hingga mendapatkan alamat baru. Pengujian ini merupakan pengujian dari implementasi metode pervasive service discovery protocol, dimana sensor node pada saat awal diaktifkan akan mencari masternode dengan mengirimkan pesan advertise. Alamat yang digunakan pertama kali oleh setiap sensor node adalah alamat broadcast. Alamat tersebut digunakan sensor node untuk berkomunikasi dengan master node sampai mendapatkan alamat baru.

Pengujian yang dilakukan pada tahap ini dibagi menjadi 2 yaitu pengujian komunikasi 1 sensornode dan pengujian komunikasi 2 sensor node. Pengujian komunikasi 1 sensor node dilakukan untuk mendapatkan waktu yang dibutuhkan 1 sensor node untuk dapat terhubung dengan master node. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 2. Pengujian komunikasi 2 sensornode dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan masing-masing sensor node agar dapat terhubung dengan master ketika 2 sensor node diaktifkan secara bersamaan. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 2 Hasil pengujian komunikasi 1 sensor node

No SensorNode

Tabel 3. Hasil pengujian komunikasi 2 sensor node bersamaan terhubung dengan master node normalnya adalah 1011 ms, namun dari percobaan yang dilakukan terdapat kondisi dimana sensor node mengirim pesan advertise lebih dari 1 kali, hal ini disebabkan karena master node tidak menanggapi pesan advertise yang pertama sehingga waktu yang dibutuhkan sensor node menjadi lebih lama. Berdasarkan Tabel 3, hasil waktu yang dibutuhkan 2 sensor node untuk dapat terhubung dengan master node secara

bersamaan adalah salah satu node

membutuhkan waktu 1011 ms dan node lainnya membutuhkan waktu yang bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah ketika 2 sensor node dinyalakan bersamaan salah satu sensor node akan mengirim pesan advertise lebih dahulu sehingga sensor node lainnya akan menerima pesan broadcast sebelum mengirim pesan advertise. Faktor lainnya yang mempengaruhi hasil waktu komunikasi 2 sensor node adalah masternode telat mengirimkan pesan broadcast ke sensor node karena sedang menaggapi komunikasi dari sensornode lainnya.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mulai dari tahap perancangan, implementasi hingga pengujian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perangkat keras yang dirancangan untuk menerapkan sistem rumah cerdas terdiri dari 2 jenis node yaitu master node dan sensor node. master node dirancang

sebagai koordinator node untuk

mengumpulkan data dari seluruh sensor node yang ada sedangakan sensor node dirancang untuk dapat terintergrasi dengan perangkat rumah. Perangkat keras dirangkai menggunakan arduino nano sebagai mikrokontroler dan modul nRF24L01 sebagai komunikasi wireless. Beberapa komponen lainnya yang juga digunakan untuk menunjang sistem rumah cerdas seperti modul relay yang terintergarasi dengan lampu dan sensor

DHT11 sebagai sensor suhu dan

kelembapan.

(8)

secara pervasive dapat diimplementasikan menggunakan metode pervasive service discovery protocol dimana master node bertindak sebagai koordinator akan melakukan listening terhadap sensor node yang hendak terhubung dengannya. Setiap sensor node yang hendak terhubung dengan master node akan melakukan pengiriman pesan advertise untuk mendapatkan alamat baru dari master node 3. Berdasarkan beberapa pengujian yang

dilakukan untuk mengukur keberhasilan fungsional sistem pada penelitian ini maka didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Pengguna dapat melakukan

monitoring dan kontroling dengan baik terhadap perangkat yang terhubung melalui serialmonitor pada master node.

b. Sistem dapat melakukan pengiriman data dengan baik. Pengiriman data dilakukan menggunakan nRF24L01 dan bentuk data yang dikirim berupa data JSON.

c. Rata-rata waktu yang dibutuhkan sebuah sensor node untuk dapat terhubung dengan master node adalah 1011 ms sedangakan waktu yang dibutuhkan 2 sensor node untuk dapat terhubung dengan master node secara bersamaan masing-masing memiliki waktu rata-rata 1011 ms dan 1123.2 ms.

6. DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Sabriansyah Rizqika., Kurniawan, Wijaya., Hannats Hanafi Ichsan, Mochammad., Arwani, Issa., Tri Handono, Maystya. 2016. Pervasive Device and Service Discovery Protocol

In XBee Sensor

Network.Malang,Indonesia: Universitas Brawijaya

Arduino, 2016. Arduino Nano [online] tersedia

di :

<https://www.arduino.cc/en/main/Arduino BoardNano> [Diakses 24 September 2016]

Arduino, 2017. SPI (Serial Peripheral Interface)

[online] tersedia di :

<https://www.arduino.cc/en/reference/SPI> [Diakses 14 Maret 2017]

Bhatti, Neelma., Dhomeja , ILachhman Das, Malkani , Yasir Arfat. 2014. Service

Discovery Protocols in Pervasive Computing: A review. Pakistan : University of Sindh

Bishaj, Blerta. 2007. Comparison of Service Discovery Protocols. Espoo, Finlandia : Helsinki University of Technology D- Robotics, 2016. DHT11 Humidity &

Temperature sensore [online] tersedia di : <https://goo.gl/IRZV2> [Diakses 27 September 2016]

Ga, Lin ., Wang, Zhixin., Zhou, Jianlong., Zhang, Chao. 2016. Design of Smart Home System Based on ZigBee Technology and R&D for Application. Energy and Power Engineering. 8 : 13-22

Json.org. 2013. Pengenalan Json [online] tersedia di : < https://www.json.org/json-idhtml> [Diakses 13 maret 2017] Kadam, Rohit., Mahamuni,Pranav ., Parikh,

Yash. 2015. Smart Home System. International Journal of Innovative Research in Advanced Engineering (IJIRAE) ISSN: 2349-2163. 2(1) : 81(86)

Laberg, Toril. 2005. Smart Home Technology; Technology supporting independent living - does it have an impact on health.

Leonardo, Alvin. 2017. Implementasi Smart Light Bulb Pervasive Berbasis ESP8266. Malang : Universitas Brawijaya.

Li, Xu., Lu, Rongxing., Lian, Xiaohui., She ,Xuemin (Sherman)., Chen, Jiming., Lin, Xiaodong. 2011. Smart Community: An Internet of Things Application. IEEE Communication Magazine

Marin, Raluca –Perianu., Hartel, Pieter .,

Scholten, Hans. 2005. A Classification

of Service Discovery Protocols.

Phogat, Monikat., Anand, Anshul. 2014. An

introduction to wireless

communication. International Journal of Engineering Trends and Technology (IJETT). 12(1) : 9 – 12.

(9)

Scientific Research Engineering & Technology (IJSRET), ISSN 2278 – 0882. 5(5) : 307-309

Salehi, Farzad. 2011. A Distributed Architecture for Remote Service Discovery in Pervasive Computing.

Canada : Bishop’s University

Samdya, M., Rajakhar, K. 2012. Design and Verification of Serial Peripheral Interface. International Journal of Engineering Trends and Technology. 3(4) : 522 - 524

Satyanarayanan, M. 2001. Pervasive Computing: Vision and Challenges. To appear in IEEE Personal Communications. 6(8) : 10-17

Semiconductor, Nordic., 2007. nRF24L01 Single chip 2.4 GHz Transceiver Product Spesification. [online] <https://www.nordicsemi.com/chi/nord ic/contentdownload/2730/3410/5/file/n RF24L01Productspecificationv20. Pdf> [Diakses 26 September 2016]

Smart Home Energy.2013. What is a “Smart Home”. [online] tersedia di : < https://smarthomenergy.co.uk/what-smart-home> [Diakses 28 Mei 2017]

Smith, Alan. 2011 Intoduction to Arduino.

[online] tersedia di :

<https://www.introtoarduino.com/down loads/IntroArduinoBook.pdf> [Diakses 28 Mei 2017]

Smith, Ben. 2015. Beginning JSON. New York : Spinger Science + Business Media. Vasseur, Jean-philippe., Dunkles, Adam. 2010.

Interconnecting smart objects with IP The next Internet. [e-book] Burlington : Morgan Kaufmann. Tersedia di:

Google Books

<https://books.google.co.id/books?id=

mVji-YA5kgEC&pg=PA76&lpg=PA76&dq =concept+service+discovery+protocol &source=bl&ots=EOFeVcJ4Bn&sig=T

D-1VyQW9B2E7B2a-aUZb5FCNls&hl=id&sa=X&ved=0ah UKEwjwnNG_qIrUAhXJQI8KHWzE AfI4ChDoAQgtMAE#v=onepage&q=c oncept%20service%20discovery%20pr otocol&f=false>[Diakses 28 Mei 2017] Weiser,M .1993.Some Computer Science Issue

in ubiquitous computing.

Gambar

Gambar 2. Diagram blok perangkat keras
Gambar 4. Rangkaian sensor node lampu
Gambar 10. Diagaram alir fungsi receive pada sensor node
Tabel 1. Hasil pengujian menyalakan dan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi-fungsi ini dijalankan oleh perangkat Gampong yaitu Keuchik ( Keuchik istilah peraturan daerah ), Teungku Sago/Waki Teungku (Imeum Meunasah istilah

Pus'aka U'a!a 4.. Konsep dasar 4isioogi Kehamian !. Men#usun ringkasan tentang konsep teoris kehamian !. Menghitung usia kehamian dan taksiran persainan &#34;. M emb ag

Dalam rantai pasokan daging sapi terdapat enam pihak yang terlibat, pihak-pihak tersebut adalah peternak sapi, calo, pasar ternak, distributor daging, retail daging, dan

Hasil : Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis paru,

Berdasarkan hasil penelitian, maka Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa, Tingkat kemampuan siswa kelas VIII SMP Swasta Budi Setia Tahun Pelajaran

4) realisasi atas proyeksi laporan keuangan beserta asumsi yang digunakan sebagaimana dimaksud dalam format 9. Diisi penjelasan mengenai deviasi atas realisasi Rencana

Analisis univariate yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata dari variabel besaran perusahaan (size), Return On Asset, Debt To Equity, dan Net

Pengujian pada user-guided control keep forward bertujuan untuk mengetahui keandalan robot servis saat diberikan perintah keep forward oleh pengguna, dimana robot servis