BAB I
FILSAFAT, IMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN
A. Pengetahuan
Definisi pengetahuan dapat dilihat dari berbagai sudut.SeorangPlatomerumuskan Pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (“justified true belief”), sedang Notoatmodjo menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari adanya penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya. Secara garis besar menurut Notoatmodjo domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahui baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi dari lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ditarik garis besar bahwa; Pengetahuan merupakan Hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.
B. Filsafat
Batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam.Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian filsafat menurut beberapa para ahli:
1. Plato ( 428 -348 SM )
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. 2. Aristoteles ( (384 – 322 SM)
Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
3. Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah mother of all the arts (ibu dari semua seni)atauars vitae (seni kehidupan) 4. Johann Gotlich Fickte (1762-1814)
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan, filsafat membahas seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
5. Imanuel Kant (1724 – 1804)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
- Apakah yang dapat kita kerjakan ? (jawabannya Metafisika ) - Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika ) - Sampai dimanakah harapan kita ? (jawabannya Agama ) - Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi) 6. Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
7. Harold H. Titus (1979 )
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
b. Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
c. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
8. Hasbullah Bakry
9. Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.
C. Ilmu Pengetahuan 1. Definisi
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu bagian pengetahuan yang spesifik. Ilmu pengetahuan bertujuan dan bertugas sebagai peningkat kehidupan. Ilmu membatasi obyek kajian pada hal hal yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia, dan dalam pelaksanaan kajiannya memakai gabungan cara berfikir deduksi-induksi yang sering disebut sebagai metode keilmuan.
2. Syarat Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebuah pengetahuan akan bersifat ilmiah apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yakni, adanya dasar pembenaran, sistematis dan bersifat intersubjektif.
a. Dasar Pembenaran
Pengetahuam harus diperoleh dari cara kerja ilmiah (penelitian) yang diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian setinggi mungkin.
b. Sistematis
c. Intersubjektif
Merupakan pengembangan dari sifat “Objektif”. Objektif sendiri merupakan fenomena dimana pengetahuan yang merupakan hasil penelitian murni diarahakan dari objek dan bukan diarahkan oleh subjek. Sedangkan intersubjektif artinya bahwa pengetahuan yang diperoleh oleh seorang subjek harus diverivikasi oleh subjek-subjek lain.
Sedangkan syarat pengembangan sebuah ilmu pengetahuan mencakup tiga kategori pemikiran filosofis, yakni ontologi, aksiologi dan epistimologi.
a. Ontologi
Merupakan bentuk pemahaman atas kenyataan yang menghendaki pengetahuan murni yang bebas kepentingan. Pengetahuan yang lahir dari refleksi ontologis adalah suatu disinterested knowledge (pengetahuan yang tidak memiliki kepentingan). Secara sederhana aspek ontologis dapat diwakili dengan pertanyaan, “apa pengertiannya?”. Kemudian dari sini manusia akan mampu memperoleh pengetahuan yang benar melalui dua cara, yakni: 1) Mendasarkan diri pada rasio
2) Mendasarkan diri pada pengalaman (experience) b. Aksiologi
Aksiologi sudah berbicara mengenai nilai, kepentingan, dan tujuan. Akan tetapi belum pada taraf kegunaan praktis. Pertanyaan yang ada pada bagian ini diantaranya adalah : - Bagaimana mendapatkannya?
- Bagiamana kaitan antara pengetahuan dengan kaidah moral? c. Epistemologi
Epistimologi atau logika penemuan ilmiah biasanya disamakan dengan teori metode ilmiah. Dengan kata lain epistimologi akan selalu terkait persoalan pertumbuhan pengetahuan. Secara sederhana epistimologi merupakan kegunaan ilmiah dari suatu pengetahuan atau dapat terwakili dengan pertanyaan “untuk apa kemanfaatannya?”.
hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam.
D. Penelitian 1. Definisi
Penelitian merupakan sebuah terminology (istilah) yang kompleks. Hal ini dapat dilihat dari ragam definisi yang diberikan oleh para ahli, diantaranya adalah :
a. Woody, 1927
Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi (pendefinisian ulang) terhadap masalah, merumuskan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan kecocokan dengan hipotesis.
b. Parson, 1946
Proses Inquiry (pencarian atas sesuatu) secara sistematis terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
c. John, 1949
Pencarian fakta menurut metode obyektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.
d. Hilway, 1956
Suatu metode studi melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
e. Depdiknas RI
Kerjasama ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka memperoleh informasi atau temuan atau produk baru melalui metodologi yang berkaitan erat dengan satu atau beberapa disiplin ilmu.
2. Jenis Penelitian
Sebelum membahas jenis penelitian, maka perlu dipahami unsur dan aktifitas yang dilakukan dalam penelitian. Unsur dalam penelitian terdiri dari hal penting yakni observasi (pengamatan/pengukuran terhadap fakta) dan nalar (memaknai fakta dan hubungan antar fakta). Sedangkan aktifitas dalam penelitian terdiri dari tiga kegiatan, yakni pengumpulan fakta, analisa atau sistesis dan pengambilan keputusan. Ketiga hal ini kegiatan tersebut harus dilakukan secara sistematis dan berdasar pada metode ilmiah.
Metode ilmiah sendiri merupakam cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran, berdasarkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip (menemukan, mengumpulkan, mengembangkan, menganalisis dan menguji kebenaran). Dalam hal ini metode ilmiah dikatakan berkualitas apabila:
- Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, mitos) - Bebas dari prasangka (tidak subyektif)
- Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan analisis yang logis)
- Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan) - Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)
Berbagai kegiatan ilmiah tersebut pada akhirnya menentukan tipe atau jenis penelitian yang dapat diklasifikasikan berdasar beberapa kriteria, diantaranya:
a. Kegunaan Hasil
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari dua jenis, yakni penelitian dasar dan penelitian terapan.
1) Penelitian dasar adalah penelitian yang menitikberatkan pada upaya menjawab rasa ingin tahu atau pengembangan ilmu tertentu yang tidak memiliki kegunaan praktis secara langsung. Contoh : Mengungkap sejarah situs megalitikum Terjan.
2) Penelitian terapan adalah penelitian yang menitikberatkan pada upaya untuk keperluan praktis, memperbaiki praktik yang ada atau guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Contoh : Analisa implementasi kurikulum 2013.
b. Tujuan
1) Penelitian eksploratif adalah penelitian yang diarahkan untuk menjawab hipotesis, mencari hubungan antar variabel, dan melakukan suatu inovasi. Contoh: Mencari penyebab anak beprestasi rendah.
2) Penelitian pengembangan adalah penelitian yang diarahkan untuk menerapkan teknologi, dan membuat prototype atau model. Contoh : Pembuatan mobil hybrid. 3) Penelitian verifikatif adalah penelitian yang diarahkan untuk melakukan pengujian atau
perbandingan teori. Contoh : Pengujian terori evolusi oleh JB Lamarck. c. Bidang Ilmu
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari tiga jenis, yakni penelitian natural science, social science dan engineering.
1) Natural science adalah penelitian yang berfokus pada kajian ilmu alam (Kimia, Fisika, Biologi, Astronomi). Contoh: Pemanfaatan biji waluh untuk mencegah kanker.
2) Social Science adalah penelitian yang berfokus pada kajian ilmu sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi). Contoh : Fenomena “ngemblok” dalam tradisi perkawinan di kecamatan Sedan, Rembang, Jawa Tengah.
3) Engineering adalah penelitian yang berfokus pada kajian teknis dan arsitektur. Contoh : Penggunaan abu sekam padi untuk pembuatan paving hexagonal.
d. Tempat Penelitian
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari tiga jenis, yakni penelitian laboratorium, lapangan dan penelitian di perpustakaan.
e. Metode Pengumpulan Data
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari tiga jenis, yakni penelitian survei, experimental dan studi kasus.
1) Penelitian Survei
Penelitian survei adalah penelitian yang diarahkan untuk mencari keterangan secara faktual, memperoleh fakta dari gejala yang ada dan dilakukan terhadap sampel atau populasi. Contoh : Mengetahui jumlah pelanggaran kedisiplinan siswa SMA N 1 Rembang.
2) Penelitian Eksperimental
3) Penelitian Studi Kasus