• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN: 2338-2929

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN: 2338-2929"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Infrastruktur Transportasi dan Kepadatan Penduduk Dampaknya Terhadap Pendapatan

Per Kapita:

Panel Data Evidence

dari Sembilan Provinsi di Sumatera

Khairul Amri, SE. M.Si

Akademi Sekretari dan Manajemen (ASM) Nusantara Banda Aceh

Abstrak: Penelitian ini menguji pengaruh infrastruktur jalan dan kepadatan penduduk terhadap pendapatan per kapita pada provinsi di Sumatera. Data yang digunakan adalah panel data yakni gabungan data runut waktu (time series data) selama periode tahun 2007-2013 dan data kerat silang (cross section data) yang diambil dari 9 provinsi di Sumatera. Model analisis data menggunakan regresi panel dengan metode pooled least square. Penelitian menemukan bahwa infrastruktur jalan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita. Sebaliknya tingkat kepadatan penduduk berpengaruh negatif terhadap pendapatan per kapita. Baik secara simultan maupun parsial kedua predictor variable tersebut secara nyata mempengaruhi pendapatan per kapita masyarakat di Sumatera. Karena itu, upaya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat pada masing-masing daerah provinsi di Sumatera sebaiknya diwujudkan melalui kebijakan peningkatan infrastruktur jalan baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu, kebijakan yang berkaitan dengan kependudukan sebaikya diarahkan untuk mendistribusikan penyebaran penduduk secara lebih merata. Apalagi sebagian besar penduduk Sumatera bekerja pada sektor pertanian. Penumpukan penduduk pada wilayah tertentu dapat berdampak pada terganggunya produktivitas kerja mereka disebabkan keterbatasan lahan.

Kata Kunci : Pendapatan Per Kapita, Infrastruktur Jalan dan Tingkat Kepadatan Penduduk

Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari output yang dihasilkan masyarakat daerah tersebut. Dalam kontek regional seperti halnya provinsi, indikator pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah pendapatan per kapita, yakni menggambarkan besarnya pendapatan yang rata-rata yang diterima oleh setiap penduduk dalam periode waktu tertentu. Semakin besar pendapatan per kapita berarti semakin berhasil pembangunan ekonomi. Sebaliknya penurunan pendapatan per kapita berarti terjadi penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini berarti pendapatan per kapita juga dapat dijadikan tolok ukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi dan juga diyakini akan menetes ke lapisan bawah (trickle down effect) baik dengan sendirinya maupun karena adanya intervensi pemerintah (BPS, 1990).

Keberhasilan pembangunan ekonomi masyarakat di kawasan barat Indonesia seperti halnya di pulau Sumatera dapat dilihat dari pendapatan per kapita masyarakatnya. Publikasi data statistik berkaitan dengan pendapatan per kapita penduduk diketahui bahwa pendapatan per kapita masyarakat pada masing-masing provinsi di Sumatera relatif berbeda satu sama lain. Di satu sisi ada daerah dengan pendapatan per kapita

penduduknya relatif lebih besar seperti provinsi Sumatera Utara dan Kepulauan Bangka Belitung misalnya. Di sisi lain juga ada daerah dengan pendapatan per kapita penduduknya relatif lebih rendah seperti provinsi Bengkulu dan Lampung. Dengan menggunakan data time series selama periode tahun 2007-2013 perbandingkan rata-rata pendapatan per kapita menurut provinsi di Sumatera seperti terlihat dalam Gambar 1.

Gambar 1

Rata-rata Pendapatan Per Kapita Menurut Provinsi di Sumatera Selama Periode Tahun 2007-2013

Sumber: BPS Indonesia, 2014.

Mengacu pada data rata-rata pendapatan per kapita penduduk selama periode tahun 2007-2013 seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 di atas diketahui bahwa provinsi dengan pendapatan per kapita paling tinggi adalah Sumatera Utara sebesar Rp 9.097.630 per tahun. Kemudian diikuti oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

6,591.70 9,097.63

8,062.54 8,843.49

5,129.65 6,867.83

4,876.75 5,021.22

8,849.29

(2)

sebesar Rp 8.849.290 per tahun. Sebaliknya provinsi dengan pendapatan per kapita paling rendah adalah Bengkulu sebesar Rp 4.876.750 per tahun, kemudian diikuti oleh Provinsi Lampung dengan pendapatan per kapita rata-rata sebesar Rp 5.021.220 per tahun.

Upaya pembangunan ekonomi daerah sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun pemerintah kabupaten kota. Pembangunan infrastruktur transportasi dalam bentuk jalan misalnya, merupakan bukti nyata tingginya komitmen pemerintah dalam meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Di samping dapat memperlancar arus barang dan jasa dalam perekonomian, ketersediaan infrastruktur jalan juga diharapkan dapat meningkatkan mobilitas penduduk dalam melaksanakan kegiatan ekonomi.

Pembangunan ekonomi daerah melalui penyediaan infrastruktur jalan merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah. Pengembangan di sektor transportasi ini di tujukan untuk mendukung pengembangan wilayah provinsi dan kabupaten kota yang nantinya diharapkan dapat membuka isolasi dan mendorong pengentasan kemiskinan. Adanya keterkaitan antara infrastruktur jalan dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah seperti dikemukakan oleh Garcia-Mila dan McGuire (1992) dan Moonmaw, et al., (1995) menemukan hubungan positif antara infrastruktur transportasi dan pendapatan per kapita. Fernald (1999) juga menemukan hasil yang sama, dimana kontruksi jalan raya memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan kesempatan kerja industri manufaktur, output manufaktur, output dan produktivitas sektor swasta.

Keberadaan infrastruktur transportasi dalam bentuk jalan darat pada masing-masing provinsi juga relatif berbeda. Perbedaan tersebut tidak hanya terjadi antara sesama provinsi, tetapi juga pada provinsi yang sama dalam periode tahun yang berbeda. Seiring dengan adanya program pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi guna mendorong kegiatan ekonomi masyarakat di daerah, maka infrastruktur jalan di Sumatera mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Infrastruktur jalan yang dimaksudkan adalah total panjang jalan terdiri dari jalan nasional, provinsi dan jalan kabupaten kota. Gambar 2 memperlihatkan rata-rata panjang jalan menurut provinsi di Sumatera selama periode tahun 2007-2013.

Gambar 2

Rata-rata Panjang Jalan Menurut Provinsi di Sumatera Selama Periode Tahun 2007-2013

Sumber: Buku Informasi Statistik (BIS) Pekerjaan Umum Indonesia, 2014 Provinsi dengan total panjang jalan terbesar adalah Sumatera Utara 73,716 km. Kemudian diikuti oleh Provinsi Aceh di urutan kedua dengan total jalan sepanjang 20.956,61 kilo meter. Sebaliknya daerah dengan panjang jalan relatif pendek adalah provinsi kepulauan Bangka Belitung sepanjang 4.470,29 kilo meter. Kemudian diikuti oleh Bengkulu sepanjang 7.223,14 kilometer.

Selain infrastruktur jalan, faktor lain yang dapat berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat berhubungan dengan kependudukan. Laju pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi (Sodik et al., 2007). Teori Solow (Neo Klasik) juga menyatakan bahwa laju pertumbuhan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, ketika kuantitas penduduk tidak dapat dikendalikan maka akan muncul yang namanya population density atau kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk adalah ukuran terhadap jumlah penduduk yang dibagi berdasarkan luas wilayah. Semakin banyak penduduk dengan luas wilayah yang kecil menggambarkan bahwa di wilayah itu telah terjadi yang namanya kepadatan penduduk.

(3)

provinsi meningkat dari tahun ke tahun. Gambar 3 memperlihatkan tingkat kepadatan penduduk menurut provinsi di Sumatera selama periode tahun 2007-2013 (Km2).

Gambar 3

Rata-rata Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi di Sumatera Selama Periode Tahun 2007-2013

(Orang/Km2)

Daerah dengan tingkat kepadatan penduduk relatif tinggi adalah provinsi Lampung dengan rata-rata kepadatan penduduk selama periode tahun 2007-2013 sebesar 212 jiwa per km2. Kemudian diikuti oleh provinsi Sumatera Utara sebesar 181 jiwa per km2. Sebaliknya daerah dengan tingkat kepadatan penduduk paling rendah adalah Provinsi Riau sebesar 64 jiwa per km2, kemudian diikuti oleh provinsi Jambi sebesar 64 jiwa per kilometer.

Pendapatan per kapita masyarakat dalam suatu wilayah dapat dikaitkan dengan ketersediaan infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk. Upaya pembangunan infrastruktur jalan pada setiap daerah di Sumatera baik dalam bentuk jalan nasional, provinsi maupun jalan nasional diharapkan mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat di masing-masing provinsi. Dampak infrastruktur tentunya tidak hanya pada pendapatan per kapita, tetapi juga dapat mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk. Hal ini sangat beralasan karena infrastruktur jalan dapat meningkatkan mobilitas penduduk antara wilayah. Karena itu penelitian ini mengkaji keterkaitan antara pendapatan per kapita dengan infrastruktur jalan dan kepadatan penduduk.

TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.

Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, berupa alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) atau di tingkat regional disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Menurut ekonomk klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi secara klasik dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui

Menurut teori pertumbuhan neo klasik tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro dan Smith, 2008). Mankiw, Romer dan Weil (MRW) melakukan modifikasi terhadap model pertumbuhan neo klasik dimana mereka mengusulkan pemakaian variabel akumulasi modal manusia (human capital). Sumber pertumbuhan ekonomi dengan demikian berasal dari pertumbuhan kapital, tenaga kerja dan modal manusia. Hasil estimasi yang dihasilkan dari model MRW ternyata lebih baik dibandingkan dengan model neo klasik (Mankiw, 2006).

Teori pertumbuhan baru memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari hanya sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia. Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2006).

(4)

ekonomi. Sodik et al (2007) dalam penelitiannya berusaha memeriksa pengaruh aglomerasi dalam pertumbuhan ekonomi regional. Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi regional salah satunya dipengaruhi oleh angkatan kerja.

Teori Solow (Neo Klasik) juga menyatakan bahwa laju pertumbuhan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, yang disebabkan melalui semakin banyaknya angkatan kerja yang bekerja, maka kemampuan untuk menghasilkan output semakin tinggi. Dengan banyaknya output yang mampu dihasilkan, maka akan mendorong tingkat penawaran agregat sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara umum, laju pertumbuhan penduduk dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, peran laju pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

Selain jumlah penduduk, peran tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDB juga sangat tergantung pada kualitas tenaga kerja tersebut. Teori Human Capital menjelaskan bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain penundaan penerimaan penghasilan, orang yang melanjutkan pendidikan harus membayar biaya secara langsung. Setelah tamat dari pendidikan yang ditempuhnya, sangat diharapkan seseorang itu bisa mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dan berujung pada pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan modal manusia dipandang sebagai mesin pertumbuhan utama yang memiliki peranan menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pendapatan Per Kapita

Pertumbuhan pendapatan perkapita merupakan ukuran kemajuan pembangunan (Todaro, 2004). Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya sehingga pertumbuhan pendapatan menjadi tolok ukur kemajuan pembangunan. Pendapatan per kapita merupakan ukuran kemampuan suatu negara dalam memperbesar outputnya dalam laju

yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduknya. Indikator yang penting digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah dalam suatu periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat berupa atas dasar harga berlaku atau atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar perhitungan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat maka dapat digunakan dari sisi ekonomi melalui tingkat pendapatan. Untuk melihat tingkat pendapatan maka digunakan nilai dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) pendekatan pendapatan perkapita atau pendapatan perkapita. PDRB perkapita dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana nilai tambah yang dihasilkan dari berbagi kegiatan ekonomi dapat dinikmati oleh tiap penduduk.

Menurut Badan Pusat Statistik, PDRB pendekatan pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh seluruh faktor produksi yang ikut terlibat dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun). Balas jasa faktor produksi mencakup upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. PDRB perkapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah atau daerah. PDRB perkapita merupakan nilai PDRB dibagi jumlah populasi dalam suatu wilayah atau daerah.

Infrastruktur Jalan

(5)

mendefinisikan infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi final, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan, bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel kereta api, angkutan pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

Definisi infrastruktur tidak hanya meliputi pengertian seperti di atas, prosedur operasi serta kebijakan pembangunan juga merupakan salah satu jenis infrastruktur. Pembahasan ini kemudian dikenal istilah Hard Infrastructure dan Soft Infrastructure, yang pada akhirnya kedua jenis infrastruktur ini saling terkait dalam menciptakan layanan infrastruktur secara utuh. Berdasarkan definisi tersebut infrastruktur memiliki cakupan yang lebih luas (Arman, 2008).

Jalan merupakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi transportasi darat. Fungsi jalan adalah sebagai penghubung satu wilayah dengan wilayah lainnya. Jalan merupakan infrastruktur yang paling berperan dalam perekonomian nasional. Besarnya mobilitas ekonomi tahun 2002 yang melalui jaringan jalan nasional dan propinsi rata-rata per hari dapat mencapai sekitar 201 juta kendaraan-kilometer (Bappenas, 2003). Hal ini belum termasuk mobilitas ekonomi yang mempergunakan jaringan jalan kabupaten sepanjang 240 ribu kilometer serta jaringan jalan desa. Artinya adalah infrastruktur jalan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional.

Keterkaitan antara Infrastruktur Jalan dan Pendapatan Per Kapita

Kajian teori ekonomi pembangunan menurut Sjafrizal (2008), dikatakan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai. Ilustrasinya sederhana, seandainya semula tidak ada akses jalan lalu dibuat jalan maka dengan akses tersebut akan meningkatkan aktivitas perekonomian. Contoh lain di suatu komunitas bisnis, semula tidak ada listrik maka dengan adanya listrik kegiatan ekonomi di komunitas tersebut akan meningkat. Fungsi strategis infrastruktur jelas tidak diragukan lagi tanpa pembangunan infrastruktur yang mencukupi, kegiatan investasi pembangunan lainnya seperti kegiatan produksi, jelas tidak akan meningkat secara signifikan.

Infrastruktur fisik, terutama jaringan jalan sebagai pembentuk struktur ruang nasional memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun sosial budaya kehidupan masyarakat. Dalam konteks ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan tempat bertumpu perkembangan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi sulit dicapai tanpa ketersediaan jalan yang memadai.

Tambunan (2005) yang dikutip oleh Arman (2008) menegaskan bahwa manfaat ekonomi infrastruktur jalan sangat tinggi apabila infrastruktur tersebut dibangun tepat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang berkembang. Tambunan (2005) juga menunjukkan bahwa manfaat variabel infrastruktur (diukur dengan panjang jalan aspal atau paved road) terhadap peningkatan beragam tanaman pangan di Pulau Jawa jauh lebih signifikan berpengaruh terhadap produksi tanaman pangan dibandingkan dengan pembangunan pengairan.

Haris (2010) menyatakan bahwa infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.

Upaya pembenahan kondisi infrastruktur disadari peran penting dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan dampak jangka panjangnya bagi PDB per kapita (Maryaningsih et al., 2014). Perbaikan infrastruktur memiliki kontribusi dalam meningkatkan produktivitas dan diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Merujuk pada publikasi World Development Report (World Bank, 1994), infrastruktur berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di mana pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dijumpai pada wilayah dengan tingkat ketersediaan infrastruktur yang mencukupi.

(6)

Adanya keterkaitan antara infrastruktur transportasi seperti halnya jalan dengan pendapatan per kapita juga dikemukakan oleh Garcia-Mila dan McGuire (1992) dan Moonmaw, et al., (1995) menemukan hubungan positif antara infrastruktur transportasi dan pendapatan per kapita. Singletary et al. (1995) dan Fernald (1999) juga menemukan hasil yang sama, dimana kontruksi jalan raya memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan kesempatan kerja industri manufaktur, output manufaktur, output dan produktivitas sektor swasta.

Pertambahan Penduduk

Pertambahan penduduk adalah jumlah penduduk diakibatkan karena jumlah kelahiran yang ternyata jauh melebihi jumlah kematian. Selain itu mungkin di sebabkan karena sarana pengendalian risiko kematian kian lama kian berhasil di tngkatkan sedangkan penurunan angka kelahiran yang sangat lambat. Selain itu pertambahan penduduk mungkin juga di tujukan untuk mencapai pertambahan alamiah dengan cara meningkatkan angka kelahiran yang lebih tinggi. Sudah tentu pertumbuhan alamiah merupakan sumber pertambahan di dunia sebagai suatu ke seluruhan dan mungkin juga di beberapa daerah tertentu.

Kependudukan merupakan masalah nasional yang berdampak kepada masyarakat luas, di satu sisi bahwa penduduk yang besar merupakan modal dalam pembangunan, karena disitu terdapat jumlah angkatan kerja yag cukup besar pula. Di lain pihak bahwa penduduk yang besar merupakan beban pemerintah dalam kaitannya kebutuhan hidup baik primer maupun sekunder.

Perkembangan penduduk yang cepat menimbulkan berbagai masalah antara lain kesenjangan penghasilan pedesaan dan perkotaan, dan meningkatnya kebutuhan lahan. Untuk mengatasi hal tersebut subsidi untuk kesejahteraan sosial memegang peranan penting untuk mengurangi perbedaan di kota dan di desa sebagai strategi yang di arahkan untuk percepatan pertumbuhan sosial ekonomi dan modernisasi, dan keseimbangan wilayah (Mulyadi, 1992: 37). Disebutkan pula bahwa seperti daerah perkotaan, dengan kecepatan perkembangan penduduk akibatnya lahan tempat tinggal semakin sempit, sempitnya tempat tinggal tersebut akhirnya menjadi perkampungan yang kumuh, sulit untuk dilakukan pengaruh pengaturan secara baik, kepedulian masyarakat semakin berkurang pula. Besar kecilnya laju pertambahan penduduk di suatu wilayah sangat di pengaruhi oleh besar kecilnya komponen pertumbuhan penduduk.

Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada bayi lahir dan penduduk yang akan datang dan penduduk akan berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang mati dan yang meninggalkan wilayah tersebut.

Kepadatan Penduduk

Ketika kuantitas penduduk tidak dapat dikendalikan maka akan muncul yang namanya population density atau kepadatan penduduk. Dalam kamus dikatakan bahwa population density is measured as resident population divided by total land area. Population change is measured as the population increase or decrease divided by the start of interval population. Kepadatan penduduk adalah ukuran terhadap jumlah penduduk yang dibagi berdasarkan luas wilayah, karena jumlah penduduk mengubah ukuran dari pertambahan penduduk atau pengurangan penduduk dari awal sampai pada interval populasi. Semakin banyak penduduk dengan luas wilayah yang kecil menggambarkan bahwa di wilayah itu telah terjadi yang namanya kepadatan penduduk.

Keterkaitan antara Kepadatan Penduduk dan Pendapatan Per Kapita

Teori pertumbuhan (teori pertumbuhan neo klasik dan teori lokasi) adalah teori ekonomi regional yang secara prinsipil menghubungkan infrastruktur transportasi dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan jumlah penduduk (Beyzatlar, dan Kuştepeli, 2011). Laju pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Kebenaran hubungan yang positif tersebut tergantung pada kemampuan sistem ekonomi untuk menyerap dan mempekerjakan tambahan pekerja secara produktif. Teori neoklasik menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjelaskan tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Sodik et al (2007) dalam penelitiannya berusaha memeriksa pengaruh aglomerasi dalam pertumbuhan ekonomi regional. Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi regional salah satunya dipengaruhi oleh angkatan kerja.

(7)

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita masyarakat. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk berarti akses terhadap lahan produksi semakin berkurang apalagi jika penduduk yang tinggal dalam daerah tertentu mayoritas bekerja di sektor pertanian. Meningkatnya kepadatan penduduk berarti terjadinya penurunan rasio luas lahan pertanian terhadap jumlah penduduk. Kondisi ini tentunya tidak hanya berdampak pada kemampuan produksi, tetapi juga berpengaruh pada pendapatan per kapita di daerah tersebut.

Penelitian Sebelumnya

Beyzatlar dan Kuştepeli (2011) meneliti keterkaitan antara infrastruktur pertumbuhan ekonomi dan kepadatan penduduk di Turki. Penelitian tersebut menyimpulkan terdapat hubungan positif jangka panjang antara panjang rel kereta api dengan kepadatan penduduk dan pendapatan per kapita. Panjang rel kereta api mengakibatkan pendapatan per kapita ril meningkat hanya dalam jangka panjang. Tetapi panjang rel mengakibatkan kepadatan penduduk meningkat baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Novitasari dan Maryati (2010) meneliti pengaruh pembangunan infrastruktur terhadap perkembangan wilayah di Indonesia. Penelitian tersebut menemukan bahwa infrastruktur yang paling signifikan mempengaruhi perkembangan wilayah dengan tingkat pertumbuhan IPM tinggi adalah pertumbuhan panjang jalan nasional.

Maryaningsih et al. (2014) meneliti pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pertama, resiliensi pertumbuhan ekonomi Indonesia telah berhasil meningkatkan rata-rata pendapatan per kapita riil nasional. Kedua, meskipun pendapatan per kapita riil nasional telah meningkat, namun belum terdapat pemerataan pendapatan per kapita riil antar provinsi di Indonesia. Ketiga, terdapat indikasi b-convergence dengan kecepatan konvergensi sebesar 1,75% atau setara dengan half life sekitar 41,14 tahun. Dengan demikian, provinsi-provinsi dengan pendapatan per kapita riil lebih rendah tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi dengan pendapatan per kapita riil lebih tinggi. Keempat, s-convergence belum terjadi dalam perekonomian nasional Indonesia, yang artinya masih terdapat ketimpangan pendapatan per kapita riil antar provinsi di Indonesia. Kelima, kondisi infrastruktur jalan dan listrik berdampak signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita, namun tidak demikian dengan pelabuhan. Terakhir, investasi

terbukti secara empiris sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Leck, Shlomo dan Naniel (2008) mengadakan penelitian dengan tema Welfare economic impacts of transportation improvements in a peripheral region. Penelitian tersebut dilakukan di Israel, dengan kesimpulan antara lain ada hubungan antara aksesibilitas (transportasi) dengan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Selanjutnya perkembangan transportasi dapat meningkatkan efisiensi, output, produktivitas dan upah.

Pradhan dan Tapan (2012) meneliti tentang pengaruh infrastruktur transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi India. Penelitian tersebut menyimpulkan antara lain: terdapat kausalitas antara infrastruktur transportasi darat dengan pertumbuhan ekonomi.

Tong et al. (2014) meneliti keterkaitan antara infrastruktur transportasi, ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat. Penelitian tersebut antara lain menemukan bahwa keberadaan jalan raya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung melalui peningkatan stok modal infrastruktur bukan transportasi dan modal swasta. David and Pascal D (2004) meneliti keterkaitan antara integrasi regional dan pembangunan ekonomi di negara-negara Eropa. Penelitian tersebut menemukan bahwa integrasi ekonomi regional melalui liberalisasi perdagangan memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan.

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pembangunan infrastruktur jalan di daerah diharapkan mampu mendorong kegiatan ekonomi masyarakat. Pentingnya infrastruktur jalan guna meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat di daerah terjadi karena infrastruktur jalan dapat meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa. Semakin baik infrastruktur jalan semakin lancar pergerakan barang dan jasa dalam perekonomian. Tidak hanya itu, infrastruktur jalan juga dapat menyebabkan terjadinya mobilisasi penduduk daerah suatu daerah ke daerah lain.

(8)

pertanian terhadap jumlah angkatan kerja, yang pada gilirannya dapat berdampak buruk pada marginal product of labor.

Adanya dampak infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk terhadap kegiatan ekonomi berimplikasi bahwa pendapatan per kapita yang diperoleh oleh masyarakat dalam suatu daerah juga terkait dengan infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk di daerah tersebut. Dengan kata lain, pendapatan per kapita yang diperoleh oleh masyarakat suatu daerah dapat diprediksi dengan ketersediaan infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk di daerah tersebut. Karena itu, kerangka pemikiran penelitian ini seperti terlihat dalam Gambar 4.

Mengacu pada kerangka pemikiran yang telah dijelaskan di atas, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah infrastruktur jalan dan kepadatan penduduk berpengaruh terhadap pendapatan per kapita provinsi di Sumatera.

METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian berkaitan dengan keterkaitan antara pendapatan per kapita dengan infrastruktur transportasi dan kepadatan penduduk di 9 (sembilan) provinsi di Sumatera, terdiri dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Infrastruktur transportasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah infrastruktur jalan yang diukur dari panjang jalan dalam wilayah provinsi. Infrastruktur jalan dimaksud terdiri dari jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten.

Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data tersebut berbentuk data panel

(panel data) yakni gabungan antara data runut waktu (time series data) selama periode tahun 2007-2013 dan data kerat silang (cross section data) yang diambil dari 9 (sembilan) provinsi sebagaimana dijelaskan di atas. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi terhadap data-data yang dipublikasikan oleh instansi terkait seperti BPS Indonesia dan Buku Informasi Statistik (BIS) Pekerjaan Umum Indonesia serta instansi terkait lainnya yang menyediakan data-data penelitian.

Model Analisis Data

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, pendapatan per kapita merupakan fungsi dari transportasi jalan dan tingkat kepadatan penduduk. Hal ini berarti pendapatan per kapita ditempatkan sebagai variabel terikat (dependent variable) yang nilainya ditentukan oleh variabel bebas (independent variable) transportasi jalan kepadatan penduduk. Secara matematis hubungan fungsional antara variabel-variabel tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Income = f(PJ, KP) (1)

Guna kepentingan analisis, model tersebut dirubah menjadi model ekonometrika yang memasukkan faktor gangguan (error term) seperti terlihat dalam persamaan di bawah ini.

Incomeit= β0+β1PJit+ β2KPit + e it (2) Dimana :

Income : Pendapatan Per Kapita

β0 : Konstanta/intercept

β1 dan β2 : Koefisien regresi variabel Panjang Jalan (PJ) dan Kepadatan Penduduk (KP) i : Provinsi

t : Tahun

PJ : Panjang jalan

KP : Kepadatan Penduduk

e (epsilon) : Tingkat kesalahan penduga dalam penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data panel atau pooling merupakan gabungan antara data kerat silang (cross section data) dan data runut waktu (time series data). Dalam penelitian ini, time series data selama periode tahun 2007-2012 dan cross section data diambil dari 9 provinsi di Pulau Sumatera.

Pengujian hipotesis menggunakan statistik uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk menguji pengaruh infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk secara simultan terhadap pendapatan per kapita, dengan ketentuan sebagai berikut.

(9)

penduduk berpengaruh terhadap pendapatan per kapita sehingga hipotesis diterima. - Apabila nilai F hitung < F tabel atau nilai

p-value > 0,05 dapat diartikan secara simultan infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk tidak berpengaruh terhadap pendapatan per kapita sehingga hipotesis ditolak.

Selanjutnya statistik uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen (infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk) secara parsial terhadap pendapatan per kapita, dengan ketentuan apabila nilai t hitung suatu variabel lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t tabel (p-value < 0,05) berarti variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per kapita. Sebaliknya apabila nilai t hitung suatu variabel lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai t tabel (p-value < 0,05) berarti variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per kapita.

Operasional Variabel

Untuk mencapai tujuan keseragaman penafsiran atas variabel-variabel yang diteliti dan ukuran yang digunakan dalam analisis, maka pada bagian ini dijelaskan variabel-variabel yang berhubungan dengan permasalahan. Pada dasarnya, variabel-variabel ini diturunkan dari teori dan studi sebelumnya yang telah dibahas di atas.

1. Infrastruktur jalan adalah total infrastruktur jalan dalam wilayah provinsi terdiri dari jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten kota dalam periode waktu tertentu dengan

satuan kilometer.

2. Kepadatan penduduk, adalah tingkat kepadatan penduduk provinsi dalam periode waktu tertentu diukur dengan rasio jumlah penduduk dengan luas wilayah.

3. Pendapatan per kapita adalah produk domestik regional bruto tanpa migas per kapita provinsi atas dasar harga konstan 2000 dihitung dalam satuan rupiah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pengaruh Infrastruktur Jalan dan Kepadatan Penduduk Terhadap Pendapatan Per Kapita

Keberadaan infrastruktur jalan diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi kelancaran kegiatan ekonomi masyarakat di daerah. Hal ini sangat beralasan karena infrastruktur jalan tidak hanya dapat meningkatkan mobilitas barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi juga dapat meningkatkan arus transportasi dan mempermudah akses masyarakat terhadap sumber-sumber ekonomi yang mereka nilai dapat meningkatkan hasil produksi barang dan jasa. Infrastruktur jalan yang dimaksudkan dalam penelitian ini diukur dengan total panjang jalan pada masing-masing daerah provinsi di Sumatera. Jalan dimaksud terdiri dari jalan negara, provinsi dan jalan kabupaten kota.

Tingkat kepadatan penduduk juga dapat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dapat berdampak pada akses mereka terhadap sumber-sumber ekonomi, apalagi kalau

Tabel 1

Output Eviews Pengaruh Infrastruktur Jalan dan Kepadatan Penduduk Terhadap Pendapatan Per Kapita

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6704.476 501.9084 13.35797 0.0000

PJ? 0.098271 0.026725 3.677121 0.0005

KP? -11.70867 4.875730 -2.401419 0.0194

R-squared 0.185595 Mean dependent var 7037.788

Adjusted R-squared 0.158448 S.D. dependent var 1769.330 S.E. of regression 1623.115 Akaike info criterion 17.66853 Sum squared resid 1.58E+08 Schwarz criterion 17.77058 Log likelihood -553.5587 Hannan-Quinn criter. 17.70867

F-statistic 6.836695 Durbin-Watson stat 1.932801

Prob(F-statistic) 0.002115

(10)

sebagian besar angkatan kerja bekerja pada sektor pertanian. Peningkatan tingkat kepadatan penduduk berdampak berkurannya rasio luas lahan terhadap angkatan kerja.

Hasil penelitian menemukan bahwa infrastruktur jalan yang diukur dengan panjang jalan berpengaruh positif terhadap pendapatan per kapita pada provinsi di Sumatera. Sebaliknya tingkat kepadatan penduduk berpengaruh negatif terhadap pendapatan per kapita. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi masing-masing variabel yang diperoleh melalui Eviews seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.

Persamaan regresi linier berganda yang menjelaskan hubungan fungsional antara pendapatan per kapita dengan infrastruktur jalan (PJ) dan kepadatan penduduk (KP) dapat diformulasikan sebagai berikut.

Income = 6.704,476 + 0,098PJ – 11,708KP Persamaan di atas memperlihatkan koefisien regresi infrastruktur jalan (PJ) bernilai positif, berarti semakin baik infrastruktur jalan yang diukur berdasarkan panjang jalan pada daerah tertentu, semakin tinggi pula pendapatan per kapita masyarakat di daerah tersebut. Sebaliknya daerah dengan infrastruktur jalan kurang baik akan memiliki pendapatan per kapita relatif lebih rendah. Hal ini berarti terdapat hubungan searah antara infrastruktur jalan dengan pendapatan per kapita. Adanya pengaruh positif infrastruktur jalan terhadap pendapatan per kapita, konsisten dengan temuan penelitian Pradhan dan Tapan (2012) meneliti tentang pengaruh infrastruktur transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi India yang menyimpulkan terdapat kausalitas antara infrastruktur transportasi darat dengan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula halnya dengan temuan penelitian Tong et al. (2004) yang menemukan bahwa keberadaan jalan raya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Persamaan di atas memperlihatkan koefisien regresi tingkat kepadatan penduduk (KP) bernilai negatif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah, akan berdampak pada penurunan pendapatan per kapita masyarakatnya. Sebaliknya daerah dengan tingkat kepadatan penduduk relatif lebih rendah akan memiliki pendapatan per kapita relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk relatif lebih tinggi.

Adanya pengaruh negatif terhadap tingkat kepadatan penduduk terhadap pendapatan per kapita mengindikasikan bahwa penyebaran penduduk pada masing-masing daerah belum terdistribusi secara merata. Apalagi sebagian besar masyarakat pada masing-masing provinsi di

Sumatera bekerja pada sektor pertanian. Konsentasi penduduk pada wilayah tertentu dapat berdampak pada penurunan rasio luas lahan terhadap jumlah penduduk. Sehingga tingkat kepadatan penduduk tidak lagi menguntungkan bagi peningkatan produksi. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kepadatan penduduk berpengaruh negatif terhadap pendapatan per kapita.

Pembuktian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan statistik uji F dan uji t. Statistik uji F digunakan untuk menguji pengaruh infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk secara simultan terhadap pendapatan per kapita. Hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai F hitung sebesar 6,836 dengan p-value sebesar 0,002 < 0,05. Dengan demikian dapat diartikan secara simultan infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk berpengaruh terhadap pendapatan per kapita.

Selanjutnya statistik uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variabel secara parsial terhadap pendapatan per kapita. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t hitung untuk variabel infrastruktur jalan sebesar 3,677 dengan p-value sebesar 0,0005. Selanjutnya variabel kepadatan penduduk (KP) menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,401 dan p-value sebesar 0,019. Dengan demikian dapat diartikan secara parsial baik infrastruktur jalan maupun kepadatan penduduk berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per kapita. Peningkatan infrastruktur jalan secara nyata dapat berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita. Sebaliknya, peningkatan tingkat kepadatan penduduk secara nyata berdampak pada penurunan pendapatan per kapita.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pendapatan per kapita masyarakat daerah di Sumatera secara nyata dipengaruhi oleh infrastruktur jalan. Hal ini mengindikasikan bahwa infrastruktur jalan memiliki peran penting dalam meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Semakin baik infrastruktur jalan baik secara kuantitas maupun kualitas, semakin lancar kegiatan ekonomi masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan per kapita.

(11)

penurunan pendapatan per kapita. Hal ini disebabkan sebagian besar masyarakat bekerja pada sektor pertanian, sehingga peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada penurunan rasio luas lahan terhadap jumlah angkatan kerja.

Saran-saran

Mengacu pada kesimpulan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi rekomendasi penelitian ini sebagai berikut. 1. Selama ini upaya untuk meningkatkan

infrastruktur jalan baik secara kuantitas maupun kualitas sudah dilakukan oleh pemerintah. Pengaruh infrastruktur jalan terhadap peningkatan pendapatan per kapita tentunya terjadi melalui kegiatan ekonomi masyarakat. Apalagi infrastruktur jalan dapat meningkatkan mobilitas barang dan jasa dalam perekonomian. Karena itu, pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten kota dipandang perlu untuk meningkatkan alokasi belanja pembangunan yang berorientasi pada peningkatan infrastruktur jalan. Pembangunan infrastruktur jalan harus lebih diutamakan untuk kawasan-kawasan yang memiliki potensi ekonomi lebih baik sehingga dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

2. Tingkat kepadatan penduduk berpengaruh negatif terhadap pendapatan per kapita. Karena itu, kebijakan yang berkaitan dengan kependudukan pada daerah provinsi di Sumatera sebaiknya berorientasi pada pemerataan penyebaran penduduk. Penyebaran penduduk yang kurang merata sehingga terjadi tingkat kepadatan penduduk yang tinggi pada daerah-daerah tertentu akan dapat berdampak pada penurunan pendapatan per kapita. Apalagi sebagian besar penduduk di Sumatera bekerja pada sektor pertanian, sehingga peningkatan kepadatan penduduk memperkecil rasio luas lahan terhadap tenaga kerja sektor pertanian yang pada akhirnya dapat berdampak pada penurunan pendapatan per kapita.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan baik berhubungan dengan variabel yang diteliti maupun berkaitan dengan peralatan analisis data yang digunakan. Keterbatasan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti disebabkan peneliti hanya menggunakan panjang jalan dan kepadatan penduduk sebagai predictor variable bagi pendapatan per kapita. Sementara variabel lain yang secara teoritis maupun empiris

(berdasarkan hasil penelitian terdahulu) yang sudah terbukti mempengaruhi pendapatan per kapita masyarakat di suatu daerah tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Berkaitan dengan peralatan analisis data, model yang digunakan dalam penelitian ini hanya regresi data panel. Sehingga analisis terhadap hubungan fungsional antara variabel hanya didasarkan pada data dalam periode waktu yang sama tanpa mempertimbangkan lag time. Sehingga belum dapat diketahui rentang waktu optimal berkaitan dengan pengaruh infrastruktur dan tingkat kepadatan penduduk terhadap pendapatan per kapita. Selain itu, penelitian juga tidak menggunakan granger causality test, sehingga belum dapat diketahui secara pasti apakah hubungan sebab akibat antara variabel penelitian (seperti infrastruktur jalan dan kepadatan penduduk misalnya) bersifat directional atau bidirectional.

DAFTAR PUSTAKA

Beyzatlar, M. A dan Kuştepeli, Y. (2011). Infrastructure, Economic Growth and Population Density in Turkey, International Journal of Economic Sciences and Applied Research 4 (3): 39-57.

Boarnet, M. G., (1997), ‘Highways and economic

productivity: Interpreting recent evidence’,

Journal of Planning Literature, 11, 4, pp. 476-486.

David dan Pascal D. (2004). Regional Integration and Economic Development: An Empirical Approach Discussion Paper No. 21 Goverment and Efficiency of Economics Systems.

Eberts, R. W., (1990), ‘Public infrastructure and

regional economic Development’,

Economic Review, 26, pp. 15-27.

Fernald, J. G., (1999), ‘Roads to Prosperity? Assessing the Link between Public Capital

and Productivity’, The American Economic Review, 619-638.

Garcia-Mila, T., McGuire, T. and Porter, R. H., (1996), ‘The effect of public capital in statelevel production functions

reconsidered’, The Review of Economics and Statistics, 78, pp. 177-180.

Haris, A, (2005), “Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap Keberhasilan Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi”, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas.

(12)

region, uropean Transport\Trasporti Europein. 40 (2008): 88-100 .

Mankiw, Gregory. (2006). Makroekonomi Edisi keenam. Jakarta: Erlangga

Maryaningsih, N., Hermansyah, O., dan Savitri, M. (2014). Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 1, Juli 2014

Moonmaw, R. L., Mullen, J. K. and Martin, W., (1995), ‘The interregional impact of

infrastructure capital’, Southern Economic Journal, 61, pp. 830-845.

Novitasari, F dan Maryati, S. (2010). Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Perkembangan Wilayah di Indonesia, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK Vol. 3No. 2.

Pradhan, Rudra P., dan Tapan P. Bagchi. (2012). Effect of Transportation Infrastructure on Economic Growht in India: The VECM Approach, Research in Transportation Economics (RETCE221), 8 June 2012 Pp 1-10.

Singletary, L., Henry, M., Brooks, K. and London, J., (1995), ‘The impact of highway investment on new manufacturing employment in South Carolina: A small

region spatial analysis’, The Review of Regional Studies, 25, pp. 37-55.

Sodik, Jamzani. (2007). Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional. Economic Journal of Emerging Markets. Vol. 12, No.1

Sukirno, Sadono. (2008). Teori Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Todaro, M. P. (2004). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jilid 1, (Edisi 8). Jakarta: Erlangga.

Todaro, M. P. dan Stephen C. Smith. (2008). Pembangunan Ekonomi. Edisi Ke Sembilan. Jakarta : Erlangga.

Tong, T., Edward Yu dan Roland K. Robert (2014) Dynamics of Transport Infrastructure, Exports and Economic Growth in the United States, Journal of the Transportation Research Forum, Vol. 53, No. 1 (Spring 2014), pp. 65-81.

Weil, David (2009). Economic Growth. Second Edition, Pearson Addison Wesley

(13)

Gambar

Gambar 1 Rata-rata Pendapatan Per Kapita Menurut Provinsi
Gambar 2 Rata-rata Panjang Jalan Menurut Provinsi di Sumatera
Gambar 3 regional
Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan per kapita adalah pendapatan total suatu Negara dibagi dengan jumlah penduduk Negara tersebut .Suatu Negara yang dikatakan terjadi pembangunan ekonomi,Jika terjadi

Pada tingkat mikro, pendapatan per kapita penduduk dapat diperoleh dari membagi total pendapatan rumahtangga (dari berbagai sumber) dengan jumlah.

Variabel-variabel yang terkena dampak dari pembangunan Jalur Lingkar Luar Timur terhadap ekonomi pada Kawasan Surabaya Timur adalah PDRB, pendapatan per kapita, prospek

Berdasarkan uji t yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel ketimpangan pendapatan, pendapatan per kapita, dan pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan

Teori ini merupakan hasil pemikiran R. Teori ini juga berdasarkan hipotesa Malthus bahwa penduduk suatu negara akan cenderung meningkat apabila pendapatan per kapita

Proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat secara terus menerus dalam jangka panjang atau kenaikan pendapatan tersebut lebih

Dengan kata lain, pembagunan ekonomi baru dikatakan ada kemajuan apabila pendapatan nasional atau pendapatan per kapita naik dengan diikuti perubahan struktur ekonomi,

autokorelasi pada variabel harga gula relatif, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk maka terlihat ada autokorelasi pada variabel tersebut yang dapat dilihat dari nilai