• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PT FREEPORT INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN RI TERKAIT JAMINAN KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN DI TEMBAGAPURA KABUPATEN MIMIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PT FREEPORT INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN RI TERKAIT JAMINAN KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN DI TEMBAGAPURA KABUPATEN MIMIKA"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

1

DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PT FREEPORT

INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN RI TERKAIT JAMINAN

KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN DI TEMBAGAPURA

KABUPATEN MIMIKA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Hubungan Internasional Universitas Cenderawasih

Disusun Oleh:

Ariella Alberthina Yoteni

0080340686

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

▸ Baca selengkapnya: mou sekolah dengan kepolisian doc

(2)

2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Dampak Hubungan Kerjasama PT Freeport Indonesia dengan Kepolisian Republik Indonesia. PT Freeport Indonesia merupakan salah satu perusahaan Multinasional yang beroperasi di Kabupaten Timika, Provinsi Papua. Kepolisian Republik Indonesia, berdasarkan MoU yang dibuat bertanggung jawab untuk melindungi aset perusahaan dan karyawan-karyawannya serta menjaga keamanan masyarakat yang tinggal wilayah pertambangan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, hasil dari penelitian ini menemukan bahwa MoU ini tidak terimplementasi dengan efektik dan tidak membawa dampak positif bagi keamanan masyarakat diwilayah pertambangan tetapi terkesan hanya melindungi aset PT Freeport.

(3)

3

ABSTRACT

The research is to analyze the impact of Memorandum of Understanding between PT. Freeport Indonesia Company and Indonesia National Police. PT. Freeport Indonesia Company is one of MNC’s which operates in Timika district, Papua Province. Meanwhile, Indonesia National Police, based on the MOU, is responsible to protect the company assets and its employers and provide security for the community living in mining area. Using the qualitative method, this research finds that MOU is not implemented effectively and accordingly and does not bring significant positive impact on the security of the community but mainly protect the Freeport Assets.

(4)

4

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JUDUL : DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PT

FREEPORT INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN

RI TERKAIT JAMINAN KEAMANAN WILAYAH

PERTAMBANGAN

NAMA : ARIELLA A YOTENI

NIM : 0080340686

PRODI : HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Jayapura, 29 Mey 2012

Pembimbing I

PETRUS FARNEUBUN, S.Pd., MIA NIP. 19780427 201012 1 001

Pembimbing II

(5)

5

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tulisan skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya melakukan kecurangan/penjiplakan/plagiat, maka saya siap menerima sanksi akademik, sesuai peraturan perundang yang berlaku.

Jayapura, Mei 2012

(6)

6

MOTTO

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku dipadang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku dijalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku, gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku dihadapan lawanku; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. (Mazmur 23:1-6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan bagi:

 Kemuliaan Tuhan yang Maha Tinggi

 Ayahanda tercinta Yan A Yoteni dan Ibunda tercinta Atrix Yap Marey, yang tak henti-hentinya memberikan semangat juang bagi anak-anaknya.

 Bagi adik-adikku tersayang Ruth Yoteni, Theo Yoteni, Onan Yoteni, Adelche Yoteni dan Lasto Yoteni. Semoga hasil dari penulisan karya ini dapat menjadi suatu suatu contoh buat adik-adikku agar mencintai pendidikan dan tidak pernah berhenti untuk berusaha.

 Bagi Opa Ven dan Oma Eda atas segala bantuan, motivasi dan doa, opa dan oma yang terbaik. Bagi opa Mth Mawene dan Oma Yahya buat motivasi dan doanya selama ini. Bagi Opa Mecky dan Oma Merry atas segala bantuan dan motivasi.

(7)

7

Om Doni, Mama Nitha, Om Thom, Om Man, Mama Oce, Pade Ben, Madin, Tante Desi, Tante Atta dan Tua Nelly, terima kasih sudah menjadi sandaran buat Ella selama ini.

 Bagi Apu Masa (Alm) dan Apu Wisa, buat dukungan dan doanya. Tua Sin, Ibu, Pade Otto dan Pade Endal.

 Bagi Om Tua dan Tua Ibu, atas segala kasih dan dukungannya selama ini.

 Bagi adikku Etty yang selalu menemani selama penulisan skripsi ini.

 Bagi kekasih tercinta Herry Bonay yang selalu menemani, memberikan motifasi dan semangat.

 Dua sahabat terbaik saya ; Afila Waroy dan Aloysia Fufuratu

(8)

8

KATA PENGANTAR

Segala puji-syukur dan hormat saya persembahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Hanya oleh kasih dan kemurahannya skripsi dengan judul Dampak Hubungan Kerjasama PT Freeport dengan Kepolisian Republik Indonesia terkait Jaminan Keamanan Wilayah Pertambangan ini dapat dirampungkan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi Strata 1 pada Program studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih.

Proses penyelesaian skripsi ini ditunjang oleh dukungan, bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut:

1. Drs. Festus Simbiak S.Pd selaku Rektor Universitas Cenderawasih 2. Prof. Dr. Dirk Veplun MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik,

3. Ibu Yakoba Womsiwor, S.Sos.,M.Si selaku ketua program studi Hubungan Internasional dan juga sebagai dosen wali saya

(9)

9

5. Ibu Mariana E Buiney, S.I.P.,MST selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar membuka dan membekali wawasan saya dalam menyusun skripsi.

6. Dosen-dosen Hubungan Internasional., Ibu Melyana Pugu, S.I.P.,M.Si, yang juga sebagai dosen penguji saya, Bapak Laos D C Rumayom, S.I.P, Ibu Dina Iga Ayonda, S.I.P, Ibu Usilina Epa, S.I.P, Bapak Leo Yembise,S.I.P. Terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing dan mengajar saya selama di bangku perkuliahan.

7. Bapak Aria Aditya,S.I.P.,M.Si selaku dosen penguji.

8. Brigjen Pol Paulus Waterpauw selaku Wakapolda Papua yang telah memberikan ijin dan memfasilitasi penulis selama melaksanakan penelitian diwilayah hukum Polda Papua.

9. Kombes Pol Pietrus Wayne selaku Direktur Reskrim Umum Polda Papua yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan data bagi penulis selama penulis melaksanakan penelitian.

10.AKBP Deni Eduard Siregar selaku Kapolres Mimika yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian diwilayah hukum Polres Mimika.

11.Bapak S.P Morin selaku kepala Security and Risk Department PTFI yang memfasilitasi penulis melaksanakan penelitian diwilayah pertambangan PTFI

12.Bapak Marthen Giay dan Ibu Yosephin Giay yang telah memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.

(10)

10

dan Oma Yahya buat motivasi dan doanya selama ini. Bagi Opa Mecky dan Oma Merry atas segala bantuan dan motivasi.

14.Keluarga besar Yoteni, Apu Masa (Alm) dan Apu Wisa, buat dukungan dan doanya. Tua Sin, Ibu, Pade Otto dan Pade Endal.

15.Bagi adikku Etty yang selalu menemani selama penulisan skripsi ini.

Jayapura, Agustus 2012

(11)

11

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………... (i)

ABSTRAK…...………... (ii)

ABSTRACT..………... (iii)

LEMBAR PERSETUJUAN... (iv)

LEMBAR PENGESAHAN………... (v)

MOTTO………... (vi)

LEMBAR PERSEMBAHAN……… (vii) KATA PENGANTAR………... (viii)

DAFTAR ISI……….. (xi)

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH………... (xiv)

DAFTAR TABEL……….. (xv)

DAFTAR GAMBAR………. (xvi)

DAFTAR LAMPIRAN……….. (xvii)

BAB I PENDAHULUAN 1.1LATAR BELAKANG……….... 1

1.2BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH……….. 5

1.3TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……….. 8

1.4LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KOSEPTUAL……… 9

1.5HIPOTESA ………..……... 20

1.6METODE PENELITIAN ……… 20

1.7WAKTU PENELITIAN DAN PENULISAN……….. 21

1.8SISTEMATIKA PENULISAN………. 21

(12)

12

2.1.1 HUBUNGAN PTFI DENGAN MASYARAKAT PEMILIK

HAK ULAYAT……… ... 29

2.1.2 PERAN PTFI TERHADAP HAM………... ... 30

2.1.3 ASPEK KEAMANAN PT FREEPORT……….. ... 32

2.1.4 KOMITMEN-KOMITMEN PTFI……… .... 33

2.2 KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA……… ... 34

2.3 KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN……… ... 36

2.3.1 KASUS PENEMBAKAN……… ... 37

2.3.2 TUNTUTAN BURUH……… ... 38

BAB III PEMBAHASAN 3.1HUBUNGAN KERJASAMA PTFI DENGAN KEPOLISIAN RI……... 41

3.1.1 POINT KESEPAKATAN PTFI DENGAN KEPOLISIAN RI……… ... 42

3.1.2 MEMORANDUM OF UNDERSTANDING……… ... 43

3.1.3 KEGIATAN PENGAMANAN PTFI……… ... 51

3.2DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA PTFI DENGAN KEPOLISIAN……… ... 54

3.2.1 DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA TERHADAP PTFI…… ... 56

3.2.2 DAMPAK HUBUNGAN KERJASAMA TERHADAP POLRI…. ... 59

(13)

13 BAB V PENUTUP

5.1KESIMPULAN……… ... 75

5.2SARAN……… ... 77

(14)

14 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak perusahaan asing PT Freeport Indonesia (PTFI) didirikan dan melakukan exploitasi pertambangan tembaga tahun 1967 di kabupaten Timika Provinsi Papua, exploitasi terhadap sumber daya alam ini menyebabkan konflik yang sering terjadi antara masyarakat pribumi dan manajemen PTFI, kemudian konflik perang suku yang sering terjadi di Timika. Konflik yang terjadi antara masyarakat pribumi dengan Manajemen PTFI disebabkan oleh protes masyarakat pribumi terhadap kerusakan lingkungan oleh limbah tailing, pelanggaran HAM dan penembakan terhadap penambang – penambang liar di area limbah tailing.

Penulis memilih judul ini karena melihat masalah pelanggaran HAM dan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di area pertambangan, dinyatakan oleh Yosepha Alomang, sebagai tokoh perempuan yang menerima penghargaan Goldman Enviroment Prize1 pada tahun 2001 di St Fransisco, Amerika. Beliau memperjuangkan hak-hak suku asli yang mendiami area pertambangan dan beliau juga berjuang untuk masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh limbah tailing.

(15)

15

tantangan yang besar dalam menyelesaikan konflik yang diakibatkan oleh keberadaan PT Freeport. Sehingga Freeport pun melakukan hubungan kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan kepolisian RI untuk menjamin keamanan diwilayah pertambangan.

Menurut Laporan Kepolisian Daerah Papua, Timika adalah daerah dengan konflik tertinggi di Papua.2 Selain konflik yang terjadi antara Masyarakat adat dengan manajemen PTFI, konflik yang sering terjadi adalah konflik perang suku. Konflik perang suku ini berawal dari diskriminasi PTFI dalam pemberian dana 1% kepada masyarakat suku lain diluar masyarakat pemilik hak ulayat (Suku Amungme).

PTFI, lebih memilih 6 suku pendatang lainnya yaitu Dani, Damal, Nduga, Paniai, Moni dan Komoro. Dengan mendirikan 6 enam Yayasan dalam pengelolaan dana 1% PTFI. Diskriminasi sebagaimana diatas menimbulkan kecemburuan sosial masyarakat adat suku Amungme terhadap 6 suku lainnya sebagi structural factors3terjadinya konflik.

Hal lain yang melatarbelakangi munculnya berbagai polemik didaerah Timika akhir-akhir ini, yang mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat dan mendapat perhatian yang serius dari aparat keamanan dan pemerintah pusat maupun menarik perhatian dunia, adalah gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

1

Hadiah lingkungan hidup untuk prestasi lingkungan hidup yang terkena (Outstanding enviromental achievement) di Asia. Hadiah Goldman diberikan satiap tahun kepada seorang pecinta lingkungan hidup asli terkemuka.

2

Laporan Kasus Menonjol 2009,2010 POLDA PAPUA

3

(16)

16

Gerakan separatis ini menggunakan PTFI sebagai lahan konflik agar menarik perhatian dunia terhadap semua masalah yang terjadi di Papua. Persoalan ini merupakan persoalan serius bagi keutuhan NKRI. Permasalahan yang berikut adalah masalah antara karyawan dengan

manajemen Freeport. Mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan “dalam

hal tuntutan karyawan terkait peningkatan upah”, hal ini masih dalam perundingan yang panjang karena terdapat silang pendapat mengenai besaran upah yang diminta karyawan.

Mengacu pada fungsi kepolisian yang diatur dalam pasal 4 Undang

– Undang (UU) Kepolisian No 2 tahun 2002, yaitu: “Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”.4

Kepolisian pun disoroti dan bertanggung jawab terhadap konflik yang terjadi di Timika dan kepolisian juga bertanggung jawab untuk menciptakan keamanan yang kondusif. PTFI merupakan objek vital milik nasional yang membutuhkan pengamanan khusus dari pihak kepolisian. Berkaitan dengan pengelolaan objek vital nasional (OVN) pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden nomor 63 tahun 2004. Pasal 4 ayat 1 menyatakan, pengelola objek vital nasional bertanggung jawab melaksanakan pengamanan internal. Pada ayat 2, kepolisian wajib memberikan bantuan pengamanan bila diminta

4

(17)

17

pihak objek vital nasional. Selanjutnya dalam ayat 7 dinyatakan, kepolisian dapat meminta bantuan kepada TNI untuk memperkuat.5

Pemerintah melalui kementerian ESDM juga mengeluarkan surat keputusan nomor 1762 tahun 2007. Dalam SK ini, ditentukan ada 126 OVN di Indonesia, salah satunya adalah tambang emas dan tembaga PT Freeport yang menempati nomor ke-117.6 Melalui dasar hukum tersebut PTFI melakukan hubungan kerjasama dengan pihak Kepolisian RI untuk menjaga dan menjamin keamanan diwilayah pertambangan. Antara PTFI dengan Kepolisian RI melalui Polda Papua, dibuatlah nota kesepahaman atau MoU pada tanggal tanggal 8 Maret 2010. Aliran dana PTFI kepada anggota Polda Papua memiliki dasar hukum yang ditetapkan Pemerintah. Segala yang terjadi, transaksi dan pengamanan semua dilakukan terkait pengamanan. Kepolisian memiliki pedoman teknis pengamanan OVN yang tercantum dalam Keputusan Kapolri nomor 736 tahun 2005. Pada bab III tentang administrasi, poin 14 menyebutkan, dukungan anggaran terhadap pengamanan dibebankan kepada pengelola OVN itu sendiri.

Dalam nota kesepahaman ini, pasal 6 disebutkan, karena kondisi atau lokasi Freeport sangat sulit, berat, terpencil dan jauh maka Freeport secara sukarela memberi dukungan langsung kepada petugas lapangan. Dukungan ini diberikan dalam rupa sarana prasarana, logistik, transport, tunjangan dan administrasi lain langsung kepada petugas di lapangan. Sehingga pada saat ini Kepolisian Republik Indonesia membawahi

5

Keppres No 63 Tahun 2004 Tentang Objek Vital Nasional

6

(18)

18

Kepolisian Daerah Papua bertugas untuk pengamanan OVN dan menjaga stabilitas keamanan di Timika.

1.2 PERMASALAHAN

1.2.1 BATASAN MASALAH

Wilayah kerja PTFI sangat luas, meliputi 282.900 hektar dengan jumlah penduduk saat ini lebih dari 120.000 jiwa.7 PTFI mempunyai keamanan internal atau Security Department yang berfungsi untuk menjaga sarana perusahaan, memantau pengapalan barang milik perusahaan melalui bandara udara dan terminal, membantu pengaturan lalu lintas dan membantu kegiatan operasi penyelamatan karyawan.

Keamanan internal PTFI tidak menyandang senjata dan menjalankan fungsi mereka selaku petugas keamanan internal.Sehingga PTFI sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk memperoleh pengamanan ketertiban umum, penegakkan hukum, dan perlindungan terhadap karyawan dan harta benda. Hubungan kerjasama kepolisian dan PTFI menuai banyak kontra dari beberapa kalangan.

Serikat Pekerja Tambang (United Steelworkers) di Amerika menuding hubungan kerjasama yang dilakukan oleh PTFI adalah pemberian dana sebagai upaya PT Freeport McMoRan untuk menyuap petugas keamanan di Indonesia untuk menjaga keamanan di kawasan perusahaan tambang emas di Tembagapura. Karenanya, mereka

7

(19)

19

akhirnya melaporkan dugaan suap itu ke Departemen Kehakiman Amerika Serikat.8

Selain itu Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi 1 DPR RI, menilai kehadiran perusahaan pertambangan PT Freeport di Papua menjadi pemicu berbagai ketegangan dan konflik masyarakat di Papua, hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus penembakan yang terjadi dalam dua tahun terakhir.9

Komnas HAM dan LSM – LSM yang berada di Papua, mereka menduga banyaknya pelanggaran HAM dilakukan oleh aparat keamanan terhadap masyarakat sipil sehingga LSM – LSM di Papua menuding PTFI dan Kepolisian dengan UU pelanggaran HAM dan Hak Indegenous People.

Batasan penelitian yang penulis yang lakukan adalah seputar dampak dari perjanjian atau MoU yang dilakukan oleh PTFI dengan Kepolisian Republik Indonesia melalui Kepolisian Polda Papua dalam menjamin pengamanan objeck vital milik negara di Timika, serta posisi Negara Indonesia sebagai Negara tuan rumah yag menasionalisasikan perusahaan MNC dalam aturan UU agar mendapatkan perlindungan dari aparat keamanan, dan respon dari LSM, masyarakat sipil terkait hubungan kerjasama ini. Untuk mempermudah penulisan ini maka penulis membatasi masalah ini dari tahun 2004 sampai tahun 2011.

8

(20)

20 1.2.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis megambil beberapa point penting yang akan diuraikan didalam pembahasan, yaitu:

1. Bagaimana kerjasama dalam MoU antara PT Freeport dengan Kepolisian RI ?

2. Apa dampak MoU terhadap jaminan keamanan wilayah pertambangan PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini yaitu:

a. Penulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan menulis melalui karya ilmiah, serta agar dapat menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Program studi Hubungan Internasional, Universitas Cenderwasih

b. Penulis mencari data/ informasi tentang hubungan kerjasama yang dilakukan oleh PTFI dengan Kepolisian untuk menjaga stabilitas keamanan dan pengaman area PTFI dan penulis dapat

9

(21)

21

menggambarkan keadaan atau situasi Timika paska MoU tersebut dibuat.

1.3.2 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan tentang Hubungan Kerjasama antara PT Freeport Indonesia dengan Kepolisian Republik Indonesia terkait jaminan keamanan di wilayah pertambangan adalah:

a. Menambah wawasan penulis tentang masalah – masalah yang terjadi saat ini, yang dapat mengancam stabilitas keamanan suatu wilayah dan mengkaji lewat teori dan perspektif hubungan internasional.

b. Untuk menambah pengetahuan kita sebagai Mahasiswa/i Hubungan Internasional, Universitas Cenderawasih terhadap masalah keamanan yang diakibatkan oleh keberadaan perusahaan MNCs.

c. Dapat memberi konstribusi pemikiran kepada PTFI dan Kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban umum serta membangun peacebuilding di wilayah konflik.

1.4 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA 1.4.1 LANDASAN TEORI

1.4.1.1Teori Kerjasama

Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak

atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu

(22)

22

yang melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak

atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan bersama. Jika satu unsur

tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji, dapat dianggap

bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama. Unsur dua pihak,

selalu menggambarkan suatu himpunan yang satu sama lain saling

mempengaruhi sehingga interaksi untuk mewujudkan tujuan bersama

penting dilakukan.

Apabila hubungan atau interaksi itu tidak ditujukan pada

terpenuhinya kepentingan masing-masing pihak, maka hubungan

yang dimaksud bukanlah suatu kerjasama. Suatu interaksi meskipun

bersifat dinamis, tidak selalu berarti kerjasama. Suatu interaksi yang

ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak-pihak lain yang

terlibat dalam proses interaksi, juga bukan suatu kerjasama.

Kerjasama senantiasa menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi

pada posisi yang seimbang, serasi dan selaras.

Menurut Thomson dan Perry dalam Keban,10 Kerjasama

memiliki derajat yang berbeda, mulai dari koordinasi dan kooperasi

(cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu

collaboration. Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan

terletak pada kedalaman interaksi, integrasi, komitmen dan

kompleksitas dimana cooperation terletak pada tingkatan yang

paling rendah. Sedangkan collaboration pada tingkatan yang paling

tinggi. Menurut Rose Secara teoritis, istilah kerjasama (cooperation)

telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi

10

(23)

23

dan kualitas pelayanan. Kerjasama telah dikenal sebagai cara yang

jitu untuk mengambil manfaat dari ekonomi skala (economies of

scales).

Pembelanjaan atau pembelian bersama misalnya, telah

membuktikan keuntungan tersebut, dimana pembelian dalam skala

besar atau melebihi “threshold points”, akan lebih menguntungkan

daripada dalam skala kecil. Dengan kerjasama tersebut biaya

overhead (overhead cost) akan teratasi meskipun dalam skala yang

kecil. Sharing dalam investasi misalnya, akan memberikan hasil

yang memuaskan dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana.

Kerjasama juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan

misalnya dalam pemberian atau pengadaan fasilitas, dimana

masing-masing pihak tidak dapat membelinya sendiri.Dengan kerjasama,

fasilitas pelayanan yang mahal harganya dapat dibeli dan dinikmati

bersama seperti pusat rekreasi, pendidikan orang dewasa,

transportasi dan sebagainya.

Menurut Tangkilisan11 semua kekuatan yang timbul diluar

batas-batas organisasi dapat mempengaruhi keputusan serta tindakan

di dalam organisasi. Karenanya perlu diadakan kerjasama dengan

kekuatan yang diperkirakan mungkin akan timbul. Kerjasama

tersebut dapat didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggungjawab

masing-masing orang untuk mencapai tujuan.

Dwight Waldo dalam Hamdi menyatakan bahwa “In general,

the more knowledge that is necessary to run a contemporary society,

11

(24)

24

and the more specializationnthat is a consequence, then the more

need of and potential for horizontal rather than vertical cooperative

arrangements”

Yang intinya menjelaskan bahwa pada umumnya suatu

keadaan berimplikasi pada semakin banyaknya kebutuhan, dan juga

semakin berkembangnya potensi, untuk tatanan kerjasama yang

bersifat horizontal ketimbang kerjasama yang bersifat vertikal.

Kerjasama dapat dilakukan dengan beberapa bentuk perjanjian dan

pengaturan. Hal ini dijelaskan oleh Rosen dalam Keban bahwa

bentuk perjanjian (forms of agreement) dibedakan atas :

1. Handshake Agreements, yaitu pengaturan kerja yang tidak didasarkan atas perjanjian tertulis.

2. Written Agreements, yaitu pengaturan kerjasama yang didasarkan atas perjanjian tertulis.

Sedangkan pengaturan kerjasama terdiri atas beberapa bentuk yaitu :

1. Consortia, yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing sumberdaya, karena lebih mahal jika ditanggung

sendiri-sendiri.

2. Joint Purchasing, yaitu pengaturan kerjasama dalam melakukan pembelian barang agar dapat menekan biaya

karena skala pembelian lebih besar.

3. Equipment Sharing, yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing peralatan yang mahal, atau yang tidak setiap hari digunakan.

(25)

25

5. Joint services, yaitu pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan publik.

6. Contract Services, yaitu pengaturan kerjasama dimana pihak yang satu mengkontrak pihak lain untuk memberikan

pelayanan tertentu.

7. Pengaturan lainnya; yaitu pengaturan kerjasama lain dapat dilakukan selama dapat menekan biaya, misalnya membuat

pusat pendidikan dan pelatihan

Bowo dan Andy12 menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan

kerjasama harus tercapai keuntungan bersama. Pelaksanaan

kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama

bagi semua pihak yang terlibat didalamnya (win-win). Apabila satu

pihak dirugikan dalam proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi

terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama

dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan

pemahaman sama terhadap tujuan bersama agar dapat berhasil

melaksanakan kerjasama maka dibutuhkan prinsip-prinsip umum

sebagaimana yang dijelaskan oleh Edralin dan Whitaker dalam

Keban prinsip umum tersebut terdapat dalam prinsip good

governance antara lain :

(26)

26 5. Efektivitas

6. Konsensus

7. Saling menguntungkan dan memajukan 1.4.1.2Konsep Kerjasama Internasional

Konsep kerjasama Internasional merupakan bagian dari hubungan internasional. Holsti merumuskan lima definisi kerjasama internasional13 :

1. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai atau tujuan saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan, atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus.

2. Pandangan atau harapan dari satu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh negara lain akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan dan nilai-nilainya.

3. Persetujuan atau masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan.

4. Aturan resmi atau tak resmi mengenai transaksi di masa depan yang dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.

5. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

12

http://artikel3.com/topik+teori+kerjasama.html Diakses pada tgl 13 Februari 2012

13

(27)

27

Kerjasama Internasional tidak hanya dilakukan oleh antar negara secara individual tetapi juga dapat dilakukan oleh lembaga yang bernaung dalam lembaga atau organisasi internasional dan Perusahaan MNCs. Dalam rangka mendukung penyelenggaraan hubungan dan kerjasama luar negeri yang terarah dan berlandaskan kepastian hukum yang lebih kuat, pemerintah Indonesia telah memberlakukan UU No 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri dan UU No 24 tahun 1999 tentang perjanjian Internasional. Kedua UU dimaksud merupakan landasan hukum yang mengikat bagi Pemerintah pusat dan pelaku Hubungan dan kerjasama Luar Negeri lainnya. Landasan perusahaan Multinational Cooporations (MNCs) dalam menanam modal diatur dalam UU No 11 tahun 1970 Tentang penanaman modal asing.

PT Freeport melakukan hubungan kerjasama Internasional dengan pemerintah Indonesia dengan landasan UU No 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing yang kemudian dirubah dan tambahkan dalam UU No 11 Tahun 1970.

(28)

28

dalam mengexploitasi tambang tembaga dan emas, PTFI telah terikat dengan UU yang berlaku di Indonesia.

1.4.1.3 Konsep MNCs

MNCs bentuk umumnya ada perusahaan induk di suatu Negara (HC, Holding Company) dengan beberapa anak perusahaan di negara lain, kegiatan umumnya :

1. Trading /perdagangan

2. Manufacturing/ pabrik

Ciri khasnya adalah perusahan harus membuat keputusan – keputusan mengenai pendapatan proyek dalam berbagai jenis valas yang akan mempengaruhi berbagai operasi perusahaannya. Jadi, melihat multinasional atau tidaknya suatu perusahan bukan dari besar asetnya tetapi dari operasionalnya (diluar negara) MNC mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan strategi memasuki pasar (penetrasi), pemilihan operasional diluar negara serta aktifitas produksi, marketing dan keuangan yang paling efisien bagi korporasi-korporasi secara keseluruhan. Ada 2 teori yang mendasari MNC:

1. Classical Theory of MNC ( Theory Adam Smith) teori tentang invisible hand, mekanisme pasar, supply, dan demand. Munculnya perdagangan teori mengenai sumber daya tidak bias berpindah tempat (Imperialism)

(29)

29

model baru). MNC selalu muncul dari berdagang, naluri orofit maksimasi dan cost minimasi maka perusahan MNC mulai berkembang. Tiga tipe utama MNC:

1. Raw Material seeker MNC mencari bahan baku 2. Market seeker

Beroperasi diluar negeri untuk memproduksi dan menjual dipasar luar negeri

3. Cost minimizer seeker

Kelompok ini melakukan investasi biaya produksi rendah berorientasi pada penekanan biaya produksi.

Suatu perusahan memulai menjadi MNC diawali dengan ekspor kemudian dengan invesetasi diluar negeri diakhiri dengan produksi. Perkembangan ini dilakukan secara tidak sadar, tidak melalui rencana tetapi timbul berdasarkan rangsangan tantangan (threat) dan peluang ( Opportunuties) yang menimbulkan respon. Keuntungan mendirikan pabrik diluar negeri:

1. Memanfaatkan perkembangan pasar

2. Menyesuaikan produk dan jadwal produksi terhadap perubahan selera dan kondisi setempat

3. Dapat memnuhi pesanan dengan cepat 4. Melakukan purna jual

5. Merancang produk baru

(30)

30

Dalam berbagai literatur Studi Keamanan, masalah pendefinisian konsep keamanan menjadi salah satu topik perdebatan yang hangat, setidaknya sampai berakhirnya Perang Dingin. Dalam hal ini, perdebatan akademik mengenai konsep keamanan ini berkisar seputar dua aliran besar, yakni antara definisi strategis (strategic definition) dan definisi non-strategis ekonomi (economic non-strategic definition).

Definisi yang pertama umumnya menempatkan keamanan sebagai nilai abstrak, terfokus pada upaya mempertahankan independensi dan kedaulatan negara, dan umumnya berdimensi militer. Sementara, definisi kedua terfokus pada penjagaan terhadap sumber-sumber ekonomi dan aspek non-militer dari fungsi negara.

Definisi Frederidck Hartman yang melihat keamanan sebagai the sum total of the vital national interests of the state, maka kepentingan nasional itu pun didefinisikan sebagai sesuatu yang membuat negara bersedia dan siap untuk berperang14. Keamanan juga sering dipahami sebagai upaya negara untuk mencegah perang, terutama melalui strategi pembangunan kekuatan militer yang memberikan kemampuan penangkal deterrent.

Dengan kata lain, definisi keamanan kerap dilandasi oleh asumsi dengan supremasi kekuatan militer sebagai sarana untuk melindungi negara dari ancaman militer dari luar. Dalam konteks indonesia, terutama sejak terjadinya pemisahan kelembagaan antara

14

(31)

31

TNI dan Polri, pengertian tentang keamanan tampak menjadi semakin kabur.

Bahkan, pada tingkat tertentu, kekaburan itu ikut mempengaruhi tidak hanya masalah pengaturan tataran kewenangan di antara keduanya, tetapi juga kinerja dan efektifitas kedua institusi itu dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

Kekaburan itu dimulai dengan dikeluarkannya TAP MPR No VI dan No VII tahun 2000 yang secara kategoris memilah wilayah keamanan dengan pertahanan dalam mendefinisikan fungsi dan tugas TNI dan Polri.

Dalam hal ini, Polri ditetapkan sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap keamanan sementara TNI bertanggungjawab di bidang pertahanan. Pemilihan itu kemudian melahirkan mispersepsi mengenai dimensi ruang yang tercakup di dalamnya, yakni Polri untuk dalam negeri (keamanan) dan TNI untuk luar negeri (pertahanan).

Sebagai fungsi yang bertugas menjaga keamanan dalam negeri, tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia yang diatur dalam UU kepolisian No 2 tahun 2002 adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

(32)

32 1.5 METODE PENELITIAN

1.6.1 Jenis penelitian

Penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karateristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat yang hasilnya dapat di generalisasikan.

1.6.2 Lokasi Penelelitian

Adapun lokasi penelitian yang menjadi tujuan penulis adalah kantor Kepolisian Daerah Papua di Kota Jayapura dan lokasi pertambangan PT. Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika.

1.6.3 Teknik pengumpulan data

(33)

33

harus cukup valid, sehingga teknik pengumpulan data yang di gunakan penulis yaitu melalui pendekatan studi kasus yang diambil dari hasil dokumentasi, wawancara, observasi, dokumen, buku dan situs internet, berupa data tentang hubungan kerjasama yang dilakukan oleh PTFI dengan Kepolisian untuk menjaga keamanan dan pengamanan objek vital. Sumber wawancara adalah:

1. Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw 2. Staff Direktorat PAM Obvit Polda Papua

3. Direktur Reskrim Umum Polda Papua Kombes Pol Drs. Pietrus Wayne. SH., M.Hum

4. Kapolres Mimika AKBP Deny Eduard Siregar

5. Kasat PAM Obvit Polres Mimika AKP Agustinus Tandibua 6. Senior Manager Security & Risk, Drs Simon P Morin 7. SUPT SRM AOR3# Demitrius Mandobar

8. SUPT Corporate Communication, Stefanus Branco 9. Ketua Komisi A DPRD Kab Mimika, Elminus B Mom 10.Ketua DPC SPSI Kep Mimika, Virgo Solossa

11.Sekertaris DPC SPSI Kep Kab Mimika Hengki Binur

12.Direktur LSM SKP Keuskupan Mimika, Pr Paul Saulo Wanimbo

13.Ketua Yayasan Emudai, Pater Nato gobay

1.6.4 Teknik analisis data

(34)

34

penelitian ini adalah kedua objeck yaitu PT Freeport Indonesia sebagai perusahaan MNCs dan Kepolisian RI sebagai petugas keamanan yang mempunyai fungsi yaitu menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat serta pengamanan objek vital negara.

1.7 WAKTU PENULISAN

Tabel 1. instrument penelitian dan penulisan skripsi

(35)

35

BAB 1 Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori dan hipotesa, metode penelitian, waktu penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Berisi gambaran umum tentang PT Freeport Indonesia

dan Kepolisian RI dan latar belakang dibuatnya MoU antara PT Freeport Indonesia dengan Kepolisian Republik Indonesia (POLDA PAPUA).

BAB III Berisi Pembahasan Tentang MoU antara PTFI dengan Kepolisian, Actor yang terlibat, sasaran MoU dan dampak hubungan kerjasama PTFI dengan Kepolisian

BAB IV Berisi Analisa tentang Implementasi, Efektivitas dan Kendala MoU tersebut

(36)

36 BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1SEJARAH KEBERADAAN PT FREEPORT

PT Freeport Indonesia adalah salah satu anak perusahaan yang dimiliki oleh PT Freeport – Mc Moran Copper & Gold dan pemerintah Indonesia, dengan kantor pusat berkedudukan di Jakarta dan lokasi tambang di propinsi Papua.15 Wilayah pertambangan di Papua merupakan salah satu penghasil tembaga dan emas terbesar didunia dan mengandung cadangan yang juga terbesar didunia.

Wilayah pertambangan PTFI ditemukan pada tahun 1936 oleh seorang geologi muda asal Belanda bernama Jean Jacques Dozy.16 Dozy bergabung dalam sebuah expedisi yang tujuan utamanya mendaki bantaran salju yang ketika itu disebut Gunung Cartenz atau yang kini dikenal dengan sebutan Puncak Jaya. Dalam expedisi ini, Dozy melihat sebuah singkapan mineral yang sangat besar yang menonjol keluar dari dasar lembah Cartenz. Dozy mengambil beberapa contoh batuan untuk diteliti dan terbukti kaya dengan mineral yang mengandung tembaga. Dozy melaporkan penemuannya itu dan memberi nama Belanda - Ertsberg atau Gunung Bijih. Karena pecahnya perang dunia kedua dan keterbatasan

15

Jurnal PT Freeport Indonesia.2004. Profil Perusahaan. Hal 3

16

(37)

37

teknologi saat itu, Ertsberg dibiarkan begitu saja selama hampir lebih 25 tahun. 17

Pada tahun 1960, Forbes Wilson seorang ahli geologi asal Amerika yang mengepalai kegiatan explorasi bagi perusahaan Freeport Sulphur Company.18 Wilson menemukan catatan Dozy dan memimpin sendiri sebuah expedisi kedataran tinggi Papua. Ia menemukan singkapan batuan yang ditemukan oleh Dozy pertama kalinya, ia memperkirakan bahwa Ertsberg mengandung sekitar 30 ton bijih. Pengujian terhadap contoh batuan yang dibawanya kembali ke Amerika menunjukan kandungan tembaga dengan kadar 2,3 persen.19

Lokasi cadangan tersebut sangat terpencil namun jumlah dan mutu bijihnya menjadikan pengambilan kandungan tembaga pada Ertsberg layak secara ekonomis. Akhirnya Ertsberg yang kemungkinan merupakan permukaan cadangan bijih terbesar didunia menjadi magnet yang menarik Freeport menuju Papua. Temuan Freeport yang sekarang merupakan temuan terpenting masih terpendam didalam sebuah gunung lain yaitu gunung Grasberg yang dulu hanyalah bagian dari pemandangan alam sekitar sampai akhirnya ditemukan pada tahun 1988.20 Terjadi gejolak politik diawal kemerdekaan Indonesia, krisis keuangan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia sehingga pemerintah Indonesia yang baru terbentuk membutuhkan dana untuk membangun negaranya.

17

Soehoed, A. R. 2005. Membangun Tambang di ujung Dunia. Jakarta: Aksara Karunia. Hal 35

18

Ibid, Hal 20

19

Wilson Forbes. 1981. The Conquest Of Cooper Mountain. Singapore: Tien Wah Press. Hal 111

20

(38)

38

PTFI merupakan perusahaan asing pertama yang akan melakukan penandatangan Kontrak Karya untuk melaksanakan kegiatan pertambangan diwilayah Papua. Kontrak Karya tersebut dilakukan dengan pemerintah Indonesia sedangkan wilayah Papua belum termasuk dalam NKRI.

Keganjilan yang terjadi adalah penandatangan Kontrak Karya (KK) antara PTFI dengan Pemerintah Indonesia pada tanggal 5 April 196721. Sedangkan integrasi wilayah Papua kedalam NKRI terjadi pada saat dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat ( PEPERA) Tahun 1969. Dengan penandatangan KK ini, Freeport menjadi perusahaan asing pertama di Indonesia berdasarkan UU Penanaman Modal Asing Januari 1967. Mengikuti ketentuan UU tersebut, sebuah anak perusahaan sendiri yaitu Freeport Indonesia Inc, memperoleh hak untuk melakukan eksplorasi dan menambang mineral diatas wilayah seluas 100 kilometer persegi (24.700 are) yang berpusat di Ertsberg, untuk kurun waktu 30 tahun. Freeport Indonesia Inc, segera mulai bekerja hingga pertengahan tahun 1968, pengeboran eksplorasi berhasil memastikan adanya 33 juta ton tembaga dengan kadar 2,5 persen yang terkandung pada cadangan bijih Ertsberg. Pada tahun 1986 dibawah pimpinan seorang Chief Executif baru yaitu James Robert Moffett, perusahaan induk di AS Freeport Mc Moran Inc, memerintahkan untuk menemukan cadangan-cadangan baru.22

Menjelang akhir 1991, KK kedua ditandatangani dan PT Freeport Indonesia Company (PTFI) yang baru terbentuk memperoleh izin dari

21

Krey J, Herkanus. 2010. Kontrak Karya PT Freeport Indonesia. Bandung: Logoz Publishing. Hal 41

22

(39)

39

pemerintah Indonesia untuk meneruskan kegiatan operasinya untuk jangka waktu tambahan 30 tahun kedepan.23 Untuk melakukan kegiatan pertambangan diwilayah Papua, PTFI harus berhadapan dengan penduduk atau suku setempat yang memiliki hak ulayat. Wilayah pegunungan adalah milik hak ulayat suku Amungme dan wilayah pantai sebagai hak ulayat suku Komoro. PTFI kemudian melakukan kerjasama dengan membentuk sebuah yayasan yang khusus memantau kedua suku ini dan memperhatikan kesejahteraan, kesehatan, pendidikan dan memantau pertumbuhan ekonomi kedua suku ini dan lima suku pendatang lainnya yaitu, Damal, Dhani, Nduga, Paniai dan Meewok. Selain itu PTFI juga memperhatikan pelanggaran HAM dan keamanan wilayah pertambangan. Masalah berikut yang dihadapi oleh PTFI adalah masalah pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM ini terjadi karena ada pembagian pada masyarakat yang memiliki hak ulayat, sebagian mendukung keberadaan PTFI dan sebagian tidak mendukung keberadaan PTFI. Pihak yang tidak mendukung keberadaan PTFI ini melakukan aksi sepanjang wilayah PTFI, aksi ini kemudian disebut dengan gerakan separatis yang mengatas namakan OPM.24

Sehingga pihak yang melakukan aksi sepanjang wilayah Kontrak Karya PTFI ini ditangkap dan dibunuh dengan tuduhan separatis. Hal ini menyebabkan keadaan semakin tidak kondusif, kemanan diwilayah PTFI harus dijaga dengan ketat. Langkah-langkah yang diambil oleh PTFI yaitu

23

Soehoed, A. R. 2005. Membangun Tambang di Ujung Dunia. Jakarta: Aksara Karunia. Hal 163

24

(40)

40

dengan menjalin hubungan dengan masyarakat pemilik hak ulayat, berperan dalam masalah HAM, memperhatikan aspek keamanan dan membuat komitmen-komitmen tertentu bagi masyarakat diwilayah pertambangan PTFI.

2.1.1. Hubungan PTFI dengan Masyarakat Pemilik Hak Ulayat PTFI melakukan dialog dengan pemimpin masyarakat Amungme dan Komoro, mereka merupakan penghuni adat daerah dimana perusahaan PTFI beroperasi. Hasil dari dialog ini menghasilkan sebuah perjanjian resmi atau Nota Kesepahaman (Memorandum Of Understanding/MoU) yang di tandatangani pada tahun 2000 antara PTFI dengan organisasi masyarakat yang mewakili masyarakat Amungme dan Komoro.25 Perjanjian tersebut dihasilkan setelah diadakan negosiasi selama lima tahun yang terpusat pada masalah sumber daya sosial ekonomi, hak asasi manusia, hak atas tanah, dan hak atas lingkungan.

MoU tersebut merincikan aspirasi PTFI maupun penduduk adat pada wilayah operasi perusahaan untuk membina hubungan yang saling menguntungkan. Pada tahun 2001 pemimpin adat Amungme dan Komoro bersama PTFI menandatangani perjanjian bersejarah lainnya, yaitu dana perwakilan sukarela tambahan atas hak tanah.Sesuai perjanjian tersebut, PTFI akan membayar AS$ 500.000 setiap tahunnya bagi dana perwalian.26 Dana perwalian tersebut diluar perjanjian serta komitmen lain yang dibuat antara PTFI dengan masyarakat setempat, termasuk dana kemitraan PTFI bagi pengembangan masyarakat didalam wilayah operasi

25

Jurnal PT Freeport Indonesia. 2006. Nilai Mendasar. Hal 6

26

(41)

41

perusahaan, melalui organisasi masyarakat adat masing-masing yaitu Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme ( LEMASA) dan lembaga Musyawarah Adat Suku Komoro (LEMASKO). Lemasa dan Lemasko berada dibawah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK) yang berada langsung dibawah kontrol manajemen PTFI.

2.1.2. Peran PTFI Terhadap Hak Asasi Manusia

Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) banyak dilaporkan oleh LSM-LSM. Pelanggaran HAM ini terjadi diwilayah PTFI, banyak penduduk asli pemilik hak ulayat yang ditemukan tewas karena dibunuh, beberapa orang tidak pernah ditemukan lagi dan penembakan-penembakan yang dilakukan oleh kelompok separatis.

Pelanggaran HAM ini mengancam keberadaan PTFI diwilayah Papua sehingga PTFI mengambil kebijakan untuk memperhatikan HAM tersebut. Dewan komisaris Freeport Mc Moran Copper & Gold Inc menyetujui revisi kebijakan perusahaan dalam bidang Ekonomi, Sosial dan Hak Asasi Manusia dan menetapkan Deklarasi Universal Tentang Hak Asasi Manusia sebagai standart kebijakan bagi seluruh kegiatan perusahaan. 27Guna meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia diseluruh lingkungan perusahaan, Hakim Gabriella Kirk Mc Donald28 pun diangkat sebagai penasehat Khusus bidang Hak Asasi Manusia. Atas permintaan tokoh masyarakat Thom Beanal dan LEMASA, sebuah pusat

27

Jurnal PT Freeport Indonesia. Nilai Mendasar. Hal 10

28

(42)

42

HAM didirikan di Timika. Selain memperhatikan hak asasi manusia, akan pula diselenggarakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan pengembangan masyarakat sipil serta kepemerintahan yang baik didaerah itu dan program-program untuk menemukan cara-cara peningkatan penyelesaian konflik. Perhatian PTFI terhadap pelanggaran HAM yang terjadi diwilayah Kontrak Karya PTFI dimulai pada awal tahun 2002, dibawah pimpinan salah satu tokoh perempuan dari suku Amungme yang menerima Nobel Lingkungan Hidup dan Hak Asasi Manusia, Yosepha Alomang.

Beliau merupakan salah tokoh masyarakat yang awalnya menentang PTFI karena keberadaan PTFI yang merusak lingkungan hidup dan menentang masyarakat yang memiliki hak ulayat.

Beliau mengembangkan Pusat Hak Asasi Perempuan dan Anak-anak (YAHAMAK).29 Pusat tersebut memperhatikan tantangan-tantangan khusus yang dihadapi para wanita dan anak-anak didunia saat ini, terutama tantangan didalam masyarakat Papua yang mengalami perubahan sosial dan perkembangan ekonomi yang pesat.

2.1.3. Aspek keamanan PT Freeport

PTFI memiliki departemen keamanan internal (Security and Risk Department) sebagai bagian dari program keamanannya.30 Departemen ini berfungsi untuk menjaga sarana perusahaan, memantau pengapalan barang milik perusahaan melalui bandara udara dan terminal, membantu 29

(43)

43

pengaturan lalu lintas dan membantu kegiatan operasi penyelamatan. karyawan pengamanan sipil PTFI tidak menyandang senjata dan menjalankan tugas mereka sesuai dengan peran mereka selaku petugas keamanan internal. Melalui Keputusan Presiden No 63 tahun 2004, pemerintah menetapkan PTFI sebagai Objeck Vital Nasional (OVN). 31

Selain keamanan wilayah PTFI yang dijaga oleh petugas keamanan internal, sebagai OVN wilayah PTFI juga diamankan oleh kepolisian yang bekerjasama dengan TNI untuk memberi perlindungan terhadap wilayah kegiatan perusahaan.

Pemerintah bertanggung jawab atas penugasan personil Polri maupun TNI untuk menyediakan pembiayaan dan pengarahan bagi kegiatan mereka. Disebabkan keterbatasan sumber daya pemerintah dan lokasi tambang yang terpencil serta keterbelakangan pembangunan di Papua sehingga pemerintah membebankan pembiayaan pengamanan ini kepada PTFI sesuai Kep Presiden No 63 Tahun 2004 pasal 4, bahwa biaya dibebankan kepada OVN yang meminta pengamanan.

2.1.4. Komitmen – Komitmen PTFI

Komitmen PTFI dalam bekerjasama dengan masyarakat pemilik hak ulayat yaitu melakukan program-program bagi pengembangan masyarakat seperti, pengadaan pelayanan medis dengan membangun sebuah Rumah Sakit berstandart Internasional di Kabupaten Mimika, PTFI

30

Giay, Benny & Kambai, Yafet. 2003. Yosepha Alomang. Jayapura : Katalog dalam Terbitan

31

(44)

44

bekerjasama dengan Yayasan Charitas dari Misi dalam mengoperasikan pelayanan medis tersebut.

PTFI memberikan perhatian terhadap pendidikan dengan membangun sekolah berstandart Internasional dengan nama Yayasan Pendidikan Jayawijaya (YPJ).32 PTFI juga telah mengimplementasikan sistem pengelolahan limbah yang komprehensif yang menetapkan prinsip-prinsip penggunanaan ulang, pendauran ulang dan pengurangan limbah. PTFI juga melakukan pengelolahan terhadap lingkungan hidup dan Penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat.

2.2KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Sejak tanggal 1 April 1999, berdasarkan Instruksi Presiden RI secara kelembagaan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) keluar dari Tentara Keamanan Indonesia (TNI). Fungsi POLRI selanjutnya adalah sebagai alat Negara, penegak hukum, pelindung dan pengayom serta pelayan masyarakat. Selanjutnya organisasi ini dikenal sebagai organisasi pengemban Tri Brata.33 Keputusan Presiden No 89 Tahun 2000 tentang kedudukan Kepolisian Negara RI lebih melembagakan lagi kedudukan Polri yang terlepas dari Departemen Pertahanan RI. Dalam Keppres ini menyatakan bahwa Polri berkedudukan langsung dibawah Presiden.34 Selanjutnya dimasa yang berikut, tidak ada lagi hubungan struktural antara

32

Jurnal PTFI.2002. Tekad Nyata Bagi Masyarakat. Hal 1

33

(45)

45

Polri dan TNI. Polri dipimpin oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia, dalam menjalankan tugasnya Polri harus berkoordinasi dengan kejaksaan agung dalam urusan yuridisial dan Departemen Dalam Negeri dalam urusan ketentraman dan ketertiban umum.

Untuk memberikan bobot hukum mengenai kedudukan Polri yang baru tersebut, selanjutnya dirumuskanlah ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) No VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan Polri.35 Dalam pasal 1 TAP MPR tersebut ditegaskan bahwa Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia secara kelembagaan terpisah sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing. Dalam pasal 2 ayat 1, dinyatakan bahwa tentara republik Indonesia adalah alat Negara yang berperan dalam pertahanan Negara. sedangkan pasal 2 ayat 2 menyatakan, Kepolisian Republik Indonesia berperan dalam memelihara keamanan.

Untuk lebih memperkuat peran kedua institusi yang pernah menyatu itu, MPR kemudian membuat Ketetapan No VII/MPR/2000 tentang peran Tentara Nasional Indonesia dan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.36 Mengenai posisi Polri, dalam TAP tersebut menyatakan bahwa TNI dan Polri merupakan kelembagaan yang mempunyai kedudukan yang setara. Oleh karena itu baik Panglima maupun Kapolri sama-sama berada dibawah Presiden, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.

Yang membedakannya adalah Polri tunduk kepada kekuasaan peradilan umum sedangkan TNI terhadap kekuasaan peradilan militer.

34

Keputusan Presiden No 89 Tentang kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia

35

(46)

46

Selanjutnya reformasi bagi Polri ditegaskan dalam UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2.3KEAMANAN WILAYAH PERTAMBANGAN

Keamanan PTFI awalnya merupakan tanggung jawab TNI sewaktu TNI dan Kepolisian masih berintegrasi, tetapi setelah dikeluarkan Keputusan Presiden No 89 Tahun 2000 dan TAP MPR No VI/MPR/2000 dan TAP MPR VII/MPR/2000. Maka semua yang berkaitan tentang keamanan adalah tanggung jawab Kepolisian dan semua yang berkaitan dengan pertahanan adalah tanggung jawab TNI. Keputusan ini mempengaruhi situasi keamanan di wilayah PTFI. Wilayah PTFI menjadi daerah yang sangat rawan dengan tindak pidana kejahatan dan kriminalitas.37 Banyak pihak yang mengkondisikan PTFI sebagai lahan proyek dengan menjadikan wilayah ini sebagai wilayah konflik.

Semenjak pemerintah mengeluarkan peraturan melalui Keputusan Presiden No 63 Tahun 2004, tentang objeck vital nasional. Dalam Keppres tersebut menyatakan bahwa yang bertugas mengamankan objek vital nasional adalah kepolisian namun dalam pasal berikutnya menyatakan bahwa kepolisian dapat meminta bantuan kepada TNI untuk memperkuat pertahanan keamanan.

Kepolisian bertugas untuk melakukan pengamanan diwilayah pertambangan, jika dibandingkan dengan situasi saat ini, keamanan

36

Ketetapan MPR No VII/MPR/2000 Tentang Peran TNI dan Polri

37

(47)

47

wilayah PTFI jauh lebih baik sebelum pemisahan Kepolisian dan TNI. Terkait dengan jenis tindak pidana yang terjadi diwilayah PTFI, tindak pidana yang sering terjadi adalah penjarahan, pencurian, pelanggaran batas dulang bagi masyarakat di area pembuangan limbah tailing dan penembakan yang dilakukan oleh Orang Tak Dikenal (OTK). Tindak pidana ini tidak dapat diatasi oleh petugas keamanan internal milik PTFI karena mereka tidak menyandang senjata.

2.3.1 Kasus Penembakan

Salah satu tindak pidana yang menjadi pertanyaan bagi seluruh lapisan masyarakat adalah penembakan yang terjadi diwilayah PTFI. Kelompok yang melakukan penembakan, menurut kepolisian dinamakan sebagai kelompok kriminal bersenjata.38

Satu-satunya pihak yang menjadi tertuduh adalah gerakan sosial politik yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menuntut desintegrasi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka melakukan gejolak dimana-mana agar dapat terlepas dari NKRI.39 Menurut Pr Saul Paulo Wanimbo,40 Direktur SKP Timika, menyatakan bahwa dari hasil olah TKP dan bukti-bukti yang ditemukan setiap terjadi peristiwa penembakan di jalur utama PTFI, barang bukti berupa peluru yang digunakan merupakan peluru yang diproduksi oleh Pindad.41

Sedangkan pihak yang memperoleh akses masuk untuk mendapatkan pasokan peluru dan senjata dari Pindad merupakan

38

Data diolah dari hasil penelitian di Polres Mimika Tgl 14-16 Maret 2012

39

Majalah Emudai (Papua Cultural Studies), No 6/Tahun II/ Februari 2012,hal 20

40

Hasil wawancara dengan Dir LSM SKP, Keuskupan Timika. Tgl 22 Maret 2012

41

(48)

48

lembaga sipil milik pemerintah seperti Kepolisian, Badan Intelejen Negara (BIN) dan TNI. Sehingga yang menjadi dugaan LSM –LSM selama ini adalah, penembakan yang terjadi di wilayah PTFI dilakukan oleh pihak yang mempunyai akses masuk ke Pindad atau ada pihak lain yang melakukan perdagangan senjata dengan pihak OPM.

2.3.2. Tuntutan Buruh

Tuntutan buruh merupakan masalah internal yang terjadi antara Manajemen PTFI dengan Karyawan PTFI. Dimana karyawan menuntut Upah Minimum Regional (UMR) mereka dinaikkan sesuai dengan standart upah buruh internasional. Karyawan menuntut PTFI untuk membayar mereka 17$ per jam.42 Tetapi ditinjau kembali pada Kontrak Karya pertama antara PTFI dengan pemerintah Indonesia, melalui Presiden Soeharto saat itu, meminta agar diberlakukannya sistem padat karya.43 Saat itu Presiden Soeharto menyetujui pembayaran upah buruh yang minim dengan syarat PTFI harus mengambil karyawan sebanyak-banyaknya dari penduduk asli Indonesia untuk bekerja di perusahaannya.

Dengan cara ini akan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia, mengingat keadaan Indonesia paskah kemerdekaan RI.44 Karyawan-karyawan ini mengaspirasikan tuntutannya dengan melakukan

42

Data diolah dari hasil wawancara dengan Bpk Virgo Solossa, Ketua DPC FSP KEP SPSI kab Mimika

43

Sistem padat karya adalah penciptaan lapangan kerja diarahkan pada pemberdayaan potensi pengangguran. Dimana industri menggunakan jasa tenaga manusia, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup serta produktifitas penduduk setempat.

44

(49)

49

aksi mogok kerja. Tuntutan karyawan ini berupa kenaikan upah, dana pensiun, tunjangan hari tua, perumahan, kesehatan, pendidikan dan fasilitas cuti. Menurut Bapak Virgo Solossa, disaat karyawan sedang melakukan aksi mogok kerja, ada pihak lain yang mengkondisikan keadaan ini.

Terjadi penyebaran isu tentang kegiatan penggalangan dana yang dilakukan oleh karyawan untuk menunjang aksi mogok kerja karyawan, isu yang berkembang adalah karyawan menggalang dana untuk menunjang gerakan sosial politik Papua merdeka dan mendukung Jamaah Islamiah untuk melakukan teroris. Isu-isu ini dikembangkan untuk menangkap karyawan yang menjadi pioner-pioner aksi mogok kerja. Hasil dari tuntutan karyawan dijawab oleh Manajemen PTFI dengan menaikan upah karyawan dari 6% hingga mencapai 40% saat ini setelah 17 kali melakukan perundingan dan disepakati dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) perjanjian ini akan diperbaharui dan disepakati kembali setiap 2 tahun.45

Yang menjadi masalah saat ini adalah ketika karyawan melakukan aspirasi mogok kerja pada tanggal 10 Oktober 2011. Terjadi beberapa aksi yang dilakukan oleh karyawan yaitu, perusakan fasilitas milik perusahan. Truk pengangkut kontainer dibakar, perusakan terminal keberangkatan karyawan dan pemotongan pohon menutupi jalur utama PTFI. Hal ini menyebabkan kepolisian sebagai alat negara yang bertugas menjaga

45

(50)

50

keamanan berperan untuk menetralkan situasi ini. Situasi tidak terkontrol lagi dan Kapolres mengeluarkan tembakan peringatan dan tembakan berikut diikuti oleh beberapa anggota polisi yang memegang senjata dan berada di lokasi kejadian saat itu.46

Saat tembakan peringatan terjadi, keadaan semakin kacau, karyawan berlari untuk menyelamatkan diri dan seorang karyawan terkena tembakan yang menembus dada sehingga karyawan tersebut meninggal. Selain korban meninggal, beberapa karyawan mengalami cidera berat maupun cidera ringan.

Kejadian ini membuat karyawan menjustifikasi Kepolisian, dimana Kepolisian dianggap tidak netral dan membela PTFI karena hubungan kerjasama yang mereka lakukan untuk menjamin keamanan wilayah pertambangan. Kepolisian Indonesia dianggap sebagai polisi PTFI yang melindungi kepentingan PTFI.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 HUBUNGAN KERJASAMA PTFI DENGAN KEPOLISIAN RI Hubungan kerjasama PTFI dengan Kepolisian RI pertama kali dilakukan dan disepakati pada tanggal 19 Mey 2009 dalam sebuah Nota Kesepahaman atau MoU , tentang Pengamanan Wilayah dan Kegiatan

46

(51)

51

Usaha Pertambangan PT Freeport Indonesia Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Papua.47

Hubungan kerjasama ini dilakukan karena terjadi berbagai kasus penembakan dan gangguan keamanan diwilayah PTFI. MoU ini kemudian diperbaharui dan disepakati kembali pada tanggal 8 maret tahun 2010 dalam sebuah MoU yang baru. MoU ini ditandatangani oleh Kepala Kepolisian daerah Papua, Irjen Pol Bekto Suprapto selaku pihak pertama dan Presiden Direktur PTFI, Armando Mahler selaku pihak kedua. Penandatangan MoU ini dilakukan di kabupaten Mimika, letak keberadaan pertambangan PTFI . Inti dari dilakukannya kerjasama ini adalah pertama, karena terjadi serangkaian kasus penembakan diwilayah PTFI sehingga PTFI meminta kepada kepolisian agar meningkatkan sistem keamanan di wilayah PTFI.

Kedua, mengatur tentang kewajiban-kewaiban tertentu yang harus dilakukan oleh PTFI dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dilakukan oleh Kepolisian.

Tugas pokok kepolisian dalam MoU yang dibuat adalah melaksanakan pengamanan di Area PTFI dengan mengedapankan kegiatan penjagaan, pengawalan, dan patroli serta penegakan hukum agar menciptakan situasi yang kondusif diseluruh wilayah hukum Polda Papua, khususnya diwilayah pertambangan PTFI kab Mimika.

47

(52)

52

3.1.1. POINT KESEPAKATAN PTFI DAN KEPOLISIAN RI

Dalam membuat kesepakatan ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan kedua pihak terkait jaminan keamanan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut kemudian dirumuskan dan menjadi pokok-pokok penting dalam nota kesepahaman. Pokok-pokok tersebut adalah konsep keamanan yang digunakan Polri serta tujuan dan sasaran dari kegiatan pengamanan yang dilakukan oleh Polri diwilayah PTFI.48

3.1.1.1. Konsep Pengamanan

1. Pelaksanaan pengamanan dengan mengedepankan kegiatan premitif dan preventif didukung kegiatan penegakkan hukum.

2. Daerah pengamanan diseluruh lokasi Kontrak Karya PTFI

3. Bekerjasama dengan PTFI, TNI dan Instansi terkait lainnya berdasarkan prinsip integratif, koordinatif dan proposional. 4. Pola pengamanan disesuaikan dengan perkembangan situasi

dan kondisi wilayah selama berlangsungnya kegiatan pengamanan.

3.1.1.2. Tujuan dan Sasaran Pengamanan

(53)

53

2. Merubah situasi yang sebelumnya dinilai kurang kondusif menjadi situasi yang tertib dan aman demi tegaknya hukum serta normalnya oprasional tambang PTFI.

3. Terlaksananya proses penegakkan hukum terhadap kejahatan kelompok kriminal bersenjata di areal PTFI. 4. Tertangkapnya para pelaku penembakan di areal PTFI. 5. Terciptanya harapan masyarakat khususnya para karyawan

PTFI akan adanya rasa aman dan tertib.

3.1.1.3. Pengaturan pengamanan

1. Perusahaan perlu mengadakan konsultasi secara rutin dengan pemerintah dan masyarakat setempat tentang dampak pengaturan keamanan terhadap masyarakat-masyarakat tersebut.

2. Perusahaan perlu menyampaikan kebijakannya tentang perilaku etika maupun hak asasi manusia kepada pihak penyedia keamanan pemerintah, serta mengutarakan keinginannya agar pengamanan dilakukan dengan cara yang sejalan dengan kebijakan tersebut, oleh personel yang terlatih secara memadai dan efektif.

48

(54)

54

3. Perusahaan perlu mendorong pemerintah agar memperbolehkan pengaturan pengamanan yang transparan dan mudah diakses oleh umum dengan tetap memperhatikan kepentingan keselamatan dan keamanan yang utama.

3.1.1.4. Sasaran 1. Manusia

a. Seluruh karyawan PTFI dan keluarganya. b. Masyarakat yang berada di PTFI dan sekitarnya. c. Tamu – tamu baik dari dalam maupun luar negeri,

pejabat pemerintah sipil, TNI & Polri yang berkunjung di PTFI.

2. Tempat/Lokasi

a. Kawasan hutan, pegunungan dan perairan di areal PTFI dan sekitarnya.

b. Gedung perkantoran dan saran umum yang digunakan untuk kepentingan PTFI.

c. Sepanjang jalur dari Cargo Dock sampai dengan

Grasberg yang digunakan sebagai jalur utama distribusi logistik maupun lalu lintas karyawan. Benda yang dilindungi adalah aset – aset PTFI.

3.1.2. Memorandum Of Understanding

(55)

55

hukum POLDA Papua, dengan No Pol B/707/III/2010, No TPI100108-001. MoU tersebut dibuat tertanggal 8 maret 2010 dan bertempat di Kab Mimika.49 Dalam MoU tersebut ada beberapa pokok-pokok utama yang menjadi alasan PTFI sehingga melakukan hubungan kerjasama dengan Kepolisian.

a. Wilayah hukum Polda Papua memiliki potensi kerawanan tindak pidana dibidang pertanahan, pertambangan, kehutanan, serta bentrokan fisik antara kelompok masyarakat dan penyerangan oleh kelompok bersenjata, sehingga perlu pengamanan secara optimal, terpadu dan berkelanjutan.

b. Kepolisian merupakan institusi yang berwenang menyelenggarakan dan melaksanakan upaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta melindungi kepentingan nasional. c. PT Freeport adalah perusahaan perseroan terbatas yang

didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia yang menjalankan usaha pertambangan di Papua, berdasarakan suatu Kontrak Karya dengan pemerintah Indonesia tertanggal 30 Desember 1991.

d. Berdasarkan Keputusan Presiden No 63 Tahun 2004, tentang pengamanan objek vital nasional dan keputusan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral No 1762 K/07MEM/2007

49

(56)

56

tentang pengamanan objek vital disektor Energi dan Sumber daya Mineral, maka PTFI telah ditetapkan sebagai objek vital nasional yang perlu dijaga keamanannya.

e. Berdasarkan Surat Keputusan Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol Skep/738/X/2005 tentang pedoman sistem pengamanan objeck vital nasional telah mengetengahkan kewajiban Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk memberikan bantuan pengamanan objeck Vital Nasional dengan mengutamakan kegiatan pre-emptif dan preventif secara terpadu dan simultan bersama pengelola objek vital nasional.

f. Sehubungan dengan serangkaian insiden penembakan yang terjadi pada jalan wilayah PTFI sejak bulan juni tahun 2009.

Karena alasan-alasan yang mendasar diatas maka MoU yang dibuat antara PTFI dengan Kepolisian adalah untuk mencapai sepakat dalam melakukan hubungan kerjasama secara sinergis untuk memelihara keamanan dan ketertiban wilayah PTFI sebagai objeck vital nasional. Dalam MoU tersebut terdiri dari sembilan (9) pasal, yang berisi ketentuan dan syarat-syarat.

(57)

57

b. Pasal 2: berisi tentang Lingkup MoU, yaitu MoU ini meliputi kegiatan penyelenggaraan dan pelaksanaan bantuan pengamanan pihak kepolisian terhadap wilayah dan kegiatan usaha pertambangan PTFI, serta dukungan penyiapan dan penyediaan sarana prasarana, logistik dan administrasi PTFI terhadap Kepolisian.

c. Pasal 3: berisi tentang Satuan Tugas Pengamanan. Dalam pasal ini terdapat 2 ayat, ayat pertama yaitu, Kepolisian akan menempatkan Satuan tugas pengamanan yang akan membantu personil pengamanan internal PTFI dalam melakukan kegiatan pengamanan. Ayat kedua, konfigurasi, penyebaran dan kekuatan satuan tugas pengamanan ditentukan oleh pihak Kepolisian dengan mempertimbangkan dari PTFI.

(58)

58

rute pengamanan, patroli wilayah kontrak karya dan intelejen daerah sesuai dengan struktur dan komposisi pasuka yang disepakati.

e. Pasal 5, berisi tentang Klasifikasi Pengamanan, yaitu (1) kegiatan pengamanan terdiri dari tiga situasi, yaitu situasi normal, situasi terjadi gangguan dan situasi kontijensi. (2) Komando dan pengendalian, (a) komando pengendalian berada pada pejabat Kepolisian , (b) dalam situasi normal kegiatan pengamanan bersama-sama dilakukan oleh Petugas Kepolisian dengan Petugas keamanan internal PTFI (c) dalam situasi terjadi gangguan dan situasi kontijensi, pengendalian kegiatan pengamanan dilakukan oleh Kepolisian. (3) Instruksi dan Koordinasi, (a) dalam melaksanakan kegaiatan pengamanan, kedua pihak senantiasa menghormati budaya masyarakat setempat (b) penanganan gangguan keamanan dan kamtibmas senantiasa mengedepankan upaya secara persuasif tanpa mengabaikan aturan dan proses hukum yang ada (c) penggunaan senjata api dilarang kecuali untuk kepentingan perlindungan terhadap karyawan, peggunaan senjata api merujuk pada peraturan Kapolri No 8 Tahun 2009 (d) Kepolisian dalam menjalankan tugasnya harus mengenakan seragam dinas.

Gambar

Gambaran Umum
Tabel 2. Wilayah Area Of Responsibility

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa aerasi, dan saringan dari pasir. Kegunaan dari masing-masing peralatan adalah sebagai berikut:.. Drum tersebut

Sejarah jaringan komputer dimulai dari penemuan komputer itu sendiri yang awalnya hanya bisa digunakan secara personal, hingga munculnya ide untuk, menghubungkan perangkat

Peningkatan motivasi belajar dengan implementansi metode point dibuktikan dari beberapa hal berikut yakni : ketekunana mahasiswa terhadap tugas yang diberikan oleh dosen,

[r]

Tabel 5.28 Tabel Nilai Statistik Aplikasi Pengembangan

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Direktorat Kesehatan Hewan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut:..

[r]