• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN OTENTIK TES TERTULIS BENTUK PILIHAN JAMAK BERALASAN PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA DENGAN SCIENTIFIC APPROACH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN OTENTIK TES TERTULIS BENTUK PILIHAN JAMAK BERALASAN PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA DENGAN SCIENTIFIC APPROACH"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Andika Prasetya

iii ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN OTENTIK TES TERTULIS BENTUK PILIHAN JAMAK BERALASAN PADA

PEMBELAJARAN IPA FISIKA DENGAN

SCIENTIFIC APPROACH Oleh

Andika Prasetya

Pada proses pembelajaran di kelas, guru sering menggunakan tes tertulis bentuk pilihan jamak untuk menilai kemampuan kognitif siswa. Tes tertulis bentuk pilihan jamak tidak mampu membedakan siswa yang menjawab karena ia memahami materi dengan siswa yang menjawab asal-asalan. Tujuan penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada IPA Fisika dengan scientific approach, mendiskripsikan kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk.

(2)

Andika Prasetya

iv

Lampung, SMP Gajah Mada Bandar Lampung, dan SMP Kartika 2 Bandar Lampung. Hasil uji lapangan menunjuk bahwa asesmen otentik yang

dikembangkan memiliki persentase kesesuaian sebesar 82,50% (sangat sesuai), persentase kemudahanan sebesar 87,50% (sangat mudah), persentase

kemanfaatan sebesar 89,00% (sangat manfaat). Kesimpulan dari penelitian pengembangan ini adalah asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan yang dikembangkan sudah layak sebagai asesmen dalam proses pembelajaran dengan scientific approach.

(3)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN OTENTIK TES TERTULIS BENTUK PILIHAN JAMAK BERALASAN PADA

PEMBELAJARAN IPA FISIKA DENGAN

SCIENTIFIC APPROACH

Oleh Andika Prasetya

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN OTENTIK TES TERTULIS BENTUK PILIHAN JAMAK BERALASAN PADA

PEMBELAJARAN IPA FISIKA DENGAN

SCIENTIFIC APPROACH

(Skripsi)

Oleh:

ANDIKA PRASETYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Membakar Batang Besi ... 26

2.2 Mendidihkan Air ... 26

2.3 Menghangatkan Diri Di Dekat Api Unggun ... 27

2.4 Komponen Pendekatan Pembelajaran Saintifik ... 30

3.1 Langkah-Langkah Pengembangan ... 40

4.1 Diagram Kelayakan Instrumen Hasil Uji Validasi Ahli ... 60

4.2 Diagram Uji Kesesuaian, Kemudahan, dan Kemanfaatan Produk Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 64

(6)

xv

E. Jenis-Jenis Asesmen Otentik ... 15

F. Asesmen Otentik Bentuk Pilihan Jamak ... 19

G. Pengembangan ... 21

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

(7)

xvi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 49 Terpadu dengan Scientific Approach Hasil Pengembangan... 68

2. Deskripsi Kesesuaian Instrumen Asesmen Otentik Tes Tertulis Bentuk Pilihan Jamak Beralasan pada Pembelajaran IPA Terpadu dengan Scientific Approach Menurut Pendapat Guru ... 77

3. Deskripsi Kemudahan Penggunaan Instrumen Asesmen Otentik Tes Tertulis Bentuk Pilihan Jamak Beralasan pada Pembelajaran IPA Terpadu dengan Scientific Approach Hasil Pengembangan Menurut Pendapat Guru... 80

4. Deskripsi Kemanfaatan Penggunaan Instrumen Asesmen Otentik Tes Tertulis Bentuk Pilihan Jamak Beralasan pada Pembelajaran IPA Terpadu dengan Scientific Approach Hasil Pengembangan Menurut Pendapat Guru... 82

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 86

B. Saran ... 87

(8)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Angket Analisis Kebutuhan ... 91

2. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 93

3. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 95

4. Pengisian Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 97

5. Pengisian Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 101

6. Analisis Kebutuhan Instrumen Dari Guru ... 103

7. Analisis Kebutuhan Instrumen Dari Siswa ... 106

8. Deskripsi Analisis Kebutuhan Guru ... 109

9. Deskripsi Analisis Kebutuhan Siswa ... ` 111

10. Story Board ... 113

20. Diskripsi Analisis Uji Kesesuaian (Uji Coba Produk) ... 145

21. Diskripsi Analisis Uji Kemudahan (Uji Coba Produk) ... 147

22. Diskripsi Analisis Uji Kemanfaatan (Uji Coba Produk) ... 149

23. Diagram Persentase Uji Coba Produk ... 151

24. Diskripsi Analisis Uji Kesesuaian (Uji Coba Pemakaian) ... 152

25. Diskripsi Analisis Uji Kemudahan (Uji Coba Pemakaian) ... 154

26. Diskripsi Analisis Uji Kemanfaatan (Uji Coba Pemakaian) ... 156

27. Diagram Persentase Uji Coba Pemakaian ... 158

28. Angket Validasi Ahli ... 159

29. Angket Uji Produk ... 161

30. Angket Uji Coba Pemakaian ... 173

(9)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(10)
(11)
(12)

xi

MOTO

(Bersama kesulitan ada kemudahan)

(Qs. Alamnasroh : 6)

(Terdapat 3 amalan yang tidak akan terputus sampai mati yaitu

anak sholeh, amal jariah, dan ilmu bermanfaat)

(HR. Muslim dari no. 1631 )

Ku gantungkan cita-citaku setinggi langit, meskipun aku terjatuh

dalam menggapainya, aku masih duduk diantara bintang

(13)

xii

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, teriring doa dan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang tulus dan mendalam kepada:

1. Ibu Titin Sarmini dan Bapak Mustofa yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Beliau yang tak pernah berhenti

mendo’akanku, menaruh harapan, memberikan kepercayaan dan senyuman

yang menjadi penyemangatku, keringat dan air mata yang tidak pernah pudar, demi keberhasilan dan kebahagian penulis.

2. Adikku Rendika Akbar dan Erika Wijayanti, Keponakanku Jesen, Jestin, Eva, Jhona, Tara, Ayu, Ian, Putra, kakek, nenek ku tersayang, yang selalu

memberikan semangat dan menantikan keberhasilan penulis.

3. Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekurangan yang ku miliki, dari kalian aku belajar memahami arti hidup ini.

4. Para pendidik yang kuhormati.

(14)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Adiluwih, pada tanggal 07 Juni 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mustofa dan Ibu Titin Sarmini.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri 2 Adiluwih dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2005 penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Adiluwih dan lulus tahun 2008. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Adiluwih dan lulus tahun 2011. Pada pertengahan tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKL) ke Bali, Yogyakarta, dan Bandung. Pada pertengahan 2014 (Juli - September), penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Kotaagung Kabupaten Tanggamus dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kuripan, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi

(15)

x

Penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan kampus seperti Himpunan Mahasiswa Eksakta Unila (Himasakta Unila) sebagai Eksakta Muda di Divisi Penelitian dan Pengembangan Himasakta Unila Periode 2011/2013 dan sebagai Kepala Divisi di Divisi Sosial dan Masyarakat Himasakta Unila Periode

(16)

xiii

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik Tes Tulis Bentuk Pilihan Jamak

Beralasan pada Pembelajaran IPA Fisika dengan Scientific Approach”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. H. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing I atas keikhlasan, motivasi, dan kesediaannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada penulis selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi. 5. Bapak Dr. H. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku pembimbing II atas motivasi

dan kesediaanya dalam memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 6. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng M.Si., selaku pembahas atas kritik, saran,

dan masukannya dalam proses penelitian dalam menyusun skripsi. 7. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah

(17)

xiv

8. Ayahanda Mustofa dan Ibunda Titin Sarmini yang menjadi 2 malaikat dalam hidup, serta do’a dan restu yang selalu merestui.

9. Rendika Akbar dan Erika Wijayanti yang selalu menjadi inspirasiku untuk menjadi kakak yang bisa menjadi panutan.

10.Sahabat seperjuangan TEAM NAGA HITAM: Alm. Ahmad Hidayat, dan Jivi Anggesta atas kerja sama, dukungan, dan kekompakkannya selama proses penyusunan skrispsi ini.

11.Teman-temanku Pendidikan Fisika angkatan 2011 atas kebersamaan dan semangatnya selama ini.

12.Teman-temanku di Pondok Pesantren Babus Salam angkatan 2007 sampai adik-adikku angkatan 2011 atas kebersamaan dan semangatnya selama ini.

13.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi sedikit banyaknya semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,

(18)
(19)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sering disebut juga science merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak hanya berupa fakta tetapi juga merupakan

serangkaian proses ilmiah yang membutuhkan keaktifan bertindak. Proses

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam hendaknya dilakukan dengan pembelajaran yang mengikutsertakan alam sekitar. Tidak hanya bersumber pada buku

pembelajaran saja. Apalagi dengan diubahnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013.

(20)

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam hendaknya dilakukan dengan pembelajaran yang mengikutsertakan berinteraksi dengan alam sekitar. Salah satu pendekatan yang baik digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu scientific approach.

Scientific approach adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan siswa untuk berinteraksi dengan alat peraga atau alam sekitar dalam proses

pembelajaran. Siswa tidak merasa jenuh lagi dalam proses pembelajaran justru siswa merasa tertarik karena siswa dapat mengembangkan kemampuan

psikomotorik dengan berinteraksi langsung dengan alat peraga ketika dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran siswa tidak hanya pandai dalam aspek kognitif saja tetapi siswa lebih senang dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena siswa diajarkan kecakapan atau ketrampilan psikomotorik terhadap alat peraga yang menunjang dalam proses pembelajaran dengan baik. Pada pembelajaran dengan scientific approach, pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu ranah sikap (afektif), ranah pengetahuan (kognitif), dan ranah

keterampilan (psikomotor). Siswa diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.

(21)

3 Dalam Kurikulum 2013, guru dituntut untuk melakukan penilaian otentik. Pada penilaian otentik, semua aspek pendidikan seperti kognitif, afektif, maupun psikomotor dapat dinilai secara utuh dalam pembelajaran. Guru dapat memiliki informasi yang lengkap tentang siswanya dan memudahkan dalam membuat keputusan dalam menentukan hasil belajar siswa. Diperlukan pengembangan asesmen otentik untuk mencapai pembelajaran yang lebih baik lagi.

Asesmen otentik muncul atas ketidakpuasan dari penilaian tertulis, namun penilaian tertulis masih lazim untuk digunakan khususnya tes tertulis bentuk piliha jamak. Tes tertulis bentuk pilihan jamak sebisa mungkin bersifat

komprehensif yang dapat digunakan untuk menilai aspek afektif, kognitif, dan psikomotor siswa. Tes tertulis bentuk pilihan jamak lazim untuk

diimplementasikan dalam kurikulum 2013

Didukung dengan hasil penelitian pendahuluan di SMPN 12 Bandar Lampung berupa observasi dengan beberapa siswa dan guru. Penilaian yang biasa diujikan terhadap siswa setelah menyelesaikan satu bab materi adalah tes tertulis bentuk pilihan jamak. Akan tetapi guru dalam mengevaluasi pembelajaran tersebut kurang maksimal karena tes tertulis bentuk jamak tidak dapat membedakan siswa yang menguasai materi dengan siswa yang asal-asalan menjawab. Pada lembar angket penelitian pendahuluan didapat informasi bahwa sebenarnya guru ingin mengembangkan instrumen asesmen otentik, namun guru enggan dalam

(22)

instrumen dari guru sebesar 80% maka diperoleh kesimpulan perlu diadakan pengembangan penilaian tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan. Guru dapat mengetahui siswa yang menguasai materi yang diujikan atau siswa yang asal-asalan dalam menjawab karena dapat dilihat dari kesesuaian antara jawaban yang dipilihnya dengan alasan siswa menjawab soal tersebut. Serta produk

pengembangan ini dapat dijadikan contoh hasil pengembangan instrumen asesmen otentik bagi guru.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis melakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan instrumen asesmen tes tertulis

bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika dengan scientific approach”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah instrumen asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika dengan scientific approach?

2. Bagaimana kesesuaian penggunaan perangkat instrumen asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika dengan scientific approach hasil pengembangan menurut pendapat guru?

(23)

5 4. Bagaimana kemanfaatan penggunaan perangkat instrumen asesmen otentik tes

tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika melalui scientific approach hasil pengembangan menurut pendapat guru?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan instrumen asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika dengan scientific approach.

2. Mendeskripsikan kesesuaian penggunaan instrumen asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika dengan scientific approach hasil pengembangan menurut pendapat guru.

3. Mendeskripsikan kemudahan penggunaan instrumen asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika dengan scientific approach hasil pengembangan menurut pendapat guru.

4. Mendeskripsikan kemanfaatan penggunaan instrumen asesmen tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika dengan scientific approach hasil pengembangan menurut pendapat guru.

D.Manfaat Penelitian

(24)

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian atau batasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan perangkat asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan.

2. Scientific approach yang dimaksud adalah pendekatan pembelajaran meliputi proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan mengkomunikasikan. 3. Pengembangan yang dilakukan khusus asesmen otentik tes tertulis bentuk

pilihan jamak beralasan dengan scientific approach.

4. Langkah pengembangan penelitian ini adalah potensi dan masalah,

pengumpulan data, desain produk, validasi produk, revisi produk, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, dan produksi. 5. Asesmen ditujukan untuk materi pokok Perpindahan Kalor (Induksi, Konveksi,

dan Radiasi).

6. Uji ahli produk penelitian pengembangan atau validasi dilakukan oleh ahli isi di bidang fisika.

7. Uji coba produk penelitian dilakukan pada dua orang guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN 4 Bandar Lampung dan SMPN 13 Bandar Lampung.

(25)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Asesmen

Asesmen atau penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya

(26)

Penilaian menurut Muchtar (2010: 71) mendefinisikan sebagai berikut:

Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang sangat menentukan kegiatan pembelajaran. Ketiga pilar tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Apabila ketiga pilar tersebut sinergis dan berkesinambungan, maka akan sangat menentukan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu penilaian harus dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem

penilaian harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran.

Penilaian menurut Kunandar (2013: 61) mendefinisikan sebagai berikut: Penilaian adalah suatu yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah yang diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat

dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektifitas guru dalam belajar. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan baik mulai dari menentukan instrumen, penyusunan instrumen, telaah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil penilaian. Dengan penilaian hasil belajar yang baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses belajar mengajar. Sebaliknya, kalau terjadi kesalahan dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang kualitas proses belajar mengajar dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang sesungguhnya tidak akan tercapai.

(27)

9

B.Tujuan dan Manfaat Asesmen

Tujuan penilaian menurut Kunandar (2013: 70) antara lain sebagai berikut: 1) Melacak kemampuan peserta didik;

2) Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik;

3) Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik; 4) Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik;

Manfaat penilaian menurut Kunandar (2013:71) antara lain sebagai berikut: 1) Mengetahui tingkat pencapai kopentensi selama dan setelah proses

pembelajaran berlangsung;

2) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kopetensi;

3) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik;

4) Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan;

5) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru;

6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan sekolah.

Tujuan dan manfaat penilaian menurut Arikunto (2008: 37) antara lain sebagai berikut:

1) Makna bagi siswa dengan diadakannya penilaian maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh oleh siswa ada 2 kemungkinan yakni memuaskan atau tidak memuaskan.

2) Makna bagi guru dengan hasil penilaian guru akan dapat mengetahui siswa mana saja yang berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa mana yang belum menguasai bahan. Guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan

pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan. 3) Makna bagi sekolah adalah guru-guru mangadakan penilaian dan

diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai harapan atau belum.

(28)

a) Manfaat penilaian bagi guru seperti:

1) Pada pelaksanaan penilaian, guru akan memperoleh data tentang kemajuan belajar siswa.

2) Pada pelaksanaan penilaian guru akan dapat mengetahui apakah metode mengajar yang digunakannya sudah sesuai atau tidak.

3) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk melaporkan kemajuan belajar siswa kepada orang tua/wali siswa.

b) Manfaat penilaian bagi siswa seperti:

1) Hasil penilaian dapat menjadi pendorong siswa agar belajar lebih giat. 2) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan siswa untuk mengetahui kemajuan

belajarnya.

3) Hasil penilaian merupakan data tentang apakah cara belajar yang dilaksanakannya sudah tepat atau belum.

c) Manfaat penilaian bagi lembaga/sekolah seperti:

1) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan sekolah untuk mengetahui apakah kondisi belajar mengajar yang dilaksanakan sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum.

2) Hasil penilaian merupakah data yang dapat dimanfaatkan sekolah untuk merencanakan pengembangan sekolah pada masa yang akan datang.

(29)

11

C.Prinsip Asesmen

Pada proses penilaian terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menilai peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah didasarkan Permendikbud Nomer 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Sedangkan pelaksanaan penilaian pendidikan harus memperhatikan prinsip penilaian. Ada 9 prinsip sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

(30)

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Prinsip penilaian menurut Grounlund (1998: 28) antara lain sebagai berikut: 1) Harus ada spesifikasi yang jelas apa yang mau dinilai: penempatan,

formatif, ataukah sumatif.

2) Harus komprehensif: afektif, psikomotor, dan kognitif.

3) Butuh berbagai ragam teknik/metode asesmen, baik metode tes maupun nontes.

4) Harus dapat memilih instrumen asesmen yang sesuai.

5) Harus jelas apa maksud dan tujuan diadakan asesmen, jadi akan jelas pula apa tindak lanjutnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip penilaian harus valid, objektif, terbuka, dan adil. Prinsip penilaian harus valid yakni penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan

(31)

13

D.Asesmen Otentik

Penilaian hasil belajar peserta didik harus menggunakan penilaian yang menilai seluruh aspek dalam pembelajaran. Penilaian otentik dituntut dapat menilai semua aspek dalam proses pembelajaran. Adapun aspek-aspek dalam pembelajaran yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sehingga penilaian otentik harus

memperlihatkan keseimbangan antara penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Pada penilaian ini guru dapat mengambil penilaian ketika proses pembelajaran sehingga penilaian ini tidak hanya dilakukan di akhir periode pembelajaran saja. Penilaian otentik menurut Pantiwati (2013: 26) menjelaskan sebagai berikut:

Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran. Seiring dengan perkembangan kurikulum, maka asesmen yang digunakan harus

mengalami perkembangan juga. Pada kurikulum 2013, asesmen yang ditekankan adalah asesmen otentik. Asesmen otentik adalah asesmen yang menekankan pada permasalahan atau kenyataan nyata yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Penilaian otentik menurut Kunandar (2013: 35) mendefinisikan sebagai berikut: Penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan

kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI).

Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan bahwa seperti berikut:

Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi

atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan

(32)

Penilaian otentik menurut Grounlund dalam Pantiwati (2013: 12) mendefinisikan sebagai berikut:

Asesmen otentik adalah asesmen yang berpusat pada pelajar nyata seperti kehidupan sehari-hari dan terintegrasi dalam strategi pembelajaran, bersifat berkelanjutan dan dilakukan terhadap proses dan produk.

Asesmen otentik merupakan suatu proses yang terintegrasi untuk menentukan ciri dan tingkat belajar dan perkembangan belajar peserta didik seperti yang dijelaskan Kunandar (2013: 35):

Asemen otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran oleh anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen otentik adalah asesmen yang menilai apa yang dipelajari siswa bukan apakah siswa tersebut belajar. Sehingga pada asesmen otentik ini tidak hanya menilai apa yang diketahui oleh siswa saja tetapi juga menilai apa yang dapat siswa lakukan dalam proses pembelajaran.

Implementasi dari asesmen otentik harus mengikuti prinsip-prinsip: 1) Asesmen merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. 2) Asesmen harus mencerminkan masalah dunia nyata.

3) Asesmen harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

(33)

15

E.Jenis-Jenis Asesmen Otentik

Jenis-jenis penilaian otentik menurut pendapat Burton dalam Bakti (2014: 3) menjelaskan sebagai berikut:

Penilaian otentik adalah sekumpulan penilaian yang menghubungkan pengetahuan dengan praktik langsung. Pada penilaian otentik terdapat beberapa teknik penilaian yang dapat dilakukan di antaranya penilaian otentik termasuk di dalamnya penilaian perfomansi (performance assessment), portofolio (portfolios), dan penilaian diri-sendiri (student self-assessment), penugasan (Proyek/Projek), hasil kerja (Product), dan tertulis (Paper & Pen).

Penilaian otentik menurut Daryanto (2014: 126) ada beberapa jenis antara lain, yaitu :

1) Penilaian kinerja. 2) Penilaian proyek. 3) Penilaian portofolio. 4) Penilaian tertulis. 5) Penilaian lisan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis penilaian otentik dapat berupa penilaian performansi, portofolio, penilaian diri sendiri, penugasan, hasil kerja, dan tertulis.

(34)

respon siswa, misalnya dalam hal berbicara atau menulis. Respon siswa dapat diperoleh guru dengan melakukan observasi selama pembelajaran di kelas. Penilaian ini meminta siswa untuk menyelesaikan tugas yang komplek dalam konteks pengetahuan, pembelajaran terkini, dan keahlian yang relevan untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan. Siswa dapat menggunakan bahan-bahan atau menunjukkan hasil aktifitas tangan dalam mengatasi masalah, contoh: laporan berbicara, menulis, proyek individu maupun grup, pameran, dan

demonstrasi.

Portofolio (Portfolios) merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk

(35)

17 1) Asesmen langsung dan spesifik yaitu penilaian secara langsung pada saat

atau setelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek tertentu pada mata pelajaran.

2) Asesmen tidak langsung dan holistik yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang, untuk memberikan penilaian secara

keseluruhan.

3) Asesmen sosio-afektif yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau emosional, misal: peserta didik diminta membuat tulisan yang membuat curahan perasaan. Sistem pengumpulan hasil kerja siswa yang dianalisis untuk menunjukkan kemajuan belajar siswa dalam jangka waktu tertentu. Contoh penilaian portofolio, misalnya: menulis, membaca buku harian,

menggambar, audio atau video, dan atau komentar guru dan siswa tentang kemajuan yang telah dicapai siswa.

Penilaian diri-sendiri (Student Self-Assessment) merupakan kunci dalam penilaian otentik dan dalam pengaturan pembelajaran diri, “motivasi dan strategi untuk

menyelesaikan permasalahan dengan tujuan spesifik”. Penilaian diri-sendiri

(36)

Penugasan (Proyek) merupakan tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari

pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/sekunder, evaluasi hasil, dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam semua bidang. Proyek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan

pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk mengomunikasikan informasi. Penilaian ini juga merupakan penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Proyek adalah suatu tugas yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh diri siswa sendiri pada suatu topik yang berhubungan dengan kurikulum lebih dari hanya sekedar ”memproduksi”

pengetahuan dalam suatu tes.

Hasil kerja (Product) adalah penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk tertentu dan kualitas produk tersebut. Tujuan penilaian produk adalah:

1) Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan berikutnya.

2) Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir jenjang.

(37)

19 Tertulis (Paper & Pen) dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response) dan hal ini tergantung pada kebebasan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan menuliskan jawabannya. Pada tes pilihan jamak termasuk tes tertutup karena siswa hanya memilih jawaban yang paling benar yang sudah disediakan, sedangkan tes uraian termasuk tes terbuka karena siswa bebas menjawab pertanyaan yang diberikan.

F. Asesmen Tertulis Bentuk Pilihan Jamak

Pada umumnya tes tertulis yang sering digunakan yaitu pilihan jamak dan uraian. Tes tertulis bentuk pilihan jamak dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau

meng-ekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Asesmen tes tertulis menurut Sofyana (2010: 3) yakni:

Asesmen secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: (a) memilih jawaban, yang dibedakan menjadi: (1) pilihan ganda, (2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), (3) menjodohkan, (4) sebab-akibat; (b) mensuplai jawaban, dibedakan menjadi: (1) isian atau melengkapi, (2) jawaban singkat atau pendek, dan (3) uraian.

(38)

Kelebihan dari tes tertulis pilihan jamak yaitu mudah dianalisa, mencakup banyak materi pelajaran, waktu yang diperlukan lebih singkat, dapat menggunakan rumus singkat, pokok soal dirumuskan dengan singkat dan jelas, materi yang ditanyakan jelas arahnya, dapat mengukur kemampuan siswa sesuai dengan domain yang dikehendaki sesuai dengan tingkat kesukarannya, soal tidak bergantung dari soal sebelumnya, semua indikator dapat terwakili, mudah dibuat karena sejajar dengan indikator yang hendak dinilai. Sedangkan kelemahan dari tes tertulis bentuk pilihan jamak yaitu syarat dengan spekulasi untuk siswa kurang menggambarkan sebuah proses, hanya dapat mengetahui kemampuan kognitif tanpa analisa, kurang dapat menggambarkan kemampuan siswa secara utuh, membiasa-kan siswa berpikir untung-untungan, kurang memberimembiasa-kan peluang

menjawab dengan benar pada siswa (hanya 20%) untuk 5 opsen jawaban, kurang memacu siswa untuk memberikan analisis dan memberikan

jawaban, tidak dapat menjawab secara analisa atau kesimpulan, tidak dapat mendeteksi langkah siswa dalam mengerjakan soal.

Melihat pengertian tes tertulis sebagaimana yang dijabarkan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat diketahui pada tes tertulis terbagi menjadi 2 bentuk yakni tes tertulis pilihan jamak dan tes tertulis bentuk uraian. Pada tes tertulis bentuk pilihan jamak terdapat beberapa kelebihan dan juga kelemahan.

Beberapa kelebihan dari tes pilihan jamak seperti: 1) Mudah dianalisa,

2) Mencakup banyak materi pelajaran, 3) Waktu yang diperlukan lebih singkat, dan

4) Pokok soal dirumuskan dengan singkat dan jelas.

Sedangkan kelemahan dari tes pilihan jamak yakni: 1) Syarat dengan spekulasi untuk siswa, 2) Kurang menggambarkan sebuah proses, dan

3) Hanya dapat mengetahui kemampuan kognitif tanpa analisa, 4) Kurang memberikan peluang menjawab dengan benar pada siswa

(39)

21 Pada umumnya tes tertulis yang biasa digunakan oleh guru dalam melakukan penilaian adalah tes tertulis bentuk pilihan jamak dan uraian. Tes tertulis bentuk pilihan jamak dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan

memahami. Tes tertulis bentuk pilihan jamak juga merupakan tes yang dikatagori-kan tes tertutup karena jawaban sudah tersedia, siswa hanya diminta memilih jawaban yang benar atau yang paling benar dari beberapa pilihan yang disediakan. Tes tertulis bentuk uraian merupakan alat penilaian yang dapat menilai

kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, dan mengorganisasi gagasan atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan gagasan jawaban tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata.

G.Pengembangan

Pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi siswa. Penelitian pengembangan menurut Hosnan (2014: 389) adalah:

Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Pengembangan menurut Richey dan Klein (2007: 129) adalah:

(40)

Pengembangan menurut Sugiyono (2013: 287) yakni:

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Langkah langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2013: 288) yakni:

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yakni potensi dan

masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk,

produksi massal.

Berdasarkan uraian paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah serangkaian langkah sistematik, yang setiap langkah yang dilakukan selalu mengacu kepada hasil dari langkah langkah sebelumnya hingga akhirnya didapatkanlah produk–produk baru yang memiliki kualitas yang lebih baik.

H.Pembelajaran IPA Terpadu

Sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Ilmu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. IPA menurut Trianto (2010: 136-137) adalah sebagai berikut:

(41)

23 Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Dari pembelajaran yang menggunakan proses atau prosedur ilmiah maka akan menghasilkan produk yang bersifat ilmiah dan akan menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa.

IPA menurut Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2010: 137) dipandang sebagai berikut:

IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur

dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

IPA dapat digunakan untuk menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan ilmiah. Pengetahuan yang diterima siswa tidak hanya dalam pembelajaran di sekolah saja, namun bisa diperoleh dari luar pembelajaran seperti melakukan kegiatan pratikum dengan metode ilmiah. Dari serangkaian kegiatan yang

dilakukan siswa IPA dapat dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. Nilai-nilai IPA menurut Prihanto Laksmi dalam Trianto (2010: 141-142) yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah;

2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah; 3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik

dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.

(42)

yang dilakukan siswa mengikuti langkah-langkah metode ilmiah. Dalam melakukan eksperimen, siswa diharapkan terampil menggunakan alat-alat eksperimen dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan. Dan yang terakhir siswa ditanamkan sikap ilmiah berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dan sikap tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Pembelajaran IPA menurut Prihanto Laksmi dalam Trianto (2010: 142) antara lain:

1) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap;

2) menanamkan sikap hidup ilmiah;

3) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan;

4) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya; dan

5) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan diantara adalah konsep pembelajarannya dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science atau “IPA Terpadu” bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu.

(43)

25 Tujuan pembelajaran IPA Terpadu pada dasarnya menurut Puskur dalam Trianto (2010: 155), yaitu:

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. 2) Meningkatkan minat dan motivasi siswa.

3) Dapat digunakan untuk mencapai beberapa kompetensi dasar secara sekaligus.

Karena menggunakan konsep keterpaduan, dalam membelajarkan IPA di sekolah memungkinkan beberapa materi dibelajarkan dalam satu proses pembelajaran saja. Kemendikbud (2013: 4) menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran terpadu antara lain holistik, bermakna, dan aktif. Holistik merupakan suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian, dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk

memahami suatu fenomena dari segala sisi. Bermakna maksudnya terdapat keterkaitan antara konsep menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah nyata di dalam kehidupannya. Sedangkan aktif merupakan pembelajaran terpadu yang dikembangkan melalui scientific approach, sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

IPA Terpadu merupakan pelajaran yang di dalamnya terdapat materi tentang Bab Suhu. Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda. Di kehidupan sehari-hari sering terjadi perpindahan kalor jika ada perbedaan suhu dari dua benda atau lebih baik secara sengaja ataupun yang tidak sengaja. Kalor perpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.

Jenis-jenis perpindahan kalor menurut Teguh (2008: 112), yaitu: Ada tiga cara dalam perpindahan kalor yaitu:

(44)

Pengertian konduksi menurut Teguh (2008: 112), yaitu:

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Contoh dari konduksi adalah memegang besi dibakar atau dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Membakar Batang Besi

Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Konduktor, yaitu zat yang memiliki daya hantar kalor baik. Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dll

2) Isolator, yaitu zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik. Contoh: kayu, plastik, kertas, kaca, air, dll

Pengertian konveksi menurut Teguh (2008: 116), yaitu:

Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut.

Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Kamu dapat memahami peristiwa konveksi, antara lain:

1) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air, dan sistem aliran air panas.

2) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk

mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.

Contoh dari konveksi adalah proses mendidihkan air atau dapat dilihat pada Gambar 2.2

(45)

27 Pengertian konveksi menurut Teguh (2008: 116), yaitu:

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara.

Contoh peristiwa dari radiasi adalah ketika didekat api unggun badan terasa hangat atau dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Menghangatkan Diri Di Dekat Api Unggun Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Permukaan benda hitam, kusam, dan kasar merupakan pemancar dan penyerap kalor yang baik.

2) Permukaan benda putih, mengkilap dan halus merupakan pemancar dan penyerap kalor yang buruk

Dari beberapa pendapat di atas maka kalor dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Berdasarkan cara kalor berpidah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: Konduksi, Konveksi, dan Radiasi.

Konduksi adalah perpindahan kalor yang memerlukan zat perantara tetapi ketika kalor berpindah partikel zat tidak ikut berpindah. Contoh dari konduksi adalah: a. Membakar besi.

b. Memanaskan sendok. c. Membakar alumunium.

(46)

Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Untuk mudah dapat memahami peristiwa konveksi, antara lain:

a. Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air, sistem aliran air panas.

b. Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah:

Pada siang hari daratan lebih cepat panas daripada lautan. Hal ini mengakibatkan udara panas di daratan akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari permukaan laut, sehingga terjadi gerakan udara dari laut menuju ke darat yang biasa disebut angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari, biasa digunakan oleh nelayan tradisional untuk pulang ke daratan.

Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada lautan. Hal ini

mengakibatkan udara panas di permukaan air laut akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari daratan, sehingga terjadi gerakan udara dari darat menuju ke laut yang biasa disebut angin darat. Angin darat terjadi pada malam hari, biasa digunakan oleh nelayan tradisional untuk melaut mencari ikan.

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Alat yang

(47)

29 kusam dan sisi lainnya mengkilap. Beberapa contoh penerapan perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari.

a. Pada siang hari yang panas, orang lebih suka memakai baju cerah daripada baju gelap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan kalor.

b. Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan kalor. c. Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara

dingin badanmu merasa nyaman. d. Dinding termos dilapisi perak.

I. Scientific Approach

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah untuk penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan

pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi, yaitu dikenal dengan scientific

approach. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Scientific approach merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.

(48)

Proses pembelajaran menurut Kemendikbud (2013: 35) terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

1) mengamati, 2) menanya,

3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasi, dan

5) mengkomunikasikan.

Proses pendekatan saintifik menurut Dyer dkk dalam Sani (2014: 53) mengungkapkan bahwa:

Dapat dikembangkan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3)

mencoba/mengumpulkan informasi; 4) menalar/asosiasi; 5) membentuk jejaring (melakukan komunikasi).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran melalui scientific approach terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Dalam aktivitas belajar dengan menggunakan scientific approach tidak harus dilakukan dengan prosedur yang kaku. Proses pembelajaran yang berlangsung dapat disesuaikan dengan

pengetahuan yang akan dipelajari. Sani (2014: 54) menggambarkan proses pembelajaran dengan scientific approach sebagai berikut:

(49)

31

Tabel 2.1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya.

LANGKAH

PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI YANG

DIKEMBANGKAN Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa

(50)

LANGKAH

PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan

berbahasa yang baik dan benar.

Dalam pelaksanaanya, kelima proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengamati

Dalam melakukan pengamatan siswa harus melibatkan panca indera. Tujuan dari mengamati yaitu untuk memperoleh informasi secara nyata. Pada proses

(51)

33 2. Menanya

Pada proses pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat pertanyaan berkenaan dengan topik yang akan dipelajari. Kegiatan tersebut bertujuan untuk

meningkatkan keingintahuan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa. Guru berperan sebagai motivator supaya siswa menyampaikan pertanyaan yang terkait dengan apa yang dipelajari.

3. Mencoba/Memperoleh Informasi

Untuk memperoleh informasi berkaitan dengan apa yang dipelajari, siswa mengumpulkan berbagai informasi dari sumber-sumber yang ada seperti buku teks, internet, dan lain-lain. Untuk membantu siswa dalam melakukan percobaan, guru perlu memberikan beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk

membangun konsep siswa dan menyediakan LKS sebagai penuntun siswa dalam mencoba.

4. Menalar/Asosiasi

(52)

5. Membentuk Jaringan/Komunikasi

(53)

35

III. METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah produk yang sudah ada melainkan juga untuk menemukan pengetahuan atau jawaban atas permasalahan praktis. Produk penelitian

pengembangan tidak hanya berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku tetapi bisa juga perangkat lunak (sofware), seperti program komputer.

(54)

perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada

pembelajaran IPA Fisika melalui scientific approach yang sudah dikembangkan. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandar Lampung.

B.Subyek Penelitian

Objek penelitian ini adalah perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika dengan scientific approach.

Sedangkan subyek penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu subjek uji coba produk dan subjek uji coba pemakaian. Subjek uji coba produk adalah dua orang guru di SMPN 4 Bandar Lampung dan SMPN 13 Bandar Lampung. Subjek uji coba pemakaian adalah enam orang guru mata pelajaran IPA Fisika di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandar Lampung, yaitu SMPN 2 Bandar Lampung, SMPN 8 Bandar Lampung, SMPN 26 Bandar Lampung, SMP Ar-Raihan Bandar Lampung, SMP Gajah Mada Bandar Lampung, dan SMP Kartika 2 Bandar Lampung.

C.Sumber Penelitian

(55)

37 dua orang guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN 4 Bandar Lampung dan SMPN 13 Bandar Lampung yang dipilih secara acak. Sumber data uji coba pemakaian diperoleh dari pendapat enam orang guru mata pelajaran IPA Fisika mengenai kesesuain, kemudahan dan kemanfaatan produk di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandar Lampung, yaitu SMPN 2 Bandar Lampung, SMPN 8 Bandar Lampung, SMPN 26 Bandar Lampung, SMP Ar-Raihan Bandar

Lampung, SMP Gajah Mada Bandar Lampung, dan SMP Kartika 2 Bandar Lampung.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan suatu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

penelitian pendahuluan, uji instrumen yang terdiri dari uji isi, uji konstruksi, serta uji bahasa, serta angket untuk menguji kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan penggunaan produk yang dikembangkan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Angket Penelitian Pendahuluan

Angket penelitian pendahuluan dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai perangkat yang akan dikembangakan oleh peneliti, yang digunakan di sekolah yang bersangkutan. Angket ini juga digunakan untuk memperoleh informasi mengenai perangkat penilaian aspek kognitif yang sudah diterapkan di sekolah sehingga menjadi referensi bagi peneliti dalam

(56)

2. Uji Instrumen

Instrumen ini digunakan untuk menguji kesesuaian isi perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak beralasan yang dikembangkan dengan kesesuaian rumusan indikator dan tuntutan dalam kisi-kisi. Angket uji kesesuaian isi terdiri dari:

a. Uji Isi

Intrumen ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak beralasan hasil pengembangan dengan indikator pencapaian kompetensi dengan KI dan KD, kesesuaian penulisan indikator dalam kisi-kisi intrumen, mengetahui kesesuaian rubrik penskoran, dan kesesuaian skala untuk menilai.

b. Uji Konstruksi

Instrumen ini digunakan untuk menguji kontruksi perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak beralasan yang dikembangkan, misalnya konstruksi sesuai format perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak yang ideal menurut kurikulum 2013.

c. Uji Bahasa

(57)

39 3. Uji Kemudahan

Instrumen ini digunakan untuk menguji kemudahan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak, yaitu kemudahan guru dalam menggunakan perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak untuk mengukur keseluruhan aspek pengetahuan siswa secara praktis sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Angket ini diberikan kepada guru pada saat uji coba terbatas dan uji coba lapangan.

4. Uji Kemanfaatan

Instrumen ini digunakan untuk menguji kemanfaatan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak beralasan, misalnya kemanfaatan penggunaan perangkat asesmen otentik tertulis bentuk pilihan jamak beralasan untuk mengukur seluruh aspek kognitif siswa yang sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dan topik pembelajaran secara objektif. Angket ini diberikan kepada guru pada saat uji coba produk dan uji coba pemakaian.

E.Prosedur Pelaksanaan Penelitian

(58)

Langkah-langkah penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1:

Gambar 3.1 Langkah-langkah pengembangan

Sumber: Sugiyono (2013: 298).

1. Potensi dan Masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Potensi dan masalah harus ditunjukan dengan data empirik. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data berkenaan dengan masalah penilaian yang ada di lapangan dengan menggunakan angket. Angket tersebut diberikan kepada guru dan siswa. Tujuannya untuk mengetahui perangkat

penilaian yang telah digunakan dan mengetahui kelemahan penggunaan perangkat penilaian tersebut serta mengidentifikasi perangkat penilaian yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan kurikulum 2013.

Revisi

(59)

41 2. Pengumpulan Data

Setelah potensi dan masalah ditunjukan secara faktual dan update, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan berbagai informasi atau data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah. Pengumpulan data dilakukan dengan kajian lapangan dan kajian pustaka dari berbagai buku atau jurnal berkenaan dengan instrumen penilaian yang akan dikembangkan.

3. Desain Produk

Desain produk diwujudkan dalam bentuk gambar atau bagan sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai atau membuatnya. Pada tahap ini peneliti membuat desain awal instrumen penilaian otentik tertulis bentuk pilihan jamak beralasan. Desain produk dilakukan untuk mengetahui tampilan awal atau rancangan produk yang akan dikembangkan oleh peneliti.

4. Validasi Desain

(60)

5. Revisi Desain

Revisi desain dilakukan setelah validasi desain guna memperbaiki produk yang telah dibuat dan menyempurnakan produk yang dikembangkan sebelum produk tersebut diujicobakan. Pada tahap ini peneliti memperbaiki kembali desain produk yang telah divalidasi sesuai saran ketika melakukan validasi desain.

6. Uji Coba Produk

Dari hasil perbaikan kemudian dibuat prototipe I, setelah itu diujicobakan. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui pendapat guru mengenai produk hasil pengembangan sebelum digunakan secara langsung di lapangan. Uji coba ini ditujukan kepada 2 orang guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN 4 Bandar Lampung dan SMPN 13 Bandar Lampung. Tujuan uji coba produk untuk

mengetahui kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dirasakan oleh guru. Intrumen yang digunakan untuk uji coba produk yaitu angket uji kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan. Uji coba produk kepada guru dilakukan dengan teknik uji satu lawan satu. Uji satu lawan satu dilakukan dengan mengambil sampel penelitian sebanyak satu orang secara acak yang mewakili populasi yang ada di dua sekolah tersebut. Tujuan uji satu lawan satu yaitu untuk mengetahui kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan penggunaan asesmen otentik tertulis hasil pengembangan secara terbatas atau dalam kelompok kecil.

7. Revisi Produk

(61)

43 Revisi produk dilakukan untuk menyempurnakan kembali produk yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan berdasarkan hasil uji coba produk.

8. Uji Coba Pemakaian

Produk yang telah diujicoba dan direvisi diberi nama prototipe II. Setelah pengujian produk berhasil, selanjutnya produk diujicobakan pemakaiannya pada lingkup yang lebih luas yaitu enam orang guru mata pelajaran IPA Fisika di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandar Lampung, yaitu SMPN 2 Bandar Lampung, SMPN 8 Bandar Lampung, SMPN 26 Bandar Lampung, SMP Ar-Raihan Bandar Lampung, SMP Gajah Mada Bandarlampun, dan SMP Kartika 2 Bandar Lampung. Tujuan uji coba pemakaian untuk mengetahui kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk secara umum. Sampel sekolah untuk uji coba pemakaian dipilih secara acak mewakili populasi yang ada. Tujuan uji coba pemakaian yaitu untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan produk hasil pengembangan secara umum menurut pendapat enam orang guru di tiga SMP Negeri dan tiga SMP Swasta di Bandar Lampung yang mewakili populasi yang ada.

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat

(62)

Tujuannya untuk menyempurnakan produk yang dikembangkan dan menyesuaikan produk dengan kebutuhan di lapangan.

10. Produksi

Pembuatan produk dilakukan apabila produk yang telah diujicobakan dinyatakan layak untuk diproduksi. Pada tahap ini peneliti memproduksi satu model

perangkat asesmen otentik tertulis pada pembelajaran IPA Fisika melalui scientific approach hasil pengembangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian ini, pembagian angket dilakukan pada studi pendahuluan, uji coba produk, dan uji coba pemakaian. Pada studi pendahuluan, angket dibagikan kepada dua orang guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN 12 Bandar Lampung dan satu kelas siswa kelas VII di SMPN 12 Bandar Lampung. Pengumpulan data pada uji coba produk dilakukan dengan membagikan angket kepada 2 orang guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN 4 Bandar Lampung dan SMPN 13 Bandar Lampung.

(63)

45

G.Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan rancangan pengembangan. Data instrumen yang terdiri dari konstruksi, isi, dan bahasa/budaya pada perangkat asesmen otentik diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji internal produk. Data mengenai kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan perangkat asesmen otentik diperoleh melalui uji eksternal kepada pengguna secara langsung yaitu guru. Data kesesuaian, kemudahan, dan kemanfaatan produk tersebut digunakan untuk mengetahui pendapat guru tentang tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai perangkat penilaian kognitif.

Analisis data berdasarkan instrumen uji internal dan eksternal dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai perangkat penilaian kognitif. Instrumen penilaian uji internal dan eksternal, yaitu uji kelayakan dan uji kesesuaian produk oleh ahli desain dan ahli materi serta kesesuaian, kemudahan, kemanfaatan perangkat oleh guru, masing-masing memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan. Untuk uji kelayakan produk oleh ahli desain, memiliki pilihan jawaban yaitu: “sangat baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”.

Untuk uji kesesuaian penggunaan perangkat oleh guru, memiliki pilihan jawaban yaitu: “sangat sesuai”, “sesuai”, “kurang sesuai”, dan “tidak sesuai”. Untuk uji

(64)

kemanfaatan perangkat oleh guru, memiliki pilihan jawaban yaitu: “sangat bermanfaat”, “bermanfaat”,“kurang bermanfaat”, dan “tidak bermanfaat”.

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket kelayakan, instrumen, kemudahan, dan kemanfaatan produk dilakukan dengan cara:

a. Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden.

Penskoran jawaban responden dalam uji kesesuaian isi, kemudahan, dan kemanfaatan, berdasarkan skala Likert yang ditampilkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Penskoran pada angket uji kelayakan, kesesuaian isi, kemudahan, dan kemanfaatan untuk setiap pernyataan.

Pilihan Sangat baik Sangat sesuai Sangat mudah Sangat bermanfaat 4

Baik Sesuai Mudah Bermanfaat 3

Kurang baik Kurang sesuai Kurang mudah Kurang bermanfaat 2 Tidak baik Tidak sesuai Tidak mudah Tidak bermanfaat 1

(65)

47 d. Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (

S) jawaban angket adalah sebagai berikut : 1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)

Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab 2) Skor untuk pernyataan Setuju (S)

Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab 3) Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)

Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab 4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)

Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab

e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%

Keterangan :

X

in

%

= Persentase jawaban angket-i pada asesmen otentik

tertulis materi perpindahan kalor (konduksi, konveksi, dan radiasi)

S = Jumlah skor jawaban

S

maks= Skor maksimum yang diharapkan

f. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan, dan kelayakan instrumen asesmen otentik tertulis pilihan jamak bentuk pilihan jamak dengan rumus sebagai berikut:

n X

(66)

Keterangan : Xi% = Rata-rata persentase angket-i pada asesmen otentik tertulis pilihan jamak bentuk pilihan jamak materi perpindahan kalor (konduksi, konveksi, dan radiasi)

Xin%= Jumlah persentase angket-i pada asesmen otentik

tertulis materi perpindahan kalor (konduksi, konveksi, dan radiasi)

n = Jumlah pertanyaan

g. Memvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia.

h. Menafsirkan skor secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran yang ditampilkan pada tabel 3.2

Tabel 3.2. Tafsiran skor. Skor (Persentase) Kriteria

80,1% - 100% Sangat tinggi

60,1% - 80% Tinggi

40,1% - 60% Sedang

20,1% - 40% Rendah

0,0% - 20% Sangat rendah

(67)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dihasilkan instrumen asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan pada pembelajaran IPA Fisika yang sesuai dengan scientific approach.

2. Persentase kesesuaian produk pengembangan, yakni 82,50% (sangat sesuai). 3. Persentase kemudahanan produk pengembangan, yakni 87,50% (sangat

mudah).

(68)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, disarankan sebagai berikut:

1. Perangkat penilaian asesmen otentik tes tertulis bentuk pilihan jamak beralasan ini dapat digunakan sesuai kebutuhan guru dalam menilai hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA fisika.

2. Guru dapat menyesuaikan soal yang digunakan dengan kondisi siswa di tiap-tiap sekolah yang berbeda lokasi.

3. Guru harus memperhatikan waktu mengerjakan soal, apabila tidak cukup soal dapat digunakan untuk dua kali tes.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2012. Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca

Pemahaman Beroreintasi Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter UPI. Diakses pada tanggal 12 April 2014.

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar evaluasi pendidikan Edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Bakti, S. 2014. Pengembangan Model Penilaian Autentik Berbasis Kurikulum 2013. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Scientific pada kurikulum 2013.Jakarta: PT Gava Media.

Grounlund, G. 1998. Portfolios as an Assessment Tool: is Collection of Work Enough? Young Children, 53(3), 4-10.

Haryati, M. 2013. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Referensi.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21(kunci sukses implementasi kurikulum 2013). Bogor: Ghalia Indonesia. Kemendikbud. 2013. Permendikbud No 66 tentang Standar Penilaian Kurikulum

2013. Jakarta: Kemendikbud.

___________. 2013. Permendikbud No 81 A tentang Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.

___________. 2007. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kemendikbud.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT. Graha Grafindo Persada. Matodang, E. 2010. Penerapan Penilaian Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka

Gambar

Gambar 2.1  Membakar Batang Besi
Gambar 2.3  Menghangatkan Diri Di Dekat Api Unggun
Gambar 2.4 Komponen Pendekatan Pembelajaran Saintifik.
Tabel 2.1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Uji tperlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap, semua parameter yang diukur.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

[r]

Dalam suatu percobaan pengukuran arus dan tegangan, seorang peserta didik merangkai dua lampu dengan daya yang berbeda secara seri dari sebuah sumber DC berbahan limbah.. Arus

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Tunagrahita Untuk Mengentaskan Kemiskinan Di Desa

industri, b) menggunakan bahan binaan yang cerah, c) memperbanyakkan kawasan telap air, d) menghemat listrik, e) meningkatkan ruang terbuka hijau dan pengaturan yang baik

Hasil analisa menunjukan bahwa pada saat sesudah dilakukan pekerjaan penyeimbangan beban, nilai arus netral di penghantar netral trafo dan arus netral yang mengalir ke ground

Penambahan tepung kacang hijau berpenaruh nyata terhadap kadar air kerupuk mentah (sebelum digoreng) maupun matang (sesudah digoreng), volume pengembangan, daya

Penelitian terakhir tentang obesitas pada manusia menunjukkan bahwa secara umum konsentrasi mesangerRNA (mRNA) leptin pada jaringan adiposa dan konsentrasi leptin