BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
New MediaNew media atau media baru merupakan istilah untuk menggambarkan ke
munculan teknologi informasi dan komunikasi, komputer dan kemunculan digital.
New media tau media baru yang sering kita jumpai yaitu internet, website, sosial
media, dan gameonline. Newmedia juga memberikan tempat bagi individu-individu
untuk memperluas dunia sosial, menyediakan wadah bagi individu untuk
berinteraksi dengan banyak orang, dan mendapatkan pengetahuan baru. Newmedia
juga memberikan keterbukaan pada pengguna dan lebih fleksibel, namun newmedia
juga dapat memunculkan perpecahan (Littlejohn, 2014: 413-414).
Media baru (new media) membuat informasi mudah dicari oleh khalayak
dan bersifat terbuka. Dengan adanya media sosial membuat khalayak
berlomba-lomba menyebarkan informasi dan peristiwa yang terjadi di sekitar mereka,
sehingga media tradisional memiliki saingan dalam menyebarkan informasi, selain
itu ketika institusi media ingin menutupi sebuah peristiwa namun beda halnya
dengan media sosial, melalui media sosial khalayak dapat mengetahui pristiwa dari
khalayak yang lain. Media sosial banyak diminati masyarakat dan sangat fenomenal
seperti youtube, instagram, facebook, twitter, path, dan lain-lain. Media sosial pada
dewasa ini digunakan masyarakat bahkan jumlah pengguna media sosial lebih
banyak dari pada penduduk sebuah negara. Media sosial juga tidak hanya
digunakan untuk berbagai informasi namun pemilik dari user media sosial memiliki
dasar portal yang melekat pada media sosial yaitu dapat membuat jaringan
pertemanan secara mediun dan virtual untuk berbagi data seperti halnya audio dan
video (Nasrullah, 2015: 1-3).
2.2 Gerakan Sosial Baru
Gerakan sosial baru merupakan sebuah gerakan yang lebih berorientasi pada
orang, gerakan ini berorientasi pada revolusi yang akan memembawa gerakan ini
kearah yang baik atau bisa mencapai tujuan yang dituju. Gerakan sosial baru juga
merespon isu-isu yang terjadi masyarakat umum, selain itu gerakan sosial bergerak
secara cepat namun gerakan tersebut bisa secara damai atau secara kekerasan,
gerakan sosial ini banyak dilakukan oleh orang terdidik, aktifis, orang
profesional,seniman, dan lain-lain (Situmorang, 2007: 1-2).
Gerakan sosial menurut Sidney Tarrow danCharles Tilly (2015: 145) yaitu
dalam tulisannya menjelaskan bagaimana gerakan yang terjadi di beberapa negara
yaitu Polandia, Amarika, dan negara lainnya. Disana dijelaskan pentingnnya
jaringan sosial untuk membentuk gerakan sosial baru dan sebuah gerakan terbentuk
melakukan Penyesuaian sosial, Penyelenggara mengesahkan kampanye mereka
melalui identifikasi identitas mereka, dan Pergerakan mulai menyebar namun ada
sedikit konflik, namun dan konflik tersebut membuat gerakan sosial mulai menjadi
satu dan mulai mencari Kelayakan, Persatuan, Angka, komitmen mereka.Gerakan
sosial lahir ketika kondisi memungkinkan dan memberikan kesempatan gerakan
tersebut, ketika sekelompok masyarakat secara sadar untuk menyelesaikan sebuah
proses perubahan sosial.
Gerakan sosial saat ini sangatlah banyak, Virtual movement merupakan
salah satu gerakan sosial yang dilakukan di media sosial atau jejaring sosial. Salah
satu contoh kasus dari Virtual Movement yang heboh yaitu ketika masyarakat
membuat petisi untuk membantu KPK dengan hastag #Savekpk masyarakat
meminta kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memberi kepastian
tentang pemeriksaan kasus korupsi simulator SIM dengan tersangka yaitu Irjen Pol.
Djoko Susilo, agar segera ditangani. Selain itu ada beberapa petisi online yang
mendapat banyak dukungan, seperti Save Ahok dan Koin untuk Prita. Dukungan
yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kasus-kasus tersebut di media sosial atau
jejaring sosial malah menjadi trending topik.
Menurut Lofland dalamSaputro (2015) terdapat 16 variabel yang
a. Ketimpangan sosial
b. Kesempatan politik
c. Campur tangan negara terhadap kehidupan masyarakat
d. Kemakmuran
e. Konsentrasi geografis
f. Identitas kolektif
g. Solidaritas antar kelompok
h. Krisis kekuasaan
i. Melemahnya kontrol terhadap kelompok-kelompok yang ada
j. Pemfokusan krisis
k. Sinergi atau keharmonisan antar warga
l. Pemimpin
m. Jaringan komunikasi
n. Integrasi jaringan dari para pembentuk jaringan yang potensial
o. Adanya situasi yang dapat memudahkan untuk pada pembentuk
potensial
p. Kemampuan mempersatukan.
16 poin tersebut bersangkutan antara satu dengan yang lain sehingga
gerakan sosial akan berjalan ketika semua hal tersebut terpenuhi. Dalam
perkembangannya gerakan sosial menggunakan media sosial sebagai media untuk
berbagi, menyebarkan, dan bertukar informasi dengan orang lain, karena media
sosial sendiri memiliki pengguna di seluruh dunia.
Virtual sendiri dalam Shields (2011: 2) merupakan mode yang muncul di
akhir abad 20, hal ini digunakan untuk sebutan bagi pengguna komputer di era
digital dan di era mendatang. Virtual sendiri pada berasal dari bahasa latin yaitu
Virtusyang memiliki arti ketahanan dan kekuatan dan pada abad pertengahan virtual
berubah menjadi Virtualis yang artinya “kebaikan”. Virtual juga pada masa lampau menjadi kontroversi karena virtual atau tepatnya tim online mengeluhkan tentang
tersebut memperlihatkan bahwa virtual sangat berpengaruh dalam kebudayaan dan
sebagai alat mental manusia.
Virtual Movement dalam kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh cukup
signifikan karena apa media sosial atau jejaring sosial seorang opinionleader
berpangaruh untuk mengajak opinionfollower melakukan perubahan sosial yang
positif. Dengan menggunakan media sosial opinion leader mengajak yang lain
untuk melakukan hal positif dan hanya denganhastag (#) bisa membawa dampak
yang positif dengan hastag tersebut segala informasi di media sosial mudah dicari.
. Penelitian yang dilakukan oleh Merlyna Lim tentang virtual movement, Merlyna
melihat kasus virtual movement dari kasus Cicak dan Buaya dan juga kasus koin
untuk Prita, kasus-kasus tersebut menghebohkan masyarakat Indonesia sehingga
masyarakat banyak mengakses tentang informasi tersebut. Seperti yang kita ketahui
bahwa media sosial merupakan media yang banyak di gunakan oleh masyarakat
dan jaringannya yang sangat luas membuat segala macam informasi mudah diakses,
informasi yang sangat cepat tersebar, dan tidak memandang ruang dan waktu1.
2.3 Jejaring Sosial
Jejaring sosial (Christakis dan Fowler) dalam Saputro (2015: 8) bahwa
kekuatan dari jejaring sosial sangatlah besar sehingga hanya dengan satu isu
jejaring sosial membentuk orang dan jaringan sosial yang sangat kuat. Pada jejaring
sosial Christakis dan Fowler jaringan sosial memiliki dua unsur yaitu hubungan
individu dengan individu yang lain dan hal tersebut merupakan kumpulan
orang-orang yang terorganisasi. Jejaring sosial dapat membantu orang-orang untuk saling
berhubungan karena jejaring sosial dapat membantu melampaui sesuatu yang tidak
dapat kita capai sendiri. jejaring sosial harus diurus oleh individu, kelompok atau
lembaga agar dapat berfungsi. Hal tersebut karena mereka menggunakan jejaring
sosial untuk berkomunikasi atau berteman secara langsung dengan orang lain,
1
sehingga mereka akan mendapatkan informasi dari seseorang yang akan menjadi
pusat informasi mereka.
Penggunaan jejaring sosial juga dilakukan oleh Tim obama saat penggalagan
dana dan kampanye. Penelitian yang dilakukan oleh Christakis dan Fowler terhadap
prilaku politik politik melalui pengaruh media sosial. Penelitian yang dilakukan
Christakis dan Fowler memperlihatkan salah satu pendukung Obama memiliki
akun pada my.barackobama.com dapat mempengaruhi satu, dua, tiga orang atau
lebih dalam dunia nyata atau teman-taman yang memiliki ideologi dan pemikiran
sama. Komunikasi sosial melalui dunia maya yaitu modifikasi radikal, tipe-tipe
interaksi pada jaringan sosial ada empat cara (Saputro, 2015: 8-10).
1. Enormitas (enormity) yaitu peningkatan jumlah yang besar pada
jejaring yang kita miliki dan berapa jumlah orang yang dapat di
jangkau untuk ikut bergabung. New media merupakan wadah yang
digunakan oleh tim kampanye Obama untuk menggalang dana dan
kampanye. Melalui situs my.barackobama.com ini adalah awal dari
kampanye online. Bekerjasama dangan pendiri Facebook akses
informasi tentang Obama tersebar luas dan dengan akses yang
mudah. Jejaring sosial yang saling berhubungan satu dengan yang
lain mempermudah hal tersebut. Selain itu juga Facebook
menyediakan tempat iklan bagi para pengguna sehingga ketika
pengguna lain dapat melihat iklan tersebut saat mengakses
Facebook. Selain iklan Facebook juga memiliki fitur lain yaitu
sharing, sehingga ketika ada seseorang yang peduli dan mendukung
Obama, maka orang tersebut akan melakukan Sharing sehingga
berita yang di update akan diterima oleh banyak orang tidak hanya
teman-teman kita yang ada di Facebook namun teman-teman dari
jejaring sosial yang lain, sehingga ketika hal tersebut tersbar luas
maka peningkatan pengaksesan akan mudah bagi pengguna internet.
2. Komunalitas (communality) yaitu perluasan dari berbagi informasi
muncul yaitu tahap enormitas akan muncul. Ketika akses terhadap
berita tentang dukungan dan menggalangan dana Obama semakin
banyak maka orang-orang akan mudah mengakses informasi
tersebut. Strategi yang digunakan oleh para pendukung Obama
tersebut akan dengan mudah menghubungkan antara calon pemilih
dengan orang-orang yang mengakses informasi tentang Obama
menggunakan jejearing sosial yang berbeda.
3. Spesifisitas (specificity) yaitu peningkatan yang besar pada ikatan
yang dapat dibentuk, akses yang luas tentang informasi Obama di
ruang publik, akan mempermudah pengguna media sosial atau
internet akan mudah mendapatkan informasi mengenai Obama.
Sehingga orang-orang akan dengan mudah menerima informasi
tersebut melalui jejearing sosial yang sering mereka gunakan atau
akses. Motif yang sama pada kasus ini merupakan ketertarikan pada
penggalangan dana dan kampanye Obama oleh pengguna jejaring
sosial atau orang yang mendukung Obama, ketertarikan tersebut
juga berdasarkan isu kedekatan geografis dan kesamaan minat
terhadap budaya pop. Hal tersbut terlihat pada terbentuknya 3.500
grup yang dibuat oleh pendukung Obama di jejaring sosial atau
internet. Kegiatan tersebut sangat berpengaruh, karena giatnya
pendukung Obama mengajak teman-teman dan keluarga dengan
mendatangi petisi online, mengirim komentar pada media sosial,
email, dan sms. Hal tersebut menurut American Life Project
4. Virtualitas (virtuality) yaitu seseorang yang berani menggunakan
identitas diri di dunia maya dengan membuat akun di new media,
menurut Christakis dan Fowler, seperti kita ketahui bahwa new
media memberikan ruang dan waktu yang tidak terbatas bagi para
penggunanya. Sehingga pengguna internet dengan mudah
mengakses tentang informasi Obama, maka pada akhirnya
kesamaan motif untuk mendukung Obama, hal tersebut untuk
informasi melalui akun virtual namun juga dapat memberikan
feedbackdengan cara sharemelalui media sosial atau jejaring sosial.
Contohnya pada kasus Obama terlihat sangat jelas pada akun virtual
pada situs my.barackobama.com yang mencapai 1,5 juta akun. Pada
penelitian Christakis dan Fowler mendapatkan hasilnya sangat
mengejutkan hanya dengan satu akun dalam jejaring sosial bisa
memicu tambahan suara walaupun orang tersebut hanya terhubung
dengan beberapa jaringan bahkan hanya empat jaringan. Aktivitas
online yang dilakukan oleh pendukung Obama menunjukan
kekuatan komunikasi di jejaring sosial atau media sosial. Kampanye
yang dilakukan tidak hanya melalui media sosial namun juga
melalui youtube, melalui youtube sebanyak 14,5 juta orang yang
menontonnya, selain itu juga pidato yang dilakukan oleh Obama
juga sebanyak 6,7 juta orang yang menonton2.
Tipe-tipe diatas merupakan tahapan Jejaring sosial Christakis dan Fowler melihat
virtualmovement berjalan:
Gambar 2.1
Alur Jejaring Sosial Christakis dan Fowler
2
Sumber: Bogdan Patrut & Monica Patrutdalam Saputro, 2015: 11
2.4Penelitian Sebelumnya
Penelitian dengan judul Virtual Movement Pada Change.Org Dalam Konteks
KPK Vs Polri Dengan Perspektif Christakis Dan Fowler yang ditulis oleh
Laurentius Guntoro Adi Saputro tahun 2015 di Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif.
Untuk teori yang digunakan oleh peneliti yaitu perspektif Christakis dan Fowler,
teori ini menjelaskan bagaimana kumpulan orang yang teorganisasi dan saling
terhubung satu sama lainnya, karena melalui komunikasi di jejaring sosial bisa
membentuk pertemanan.Hasil dari penelitiannya yaitu membuktikan bahwa
interaksi yang memicu gerakan virtual pada petisi ini mendapatkan hasil yaitu
kemenangan pada petisi yang dibuat oleh John Muhammad. Seperti yang dijelaskan
pada bagian pembahasan bahwa empat tipe interaksi jaringan menurut perspektif
Christakis dan Fowler yaitu enormity, communality, specificity, dan virtuality
sejalan dengan dua fokus Change.org Indonesia yaitu growth dan impact.
Penelitian dari Laurentius Guntoro Adi dengan topik Virtual movement yang
sama dengan tulisan peneliti tulis dengan topik virtual movement, namun terdapat
perbedaan ini yaitu pada petisi yang dilakukan oleh John Muhammad untuk
memperoleh kemenangan, kemenangan tersebut telah tercapai karena suara yang
menginginkan BW untuk dibebaskan. Namun menurut John Muhammad petisi ini
belum sepenuhnya menang karena masih ada pihak-pihak yang ingin melemahkan
KPK.Perbedaan penelitian Virtual Movement Pada Change.Org Dalam Konteks
Kpk Vs Polri Dengan Perspektif Christakis Dan Fowlerantar Virtual Movement
Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja Damai (FJD) penelitian yang
membahas bagaimana virtual movement FJD dengan menggunakan media
instagram untuk menyebarkan pesan perdamaian dan menjelaskan gerakan yang
dilakukan dimedia sosial merupakan sebuah gerakan baru dan membentuk jaringan
yang luas melalui media sosial juga. Faktor-faktor pembentuk dari gerakan sosial
juga dijelaskan pada penelitian ini. Gerakan ini juga dilakukan oleh sebuah forum
perdamaiaan. Jejaring yang terbentuk seperti komunitas dan individu bisa ikut aksi
langsung ke jalan tidak hanya dengan memfollow instagram dari FJD.
Penelitian yang dilakukan oleh Sih Natalia Sukmi pada tahun 2015 dengan judul
Transformasi Peranan Aktor Dalam Virtual Movement (Studi Kasus Petisi
#sayaKPK melalui change.org). penelitian ini menggunakan teori Teori Jaringan
Aktor atau Actor-Network-Theor, teori jaringan aktor ini merupakan sebuah
pendekatan yang memandang bahwa segala sesuatu hidup dalam sebuah jaringan.
Tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri, teori jaringan aktor ini lahir dari pemikiran
Bruno Latourmenjelaskan bahwa masyarakat tidak hanya terdiri dari individu dan
norma hidup namun masyarakat juga hidup dalam sebuah jaringan. Dan pada teori
jaringan aktor ini menjelaskan bagaimana aktor merupakan pelaku dan aktor dalam
melakukan aksi tidak seorang diri namun bersama dengan aktor yang lain. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode pendekatan kualitatif.
Dengan menggunakan teori jaringan aktor Hasil dari penelitian ini yaitu Pada
penelitianTransformasi Peranan Aktor Dalam Virtual Movement (Studi Kasus
Petisi #sayaKPK melalui change.org) mendapatkan hasil bahwa hubungan atau
peranan antar aktor sangat berpengaruh kuat antara satu dengan yang lain, dan
dalam gerakan peranan aktor membawa pengaruh terhadap gerakan tersebut untuk
mendapatkan keberhasilan. Namun pada penelitian ini membahas bagaimana aktor
yang terlibat dalam petisi online sangat berpengaruh dan saling berhubungan satu
sama lain.
Perbedaan penelitian Transformasi Peranan Aktor Dalam Virtual Movement
(Studi Kasus Petisi #sayaKPK melalui change.org) dengan penelitian Virtual
Movement Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja Damai (FJD)yaitu
penelitian Virtual Movement Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja
Damai (FJD) menggunakan teori Jejaring sosial Christakis dan Fowler, teori ini
menjelaskan empat tipe interaksi pada jaringan sosial Christakis dan Fowler
diantaranya Enormitas (enormity), Komunalitas (communality), Spesifisitas
(specificity), Virtualitas (virtuality). Jejaring sosial menjelaskanbahwa kekuatan
membentuk orang dan jaringan sosial yang sangat kuat. Pada jejaring sosial
Christakis dan Fowler jaringan sosial memiliki dua unsur yaitu hubungan individu
dengan individu yang lain dan hal tersebut merupakan kumpulan orang-orang yang
terorganisasi. Metode yang digunakan untuk penelitian yaitu metode kualitatif.
penelitian Virtual Movement Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja
Damai (FJD)bagaimana virtual movement FJD dengan menggunakan media
instagram untuk menyebarkan pesan perdamaian. Media instagram dari FJD
membantu membangun jaringan dengan komunitas dan masyarakat luar yang sama
perduli dengan masalah intoleransi. Terbentuknya jaringan pada FJD dijelaskan dan
faktor-faktor pembentuk dari gerakan sosial juga dijelaskan pada penelitian
ini.Gerakan ini juga dilakukan oleh sebuah forum untuk mencapai satu tujuan dan
dengan satu topik yaitu penyebaran pesan perdamaiaan. Jejaring yang terbentuk
seperti komunitas dan individu bisa ikut aksi langsung ke jalan tidak hanya dengan
memfollow instagram dari FJD.
Penelitian yang ke tiga yaitu penelitian yang ditulis oleh Royke R Siahainenia
& Dewi Kartika Sari yang ditulis pada tahun 2015 dengan judulGerakan Sosial
Baru di Ruang Publik Virtual pada Kasus Satinah yang ditulis di Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga. Penelitian ini menggunakan teori Teori Ruang
Publik Habermas, teori ini menjelaskan ranah publik yang mengacu pada
organ-organ informasi dan perdebatan politik, seperti misalnya surat kabar dan jurnal.
Demikian juga institusi diskusi politik, sehingga ruang publik lainnya memenuhi
untuk terjadi ruang diskusi dan merupakan ruang bagi diskusi kritis, terbuka bagi
semua orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Hasil
dari penelitianGerakan Sosial Baru di Ruang Publik Virtual pada Kasus Satinah
membahas gerakan sosial baru pada ruang publik mendapatkan dua pemahaman
yaitu aktifitas gerakan sosial menjadi wadah bagi gerakan sosial tersebut yang
selanjutnya yaitu gerakan sosial baru terdapat empat isu yang penting yaitu unsur
dari jaringan media sosial kuat namun hubungan yang terjalin bersifat informal dan
Kegiatan yang terjadi dimedia sosial yaitu kegiatan karena adanya solidaritas
antar pengguna media sosial dan adanya isu yang dibahas sama dan memberikan
info yang bermanfaat dan menambah intelektual.perbedaan penelitian ini yaitu
gerakan sosial yang dilakukan untuk mendukung Satinah, pada penelitian ini
penulis menggunakan teori Ruang Publik Hebermas. Aktor dalam penelitian ini
juga sangat berpengaruh dalam menggalang dukungan untuk Satinah.Virtual
Movement Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja Damai (FJD)yaitu
penelitian Virtual Movement Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja
Damai (FJD) menggunakan teori Jejaring sosial Christakis dan Fowler, teori ini
menjelaskan empat tipe interaksi pada jaringan sosial Christakis dan Fowler
diantaranya Enormitas (enormity), Komunalitas (communality), Spesifisitas
(specificity), Virtualitas (virtuality). Jejaring sosial menjelaskanbahwa kekuatan
dari jejaring sosial sangatlah besar sehingga hanya dengan satu isu jejaring sosial
membentuk orang dan jaringan sosial yang sangat kuat.
Perbedaan dengan penelitian Virtual Movement Seruan Perdamaian Di Kota
Yogjakarta Forum Jogja Damai (FJD) penelitian yang membahas bagaimana virtual
movement FJD dengan menggunakan media instagram untuk menyebarkan pesan
perdamaian dan menjelaskan gerakan yang dilakukan dimedia sosial merupakan
sebuah gerakan baru dan membentuk jaringan yang luas melalui media sosial juga.
Faktor-faktor pembentuk dari gerakan sosial juga dijelaskan pada penelitian ini.
Jejaring yang terbentuk seperti komunitas dan individu bisa ikut aksi langsung ke
jalan tidak hanya dengan memfollow instagram dari FJD.
Penelitian yang ke empat yaitu penelitian yang ditulis oleh I Guati Agung Ayu
Kade Galuh pada tahun 2016 dengan judul Media Sosial Sebagai Gerakan Bali
Tolak Reklamasi yang di tulis di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Metode yang
digunakan pada penelitian ini yaitumetode studi Kasus, dan penelitian ini
menggunakan teori Media sosial, teori ini menjelaskan bagaimana media internet
membawa dimensi yang baru dan karakteristik dari media sosial yang mudah
menyebar.Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian Bali tolak
lingkungan. Strategi gerakan ini menggunakan media sosial sebagai media mereka
melakukan perlawanan. Di dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa media
sosial mampu bertransformasi menjadi isu publik dan akhirnya menjadi agenda
politik. Media sosial berperan untuk membeangun opini di masyarakat sehingga
media sosial tidak bersifat netral.
Perbedaan pada penelitian ini yaitu dalam melakukan aksi mereka, gerakan
sosial ini menggunakan media sosial dan media massa sebagai strategi. ForBALIs
(Forum Bali Harmonis) menjaring dukungan melalui musik dan tarian kemudian
disebar luaskan melalui sosial media dan media massa.penelitian Virtual Movement
Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja Damai (FJD) menggunakan
teori Jejaring sosial Christakis dan Fowler, teori ini menjelaskan empat tipe
interaksi pada jaringan sosial Christakis dan Fowler diantaranya Enormitas
(enormity), Komunalitas (communality), Spesifisitas (specificity), Virtualitas
(virtuality). Jejaring sosial menjelaskanbahwa kekuatan dari jejaring sosial
sangatlah besar sehingga hanya dengan satu isu jejaring sosial membentuk orang
dan jaringan sosial yang sangat kuat. Perbedaan dengan penelitian Virtual
Movement Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja Damai (FJD)
penelitian yang membahas bagaimana virtual movement FJD dengan menggunakan
media instagram untuk menyebarkan pesan perdamaian dan menjelaskan gerakan
yang dilakukan dimedia sosial merupakan sebuah gerakan baru dan membentuk
jaringan yang luas melalui media sosial juga. Faktor-faktor pembentuk dari gerakan
sosial juga dijelaskan pada penelitian ini. Jejaring yang terbentuk seperti komunitas
dan individu bisa ikut aksi langsung ke jalan tidak hanya dengan memfollow
instagram dari FJD.
Penelitian yang terakhir yaitu Ahmad Ismail pada tahun 2012 dengan judul
Akademi Berbagi: Gerakan Sosial di Dunia Digital di tulis di Universitas Indonesia
Depok. Peneliti pada penelitian ini menggunakan metodeconnective etnography
metode ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan memahami sosial pratice
bergerak pada ruang virtual dan ruang fisik.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
media sosial untuk melakukan gerakan sosial, namun tidak hanya menggunakan
media sosial namun objek yang diteliti oleh penulis juga aktif melakukan gerakan
sosial secara offline. Penelitian ini menggunakan metode connectiveethnography
yaitu menggunakan dua ruang yaitu offline dan online dari Gerakan Akademi
Berbagi. Gerakan offline dan online merupakan gerakan yang saling melengkapi,
karena tidak hanya melakukan gerakan di media sosial tp harus juga ada gerakan
secara real agar gerakan yang dilakukan bisa memberikan pengaruh yang positif
bagi orang-orang yang melihat nya di media sosial, karena media sosial media share
bagi gerakan secara real.
Penelitian ini menjelaskan sebuah komunitas yang aktif melakkukan kegiatan
mereka secara nyata dan juga menggunakan media sosial untuk mengenalkan
kegiatan yang mereka lakukan. Perbedaan penelitian yaitu penelitian Virtual
Movement Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja Damai (FJD)
menggunakan teori Jejaring sosial Christakis dan Fowler, teori ini menjelaskan
empat tipe interaksi pada jaringan sosial Christakis dan Fowler diantaranya
Enormitas (enormity), Komunalitas (communality), Spesifisitas (specificity),
Virtualitas (virtuality). Jejaring sosial menjelaskanbahwa kekuatan dari jejaring
sosial sangatlah besar sehingga hanya dengan satu isu jejaring sosial membentuk
orang dan jaringan sosial yang sangat kuat. Perbedaan dengan penelitian Virtual
Movement Seruan Perdamaian Di Kota Yogjakarta Forum Jogja Damai (FJD)
penelitian yang membahas bagaimana virtual movement FJD dengan menggunakan
media instagram untuk menyebarkan pesan perdamaian dan menjelaskan gerakan
yang dilakukan dimedia sosial merupakan sebuah gerakan baru dan membentuk
jaringan yang luas melalui media sosial juga. Faktor-faktor pembentuk dari gerakan
sosial juga dijelaskan pada penelitian ini. Jejaring yang terbentuk seperti komunitas
dan individu bisa ikut aksi langsung ke jalan tidak hanya dengan memfollow
2.5 Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian
Penjelasan:
Dinamika masyarakat Yogyakarta
Muncul Konflik sosial
(Intoleransi)
Forum Jogja Damai (FJD)
Jaringan Sosial
Gerakan Sosial Baru
Pesan Media sosial
Yogyakarta kota dengan begitu banyak pendatang, sehingga juga banyak
masuk budaya, tradisi, agama, dan kebiasaan dari berbagai daerah masuk ke
Yogyakarta. Kebudayaan, tradisi, agama, dan kebiasaan yang dimiliki setiap daerah
berbeda maka dari itu sering muncul konflik. Konflik yang muncul akibat
ormas-ormas yang tidak menginginkan hidup berdampingan dan tidak ingin adanya
perbedaan. Akibat adanya masalah intoleransi dan dengan kasus intoleransi yang
meningkat setiap tahunnya di Indonesia, sehingga sangat penting untuk adanya
toleransi. Forum Jogja Damai yang merupakan salah satu gerakan sosial yang ingin
adanya toleransi terutama di kota Yogyakarta, Forum Jogja Damai yang merupakan
gerakan sosial baru mereka memanfaatkan ruang publik virtual yaitu media sosial
untuk gerakan sosial mereka.
Jejaring sosialmenjelaskan bagaimana media sosial sangat berpengaruh,
menggunakan media sosial untuk berkomunikasi atau berteman secara langsung
dengan orang lain, dan mendapatkan informasi dari seseorang yang akan menjadi
pusat informasi mereka, sehingga mereka dapat membentuk orang dan jaringan
sosial yang sangat kuat hanya dengan satu isu. Pada jejaring sosial terdapat empat
tipe interaksi pada jaringan sosial yaitu Enormitas (enormity), Komunalitas
(communality), Spesifisitas (specificity), dan Virtualitas (virtuality). Keempat tipe
tersebut merupakan proses peningkatan jaringan dan penyebaran informasi di
media sosial. Ketika informasi banyak di akses oleh masyarakat yang memiliki