• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712009008 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 712009008 Full text"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN PAK TENTANG SIKAP GEREJA PROTESTAN MALUKU (GPM) JEMAAT BETHEL AMBON TERHADAP KENAKALAN REMAJA

Oleh:

JILLIAN FRADELCIA ADODO 712009008

TUGAS AKHIR

Diajukankepada Program StudiTeologi,

FakultasTeologigunamemenuhisebagiandaripersyaratanuntukmencapaigelar SarjanaSainsdalambidangTeologi (S.Si.Teol)

Program Studi IlmuTeologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis panjatkan atas kasih Yesus Kristus dan anugerahNya yang telah memimpin dan menyertai penulis selama menjalani masa pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana sehinga dengan hikmat yang diterima penulis mampu menyelesaikan penyusunan tugas akhir dan masa kuliah dengan baik.

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana dalam bidang ilmu Teologi (S.Si. Teol). Penyelesaian tugas akhir ini pun disusun dengan harapan bahwa dapat membantu gereja dan anggota gereja secara khusus Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel Ambon dalam menyikapi kenakalan remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat sebagaimana mestinya sehingga melahirkan generasi kristen yang berkualitas dalam spiritual maupun etika melalui Pendidikan Agama Kristen (PAK) terhadap remaja. Penulis juga berharap kiranya tugas akhir ini dapat berguna di kemudian hari sebagai bahan referensi maupun sekedar menambah pengetahuan bagi orang lain terutama pekerja-pekerja gereja dalam hal pembimbingan bagi remaja. Penulis menyadari sungguh dari seluruh rangkaian penulisan tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis memohon maaf bagi semua pihak yang turut terlibat dalam penulisan ini jika ada salah kata maupun kalimat oleh sebab itu kritik dan saran sangatlah diperlukan agar tulisan ini lebih baik lagi.

Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

LEMBAR PENGESAHAN ………... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ……… iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ………. iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ……….... v

KATA PENGANTAR ………... vi

DAFTAR ISI ………. vii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… viii-xi MOTTO ………... xii

ABSTRAK ………. xiii

I. Pendahuluan ………. 1

A. Latar Belakang ………. 1-6 II. Pendidikan PAK dan Remaja ………. 6

A. Pendidikan Agama Kristen ………... 6-8 B. PAK Remaja ……… 8-10 C. Kenakalan Remaja ……… 10-12 D. Hubungan Gereja Dan Remaja ……… 12-15 III. Hasil Penelitian dan Pembahasan ……… 15

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ……… 15-16

B. Sikap Dan Peran GPM JEMAAT BETHEL AMBON Terhadap

Kenakalan Remaja Dari Perspektif Pendidikan Agama Kristen 17-25 C. Sikap Dan Peran Komisi Anak Dan Remaja Serta Guru Sekolah

Minggu GPM Jemaat Bethel Ambon Terhadap Kenakalan Remaja

Dari Perspektif Pendidikan Agama ………... 25-32

IV. Penutup ……….. 32-34

(8)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bantuan berupa kritik, saran, bimbingan maupun dukungan serta doa untuk penyelesaian tugas akhir ini dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus oleh karena anugerah, kasih dan cintaNya yang selalu menolong serta menuntun penulis dalam menjalani studi di Fakultas Teologi UKSW. Penulis ada dan mampu menyelesaikan tugas akhir ini bukan karena kuat dan hebatnya penulis melainkan oleh hikmat dan pertolongan tangan kuat yang selalu menopang penulis.

2. Kepada papa dan mama terhebat. Papa Chres danke par samua kerja karas yg papa usahakan dan mama nel danke jadi tiang doa siang malam ini baru langkah awal par menuju proses dengan janji yang harus ditepati par bikin mama dengan papa tersenyum liat beta pung sukses. Maav kalau terlambat, tutup talinga lalu bajalan berlalu dengan samua orang pung carita dengan seng suka satu hal yang beta mau bilang kalo Beta Paleng Sayang dong dua Tete Manis sayang dengan kasih umur panjang sehat-sehat tarus sampe mama deng papa bisa liat beta dengan toga di atas mimbar. Kace, seftia, santa dengan iky, walau pun kadang seng akur, tapi kk del tau dong pung doa slalu ada par kk del.

3. Untuk Jesten Kenneth Wattimena, danke su jadi teman hidup, sahabat, sombar, tempat berbagi susah sanang tempat mengaduh lelah, motivator. Danke par semua doa, dukungan, dan jadi orang yang tidak pernah lelah kasih semangat saat beta patah semangat dan ingin menyerah dengan keadaan, entah akhirnya bagaimana biar Tete Manis yang ator, meskipun berakhir setidaknya bersyukur karena ale pernah ada dan menemani sampe di proses dan tahap ini. You’re a special one, Te Amo. 

(9)

ix

taulah beta pung sayang par dong dua bagaimana, you’re the best Te Amo.

5. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel yang telah menjadi dosen pembimbing selama penulisan tugas akhir ini. Terima kasih untuk semua waktu, bimbingan dan motivasi, saran dan kritik yang sudah diberikan, dan mohon maaf untuk semua kesalahan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja lewat tutur kata maupun tingkah laku, Biarlah Tuhan Yesus pohon berkat selalu memberkati bpk dengan keluarga.

6. Pdt. Mariska Lauterboom/Tiwa, danke untuk saran masukan motivasi dari kaka, danke su jadi dosen pembimbing 2 walaupun seng sampe di tahap akhir karena kaka lanjut sekolah tapi ilmu yang di bagi cukup jadi bagian

sukses dalam penulisan tugas akhir ini, Tuhan Yesus memberkati ka’Ika , Bu Rino dengan Baby’T.

7. Pdt. Izak Lattu, Ph.D selaku wali studi. Terima kasih banyak ka’chaken untuk dukungan dan motivasi yang kaka sudah berikan dan terima kasih juga untuk waktu dan nasihat selaku kaka bahkan orang tua wali di fakultas selama masa studi. Tete Manis berkati selalu.

8. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Teologi. Terima kasih sudah membagi ilmu pengetahuan kepada penulis, mendukung dan memotivasi penulis untuk terus belajar agar penulis dapat terus berkembang. Buat Bu Budi yang selalu setia membantu segala keperluan mahasiswa dan tidak bosan untuk menerima kami dikantornya terima kasih banyak Bu. Kepada ibu dekan, terima kasih ibu sudah bersedia menjadi ibu bagi penulis selama masa perkuliahan di tanah rantau, teriring doa Tuhan Yesus Memberkati bapak dan ibu beserta keluarga.

(10)

x

10.Untuk semua keluarga besar Adodo, Soumokil, Opa Onggo Nanulaitta, mama Ete dengan Bapa No Amahorseja, semua Keluarga besar di BOOI, kel Kailola, tanta min dengan om niko, terima kasih untuk semua doa dan dukungannya

11.Pendeta Jemaat GPM Bethel Mardika Ambon, Ma Mei Orno, Ma Mei Tikupadang, Ma ko Tuhumena, Ibu Ketty Lekahena, Pa Herry Siahay terima kasih untuk semua topangan doa dan dukungan yang diberikan. 12.Teman seperjuangan kk dessy, joeldrin, acit, sanders, umbu andri, anky,

lenny, maya, vallian, dengan teman-teman 2009 yang lainnya. Hey tahu kah kalian? bersyukur bisa kenal sebangku kuliah, sekalas bareng, menggila bareng, tertawa bareng, susah pun barengan dengan kalian, orang-orang hebat yang Tuhan pertemukan di sini di Teologi UKSW, percayalah rindu untuk kembali sekelas dan duduk bareng kalian lagi dengan kalian, salam KOLIPOKI!!! 

13.Onna, Juan, Egeno, Jeaneth, sohib dari SMA, danke par semua dukungan dan semangat yang su kasih selama ini 

14. Brian, Deki, Ninin, Heydi, danke untuk semua dukungan, semangat doa dan dorongannya slama ini Tuhan Yesus Berkati. Juga untuk seseorang yang luar biasa alm kk laki-laki Clif Pattiwael (pipi) yang kadang jadi malaikat tak terlihat yang tetap hidup di hati terima kasih untuk semua nasihat, dorongan dengan waktu dan pengalaman hidup yang luar biasa bikin beta banyak belajar dari pipi dan jadi seperti ini bersyukur Tuhan kasih kesempatan hidup dengan pipi bertumbuh dan besar sama-sama walaupun seng lama , tenang dalam damai pipi you’re always in my heart, we Love you pipi. 

(11)

xi

tatawa manangis, lapar tanganga satu deng satu baku hadap lah katawa di kota kecil ini kota hati beriman. Seng harap banyak biarlah apa yang su dibangun di kota kecil dingin ini sebagai sahabat, teman bahkan saudara meski seng ada hubungan darah akan tetap terjalin seterusnya sampai dimana pun katong masing-masing ada. love you guys! 

16.Pa den, Bebs Art, Dino, Choken, Kaleb (gebaAng), Juju, Hans, Eza, Ashley, Ceka, Satria, Ipena, Elika, Endru, k’Mimi, Om Itho, Mami Ela,

Papi, Macica, kk tels, Ien and all crew KOB’15 KOB’16 terima kasih su

jadi keluarga dengan perhatian dukungan bahkan kritikan maupun saran yang di berikan, terima kasih untuk setiap senyuman dengan tawa yang terukir saat beta datang dengan muka bangka ka dong samua, untuk yang su dipenghujung ayook semangat kasih fix, untuk yang masih toma juga semangat, untuk yang su dengan sukses masing-masing sukses tarus, Tuhan Yesus Berkati katong samua. Gagah 

17.Teman-teman kost K’Sela, k’Jein, Wita, Chessy, Dessy, Sarly, Linda, terima kasih par dukungan dengan semangat yang diberikan, Tuhan Yesus Berkati.

(12)

xii

MOTTO

Arungi samudra hidup, selami dalamnya lautan

hidup, nikmati perjalanan hidupmu dan

berproseslah! Maka kamu akan berbuah

didalamnya!!



-Fradel-

Tetapi kamu ini kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!

(2 Tawarikh 15:7)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

permohonan dengan ucapan syukur.

(Filipi 4:6)

Bukankah telah kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan Allahmu,

menyertai engkau kemanapun engkau pergi!

(Yosua 1:9)

I’m a little pencil in the hand of a writing God,

who is sending a love letter to the world !!!!

-Mother Theressa-

(13)

xiii

“Tinjauan PAK Tentang Sikap Gereja Protestan Maluku (GPM) Jemaat Bethel-Ambon

Terhadap Kenakalan Remaja”

Jillian Fradelcia Adodo

712009008

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel Ambon terhadap kenakalan remaja dari perspektif Pendidikan Agama Kristen. Teori yang digunakan berdasarkan pada penjabaran Daniel Nuhamara (2007-2009). Penelitian ini dimotivasi oleh fakta kenakalan remaja yang menggunakan miras, dan aksi pornografi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan teknik pengumpulan data dan observasi bservasi. Manfaat penelitian ini menganalisis, mendeskripsikan, memahami dan melengkapi penelitian yang terkait dengan peran serta sikap gereja dalam menyikapi kenakalan remaja yang terjadi dalam konteks gereja sebagai lembaga yang mengatur dan membimbing orang Kristen secara spiritualitas. Kedua secara praktis sebagai salah satu upaya penulis dalam menganalisis dan memberikan kontribusi pemikiran baru dalam upaya memahami dan menyikapi kenakalan remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat dalam Pendampingan dan pembimbingan bagi perkembangan generasi gereja yang berkualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fungsi kontrol gereja terhadap remaja dilakukan melalui evaluasi setelah bimbingan atau pembagian materi dan bahan ajar bagi GSM serta pertemuan secara gabungan semua remaja dala m jemaat Bethel setiap minggu ke empat dalam bulan berjalan serta belum adanya pembinaan secara lanjutan terhadap remaja khususnya remaja yang terkait kenakalan remaja. Penelitian ini juga dibuat sebagai tugas akhir pada Fakultas Teologi UKSW dan bagi pela yanan Jemaat GPM Bethel Ambon terhadap PAK remaja dan permasalahan remaja.

(14)

1

I . PENDAHULUAN

Remaja berasal dari kata adolescence dalam bahasa latin yaitu to grow up to maturity, berarti tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan, tumbuh dari kanak-kanak menjadi dewasa.1 Masa remaja juga disebut sebagai masa pancaroba yang penuh dengan gejolak dan pemberontakan. Remaja dimulai pada usia 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Untuk masa adolescence ini dibagi lagi menjadi remaja awal (early adolescence) yaitu dari usia 12-15 tahun, remaja madya (middle adolescence) usia 16-18 tahun dan remaja akhir usia 18-20 tahun.2

Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Dalam masa perkembangan remaja terjadi perubahan-perubahan sosial. Perubahan sosial yang penting dalam masa remaja meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, serta dalam dukungan sosial. Menurut Lawrence Kohlberg dalam buku PAK Remaja bahwa tingkatan perkembangan lain yang harus dilewati oleh anak menuju kedewasaan ialah dengan perkembangan moral atau yang lebih tepatnya disebut dengan perkembangan pemikiran atau penalaran moral, Ia memusatkan diri pada “moral reasoning” atau penalaran moral yaitu menyangkut apa yang dipikirkan seorang

individu tentang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang jahat.3 Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg ialah untuk mengungkapkan moral yang ada dalam pikiran yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.

Dewasa ini kehidupan perkembangan moralitas remaja semakin berada pada tingkatan yang lebih cenderung meresahkan kehidupan masyakat. Ada kelompok remaja yang berkembang ke arah yang positif namun ada pula kelompok remaja yang berkembang pada arah negatif. Kelompok remaja yang

1

Hurlock Elizabeth B, Psikologi Perkembangan (New York : McGraw-hill,1980), 13.

2Daniel Nuhamara, PAK Rema ja (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 9.

3

(15)

2

berkembang ke arah negatif inilah kemudian berdampak pada kenakalan remaja. Belakangan ini banyak media masa yang menyiarkan maraknya kenakalan remaja di pelosok Indonesia, seperti tertangkapnya salah seorang remaja yang berusia 17 tahun di daerah Denpasar sebagai pengedar narkoba pada tanggal 27 agustus 2015 dengan sejumlah barang bukti yang ada.4 Hal ini menjadi menarik untuk diperhatikan, di mana remaja merupakan generasi penerus oleh sebab itu harus diarahkan dan dibimbing ke arah yang lebih baik.

Kehidupan anak dan remaja di kota Ambon sekarang ini begitu terpuruk dalam moralitas yang tengah menuju ambang kehancuran untuk melahirkan generasi penerus yang berkualitas baik secara moral, spritualitas maupun intelektual.5 Para remaja yang melakukan kenakalan remaja ialah mereka yang masih dalam masa pertumbuhan dan psikologi kejiwaan yang labil, yang jika tidak diperhatikan maka akibatnya akan membias pada kelompok masyarakat yang lebih luas.6 Remaja di beberapa wilayah di kota Ambon berkembang dan bertumbuh dengan tidak memperhatikan etika perilaku serta nilai-nilai dan norma yang berlaku. Selain mengamati,penulis juga melakukan percakapan awal dengan beberapa warga dan Majelis Jemaat di sektor IV Jemaat Bethel Belakang Soya. Melalui percakapan itu ditemukan bahwa dalam keseharian para remaja ini membentuk kelompok, akan tetapi kelompok yang dibentuk lebih mengarah pada aktivitas-aktivitas yang cenderung merugikan diri sendiri bahkan orang lain di sekitar mereka. Mereka cenderung berkumpul dan melakukan aktivitas sepertimerokok bahkan sampai pada minum minuman keras, bahkan ada remaja yang mulai menggunakan obat-obatan terlarang dan yang lebih mirisnya lagi ada sebuah kasus yang terjadi di sektor IV ini di mana ada remaja yang melakukan perbuatan pornoaksi dan pornografi dengan mengintip bahkan merekam atau membuat video terhadap seorang wanita yang tengah beraktivitas di kamar mandi (sedang mandi) untuk dijadikan sebagai bahan tontonan bagi remaja ini, bahkan

Hasil wawancara bersama Pdt. Ny. Telly Tomasoa / FarFar, Agustus 2015.

6 Richard Louhenapessy, Wali Kota : Konflik Warga Akibat Kenakalan Remaja (Ambon:

(16)

3

ada pula kasus terbaru yang dilakukan pada bulan februari 2016 yaitu pencabulan seorang remaja berusia 16 tahun terhadap seorang anak remaja awal yang berumur 13 tahun. Klimaksnya ada remaja yang seharusnya mengikuti pendidikan di sekolah malah mereka tidak melakukannya dengan baik sehingga harus putus sekolah.

Dalam situasi seperti ini peran gereja menjadi sangat penting atau signifikan. Dengan melihat lingkup kehidupan masyarakat kota Ambon yang mayoritas merupakan penganut agama Kristen, gereja hadir sebagai lembaga yang bertujuan untuk mengatur dan membimbing orang-orang Kristen secara spiritualitas. Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel-Mardika hadir sejak 29 Mei 1904 dengan 20 sektor pelayanan yang kemudian dimekarkan menjadi 19 sektor pelayanan akibat konflik yang terjadi di Ambon tahun 1999 silam dan salah satu daerah pelayanannya yaitu daerah Belakang Soya yang merupakan sektor ke-IV dari 19 sektor pelayanan yang berpusat di Mardika, Ambon. Penata layanan yang ada di dalam jemaat ini meliputi tiga tugas panggilan utama yaitu diakonia, marturia dan koinonia yang bukan hanya pada satu lingkup kategorial melainkan berbagai lingkup kategorial termasuk dalam kategorial anak dan remaja yang disediakan dalam lingkup SM-TPI (Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil).

Adapun hal-hal yang telah dilakukan oleh gereja selama ini ialah (1), SM-TPI dimana gereja membentuk wadah pelayanan bagi anak dan remaja yang kemudian gereja melaksanakan tugas pembimbingan bagi anak dan remaja melalui guru sekolah minggu atau yang biasa disebut dengan istilah pengasuh yang biasanya dilakukan bimbingan bagi para guru sekolah minggu satu minggu sekali. (2), Kegiatan-kegiatan bagi remaja yang berupa jambore dan pekan remaja. Sebagai generasi anak-anak Kristen, para remaja ini memang disediakan wadah pelayanan untuk membentuk dan memupuk spritualitas dan solidaritas sebagai anak-anak Kristus dalam wadah pelayanan anak dan remaja atau dengan istilah lain SM-TPI.7 Tetapi adapula para remaja yang tidak mengikuti SM-TPI padahal

usia mereka seharusnya masih berada pada tahap “remaja”. Mereka cenderung menganggap diri mereka sudah dewasa dan masuk dalam kategori pemuda, padahal mereka juga tidak mengikuti setiap kegiatan atau ibadah pemuda karena

7 Hasil Wawancara bersama kepala biro Anak Remaja dan Katekisasi Sinode GPM

(17)

4

merasa belum cukup umur untuk ada dalam kelompok pemuda (Pdt. Telly Tomasoa/ Farfar). Dari hasil percakapan bersama dengan kedua pendeta ini pula, penulis menemukan bahwa di sektor IV Jemaat Bethel ini ada pula remaja yang tidak mengikuti SM-TPI yang seharusnya menjadi wadah bagi mereka untuk mendapatkan pembinaan dan bimbingan terhadap pendidikan agama Kristen yang telah di sediakan oleh Gereja. Kenakalan remaja yang terjadi kian berkembang memerlukan peran penting dari gereja untuk lebih memperhatikan generasi gereja di mana ketika adanya kenakalan remaja yang seharusnya menuntut peran gereja untuk mengambil sikap dan tindakan dalam pembimbingan terhadap anak remaja secara real bukan hanya ketika sudah adanya SM-TPI sebagai wadah resmi gereja yang dilaksanakan oleh para pengasuh kemudian gereja atau dalam hal ini pelayan-pelayan gereja sebagai gembala acuh atau kurang mengambil bagian dalam penggembalaan dan pembinaan terhadap anak-anak remaja sebagai generasi kristen, bagaimana Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel menyikapi hal ini?.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan inilah, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti :

“Tinjauan PAK TentangSikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel Ambon Terhadap Kenakalan Remaja”

A. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang dipaparkan maka masalah yang akan diteliti dan dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimana Sikap Jemaat GPM Bethel Ambon Terhadap kenakalan remaja yang terjadi dari perspektif Pendidikan Agama Kristen?

B. Tujuan Penetilitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan ini ialah mendeskripsikan sikap Jemaat GPM Bethel Ambon terhadap kenakalan remaja dari perspektif Pendidikan Agama Kristen.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

(18)

5

menyikapi kenakalan remaja yang terjadi dalam konteks gereja sebagai lembaga yang mengatur dan membimbing orang Kristen secara spiritualitas. Kedua secara praktis sebagai salah satu upaya penulis dalam menganalisis dan memberikan kontribusi pemikiran baru dalam upaya memahami dan menyikapi kenakalan remaja yang terjadi di lingkup gereja dan masyarakat dalam Pendampingan dan pembimbingan bagi perkembangan generasi gereja yang berkualitas.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analisis. Penelitian ini berusaha mengungkapkan masalah atau keadaan, serta memberikan gambaran secara obyektif, suatu objek,suatu suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang tentang sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel dalam menyikapi kenakalan-kenakalan remaja di sektor IV.8

Jenis penelitian yang dipakai adalah kualitatif.9 Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan apa yang pada saat ini berlaku yang didalammya terdapat upaya untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisa sikap gereja terhadap kenakalan yang terjadi.

Data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap informan yaitu Pendeta pendamping remaja 1 orang, Pendeta Jemaat 2 orang, komisi remaja 1 orang dan guru sekolah minggu 3 orang. Adapun wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk keperluan informasi secara lisan dan tertulis. Serta dari bahan literatur untuk membangun landasan teori dan perolehan secara tertulis.10

E. Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini dideskripsikan dalam empat bagian yaitu bagian pertama yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan yang menjadi tolak ukur dari penulisan tugas akhir ini. Pada bagian kedua meliputi Pendikan Agama Kristen (PAK), PAK Remaja, definisi tentang kenakalan remaja,

8

Mo. Natsir, “Metode Penelitian”, (Jakarta: Ghalia Indonesia 1988), 61, 89.

9

Mardalis. “Metode Penelitian,Suatu Pendekatan Proposal”(Jakarta: Bumi aksara, 2004) 26.

10

(19)

6

macam kenakalan remaja, hubungan gereja dan remaja. Pada bagian ketiga berisi hasil penelitian dan pembahasan serta analisis tentang sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel terhadap kenakalan remaja yang terjadi di sektor IV dari perspektif Pendidikan Agama Kristen. Bagian keempat penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. Kesimpulan berupa temuan-temuan dari hasil penelitian dan pembahasan, saran yang berupa masukan-masukan dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.

II. PENDIDIKAN PAK DAN REMAJA

Pada bagian ini membahas tentang pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK), PAK Remaja, Kenakalan Remaja, Hubungan Gereja dan Remaja.

A. Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan berasal dari dua kata latin yaitu “educates” dan “educare atau

educere”, yang berarti merawat dan melengkapi dan juga membimbing keluar.

Pendidikan adalah sebagai upaya sadar dan sengaja untuk memperlengkapi seorang atau sekelompok orang untuk membimbingnya keluar dari suatu tahapan (keadaan) hidup ke suatu tahapan lainnya yang lebih baik.11 Pendidikan Agama Kristen adalah suatu usaha untuk mempersiapkan manusia untuk meyakini, memahami dan mengamalkan agama kristen itu sendiri. Pendidikan Agama Kristen berfungsi menumbuhkan sikap dan perilaku manusia berdasarkan iman kristen dalam kehidupan sehari-hari sertapengetahuan tentang pendidikan kristen dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan agar manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.12

Menurut Augustinus di dalam buku strategi pendidikan agama kristen, PAK adalah pendidikan yang bertujuan menghantar para pelajarnya untuk bertumbuh dalam kehidupan rohani, terbuka dengan Firman Tuhan dan memperoleh pengetahuan akan perbuatan-perbuatan Allah melalui Alkitab dan bacaan lain. Semuanya itu untuk memperoleh hikmat yang dari Allah sendiri.13 Martin Luther dalam kutipan yang ditulis oleh Roberth Boekhlke mengatakan

11 B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta: Andi, 1994), 15.

12

Winatasahirin, Identitas dan ciri Khas Pendidikan Kristen, (Jakarta : BPK-BM, 2003), 153.

13Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Prakten Pendidikan Agama

(20)

7

bahwa PAK merupakan pendidikan yang melibatkan semua warga jemaat khususnya kaum muda, agar bisa belajar secara teratur dan tertib sehingga sadar akan dosa dan kemerdekaan yang Allah kerjakan melalui Yesus Kristus. Disamping itu memperlengkapi mereka dengan berbagai sumber iman sehingga mampu mengambil bagian secara bertanggung jawab dalam pelayanan terhadap masyarakat, negara dan gereja.14 Adapun elemen-elemen inti yang dapat menjelaskan hakikat PAK15, yaitu; Pertama harus dikatakan bahwa PAK itu suatu usaha pendidikan, karena merupakan suatu usaha yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan apa pun bentuknya.Kedua, PAK juga merupakan pendidikan yang khusus yakni dalam dimensi religius manusia. Ini berarti usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana pencarian akan yang transenden serta ekspresi dari hubungan-hubungan seseorang dengan yang transenden tadi dikembangkan serta dimungkinkan tersedia bagi manusia pada masa kini. Ketiga, PAK juga secara lebih khusus menunjuk kepada persekutuan iman yang melakukan tugas pendidikan agamawi, yakni persekutuan iman kristen. Karenanya pencarian manusia terhadap yang transenden serta ekspresi dari hubungan itu diwarnai oleh ajaran kristen sebagaimana dinyatakan kepada kita dalam Alkitab sebagai warisan masa lampau dan tindakan kreatif masa kini. Keempat, PAK sebagai usaha pendidikan bagaimana pun juga mempunyai hakikat politis, dan karena itu berpartisipasi juga dalam hakikat politis pendidikan secara umum. Artinya, dalam PAK tidak hanya ada intervensi dalam kehidupan individual orang lain dibidang kerohanian saja melainkan juga mempengaruhi orang lain bagaimana mereka menjalani hidupnya dalam konteks masyarakat.

Pengertian tujuan PAK yaitu pertama aims, adalah tujuan yang diusahakan untuk dicapai pada akhirnya (secara mutlak) atau juga disebut sebagai tujuan akhir ultimate aims. Kedua goals, adalah tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu. Ketiga objektif, adalah tujuan yang hendak dicapai dalam proses belajar-mengajar dalam satu tatap muka.16 Tujuan dari Pendidikan Agama Kristen

14 Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Prakten Pendidikan Agama

Kristen dari Plato Sampai Ig. Loyola, 342.

15 Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Jurnal Info

Media, 2007), 25-26.

16Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Bandung: Jurnal Info

(21)

8

ialah untuk mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke dalam persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal tersebut dinyatakan dalam kasihnya terhadap Allah dan sesama, yang dihayati dalam hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus.17

B. PAK Remaja

Pendidikan Agama Kristen Remaja menurut Robert L. Browning dalam buku Pembimbing Agama Kristen yang diuraikan oleh Daniel Nuhamara mendefinisikan PAK Remaja sebagai suatu upaya menolong para remaja "menjelajahi seluruh medan hubungan-hubungan", mengalami selaku remaja "dalam terang Injil", menemukan kepribadian yang tepat, dan menerima tanggung jawab bagi makna dan nilai yang menjadi jelas bagi mereka ketika mereka mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan tujuan dan misi gereja dalam dunia.18 PAK Remaja bertujuan mengasuh para remaja dalam paguyuban Kristen sehingga mereka dapat mendengar Injil dan mengalami maknanya, menyadari kasih Allah dalam hidup mereka, dan meresponnya dalam iman dan kasih.19 Wayne Rice dalam bukunya Junior High Ministry yang dijabarkan oleh Daniel Nuhamara dalam buku PAK Remaja, mengemukakan bahwa kunci untuk memahami remaja adalah menyadari bahwa masa remaja itu merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju pada kedewasaan dalam berbagai hal.20 Remaja dimulai pada usia 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Untuk masa adolescence ini dibagi lagi menjadi remaja awal (early adolescence) yaitu dari usia 12-15 tahun, remaja madya (middle adolescence) usia 16-18 tahun dan remaja akhir usia 18-20 tahun.21

Dalam masa perkembangan remaja ini keadaan emosi mereka dalam tahapan-tahapan yang tidak stabil bila dilihat dari segi perkembangan sosialnya mereka berada pada dorongan untuk mandiri, yang mana pada masa ini remaja

17Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Bandung : Jurnal Info

Media, 2009), 31.

18Robert L. Browning, "The Church's Youth Ministry", Marvin J. Taylor, Penyunting, An

Introduction to Christian Education (New York: Abingdon Press, 1966), 181.

19Robert L. Browning, "The Church's Youth Ministry", Marvin J. Taylor, Penyunting, An

Introduction to Christian Education (New York: Abingdon Press, 1966), 182.

20Daniel Nuhamara, PAK Remaja, (Bandung: Jurnal Info Media, april 2008), 59 21

(22)

9

memiliki keinginan untuk hidup mandiri tanpa ada aturan dari orang tua. Ia seakan mampu dan mengerti untuk melakukan segala sesuatu. Mereka cenderung memiliki keinginan untuk hidup mandiri dan menentukan sendiri nilai-nilai yang ada tanpa harus ada campur tangan orang tua. Peer group sebagai jembatan menuju kemandirian peer group merupakan sebuah jembatan ataupun batu loncatan yang diciptakan oleh para remaja untuk belajar mandiri, karena bagi remaja mereka akan menjadi diri sendiri ketika mereka memiliki atau berada pada komunitas sebaya dengan hobbi yang sama. Belum siap meninggalkan sahabat demi iman, dalam hal ini jelas terlihat bahwa pada usia remaja, iman kepercayaan yang mereka miliki mampu untuk digoyahkan. Mereka berada pada pencarian jati diri, berbeda dengan makna dan kehadiran seorang sahabat bagi mereka. Kehadiran sahabat di usia remaja, akan sangat memberi makna dalam kehidupan mereka. Sehingga ketika mereka diperhadapkan dengan iman dan persahabatan, maka iman remaja akan berkembang jika kelompok persahabatan yang dibentuk itu saling mendukung dalam iman. Selain faktor di dalam diri remaja, proses perkembangan mereka juga dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya serta struktur masyarakat.22

Perkembangan remaja pula dilihat dari segi moral ego, kognitif dan juga kepercayaan. Jean Pieget23dalam buku Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia mengatakan bahwa usia remaja (11-15 tahun) merupakan tahap operasi formal. Dimana remaja memasuki kematangan intelek, mampu berpikir jauh melampaui dunia dan keyakinan serta memiliki ide-ide yang cemerlang. Pada masa ini remaja juga mulai berpikir ilmiah namun tidak berarti bahwa merek bisa menerima dan mengerti semua hal yang diajarkan kepada mereka. Lawrence Kohlberg di dalam Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia,teori perkembangan moralnya mengatakan bahwa perkembangan moral seorang remaja dapat diukur sesuai dengan perubahan-perubahan dalam hal: (1), konsep tentang keadilan benar dan salah. (2) kemampuannya untuk melihat atau memandang hal tertentu dari sudut pandangan

22Daniel Nuhamara, “PAK Remaja”, 46-51..

23Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam

(23)

10

lain. (3) value atau nilai yang diberikan kepada kehidupan manusia.24 Erik Erikson, dengan teori perkembangan ego remaja yang dijabarkan oleh Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, dalam Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia menjelaskan bahwa dalam perkembangan ini remaja berada dalam situasi antara mencapai identitas dan menyisihkan rasa kekaburan identitas. Ia mulai belajar memberikan loyalitas terhadap sesuatu yang yang menjadi bagian dari identitasnya yaitu kelompok teman, ideologi atau agama yng dianut olehnya.25 Oleh Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto,dalam Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia mengemukakan teori perkembangan iman James Flower yang menganilisa tentang perkembangan iman remaja yang berada pada masa pembentukan pandangan hidup melalui apa yang dipercaya oleh keluarganya sendiri ke arah pandangan lain diluar. Hal ini sejalan dengan semakin meluasnya lingkungan perhatian remaja pada usia ini. Oleh karena itu, iman harus mampu menolong remaja memperoleh orientasi yang lebih luas dalam dalam menemukan nilai-nilai serta membentuk identitas dan pandangan hidup. Namun dalam tahap ini remaja sendiritidak yakin benar terhadap identitas diri sendiri dan kesanggupan menilai mana yang baik dan mana yang tidak.26

C. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Kenakalan berasal dari kata dasar nakal yang berarti suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak menurut, sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain atau tingkah laku yang melanggar norma kehidupan masyarakat.27 Kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial

24 Daniel Nuhama, “PAK Remaja” (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 68. 25Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kris

ten Dalam Masyarakat Indonesia”, 231.

26Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam

Masyarakat Indonesia”, 234.

27Desy Anwar, “nakal” dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amelia,

(24)

11

pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Kenakalan remaja juga merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.28

Kenakalan remaja dapat digolongkan dalam dua kelompok yang besar, sesuai dengan kaitannya dengan hukum,29 yaitu ;

1. Kenakalan remaja yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran hukum.

2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.

Selain penggolongan kenakalan remaja ada juga gejala-gejala kenakalan remaja yang dikalangan remaja saat ini30, yaitu ;

a. Membohong, memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutup kesalahan.

b. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua atau menentang keinginan

orangtua.

d. Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.

e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga mudah terangsang untuk mempergunakannya. Misalnya pisau, pistol, krakeling, silet dan lain sebagainya.

f. Bergaul dengan teman yan memberi pengaruh buruk, sehingga mudah terjerat dalam perkara yang benar-benar kriminil.

g. Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan sehingga mudah timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (a-moral dan a-sosial)

28Bambang Mulyono,

P endekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya”, (Yogjakarta : Andi, 2006), 21.

29J. Singgih D Gunarsa, “Psikologi Remaja”, (Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1980),

31.

30

(25)

12

h. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak sopan, tidak senonoh seolah-olah menggambarkan kurang perhatian dan pendidikan dari orang dewasa.

i. Secara berkelompok makan dirumah makan, tanpa membayar atau naik bis tanpa membeli karcis.’

j. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan ekonomis maupun tujuan lain.

k. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau mengisap ganja sehingga merusak dirinya maupun orang lain.

D. Hubungan Gereja Dan Remaja

Gereja mula-mula hadir di dunia ini bukan sebagai lembaga, tetapi sebagai persekutuan yang menantikan Kerajaan Allah. Ia kemudian menjadi lembaga dengan organisasi, struktur, pejabat, tata gereja dan sebagainya.31 Dalam buku Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia yang dikutip dari Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, De Haas mengatakan dari segi filosofis, lembaga berfungsi sebagai apriori sosial dan kultural bagi individu yang mangatur dan menstabilkan kehidupan sosial dan menolong manusia dalam masyarakat. Usaha edukatif gereja tidak mungkin berlangsung tanpa keberadaan gereja sebagai lembaga.32 Gereja sebagai lembaga berfungsi sebagai gereja yang bertugas untuk mendidik. Gereja yang bertugas untuk mendidik yaitu fungsi gereja sebagai institusi yang menurut Bart salah satu dari 9 unsur kelembagaan ialah pendidikan. Gereja digambarkan sebagai sebuah sekolah dengan guru-guru rohani yang mengajarkan tentang kristus.33 Fungsi gereja sebagai yang mendidik ini hadir melalui peranan Pendidikan Agama Kristen. Fungsi kontrol gereja mengarah pada gereja yang melakukan fungsinya secara istimewa di tengah masyarakat.34 Dalam menjalankan fungsi kontrolnya dalam hal membimbing dan mendidik jemaat terkhususnya dalam pembahasan ini ialah remaja maka gereja perlu memakai

31 Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam

Masyarakat Indonesia”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), 258.

32 Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam

Masyarakat Indonesia”, 260.

33 Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam

Masyarakat Indonesia”, 274.

34Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “

(26)

13

metode yang baik dan benar, yang di dalam PAK metode adalah suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang kita lakukan bagi Firman Tuhan dan bagi sesama manusia, supaya kedua pihak itu bertemu satu sama lain, metode yang digunakan bersudut pada dua yaitu, teori dan praktek.35 Awal pelayanan PAK di gereja dimulai dengan pelayanan anak dan remaja di sekolah minggu, yang masih merupakan aktivitas kaum awam yang berada di luar struktur pelayanan gereja. Motivasi orang tua membawa anak-anak mereka ke sekolah minggu adalah sekolah minggu mengajarkan budi pekerti yang baik, tempat atau wadah di mana setidaknya anak-anak dapat belajar sesuatu yang bermanfaat, berjumpa dengan anak-anak yang lain dan tidak berkeliaran di jalan pada hari minggu, demi keamanan atau kuatir terpengaruh pergaulan jahat. Sekolah minggu dilayani oleh warga gereja yang tidak diperlengkapi cukup untuk pelayanan dan pembimbingan terhadap anak dan remaja.36Ada 2 teori mengenai pendidikan yang membedakan yaitu metode otoriter dan metode kreatif.37 Dalam metode otoriter ialah metode ceramah, bercerita, sedangkan metode kreatif dengan menggunakan metode percakapan atau diskusi, metode lakon atau sandiwara, metode audiovisual, metode menghafal, dan metode bertanya secara tatap muka.38

Pelayanan terhadap remaja tidak terlalu mendapat perhatian khusus dari gereja-gereja pada umumnya terlihat dari kurangnya pemimpin remaja yang memenuhi kualifikasi dimana pemimpin remaja adalah remaja itu sendiri yang termasuk di dalam kepengurusan remaja jemaat lokal.39 Kualifikasi mendasar seorang pemimpin remaja ialah kedewasaan secara spiritual. Kedewasaan spiritual dapat diartikan sebagai seseorang yang mempunyai relasi yang berarti dengan Yesus Kristus sehingga ia dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain. Tiga hal kualifikasi yang diperlukan seorang pemimpin remaja ialah (1) harus mampu

35Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “

Pendidikan Agama Kristen” (Jakarta; BPK Gunung mulia, 1985), 90.

36Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam

Masyarakat Indonesia”, 173.

37Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “

Pendidikan Agama Kristen” (Jakarta; BPK Gunung mulia, 1985), 91.

38Dr Homrighause. E.G , Dr Enklaar I. H, “Pendidikan Agama Kristen” (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1985), 96-101.

39Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA” (Bandung: Jurnal Info Media, 2008),

(27)

14

megidentifikasi kebutuhan, masalah, dan perasaan remaja. (2) harus menyukai remaja. (3) harus dapat bersedia memberikan waktu yang cukup bagi remaja.40

Sikap dan peranan gereja dalam pengembangan PAK Remaja bukan hanya melalui atau menemukan pemimpin yang berkualitas bagi remaja akan tetapi perlu pula mengembangkan program bagi remaja atau membuat kurikulum PAK remaja yang mencakup jenis kegiatan, tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki oleh remaja metode maupun media pembelajarannya melalui pembinaan dan evaluasi terhadap pemimpin remaja baik secara langsung terhadap pemimpin remaja atau remaja itu sendiri yaitu;41 aktivitas-aktivitas yang disukai oleh remaja, kegiatan-kegiatan yang paling di nikmati oleh remaja, mmasalah-masalah dalam pelayanan, kebutuhan-kebutuhan remaja yang paling besar, dan yang paling mendasar ialah bagaimana kebutuhan-kebutuhan remaja bisa terpenuhi antara lain42 ;

a. Libatkan mereka dalam perencanaan dan tindaklanjuti dengan aktivitas dan program.

b. Dengarkan mereka dan tunjukkan bahwa anada mengasihi mereka melalui tindakan.

c. Katakan pada mereka bahwa mereka penting. Pujilah mereka bilamana mereka melakukan sesuatu yang baik dan benar.

d. Gunakanlah permainan yang membangun rasa percaya diri.

e. Siapkan kesempatan bagi mereka untuk memecahkan masalah identitas diri dan memperoleh penguatan yang positif dalam pergumulan mereka dan penghargaan yang sehat terhadap perbedaan dalam diri remaja lainnya.

Tentang kebutuhan akan hubungan baik dengan Tuhan:

a. Usahakan pelajaran dan program sekolah minggu yang membantu remaja dalam perjalanan pribadinya dengan Tuhan dan berikan petunjuk yang praktis. b. Berbagi atau ceritakan tentang pergumulan iman pribadi kepada mereka, jujur,

dan ajarlah mereka bahwa butuh waktu untuk menjadi dewasa dalam iman. c. Doakanlah mereka dan beri perhatian yang cukup.

40Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 18. 41Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 95. 42

(28)

15

d. Beri tekanan yang lebih pada prinsip-prinsip Firman Allah untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan.

e. Jadilah teman dan bukan pengkhotbah bagi merejka dan bantulah remaja menemukan imannya sendiri.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini menguraikan hasil penelitian, yang terdiri atas gambaran umum tempat penelitian serta pembahasan dan analisis sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel terhadap kenakalan remaja yang kemudian dibagi dalam dua bagian yaitu sikap Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel Ambon terhadap kenakalan remaja dari perspektif Pendidikan Agama Kristen, Sikap dan peran komisi anak dan remaja serta guru sekolah minggu khususnya remaja tentang kenakalan remaja.

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Umat Kristen di Kota Ambon mulai ada pada abad XVI, ketika bangsa Portugis datang ke Maluku mencari rempah-rempah.43Sejarah mencatat, pada tahun 1572, bangsa Portugis membangun Kota Franggi atau Laha, dimana negeri

dan anak negeri Halong masuk dan tinggal di Mardika. Pada saat itu pula, “orang Mardika” di Kristen kan. Inilah cikal bakal jemaat GPM Bethel, yakni komunitas Kristen yang tinggal di lokasi Halong Mardika, Mardika, Belakang Soya (Belso) dan Tanah Tinggi.44

Jemaat GPM Bethel yang berawal dari orang-orang “Mardiykers” atau

“Mardika” ini berdiam di bagian Timur Benteng Victoria, yaitu arah ke Batu Merah. Kelompok ini adalah keturunan budak yang telah dibebaskan (dimerdekakan) dari kerja paksa di Benteng Victoria, dan pada umumnya berasal dari luar Indonesia seperti Malabar dan Bangladesh. Selain kelompok ini, ada pula kelompok orang-orang Ambon, antara lain yang berasal dari Halong, Tawiri dan Hative. Kelompok ini kemudian bersama-sama kelompok Mardika mendiami daerah yang kemudian di sebut Halong Mardika sekarang ini. Pada saat itu di

43 Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015. 44

(29)

16

Kota Ambon ada 4 (empat) gedung gereja yang dilayani oleh para Misionaris. Salah satu dari keempat gedung gereja tersebut adalah gedung gereja Bethel sekarang, yang rupanya diperuntukkan bagi para pengungsi daerah Mardika tersebut.45

Pemilihan Nama Bethel sebagai gedung gereja yang di bangun sejak tanggal 29 Mei 1904 didasari makna teologis dan sejarah seperti yang dapat kita temui dalam Kej. 28 : 10 – 22 yaitu suatu tempat dimana Yakub bertemu dengan

Tuhan Allah di dalam mimpi di Lus. Yakub meyakini tempat ini sebagai “Rumah

Allah” atau “Pintu Gerbang Surga”. Lalu Yakub mendirikan sebuah sebuah tugu peringatan dari batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan menuang minyak ke atasnya. Yakub kemudian menamai tempat yang dahulunya bernama Lus itu menjadi Betel. Di Betel itulah Yakub berjanji jika Allah menyertai dan melindunginya, maka batu yang didirikan sebagai tugu inu akan menjadi Rumah Allah dan Yakub akan mempersembahkan kepada Tuhan sepersepuluh dari segala yang Tuhan berikan kepadanya.46

Ketika gedung Gereja Bethel di bangun maka pengerahan jemaat di dasarkan pada 4 wilayah tadi untuk membangun gedung gereja. Sebagai tanda partisipasi ke empat wilayah tersebut dalam pembangunan dan eksistensi jemaat, maka di dirikan 4 tiang yang sampai saat ini masih menjadi penyanggah gedung Gereja Bethel. Ke empat tiang tersebut memiliki dasar teologi dan filosofi, bukan sekedar arsitektur belaka. Filosofi dan Teologinya terinspirasi dari peristiwa Yakub, ketika batu alas kepalanya kelak menjadi dasar Rumah Allah. Filosofi dan dasar teologi ini yang kiranya terus menjadi spirit bagi jemaat GPM Bethel dalam kaitan dengan pengembangan jemaat ke arah yang lebih baik. Mimpi Yakub adalah BETHEL.47

45 Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015. 46 Data diperoleh dari Renstra Jemaat GPM Bethel, 2015. 47

(30)

17

B. Sikap Dan Peran GPM JEMAAT BETHEL AMBON

Terhadap Kenakalan Remaja Dari Perspektif Pendidikan Agama Kristen

.. pelayanan terhadap remaja dibagi dalam 3 jenjang berdasarkan usia48

Melalui pernyataan di atas pembagian remaja diterapkan secara psikologi perkembangan dari seorang remaja dalam hal ini tahapan usia. Secara mental karakter remaja berbeda-beda. Masing-masing anak dengan tipe, karakter, pola pikir dan pergaulan yang berbeda. Ada yang masih kanak-kanak, ada yang menuju dewasa dan ada pula anak yang lebih dari orang dewasa padahal umur mereka masih pada tahap remaja.

Dalam hal pelayanan dan pembimbingan terhadap remaja, remaja merupakan penggerak atau generasi penerus gereja sehingga ia masuk dalam pelayanan kategorial yang dibina dan dibimbing melalui sekolah minggu dan tunas pekabaran injil dan merupakan hal wajib bagi seorang remaja untuk mengikuti sekolah minggu tunas pekabaran injil (SMTPI) hingga pada pembinaan katekisasi bagi remaja menengah. Remaja dibagi dalam tiga jenjang atau kelas. Jenjang pertama usia 13 tahun, jenjang kedua mulai usia 14-15 tahun dan jenjang ketiga 15-16 tahun. Selanjutnya umur 17 tahun keatas di layani dalam bidang pelayanan katekisasi. Selain SMTPI dan Katekisasi remaja juga diikut sertakan dalam retret remaja, wisata Alkitab dan koinonia remaja yang dilakukan setiap satu bulan satu kali. Pembelajaran dan materi yang disampaikan dalam ke-3 jenjang atau kelas remaja ini pun berbeda-beda ;

Wayne Rice dalam bukunya Junior High Ministry yang dijabarkan oleh Daniel Nuhamara dalam buku PAK Remaja, mengemukakan bahwa kunci untuk memahami remaja adalah menyadari bahwa masa remaja itu merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju pada kedewasaan dalam berbagai hal.49 Dengan masa transisi ini seharusnya gereja dapat membagi jenjang pengajaran dan pembimbingan terhadap remaja perjenjang usia sesuai dengan skala umur dari 12 hingga 17 tahun dalam wadah SMTPI dengan kelas pertama umur 12-13 tahun,

48 Hasil Wawancara bersama Pdt Jean Hehanussa Pendamping Anak Dan Remaja, Des

2015.

49Daniel Nuhamara, “

(31)

18

kelas kedua 14-15 tahun dan kelas ketiga 16-17 tahun, sedangkan untuk katekisasi barulah 18 tahun ke atas karena masa remaja dimulai pada usia 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Untuk masa adolescence ini dibagi lagi menjadi remaja awal (early adolescence) yaitu dari usia 12-15 tahun, remaja madya (middle adolescence) usia 16-18 tahun dan remaja akhir usia 18-20 tahun.

.. Walaupun sudah dibagi dalam 3 jenjang berdasarkan usia akan tetapi tidak efektif50

Pembagian remaja dalam jenjang usia memang baik adanya, akan tetapi menurut penerapannya kurang efektif hal ini dikarenakan bahwa meskipun pengajaran maupun pengasuhan terhadap remaja telah dibagi dalam 3 jenjang pengajarannya tidaklah optimal. Dikatakan tidak optimal karena pada masing-masing jenjang usia atau kelas di setiap minggu pembelajarannya tidaklah hadir sesuai dengan jumlah anak pada masing-masing jenjang usia sehingga dengan demikian ketika ada remaja yang di kelas A dengan jenjang usia 13 tahun kehadirannya hanya 1 orang maka mau tidak mau mereka dialihkan ke kelas B dengan jenjang usia 14-15 tahun padahal materi yang disampaikan berbeda dengan kelas A yang seharusnya ia berada.

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa tidak optimal dan tidak efektifnya bimbingan terhadap remaja yang dibagi berdasarkan jenjang usia dengan melihat dari tujuan PAK secara objektif yang hendak dicapai dalam proses belajar mengajar atau pembimbingan dalam satu kali tatap muka.51 Dengan kurangnya ketidakhadiran remaja perjenjang usia inilah yang menjadi penyebabnya. Hal ini patut di perhatikan dengan mengacu pada tujuan umum PAK dimana mengajak, membantu, menghantarkan seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus dan dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke dalam persekutuan yang hidup dengan Tuhan tercapai dan terpenuhi.52 Selain itu menurut Agustinus di dalam buku strategi pendidikan agama kristen, PAK adalah pendidikan yang bertujuan menghantar para pelajarnya untuk

50 Hasil wawancara dengan Pdt. Ketty Lekahena, Pendeta Wilayah sektor 4, Des 2015.

51

Daniel Nuhamara, “Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Bandung: Jurnal Info Media, 2008),29.

52 Daniel Nuhamara,

(32)

19

bertumbuh dalam kehidupan rohani, terbuka dengan Firman Tuhan dan memperoleh pengetahuan akan perbuatan-perbuatan Allah melalui Alkitab dan bacaan lain. Semuanya itu untuk memperoleh hikmat yang dari Allah sendiri.53

Berdasarkan paparan diatas perlu adanya perombakan dan kesadaran dari pembimbing dan pendeta untuk melaksanakan tugas mereka sebagai seorang gembala dengan baik. Oleh karena itu berdasarkan analisis penulis dari hasil wawancara dengan narasumber dalam hal ini seorang guru sekolah minggu yang harus memahami karaktek dan tingkah laku remaja sehingga mampu untuk mengambil hati dan minat seorang remaja sehingga mereka tertarik untuk datang dan mengikuti sekolah minggu maupun tunas pekabaran injil, itu berarti pembimbing atau pendeta hanya melaksanakan fungsi kontrolnya melalui guru sekolah minggu;

..Bukan hanya seorang Pendeta dan guru Sekolah Minggu yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seorang remaja akan tetapi keluarga juga memiliki peran penting54

Mengenai hal pemimbingan terhadap remaja bukan hanya menjadi tugas gereja akan tetapi ini pula menjadi tugas dari orang tua maupun keluarga tempat ia di besarkan dan didik sejak usia dini. Remaja yang ada dalam tiap-tiap sektor datang dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Cara didikan yang diterapkan oleh orang tua dari masing remaja pun berbeda-beda, dan hampir sebagian besar pola pengembangan kepribadian dan karakter anak di bentuk melalui keluarga, gereja hanya melanjutkan tugas dari orang tua dengan memberikan pendidikan rohani dan spiritual lebih mendalam dan mengasah serta mengarahkan remaja untuk berperilaku dan bertindak lebih baik sesuai dengan norma dan etika yang berlaku.

Dalam tahap perkembangan usia remaja, mereka sedang mencari jati diri dengan rasa keingintahuan yang besar, sehingga ketika ada hal yang membuat mereka penasaran itu akan mempengaruhi mereka untuk mengetahui secara detail apa yang sedang mereka lihat maupun dengar. Hal inilah yang seringkali menimbulkan fenomena kenakalan remaja, sehingga membutuhkan perhatian

53 Robert Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Prakten Pendidikan Agama

Kristen dari Plato Sampai Ig. Loyola, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 128.

54

(33)

20

bukan hanya dari gereja melainkan pula dari pengawasan orang tua, karena dengan usia 13-18 tahun keatas seorang remaja akan lebih mempercayai teman atau kelompoknya, karena dengan perkembangan sekarang ini banyak remaja yang terjerumus pada hal-hal yang tidak baik atau kenakalan remaja tersebut;

Menurut paparan James Flower dalam buku Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia oleh Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto menganilisa tentang perkembangan iman remaja yang berada pada masa pembentukan pandangan hidup melalui apa yang dipercaya oleh keluarganya sendiri ke arah pandangan lain diluar. Hal ini sejalan dengan semakin meluasnya lingkungan perhatian remaja pada usia ini. Oleh karena itu, iman harus mampu menolong remaja memperoleh orientasi yang lebih luas dalam menemukan nilai-nilai serta membentuk identitas dan pandangan hidup. Namun dalam tahap ini remaja sendiri tidak yakin benar terhadap identitas diri sendiri dan kesanggupan menilai mana yang baik dan mana yang tidak55 sehingga pembimbingan terhadap remaja bukan hanya dilaksanakan dan menjadi tugas gereja semata tetapi merupakan tugas dari orang tua maupun keluarga dimana ia di besarkan dan di didik sejak usia anak-anak.56 Dalam masa perkembangan remaja, keadaan emosi mereka dalam tahapan-tahapan yang tidak stabil bila dilihat dari segi perkembangan sosialnya mereka berada pada dorongan untuk mandiri, yang mana pada masa ini remaja memiliki keinginan untuk hidup mandiri tanpa ada aturan dari orang tua. Mereka seakan mampu dan mengerti untuk melakukan segala sesuatu. Mereka cenderung memiliki keinginan untuk hidup mandiri dan menentukan sendiri nilai-nilai yang ada tanpa harus ada campur tangan orang tua.57 Sesuai dengan tahapan perkembangan remaja yang kedua dimana Peer group sebagai jembatan menuju kemandirian. Peer group merupakan sebuah jembatan ataupun batu loncatan yang diciptakan oleh para remaja untuk belajar mandiri, karena bagi remaja mereka akan menjadi diri sendiri ketika mereka memiliki atau berada pada komunitas sebaya dengan hobbi yang sama. Dalam tahapan yang ketiga mereka Belum siap meninggalkan sahabat demi iman, hal ini

55

Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia”, 234.

56 Hasil Wawancara Bersama Ketiga Pendeta Narasumber. 57Daniel Nuhamara, “

(34)

21

jelas terlihat bahwa pada usia remaja, iman kepercayaan yang mereka miliki mampu untuk digoyahkan. Mereka berada pada pencarian jati diri, berbeda dengan makna dan kehadiran seorang sahabat bagi mereka. Kehadiran sahabat di usia remaja, akan sangat memberi makna dalam kehidupan mereka. Sehingga ketika mereka diperhadapkan dengan iman dan persahabatan, maka iman remaja akan berkembang jika kelompok persahabatan yang dibentuk itu saling mendukung dalam iman tetapi jika sebaliknya maka remaja akan terjerumus pada hal-hal yang berkaitan dengan kenakalan Remaja.

.. Kenakalan remaja ialah perbuatan penyimpangan yang dilakukan oleh remaja yang tidak sesuai dengan norma dan etika yang berlaku dalam masyarakat maupun gereja58

Karakter dan sikap remaja dalam lingkup pelayanan Jemaat GPM Bethel secara umum dan Sektor IV secara khususnya memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada sebagian anak remaja yang bersikap sopan dan baik bahkan terbilang penurut tetapi ada sebagian anak yang memiliki karakter keras kepala. Penyimpangan perilaku remaja yang terjadi dalam lingkup pelayanan sektor IV dikarenakan pergaulan dan kelompok sebaya serta kebebasan dalam menggunakan teknologi. Kenakalan remaja yang terjadi di sektor IV Jemaat GPM Bethel meliputi miras, merokok, judi, dan aksi pornografi. Aksi kenakalan remaja yang terjadi ini perlu adanya perhatian khusus dari guru sekolah minggu yang bila mana bukan hanya memiliki tugas untuk mengajar dan membimbing anak-anak, akan tetapi perlunya sikap dari guru sekolah minggu untuk mengingatkan dan menegur remaja yang melakukan hal-hal yang menyimpang dan tidak sesuai dengan aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat, bila melihat atau mengetahui pola kenakalan remaja yang telah dilakukan oleh mereka secara langsung maupun dengan pendekatan pribadi sehingga tidak membuat remaja merasa terancam atau merasa dipojokkan dengan apa yang telah dilakukan oleh remaja tersebut.

Oleh J. Singgih D Gunarsa, dalam bukunya Psikologi Remaja, kenakalan remaja dapat digolongkan dalam dua kelompok yang besar, sesuai dengan

58

(35)

22

kaitannya dengan hukum, yaitu ; (1) Kenakalan remaja yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran hukum. (2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.59 Kenakalan remaja yang terjadi di sektor IV Jemaat GPM Bethel meliputi miras, merokok, judi, dan aksi pornografi,60 dan ada pula yang sesuai dengan gejala-gejala kenakalan remaja yang di paparkan dalam buku psikologi remaja seperti ; Membohong, memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutup kesalahan, membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah, kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua atau menentang keinginan orangtua, keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif, memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga mudah terangsang untuk mempergunakannya, misalnya pisau, pistol, krakeling, silet dan lain sebagainya, bergaul dengan teman yan memberi pengaruh buruk, sehingga mudah terjerat dalam perkara yang benar-benar kriminil, berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan sehingga mudah timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (a-moral dan a-sosial), membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak sopan, tidak senonoh seolah-olah menggambarkan kurang perhatian dan pendidikan dari orang dewasa, berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau mengisap ganja sehingga merusak dirinya maupun orang lain.61 Seperti yang dikatakan oleh Daniel Nuhamara ada elemen inti dalam hakikat PAK yaitu PAK merupakan suatu usaha pendidikan, karena PAK merupakan suatu usaha sadar, sistematis, dan berkesinambungan apa pun bentuknya.62 Jadi berdasarkan analisis penulis mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Kristen juga menumbuhkan sikap dan perilaku manusia berdasarkan iman kristen dalam kehidupan sehari-hari serta pengetahuan tentang

59

J. Singgih D Gunarsa, “Psikologi Remaja”, (Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1980), 31.

60 Hasil Wawancara bersama Ibu Tin.

61J. Singgih D Gunarsa, “P sikologi Remaja”, 31-32. 62 Daniel Nuhamara,

(36)

23

pendidikan kristen dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan agar manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak, jadi PAK merupakan dasar bagi seseorang untuk bertindak dan menilai yang baik dan tidak berdasarkan nilai-nilai religius.

..Fungsi kontrol gereja dilakukan setiap satu minggu satu kali melalui bimbingan guru SMTPI dan gereja remaja setiap minggu keempat dalam bulan berjalan;63

Perkembangan remaja gereja perlu mendapat pengawasan dari keluarga, masyarakat dan gereja. Dalam hal ini fungsi kontrol yang dilakukan oleh gereja secara umum yaitu melalui evaluasi bersama guru sekolah minggu yang diadakan sebelum menyampaikan bahan ajar atau setelah persiapan bahan ajar SMTPI. Selain evaluasi fungsi kontrol gereja juga dilakukan pada saat gereja remaja dalam minggu keempat bulan berjalan walaupun sebagian besar remaja tidak mengikuti gereja remaja. fungsi kontrol gereja pula dilakukan dengan penerapan metode PAK yaitu melalui model ceramah melalui khotbah minggu, dan penyampaian materi bahan ajar yang dikaitkan dengan konteks kehidupan remaja saat ini.

Fungsi kontrol gereja mengarah pada gereja yang melakukan fungsinya secara istimewa di tengah masyarakat.64 Oleh Berkhof dalam buku Dialog Dan Edukasi gereja digambarkan sebagai sebuah sekolah dengan guru-guru rohani yang mengajarkan ajaran tentang Kristus.65 Dalam menjalankan fungsi kontrolnya dalam hal membimbing dan mendidik jemaat terkhususnya dalam pembahasan ini ialah remaja maka gereja perlu memakai metode yang baik dan benar, yang di dalam PAK metode adalah suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang kita lakukan bagi Firman Tuhan dan bagi sesama manusia, supaya kedua pihak itu bertemu satu sama lain, metode yang digunakan bersudut pada dua yaitu, teori dan praktek.66 Ada 2 teori mengenai pendidikan yang membedakan yaitu metode

63 Hasil wawancara dengan Pdt. Ketty Lekahena, Pendeta Wilayah Sektor IV, Des 2015. 64Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “

Pendidikan Agama Kristen” (Jakarta; BPK Gunung mulia, 1985), 67.

65 Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam

Masyarakat Indonesia”, 274.

66Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “

(37)

24

otoriter dan metode kreatif.67 Bila ditinjau secara analisis metode yang digunakan oleh Gereja Protestan Maluku Jemaat Bethel dalam hal pembimbingan PAK Remaja ialah metode otoriter hal ini dikarenakan model pembelajarannya secara mutlak melalui GSM yang mana GSM diberikan pembimbingan dan bahan ajar sesuai dengan apa yang telah diprogramkan oleh gereja dan setelah itu GSM melakukan pembimbingan terhadap remaja setelah itu proses evaluasi dari gereja dilakukan mengenai pola perkembangan remaja, hal ini sama seperti proses arus lalu lintas satu jalur lain halnya bila gereja menggunakan metode kreatif dimana GSM diberikan pembimbingan dan selain itu ada juga proses pertemuan dan percakapan secara langsung antara gereja dalam hal ini pendeta beserta dengan remaja sehingga proses pembimbingannya secara dua arah. Sehingga fungsi kontrol gereja tidak berjalan secara pasif hanya menggunakan metode ceramah, bercerita, tetapi secara kreatif dengan menggunakan metode percakapan atau diskusi, metode lakon atau sandiwara, metode audiovisual, metode menghafal, dan metode bertanya secara tatap muka secara koinonia 2 sektor atau 3 sektor pelayanan yang ada.

Belum ada pembinaan khusus terhadap remaja yang melakukan kenakalan remaja, hanya saja sejauh ini gereja dalam hal ini pendeta wilayah secara langsung melakukan penyelesaian dengan konseling dan mendoakan remaja yang bersangkutan;68

Berdasarkan dengan beberapa kasus kenakalan remaja yang terjadi di lingkup pelayanan jemaat GPM Bethel ketika mendengar ada permasalahan yang terjadi di setiap sektor pelayanan maka pertama-tama pendeta wilayahlah yang pertama mengetahui hal tersebut dan mengambil tindakan terlebih dahulu, tanpa terkecuali dengan permasalahan remaja yang terjadi. Dalam proses penyelesaian persoalan remaja pada dasarnya belum ada pembinaan khusus terhadap remaja-remaja yang bermasalah dan melakukan kenakalan remaja-remaja, melalui PAK gerejawi, remaja di bina secara umum dalam wadah SMTPI dan sejauh ini ketika mendapati sebuah permasalahan terhadap remaja seperti yang terjadi di sektor 4 beberapa

67Dr. Homrighausen E.G, Dr Enklaar I.H, “Pendidikan Agama Kristen” (Jakarta; BPK

Gunung mulia, 1985), 91.

68 Hasil wawancara bersama Pdt. Jean Hehanussa, Pendamping Anak Dan Remaja, Des

(38)

25

waktu silam maka pendeta wilayah mengunjungi remaja yang bermasalah dan melakukan penyelesaian dengan mendoakan remaja tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya. Selebihnya mereka dikembalikan ke SMTPI untuk dibina dan dibimbing oleh guru sekolah minggu maupun najelis sektor serta keluarga.

Sikap dan peranan gereja dalam pengembangan PAK Remaja bukan hanya melalui atau menemukan pemimpin yang berkualitas bagi remaja akan tetapi perlu pula mengembangkan program bagi remaja atau membuat kurikulum PAK remaja yang mencakup jenis kegiatan, tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki oleh remaja dengan menggunakan metode maupun media pembelajaran melalui pembinaan dan evaluasi terhadap pemimpin remaja baik secara langsung terhadap pemimpin remaja atau remaja itu sendiri.69 Pembinaan khusus bagi remaja yang bermasalah perlu untuk dilakukan agar dimana PAK dapat mampu menjawab pergumulan remaja berdasarkan pada hakekat PAK menyangkut dimensi religius manusia, yang berarti usaha tersebut dikhususkan pada bagaimana pencarian akan yang transenden atau yang mendasar serta ekspresi dari hubungan-hubungan seseorang dengan yang transenden tadi dan dikembangkan serta dimungkinkan tersedia bagi manusia pada masa kini dalam hal pencaraian jati diri dan kepercayaan iman mereka, yang diperjelas dengan apa yang dijabarkan oleh ErikErikson,70 dengan teori perkembangan ego remaja dalam buku Dialog Dan Edukasi Keluarga Kristen Dalam Masyarakat Indonesia menjelaskan bahwa dalam perkembangan ini remaja berada dalam situasi antara mencapai identitas dan menyisihkan rasa kekaburan identitas. Dengan pembinaan secara khusus dan lebih dalam mereka dapat mulai belajar memberikan loyalitas terhadap sesuatu yang yang menjadi bagian dari identitasnya yaitu kelompok teman, ideologi atau agama yng dianut olehnya.

C. Sikap Dan Peran Komisi Anak Dan Remaja Serta Guru Sekolah MingguGPM Jemaat Bethel Ambon Terhadap Kenakalan Remaja Dari Perspektif Pendidikan Agama Kristen

69Daniel Nuhamara, “Pendidikan PAK REMAJA”, 95. 70 Nieke Kristina Atmadja-Hadinoto, “

Referensi

Dokumen terkait

Interpretasi hasil pada pemeriksaan narkoba metode IC( hasil non reakti+ apabila mun!ul garis merah pada area tes semua jenis obat ang sama intensitasna atau lebih lemah

Flukloksasilin diindikasikan pada infeksi yang disebabkan oleh stafilokokus penghasil penisilinase yang resisten terhadap penisilin. Kelompok ini tidak efektif dalam

Nilai yang diperoleh dari hasil pengamatan sifat anatomi ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif, sedangkan untuk mengetahui keragaman sifat fisik dan mekanik

Tulisan yang berjudul Analisis Dampak Migrasi Sirkuler Terhadap Pembangunan Ekonomi Perdesaan (Studi kasus pada rumahtangga sektor informal perdagangan di dua kecamatan

'asar tradisional adalah pasar !ang dibangun dan dikelola oleh 'emerintah. Daerah, S$asta, 3adan 4saha ilik egara dan 3adan 4saha ilik Daerah, termasuk  kerjasama

Setelah dilakukan pengujian pada sistem pendeteksian warna menggunakan Neural Network, warna Merah, Hijau, Biru, Biru tua, Cyan, Magenta dan Zaitun memiliki

Dilihat dari hasil pengamatan dan observasi dari teman sejawat terhadap kegiatan pembelajaran, dalam siklus II dengan rata-rata 90%, beberapa hal yang masih belum

Sistem informasi administrasi PKM juga dapat digunakan untuk menyimpan arsip data mahasiswa peserta PKM dan dokumen PKM mahasiswa Universitas Lampung pada database yang