• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia(Kajian Tentang Kewenangan Kpk Dan Kejaksaan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (Kpk) Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia(Kajian Tentang Kewenangan Kpk Dan Kejaksaan)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

EKSISTENSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

(KAJIAN TENTANG KEWENANGAN KPK DAN KEJAKSAAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH : EKO PAHALA N

NIM : 110200434

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

2

EKSISTENSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

(KAJIAN TENTANG KEWENANGAN KPK DAN KEJAKSAAN)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH : EKO PAHALA N

NIM : 110200434

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA Mengetahui.

Ketua Departemen Hukum Pidana

Dr.M.Hamdan,S.H.,M.Hum NIP.195703261986011001

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Prof.Dr.Syafruddin Kalo,S.H.,M.Hum. Rafiqoh Lubis,S.H.,M.Hum NIP.1951022061980021001 NIP.197407252002122002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

3

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : EKO PAHALA N

NIM : 110200434

DEPARTEMEN : HUKUM PIDANA

JUDUL SKRIPSI : EKSISTENSI KOMISI PEMBERANTASAN

KORUPSI (KPK) DALAM PENEGAKAN HUKUM

TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

(KAJIAN TENTANG KEWENANGAN KPK DAN

KEJAKSAAN)

Dengan ini menyatakan:

1. Bahwa isi skrips yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak

merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah yang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut ciplakan, maka segala

akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau

tekanan dari pihak manapun.

Medan, April 2015

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat

pada waktunya. Skrips ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universtas Sumatera Utara,

Medan. Adapun Judul yag penulis angkat adalah “EKSISTENSI KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM PENEGAKAN HUKUM

TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA (KAJIAN TENTANG

KEWENANGAN KPK DAN KEJAKSAAN)”. Skripsi ini menjelaskan secara

hukum mengenai Eksistensi dari KPK sebagai penegak hokum tindak pidana

korupsi ketika dikaitkan dengan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga yang

melakukan penuntutan terhadap tindak pidana di Indonesia, serta memberikan

gambaran bagaimana kedudukan KPK dalam Sistem Peradilan Pidana di

Indonesia, serta memberikan gambaran sistem Kejaksaan dan KPK diberbagai

Negara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak tantangan dan hambatan

dihadapi, tetapi itu semua dapat diatasi berkat motivasi dan bantuan dari berbagai

pihak yang terkait sehingga skripsi ini dapat diselesaikan secara efektif dan

efesien sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

(5)

ii

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syafruddin, S.H., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr.O.K.Saidin,S.H.,M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Mhd Hamdan, S.H.,M.H., selaku Ketua Departemen Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Liza Erwina, S.H., M.Hum., Sekretaris Departemen Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Prof, Dr. Syafruddin Kalo, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I

dan Ibu Rafiqoh Lubis, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, atas

kesediaan baik waktu maupun tenaga dan kesabarannya membimbing,

memberi saran, arahan dan perbaikan untuk skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

baik yang masih mengabdikan diri ataupun yang sudah pensiun;

9. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

10.Ayahku yang tersayang Lukman Nainggolan dan Ibuku yang tercinta Roya

Silabanyang nenberikan motivasi, doa, serta, dukungan baik secara moral dan

(6)

iii

11.Kedua abangku yang terkasih Maruasas Nainggolan dan Maringan

Nainggolan dan kedua kakakku yang tercinta Rajumida Nainggolan dan

Sartika Nainggolan serta bereku Gabriel Napitupulu, yang telah membantu,

berdoa dan memberikan motivasi dalam penulisan skripsi.

12.Paskah Mentari Aprilya Pasaribu yang tanpa lelah terus meberikan bantuan

dan motivasi secara moral dan materil dalam penulisan skripsi ini, dan telah

bersedia untuk mendukung serta memberi motivasi dan menemani penulis

dalam melawati hari-hari yang indah dengna penuh keceriaan;

13.Perkumpulan Gemar Belajar yang telah memberikan banyak ilmu dan

pengetahuan serta pengalaman kepada penulis selama menjalani perkuliahan

di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

14.Komunitas Peradilan Semu (KPS) yang telah memberikan banyak ilmu dan

pengalaman kepada penulis sehingga mampu mengikuti berbagai kompetisi

tingakat nasional di bidang hukum

15.Seluruh Rekan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang

tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu. Hidup Mahasiswa!;

16.Para penulis buku-buku dan artikel-artikel yang Penulis jadikan referensi data

guna pengerjaan skripsi ini, dan

17.Seluruh orang yang Penulis kenal dan mengenal Penulis.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna oleh sebab itu besar harapan

penulis kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang konstruktif

guna menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna, baik dari

(7)

iv

Ahkir kata penulis mengucapkan terimaksih sedalam- dalamnya, semoga

Tuhan yang maha kasih memberkati kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan hokum Indonesia.

Medan, April 2015

Hormat saya,

(8)

v

ABSTRAKSI Eko Pahala N1 Syafruddin Kalo2

Rafiqoh Lubis3

Persoalan yang timbul dan menjadi pertanyaan yang sangat mendasar pada saat proses penyusunan Draft Rancangan Undang-Undang KPK adalah apakah masih relevan untuk membentuk KPK karena lembaga penegakan hukum untuk tujuan yang sama sudah ada sejak lama, yaitu Kejaksaan.Apalagi pengambil alihan wewenang oleh KPK terhadap kewenangan yang dimiliki oleh Kejaksaan merupakan hal baru dalam sistem peradilan di Indonesia. Berdasarkan pokok pemikiran diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu bagaimana eksistensi penyelesaian tindak pidana korupsi yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jika dikaitkan dengan kewenangan kejaksaan dan bagaimana Perbandingan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan di bebarapa Negara di dunia

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yang menitikberatkan pada data sekunder dengan spesifikasi deskriptif analitis, yaitu memaparkan tentang peraturan yang berlaku dan kebijakan hukum pidana yang akan diambil dalam menanggulangi dualisme kewenangan KPK dan Kejaksaan dalam manangani tindak pidana korupsi. Analitis data yang digunakan adalah metode analitis kualitatif.

KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi yang diberikan kewenangan yang kuat bukan berada di luar sistem ketatanegaraan, tetapi justru ditempatkan secara yuridis didalam sistem ketatanegaraan yang rangka dasarnya sudah ada di dalam UUD 1945. KPK juga tidak mengambil alih kewenangan lembaga lain, melainkan diberi atau mendapat kewenangan dari pembuat UU bagian dari upaya melaksanakan perintah UUD 1945 di bidang penegakan hukum, peradilan, dan kekuasaan kehakiman. Mengenai fungsi Kejaksaan di bidang peradilan, adalah UU yang memberikan fungsi kepada lembaga itu yang bisa dipangkas atau ditambah oleh pembuat UU itu sendiri. Jadi, ketentuan ini tak dapat dipersoalkan melalui judicial review, sebab pembuat UU itu sudah mengaturnya menjadi seperti itu melalui pengkhususan. Kalau hendak mempersoalkannya, hal itu seharusnya dilakukan melalui legislative review, bukan melalui judicial review. Mekanisme kewenangan KPK yang dianut oleh Indonesia sangat berbeda apabila dibandingkan dengan Negara-negara tetangga seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Australia. Perbedaan tersebut adalah bahwa KPK berwenang untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Sedangkan di Negara-negara tetangga hal tersebut hanya dilakukan sebatas kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan, karena tugas dan wewenang penuntutan tetap dimiliki oleh pihak Kejaksaan.

1

Mahasiswa Fakultas Hukum USU 2

Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar di Fakultas Hukum USU 3

Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar di Fakultas Hukum USU

(9)

vi DAFTAR ISI

KATA PENGATAR………i

ABSTRAK………..v

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR GAMBAR……….ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...1

B. Perumusan Masalah ………...………..13

C. Tujuan Penulisan ………...13

D. Manfaat Penulisan ……….…………..13

E. Keaslian Penulisan ……….……...14

F. Tinjauan Kepustakaan ……….……....15

1. Ruang Lingkup Tindak Pidana Korupsi ... 15

2. Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ... 18

3. Sistem Peradilan Pidana dan Penegakan Hukum ... 25

G. Metode Penelitian………40

H. Sistematika Penulisan ………..43

(10)

vii

A. Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan dalam

Sistem Ketatanegaraan di Indonesia……….46

B. Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan pada

Tindak Pidana Korupsi dari Prespektif Sistem Peradilan

Pidana………..66

C. Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi yang ditangani oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan ………...82

BAB III PERBANDINGAN KEJAKSAAN DAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DI BEBARAPA NEGARA DI DUNIA

A. Sistem Penuntutan Di Beberapa Negara………100

B. Sistem Kejaksaan di Beberapa Negara dalam konteks Penyidikan dan

Penuntutan……….101

C. Sistem Komisi Pemberantasan Korupsi di Beberapa Negara……….124

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….……….……139

B. Saran ……….…………..…….141

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Keweanangan yang Dimiliki oleh KPK dan Kejaksaan dalam

Memberantas Korupsi di Indonesia………77

Tabel 2Indikasi Kerugian Negara Hasil Audit BPKSemester I 2008-Semester I 2010………91

Tabel 3 Sektor Terkorup Di Indonesia………92

Tabel 4 Kasus Korupsi yang Ditangani Kejaksaan……….93

Tabel 5 Daftar Laporan Masyarakat Soal Penegakan Hukum kepada Pengawas Eksternal………...95

Tabel 6 Data Penangan Korupsi oleh KPK……….96

Tabel 7 Modus Korupsi Di Indonesia yang Ditangani KPK………97

Tabel 8 Perbedaan Kejaksaan Indonesia dengan Amerika………122

Tabel 9 Perbandingan Komisi Anti Korupsi di Indonesia dan di Hongkong…….138

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Kejaksaan Republik Indonesia………...66

Gambar 2 Indeks Persepsi Korupsi Indonesia di Dunia………..88

Gambar 3 Grafik Tingkat Korupsi Secara Nasional Menurut Survei LSI………...90

Gambar 4 Klasifikasi Modus Korupsi Di Indonesia………92

Gambar 5 Survei Integritas Lembaga-Lembaga Penegak Hukum di Idonesia……99

Referensi

Dokumen terkait

30 Tahun 2002 berbunyi : Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku dan berdasarkan Undang-Undang Nomor

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, memberikan kewenangan KPK antara lain melakukan supervisi terhadap Instansi

Keputusan Bersama Ketua Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor 11/KPK- KEJAGUNG/XII/2005, Nomor KEP- 347/A/J.A/12/2005 tentang

Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 Tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi, Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2002, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan Tindak Pidana korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Sesuai dengan Undang-undang tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan tugas kordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI..

ANALISIS KEWENANGAN KPK KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NO 19 TENTANG PEMBERANTASAN TNIDAK PIDANA KORUPSI TAHUN 2019 DITINJAU DARI FIQIH SIYASAH Indonesia