Wakil Menteri PAN dan RB
ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
• Pengaturan kepegawaian di berbagai
undang-undang (antara lain Undang-Undang 14/2010 tentang Guru dan Dosen; UU 32/2004 dan UU 8/1974 jo 43/1999)
• PNS belum dianggap sebagai sebuah profesi • Penetapan formasi PNS belum melalui analisis
jabatan, analis beban kerja dan perencanaan SDM.
• Penempatan dan pengangkatan dalam jabatan
belum berbasis kompetensi
• Terbatasnya mobilitas PNS
• 9 dari 10 PNS tidak pernah diberi kesempatan
mengembangkan diri
• Kualifikasi dan kompetensi PNS tidak sesuai
kebutuhan
PERMASALAHAN KEBIJAKAN
DAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
DI INDONESIA
•
Masalah
overstaf
dan
understaf
•
Desentralisasi pengadaan PNS menyuburkan
semangat kedaerahan dan memperlemah
NKRI
•
Budaya kinerja PNS yang masih rendah
•
Sistem remunerasi dan tunjangan bervariasi
antar instansi.
•
Remunerasi masih belum terkait dengan
pencapaian kinerja
•
Promosi jabatan masih bersifat tertutup
•
Rekrutment PNS masih belum objektif dan
transparan
PERMASALAHAN KEBIJAKAN
DAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
DI INDONESIA
•
Berasal dari kurang lengkapnya dan kurang
jelasnya kebijakan yang mengatur mengenai
kepegawaian
•
Berasal dari masalah-masalah implementasi
kebijakan dan sanksi di bidang kepegawaian
SUMBER PERMASALAHAN
KEPEGAWAIAN
UNTUK ITU DIPERLUKAN :
1. STRATEGI PENGEMBANGAN SDM 2. REVISI UNDANG-UNDANG
KEPEGAWAIAN NEGARA
3. PERATURAN PELAKSANAANNYA
Strategi Reformasi Birokrasi
yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; 2.Meningkatnyakapasitas dan akuntabilitas yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; 2.Meningkatnya
PENATAAN JUMLAH DAN DISTRIBUSI PNS
a. Analisis & Pemetaan Jabatan di K/L & Pemda
b. Kebijakan Minus Growth (Penerimaan < Jumlah PNS Pensiun setiap tahun)
c. Kebijakan Pembatasan dan/atau Pengurangan Belanja Pegawai d. Monev Redistribusi/Realokasi PNS
e. Kebijakan Pemberian Pensiun Dini secara sukarela
Melihat ulang kebutuhan riil
PNS
kebutuhan CPNS sesuai kebutuhan
Birokrasi yang
efektif,
SISTEM SELEKSI CPNS DAN PROMOSI PNS SECARA TERBUKAa. Kebijakan seleksi CPNS melalui:• Kerjasama dengan Konsorsium PTN
untuk seleksi CPNS
• Penggunaan Computer Assissted Text (CAT) untuk seleksi CPNS
b. Kebijakan Promosi PNS
• Penguatan Assessment Center untuk Promosi Jabatan, Diklat Penjenjangan dan/atau Fungsional
c. Kebijakan Pengisian Lowongan Jabatan Secara Terbuka Antar Instansi baik Tingkat Nasional maupun Regional
Menciptakan sistem rekruitmen dan promosi yang
selektif
Menjaring calon-calon yang berkualitas
Mengurangi KKN dalam proses
seleksi
Mendorong kinerja birokrasi
melalui penempatan pegawai yang
tepat
Birokrasi yang
efektif, efisien,
PROFESIONALISASI PNS
a. Penetapan Standar Kompetensi
b. Peningkatan Kemampuan PNS Berbasis Kompetensi
c. Sistem Nasional Diklat PNS Berbasis Kompetensi d. Penegakan Etika dan Disiplin Pegawai Negeri e. Sertifikasi Kompetensi Profesi
f. Mutasi dan Rotasi Sesuai dengan Kompetensi Secara Periodik
g. Pengukuran Kinerja Individu h. Penguatan Jabatan Fungsional:
• Penambahan jumlah
• Penetapan Pola Karier
• Peningkatan Kemampuan
• Peningkatan Tunjangan
Menciptakan standar kompetensi jabatan yang menjadi acuan bagi penembatan
dalam jabatan Meningkatkan dan menjaga kualitas SDM
Aparatur
Meningkatkan disiplin dan kinerja PNS
Mendorong PNS untuk memberikan kontribusi kinerja
melalui jabatan fungsional
Birokrasi yang
efektif, efisien,
REFORM
FONDASI UNTUK
REFORMASI UNDANG-UNDANG
BIROKRASI
•
mewujudkan
Aparatur
Sipil Negara
yang
memiliki integritas,
profesional, melayani
dan sejahtera.
VISI
VISI
•
memindahkan Aparatur
Sipil Negara dari
Comfort Zone
ke
Competitive Zone
MISI
Meningkatkan :
a. Independensi dan netralitas , b. Kompetensi,
c. Kinerja/ produktivitas kerja, d. Integritas,
e. Kesejahteraan,
f. Kualitas pelayanan publik, dan g. Pengawasan dan akuntabilitas
APARATUR SIPIL NEGARA
Memberlakukan sistem merit melalui :
• seleksi dan promosi berbasis kompetensi secara
kompetitif dan adil
• penerapan prinsip fairness
• penggajian, reward and punishment berbasis
kinerja
• standar integritas dan perilaku untuk
kepentingan publik
• manajemen SDM secara efektif dan efisien
• perlindungan pegawai dari intervensi politik dan
tindakan semena-mena.
• Diskriminatif (SARA dan Gender)
• Kolusif, nepotisme, dan favoritisme
• Menghalangi hak konstitusional
• Mempergunakan aktivitas politik yang koersif
• Menghalangi hak untuk berkompetisi
LARANGAN DALAM MERIT
SISTEM
I. Ketentuan Umum
II. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, dan Kode Etik III. Jenis Status dan Kedudukan ASN
IV. Fungsi, Tugas dan Peran ASN V. Jabatan ASN
VI. Hak dan Kewajiban ASN
VII. Kelembagaan (KASN, LAN, dan BKN) VIII.Manajemen ASN
IX. Pencalonan dan Pengangkatan Dalam Pejabat Negara
X. Organisasi (Korps Profesi Pegawai ASN) XI. Sistem Informasi ASN
XII. Penyelesaian Sengketa Pegawai ASN XIII.Larangan-Larangan
XIV.Ketentuan Pidana XV. Ketentuan Penutup
1 5
UU POKOK KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO 43/1999)
VI BAB
41 Pasal
12 PP
RUU ASN
(SETELAH PEMBAHASAN)
PERBEDAAN STRUKTUR
XV BAB
134 Pasal
17 RPP
1
Pendekatan Administrasi Kepegawaian
Sistem karier tertutup PNS belum ditetapkan sebagai profesi
PEGAWAI NEGERI :
• Pegawai Negeri Sipil :
o Pusat
o Daerah
o PTT
• TNI (sudah ada UU tersendiri)
• POLRI (sudah ada UU
Pendekatan Manajemen SDM
Sistem karier terbuka
ASN sebagai profesi.
APARATUR SIPIL NEGARA : • Pegawai Negeri Sipil
Republik Indonesia • Pegawai Pemerintah
1
• Fungsional : Keahlian
Keterampilan
Pejabat yang berwenang
mengangkat, memindahkan dan memberhentikan PNS (Pejabat Pembina Kepegawaian):
• Presiden
• Didelegasikan kepada pejabat non karier (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota) dan karier (Kepala LPNK)
Pimpinan Tinggi & Jabatan Administrasi
• Fungsional : Keahlian
Keterampilan
Pejabat yang berwenang
mengangkat, memindahkan dan memberhentikan PNS (Pejabat Pembina Kepegawaian):
• Presiden
1
Pembentukan Komisi
Kepegawaian Negara (KKN) dijabat ex-officio Kepala BKN (sampai sekarang belum
dibentuk)
Batas Usia Pensiun (BUP) tidak diatur secara eksplisit (diatur dalam Peraturan
Pemerintah)
Sistem Informasi ASN tidak diatur secara eksplisit
RUU ASN
(SETELAH PEMBAHASAN)
PERBEDAAN SUBSTANSI
Pembentukan Komisi
Aparatur Sipil Negara (KASN) bertugas menjamin
penerapan sistem merit Batas Usia Pensiun (BUP)
diatur secara eksplisit dimuat dalam batang tubuh RUU
Sistem informasi ASN secara nasional dan terintegrasi
1 9
UU POKOK KEPEGAWAIAN
(UU 8/1974 JO 43/1999)
Sistem penggajian dengan skala ganda
Sanksi pidana tidak diatur
RUU ASN
(SETELAH PEMBAHASAN)
PERBEDAAN SUBSTANSI
Perubahan struktur gaji ke arah skala tunggal secara bertahap
Pengaturan sanksi pidana bagi pejabat/ pegawai yang menyalahgunakan wewenang dalam pengadaan calon
• Memiliki standar pelayanan profesi
• Memiliki dan menegakkan kode etik dan kode
perilaku profesi
• Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan profesi
• Memiliki standar sertifikasi profesi
• Memiliki organisasi profesi yang independen
2 1
1. PNS (Pasal 1 butir 3 & Pasal 7)
a. Berstatus pegawai tetap dan Memiliki NIP secara Nasional; b. Menduduki jabatan
pemerintahan.
2. PPPK (Pasal 1 butir 4 & Pasal 7)
a. Diangkat dengan
perjanjian kerja sesuai keperluan instansi
menurut ketentuan Peraturan Perundang-undang.
b. Melaksanakan tugas pemerintahan.
JENIS PEGAWAI ASN
a. Jabatan pelaksana;
b. Jabatan pengawas; dan c. Jabatan administrator.
JENIS JABATAN ASN
Tugas pokok pelayanan fungsional yang berdasarkan keahlian dan keterampilan. Terbagi menjadi:
(1) Fungsional keahlian: pratama, muda, madya, utama.
(2) Fungsional Keterampilan: Pemula, terampil, mahir.
Sekelompok jabatan tinggi pada instansi, yaitu:
a. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama;
b. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya;
c. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.
3. Jabatan Pimpinan Tinggi (Pasal 18)
2 2
1. Jabatan Administrasi
(Pasal 14)
2. Jabatan Fungsional
2 3
I. Struktural II. Fungsional
Berbagai
macam
Jabatan
Fungsional
(saat ini ada
118 Jabatan
Fungsional)
JENIS JABATAN ASN
23
Jabatan Pimpinan
Tinggi*
* Eselon I dan II di K/L dan Pemda
•
Kewenangan:
mengangkat,
memindahkan, & memberhentikan ASN
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan.
•
Pejabat yang Berwenang
ditingkat
Kementerian, dan LPNK adalah Menteri
dan Pimpinan Lembaga.
(Pasal 17A (1))
•
Pejabat yang Berwenang
ditingkat
Sekretariat Lembaga Negara, Lembaga
Non Struktural, Pemerintah Propinsi dan
Kabupaten/Kota adalah Pejabat Karir
Tertinggi.
(Pasal 17A(2))
1. Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan tertinggi pembinaan dan manajemen ASN.
2. Untuk melakukan pembinaan profesi dan pegawai ASN, Presiden mendelegasikan
sebagian kekuasaan pembinaan dan manajemen ASN kepada:
a. Menteri; b. LAN;
c. BKN; d. KASN.
(Pasal 23)
KEWENANGAN KEBIJAKAN DAN
PEMBINAAN MANAJEMEN ASN
a. Perumusan dan penetapan kebijakan,
b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan,
c. Pengawasan atas
pelaksanaan kebijakan ASN
PENDELEGASIAN KEWENANGAN
a. Penelitian, pengkajian kebijakan manajemen
ASN,
b. Pembinaan dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan ASN
a. Penyelenggaraan manajemen ASN
b. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan NSPK manajemen ASN
3. BKN (Pasal 23 ayat (2d))
4. KASN (Pasal 23 ayat (2b))
1. Kedudukan hukum dan sifat: (Pasal 25)
a. Lembaga Non Struktural
b.Mandiri, bebas dari intervensi politik
2. Tujuan : (Pasal 26)
a. menjamin pemberlakuan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen ASN;
b. menjamin kebijakan dan manajemen ASN sebagai pemersatu bangsa;
c. menjamin terwujudnya imparsialitas ASN; dan d. menjamin terwujudnya pembinaan profesi ASN.
3. Fungsi : (Pasal 28)
Monitoring, mengevaluasi dan memberikan
rekomendasi mengenai kebijakan dan manajemen profesi ASN.
KOMISI APARATUR SIPIL
NEGARA
4. Wewenang (Pasal 30)
a. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan dan manajemen ASN untuk menjamin pemberlakuan sistem merit ASN;
b. Menyusun prosedur dan kriteria pelaksanaan seleksi dalam rangka promosi untuk pengisian jabatan
pimpinan tinggi; dan
c. Memonitor pelaksanaan proses seleksi promosi jabatan pimpinan tinggi yang dilaksanakan oleh
instansi untuk menjamin sistem merit ASN berjalan.
5. Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi KASN (Pasal 31)
KASN melaporkan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya termasuk yang terkait dengan kebijakan dan kinerja ASN sekurang-kurangnya pada setiap akhir tahun kepada Presiden.
KOMISI APARATUR SIPIL
NEGARA
1. KASN, terdiri atas: (Pasal 32)
1. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota.
2. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota 3. 5 (lima) orang anggota.
2. Unsur keanggotaan: (Pasal 35)
a. Wakil pemerintah 4 orang b. Akademisi /Praktisi 3 orang 3. Seleksi : (Pasal 36)
1. Anggota KASN diseleksi dan diusulkan oleh tim seleksi yang dibentuk dan dipimpin oleh Menteri;
2. Anggota tim seleksi harus memiliki pengalaman & pengetahuan di bid. ASN;
3. Tim seleksi menyampaikan 3 (tiga) kali jumlah anggota dari masing-masing unsur untuk dipilih dan ditetapkan oleh Presiden.
• Sifat Dasar pengisian: Dilakukan secara kompetitif dan terbuka dikalangan PNS. Untuk kalangan Non PNS harus mendapat persetujuan Presiden.
• Seleksi: dilakukan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang;
• Proses Pengisian jabatan:
• Pimpinan Tinggi Utama dan Madya dilakukan pada tingkat nasional,
• Pimpinan Tinggi Pratama dilakukan pada tingkat
nasional, propinsi, atau antar intansi dalam 1 (satu) kabupaten/kota.
• Pemilihan dan Penetapan:
• Panitia Seleksi menyampaikan 3 (tiga) nama calon Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Madya kepada
Menteri . Selanjutnya menteri Menyampaikan kepada Presiden melalui Tim Penilai Akhir (TPA).
• Panitia seleksi daerah menyampaikan 3 (tiga) nama calon Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama daerah kepada Kepala Daerah melalui Baperjakat.
(Pasal 19)
PENGISIAN JABATAN PIMPINAN
TINGGI
• Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki maksimal selama 5 (lima) tahun.
• Pejabat yang telah habis masa jabatannya harus mengikuti seleksi/uji kompetensi kembali untuk menduduki jabatan yang sama pada periode berikutnya.
• Pejabat Pimpinan Tinggi yang tidak memenuhi kinerja yang diperjanjikan dalam waktu 1 tahun, dapat dipindahkan pada jabatan lain sesuai dengan kompetensi yang dimiliki melalui uji kompetensi kembali.
• Pejabat yang tidak memenuhi kinerja dalam waktu 1 tahun dan akan ditempatkan pada jabatan yag lebih rendah diberikan kesempatan 6 bulan untuk menunjukkan kinerjanya.
(Pasal 19D dan Pasal 19E)
POLA KARIR
JABATAN PIMPINAN TINGGI
1. Dasar penetapan kebutuhan :
a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun dengan rincian per tahun berdasarkan prioritas kebutuhan c. Ditetapkan Menteri dengan memperhatikan
pendapat Menteri Keuangan dan pertimbangan teknis Kepala BKN.
2. Metode: analisis jabatan dan analisis beban kerja
(Pasal 49 & Pasal 50)
PENETAPAN KEBUTUHAN DAN
PENGENDALIAN JUMLAH
• Setiap pegawai ASN berhak diberi kesempatan
untuk mengembangkan diri .
• Pengembangan diri dimaksud antara lain melalui
pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, workshop, dan penataran.
• Pengembangan diri sebagaimana dimaksud harus
dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karir selanjutnya.
• Dalam rangka pengembangan diri sebagaimana
dimaksud setiap instansi wajib menyusun
rencana pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan masing-masing instansi.
(Pasal 86A)
1.Penilaian kinerja:
a.Dilakukan oleh Pejabat yang Berwenang di Instansi ybs.
b.Pada tingkat individu dan tingkat
unit/organisasi,
c.Berdasarkan perencanaan kinerja
d.Diukur dari target, sasaran, hasil dan manfaat yang dicapai
2.Prinsip: objektif, terukur, akuntabel, partisipasi,
dan transparan.
3.Manfaat hasil penilaian kinerja:
a.Pengembangan pegawai
b.Pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat
c.Pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan promosi serta mengikuti pendidikan dan pelatihan.
(Pasal 73)
1. Gaji PNS (Pasal 75)
a.Prinsip dasar : adil dan layak
b.Tujuan dan dasar penggajian: memacu produktivitas, menjamin kesejahteraan, dan berdasarkan pada kinerja.
c. Pembiayaan :
• PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada APBN;
• PNS yang bekerja pada pemerintah daerah dibebankan pada APBD;
2.Tunjangan (Pasal 76)
Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Tunjangan Kemahalan
a. Penerima:
• PNS yang bekerja pada instansi vertikal di daerah • PNS pada pemerintah daerah
b. Besaran:
• sesuai dengan tingkat kemahalan dan sesuai dengan kemampuan keuangan negara/pemerintah daerah.
• tingkat kemahalan diukur berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerahnya masing-masing.
c. Pembiayaan:
• APBN bagi PNS yang bekerja pada instansi vertikal didaerah
• APBD bagi PNS yang bekerja pada pemerintah daerah
(Pasal 77)
1. Dasar pemberian penghargaan: (Pasal 79)
Diberikan secara selektif kepada PNS berdasarkan pertimbangan atas kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja.
2. Bentuk penghargaan: (Pasal 80)
a. Tanda kehormatan;
b. Kenaikan pangkat secara istimewa;
c. Promosi jabatan secara istimewa berdasarkan kompetensi dan kompetisi;
d. Kesempatan prioritas untuk pengembangan diri; dan/atau
e. Kesempatan menghadiri acara-acara resmi dan kenegaraan.
Jenis
: (Pasal 86)a. Pemberhentian dengan hormat:
(meninggal dunia, atas permintaan sendiri, mencapai BUP, perampingan organisasi, tidak cakap jasmani dan/atau rohani, tidak memiliki kompetensi dan tidak mencapai sasaran kerja selama 2 tahun)
b. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
c. Pemberhentian tidak dengan hormat d. Pemberhentian sementara
PNS yang diberhentikan karena melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 45, dan/atau menjadi terpidana karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan tidak dapat diangkat kembali sebagai pegawai ASN dan/atau menduduki jabatan ASN. (Pasal 87)
1. BUP bagi Jabatan Administrasi adalah 56 tahun.
2. BUP bagi Jabatan Pimpinan Tinggi Madya adalah 58 tahun.
3. BUP bagi Jabatan Pimpinan Tinggi Utama adalah 60 tahun.
4. BUP bagi Jabatan Fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 90)
1. Tujuan:
perlindungan
kesinambungan
penghasilan hari tua
(Pasal 88)
2. Sifat:
sebagai hak dan penghargaan atas
pengabdian PNS
(Pasal 88)
3. Ruang lingkup:
(Pasal 88)
• Jaminan Pensiun dan Jaminan Duda/Janda PNS, dan Jaminan Hari Tua PNS
• Diberikan dalam rangka Program Sistem Jaminan Sosial Nasional.
4. Sumber pembiayaan:
(Pasal 90)
• Pemerintah selaku pemberi kerja • Iuran PNS yang bersangkutan.
1. Kriteria Pengangkatan PPPK :
• harus sesuai dengan kebutuhan organisasi;
• terbatas pada jangka waktu tertentu ; dan
• harus mendapat persetujuan Menteri PAN dan
RB
2. PPPK tidak dapat diangkat menjadi PNS. Jika ingin pindah status menjadi PNS harus
mengundurkan diri sebagai PPPK, dan harus mengikuti semua proses serta memenuhi
persyaratan untuk dapat diangkat menjadi PNS.
(Pasal 99A)
MANAJEMEN PEGAWAI
PEMERINTAH
DENGAN PERJANJIAN KERJA
(PPPK)
1. Tujuan: menjamin perolehan hak-hak pegawai dalam pelaksanaan tugas (Pasal 91 dan Pasal 103)
2. Jenis: (Pasal 91 dan Pasal 103)
a. Perlindungan hukum:
• Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya • memperoleh bantuan hukum atas dugaan kesalahan
yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
b. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja :
• Perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja,
• Perlindungan kecelakaan kerja,
• Perlindungan kebakaran pada waktu kerja, • Bencana alam,
• Kesehatan lingkungan kerja, dan/atau • Risiko lain.
1.Nama :
Korps Pegawai ASN
2.Kedudukan
: wadah ASN untuk menyalurkan
aspirasinya.
3.Tujuan
:
a. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN
b. Mewujudkan jiwa Korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
4.Fungsi
:
a. Pembinaan dan pengembangan profesi ASN.
b. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi. c. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode
etik instansi.
d. Peningkatan kesejahteraan anggota Korps Pegawai ASN RI.
(Pasal 109)