• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Wakil Menteri PAN dan RB

ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN

(2)

Pengaturan kepegawaian di berbagai

undang-undang (antara lain Undang-Undang 14/2010 tentang Guru dan Dosen; UU 32/2004 dan UU 8/1974 jo 43/1999)

PNS belum dianggap sebagai sebuah profesi Penetapan formasi PNS belum melalui analisis

jabatan, analis beban kerja dan perencanaan SDM.

Penempatan dan pengangkatan dalam jabatan

belum berbasis kompetensi

Terbatasnya mobilitas PNS

9 dari 10 PNS tidak pernah diberi kesempatan

mengembangkan diri

Kualifikasi dan kompetensi PNS tidak sesuai

kebutuhan

PERMASALAHAN KEBIJAKAN

DAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN

DI INDONESIA

(3)

Masalah

overstaf

dan

understaf

Desentralisasi pengadaan PNS menyuburkan

semangat kedaerahan dan memperlemah

NKRI

Budaya kinerja PNS yang masih rendah

Sistem remunerasi dan tunjangan bervariasi

antar instansi.

Remunerasi masih belum terkait dengan

pencapaian kinerja

Promosi jabatan masih bersifat tertutup

Rekrutment PNS masih belum objektif dan

transparan

PERMASALAHAN KEBIJAKAN

DAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN

DI INDONESIA

(4)

Berasal dari kurang lengkapnya dan kurang

jelasnya kebijakan yang mengatur mengenai

kepegawaian

Berasal dari masalah-masalah implementasi

kebijakan dan sanksi di bidang kepegawaian

SUMBER PERMASALAHAN

KEPEGAWAIAN

UNTUK ITU DIPERLUKAN :

1. STRATEGI PENGEMBANGAN SDM 2. REVISI UNDANG-UNDANG

KEPEGAWAIAN NEGARA

3. PERATURAN PELAKSANAANNYA

(5)

Strategi Reformasi Birokrasi

yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; 2.Meningkatnya

kapasitas dan akuntabilitas yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; 2.Meningkatnya

(6)

PENATAAN JUMLAH DAN DISTRIBUSI PNS

a. Analisis & Pemetaan Jabatan di K/L & Pemda

b. Kebijakan Minus Growth (Penerimaan < Jumlah PNS Pensiun setiap tahun)

c. Kebijakan Pembatasan dan/atau Pengurangan Belanja Pegawai d. Monev Redistribusi/Realokasi PNS

e. Kebijakan Pemberian Pensiun Dini secara sukarela

Melihat ulang kebutuhan riil

PNS

kebutuhan CPNS sesuai kebutuhan

Birokrasi yang

efektif,

(7)

SISTEM SELEKSI CPNS DAN PROMOSI PNS SECARA TERBUKAa. Kebijakan seleksi CPNS melalui: Kerjasama dengan Konsorsium PTN

untuk seleksi CPNS

Penggunaan Computer Assissted Text (CAT) untuk seleksi CPNS

b. Kebijakan Promosi PNS

Penguatan Assessment Center untuk Promosi Jabatan, Diklat Penjenjangan dan/atau Fungsional

c. Kebijakan Pengisian Lowongan Jabatan Secara Terbuka Antar Instansi baik Tingkat Nasional maupun Regional

Menciptakan sistem rekruitmen dan promosi yang

selektif

Menjaring calon-calon yang berkualitas

Mengurangi KKN dalam proses

seleksi

Mendorong kinerja birokrasi

melalui penempatan pegawai yang

tepat

Birokrasi yang

efektif, efisien,

(8)

PROFESIONALISASI PNS

a. Penetapan Standar Kompetensi

b. Peningkatan Kemampuan PNS Berbasis Kompetensi

c. Sistem Nasional Diklat PNS Berbasis Kompetensi d. Penegakan Etika dan Disiplin Pegawai Negeri e. Sertifikasi Kompetensi Profesi

f. Mutasi dan Rotasi Sesuai dengan Kompetensi Secara Periodik

g. Pengukuran Kinerja Individu h. Penguatan Jabatan Fungsional:

• Penambahan jumlah

• Penetapan Pola Karier

• Peningkatan Kemampuan

• Peningkatan Tunjangan

Menciptakan standar kompetensi jabatan yang menjadi acuan bagi penembatan

dalam jabatan Meningkatkan dan menjaga kualitas SDM

Aparatur

Meningkatkan disiplin dan kinerja PNS

Mendorong PNS untuk memberikan kontribusi kinerja

melalui jabatan fungsional

Birokrasi yang

efektif, efisien,

(9)

REFORM

FONDASI UNTUK

REFORMASI UNDANG-UNDANG

BIROKRASI

(10)

mewujudkan

Aparatur

Sipil Negara

yang

memiliki integritas,

profesional, melayani

dan sejahtera.

VISI

VISI

memindahkan Aparatur

Sipil Negara dari

Comfort Zone

ke

Competitive Zone

MISI

(11)

Meningkatkan :

a. Independensi dan netralitas , b. Kompetensi,

c. Kinerja/ produktivitas kerja, d. Integritas,

e. Kesejahteraan,

f. Kualitas pelayanan publik, dan g. Pengawasan dan akuntabilitas

APARATUR SIPIL NEGARA

(12)

Memberlakukan sistem merit melalui :

seleksi dan promosi berbasis kompetensi secara

kompetitif dan adil

penerapan prinsip fairness

penggajian, reward and punishment berbasis

kinerja

standar integritas dan perilaku untuk

kepentingan publik

manajemen SDM secara efektif dan efisien

perlindungan pegawai dari intervensi politik dan

tindakan semena-mena.

(13)

Diskriminatif (SARA dan Gender)

Kolusif, nepotisme, dan favoritisme

Menghalangi hak konstitusional

Mempergunakan aktivitas politik yang koersif

Menghalangi hak untuk berkompetisi

LARANGAN DALAM MERIT

SISTEM

(14)

I. Ketentuan Umum

II. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, dan Kode Etik III. Jenis Status dan Kedudukan ASN

IV. Fungsi, Tugas dan Peran ASN V. Jabatan ASN

VI. Hak dan Kewajiban ASN

VII. Kelembagaan (KASN, LAN, dan BKN) VIII.Manajemen ASN

IX. Pencalonan dan Pengangkatan Dalam Pejabat Negara

X. Organisasi (Korps Profesi Pegawai ASN) XI. Sistem Informasi ASN

XII. Penyelesaian Sengketa Pegawai ASN XIII.Larangan-Larangan

XIV.Ketentuan Pidana XV. Ketentuan Penutup

(15)

1 5

UU POKOK KEPEGAWAIAN

(UU 8/1974 JO 43/1999)

VI BAB

41 Pasal

12 PP

RUU ASN

(SETELAH PEMBAHASAN)

PERBEDAAN STRUKTUR

XV BAB

134 Pasal

17 RPP

(16)

1

Pendekatan Administrasi Kepegawaian

Sistem karier tertutup PNS belum ditetapkan sebagai profesi

PEGAWAI NEGERI :

• Pegawai Negeri Sipil :

o Pusat

o Daerah

o PTT

• TNI (sudah ada UU tersendiri)

• POLRI (sudah ada UU

Pendekatan Manajemen SDM

Sistem karier terbuka

ASN sebagai profesi.

APARATUR SIPIL NEGARA : • Pegawai Negeri Sipil

Republik Indonesia • Pegawai Pemerintah

(17)

1

Fungsional : Keahlian

Keterampilan

Pejabat yang berwenang

mengangkat, memindahkan dan memberhentikan PNS (Pejabat Pembina Kepegawaian):

• Presiden

• Didelegasikan kepada pejabat non karier (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota) dan karier (Kepala LPNK)

Pimpinan Tinggi & Jabatan Administrasi

Fungsional : Keahlian

Keterampilan

Pejabat yang berwenang

mengangkat, memindahkan dan memberhentikan PNS (Pejabat Pembina Kepegawaian):

• Presiden

(18)

1

Pembentukan Komisi

Kepegawaian Negara (KKN) dijabat ex-officio Kepala BKN (sampai sekarang belum

dibentuk)

Batas Usia Pensiun (BUP) tidak diatur secara eksplisit (diatur dalam Peraturan

Pemerintah)

Sistem Informasi ASN tidak diatur secara eksplisit

RUU ASN

(SETELAH PEMBAHASAN)

PERBEDAAN SUBSTANSI

Pembentukan Komisi

Aparatur Sipil Negara (KASN) bertugas menjamin

penerapan sistem merit Batas Usia Pensiun (BUP)

diatur secara eksplisit dimuat dalam batang tubuh RUU

Sistem informasi ASN secara nasional dan terintegrasi

(19)

1 9

UU POKOK KEPEGAWAIAN

(UU 8/1974 JO 43/1999)

Sistem penggajian dengan skala ganda

Sanksi pidana tidak diatur

RUU ASN

(SETELAH PEMBAHASAN)

PERBEDAAN SUBSTANSI

Perubahan struktur gaji ke arah skala tunggal secara bertahap

Pengaturan sanksi pidana bagi pejabat/ pegawai yang menyalahgunakan wewenang dalam pengadaan calon

(20)

Memiliki standar pelayanan profesi

Memiliki dan menegakkan kode etik dan kode

perilaku profesi

Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan profesi

Memiliki standar sertifikasi profesi

Memiliki organisasi profesi yang independen

(21)

2 1

1. PNS (Pasal 1 butir 3 & Pasal 7)

a. Berstatus pegawai tetap dan Memiliki NIP secara Nasional; b. Menduduki jabatan

pemerintahan.

2. PPPK (Pasal 1 butir 4 & Pasal 7)

a. Diangkat dengan

perjanjian kerja sesuai keperluan instansi

menurut ketentuan Peraturan Perundang-undang.

b. Melaksanakan tugas pemerintahan.

JENIS PEGAWAI ASN

(22)

a. Jabatan pelaksana;

b. Jabatan pengawas; dan c. Jabatan administrator.

JENIS JABATAN ASN

Tugas pokok pelayanan fungsional yang berdasarkan keahlian dan keterampilan. Terbagi menjadi:

(1) Fungsional keahlian: pratama, muda, madya, utama.

(2) Fungsional Keterampilan: Pemula, terampil, mahir.

Sekelompok jabatan tinggi pada instansi, yaitu:

a. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama;

b. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya;

c. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.

3. Jabatan Pimpinan Tinggi (Pasal 18)

2 2

1. Jabatan Administrasi

(Pasal 14)

2. Jabatan Fungsional

(23)

2 3

I. Struktural II. Fungsional

Berbagai

macam

Jabatan

Fungsional

(saat ini ada

118 Jabatan

Fungsional)

JENIS JABATAN ASN

23

Jabatan Pimpinan

Tinggi*

* Eselon I dan II di K/L dan Pemda

(24)

Kewenangan:

mengangkat,

memindahkan, & memberhentikan ASN

berdasarkan

peraturan

perundang-undangan.

Pejabat yang Berwenang

ditingkat

Kementerian, dan LPNK adalah Menteri

dan Pimpinan Lembaga.

(Pasal 17A (1))

Pejabat yang Berwenang

ditingkat

Sekretariat Lembaga Negara, Lembaga

Non Struktural, Pemerintah Propinsi dan

Kabupaten/Kota adalah Pejabat Karir

Tertinggi.

(Pasal 17A(2))

(25)

1. Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan tertinggi pembinaan dan manajemen ASN.

2. Untuk melakukan pembinaan profesi dan pegawai ASN, Presiden mendelegasikan

sebagian kekuasaan pembinaan dan manajemen ASN kepada:

a. Menteri; b. LAN;

c. BKN; d. KASN.

(Pasal 23)

KEWENANGAN KEBIJAKAN DAN

PEMBINAAN MANAJEMEN ASN

(26)

a. Perumusan dan penetapan kebijakan,

b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan,

c. Pengawasan atas

pelaksanaan kebijakan ASN

PENDELEGASIAN KEWENANGAN

a. Penelitian, pengkajian kebijakan manajemen

ASN,

b. Pembinaan dan penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan ASN

a. Penyelenggaraan manajemen ASN

b. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan NSPK manajemen ASN

3. BKN (Pasal 23 ayat (2d))

4. KASN (Pasal 23 ayat (2b))

(27)

1. Kedudukan hukum dan sifat: (Pasal 25)

a. Lembaga Non Struktural

b.Mandiri, bebas dari intervensi politik

2. Tujuan : (Pasal 26)

a. menjamin pemberlakuan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen ASN;

b. menjamin kebijakan dan manajemen ASN sebagai pemersatu bangsa;

c. menjamin terwujudnya imparsialitas ASN; dan d. menjamin terwujudnya pembinaan profesi ASN.

3. Fungsi : (Pasal 28)

Monitoring, mengevaluasi dan memberikan

rekomendasi mengenai kebijakan dan manajemen profesi ASN.

KOMISI APARATUR SIPIL

NEGARA

(28)

4. Wewenang (Pasal 30)

a. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan dan manajemen ASN untuk menjamin pemberlakuan sistem merit ASN;

b. Menyusun prosedur dan kriteria pelaksanaan seleksi dalam rangka promosi untuk pengisian jabatan

pimpinan tinggi; dan

c. Memonitor pelaksanaan proses seleksi promosi jabatan pimpinan tinggi yang dilaksanakan oleh

instansi untuk menjamin sistem merit ASN berjalan.

5. Tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi KASN (Pasal 31)

KASN melaporkan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya termasuk yang terkait dengan kebijakan dan kinerja ASN sekurang-kurangnya pada setiap akhir tahun kepada Presiden.

KOMISI APARATUR SIPIL

NEGARA

(29)

1. KASN, terdiri atas: (Pasal 32)

1. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota.

2. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota 3. 5 (lima) orang anggota.

2. Unsur keanggotaan: (Pasal 35)

a. Wakil pemerintah 4 orang b. Akademisi /Praktisi 3 orang 3. Seleksi : (Pasal 36)

1. Anggota KASN diseleksi dan diusulkan oleh tim seleksi yang dibentuk dan dipimpin oleh Menteri;

2. Anggota tim seleksi harus memiliki pengalaman & pengetahuan di bid. ASN;

3. Tim seleksi menyampaikan 3 (tiga) kali jumlah anggota dari masing-masing unsur untuk dipilih dan ditetapkan oleh Presiden.

(30)

Sifat Dasar pengisian: Dilakukan secara kompetitif dan terbuka dikalangan PNS. Untuk kalangan Non PNS harus mendapat persetujuan Presiden.

Seleksi: dilakukan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang;

Proses Pengisian jabatan:

Pimpinan Tinggi Utama dan Madya dilakukan pada tingkat nasional,

Pimpinan Tinggi Pratama dilakukan pada tingkat

nasional, propinsi, atau antar intansi dalam 1 (satu) kabupaten/kota.

Pemilihan dan Penetapan:

Panitia Seleksi menyampaikan 3 (tiga) nama calon Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Madya kepada

Menteri . Selanjutnya menteri Menyampaikan kepada Presiden melalui Tim Penilai Akhir (TPA).

Panitia seleksi daerah menyampaikan 3 (tiga) nama calon Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama daerah kepada Kepala Daerah melalui Baperjakat.

(Pasal 19)

PENGISIAN JABATAN PIMPINAN

TINGGI

(31)

• Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki maksimal selama 5 (lima) tahun.

• Pejabat yang telah habis masa jabatannya harus mengikuti seleksi/uji kompetensi kembali untuk menduduki jabatan yang sama pada periode berikutnya.

• Pejabat Pimpinan Tinggi yang tidak memenuhi kinerja yang diperjanjikan dalam waktu 1 tahun, dapat dipindahkan pada jabatan lain sesuai dengan kompetensi yang dimiliki melalui uji kompetensi kembali.

• Pejabat yang tidak memenuhi kinerja dalam waktu 1 tahun dan akan ditempatkan pada jabatan yag lebih rendah diberikan kesempatan 6 bulan untuk menunjukkan kinerjanya.

(Pasal 19D dan Pasal 19E)

POLA KARIR

JABATAN PIMPINAN TINGGI

(32)

1. Dasar penetapan kebutuhan :

a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan

b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun dengan rincian per tahun berdasarkan prioritas kebutuhan c. Ditetapkan Menteri dengan memperhatikan

pendapat Menteri Keuangan dan pertimbangan teknis Kepala BKN.

2. Metode: analisis jabatan dan analisis beban kerja

(Pasal 49 & Pasal 50)

PENETAPAN KEBUTUHAN DAN

PENGENDALIAN JUMLAH

(33)

Setiap pegawai ASN berhak diberi kesempatan

untuk mengembangkan diri .

Pengembangan diri dimaksud antara lain melalui

pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, workshop, dan penataran.

Pengembangan diri sebagaimana dimaksud harus

dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karir selanjutnya.

Dalam rangka pengembangan diri sebagaimana

dimaksud setiap instansi wajib menyusun

rencana pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan masing-masing instansi.

(Pasal 86A)

(34)

1.Penilaian kinerja:

a.Dilakukan oleh Pejabat yang Berwenang di Instansi ybs.

b.Pada tingkat individu dan tingkat

unit/organisasi,

c.Berdasarkan perencanaan kinerja

d.Diukur dari target, sasaran, hasil dan manfaat yang dicapai

2.Prinsip: objektif, terukur, akuntabel, partisipasi,

dan transparan.

3.Manfaat hasil penilaian kinerja:

a.Pengembangan pegawai

b.Pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat

c.Pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan promosi serta mengikuti pendidikan dan pelatihan.

(Pasal 73)

(35)

1. Gaji PNS (Pasal 75)

a.Prinsip dasar : adil dan layak

b.Tujuan dan dasar penggajian: memacu produktivitas, menjamin kesejahteraan, dan berdasarkan pada kinerja.

c. Pembiayaan :

• PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada APBN;

• PNS yang bekerja pada pemerintah daerah dibebankan pada APBD;

2.Tunjangan (Pasal 76)

Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(36)

3. Tunjangan Kemahalan

a. Penerima:

PNS yang bekerja pada instansi vertikal di daerahPNS pada pemerintah daerah

b. Besaran:

sesuai dengan tingkat kemahalan dan sesuai dengan kemampuan keuangan negara/pemerintah daerah.

tingkat kemahalan diukur berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerahnya masing-masing.

c. Pembiayaan:

APBN bagi PNS yang bekerja pada instansi vertikal didaerah

APBD bagi PNS yang bekerja pada pemerintah daerah

(Pasal 77)

(37)

1. Dasar pemberian penghargaan: (Pasal 79)

Diberikan secara selektif kepada PNS berdasarkan pertimbangan atas kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja.

2. Bentuk penghargaan: (Pasal 80)

a. Tanda kehormatan;

b. Kenaikan pangkat secara istimewa;

c. Promosi jabatan secara istimewa berdasarkan kompetensi dan kompetisi;

d. Kesempatan prioritas untuk pengembangan diri; dan/atau

e. Kesempatan menghadiri acara-acara resmi dan kenegaraan.

(38)

Jenis

: (Pasal 86)

a. Pemberhentian dengan hormat:

(meninggal dunia, atas permintaan sendiri, mencapai BUP, perampingan organisasi, tidak cakap jasmani dan/atau rohani, tidak memiliki kompetensi dan tidak mencapai sasaran kerja selama 2 tahun)

b. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

c. Pemberhentian tidak dengan hormat d. Pemberhentian sementara

PNS yang diberhentikan karena melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 45, dan/atau menjadi terpidana karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan tidak dapat diangkat kembali sebagai pegawai ASN dan/atau menduduki jabatan ASN. (Pasal 87)

(39)

1. BUP bagi Jabatan Administrasi adalah 56 tahun.

2. BUP bagi Jabatan Pimpinan Tinggi Madya adalah 58 tahun.

3. BUP bagi Jabatan Pimpinan Tinggi Utama adalah 60 tahun.

4. BUP bagi Jabatan Fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(Pasal 90)

(40)

1. Tujuan:

perlindungan

kesinambungan

penghasilan hari tua

(Pasal 88)

2. Sifat:

sebagai hak dan penghargaan atas

pengabdian PNS

(Pasal 88)

3. Ruang lingkup:

(Pasal 88)

• Jaminan Pensiun dan Jaminan Duda/Janda PNS, dan Jaminan Hari Tua PNS

• Diberikan dalam rangka Program Sistem Jaminan Sosial Nasional.

4. Sumber pembiayaan:

(Pasal 90)

Pemerintah selaku pemberi kerjaIuran PNS yang bersangkutan.

(41)

1. Kriteria Pengangkatan PPPK :

harus sesuai dengan kebutuhan organisasi;

terbatas pada jangka waktu tertentu ; dan

harus mendapat persetujuan Menteri PAN dan

RB

2. PPPK tidak dapat diangkat menjadi PNS. Jika ingin pindah status menjadi PNS harus

mengundurkan diri sebagai PPPK, dan harus mengikuti semua proses serta memenuhi

persyaratan untuk dapat diangkat menjadi PNS.

(Pasal 99A)

MANAJEMEN PEGAWAI

PEMERINTAH

DENGAN PERJANJIAN KERJA

(PPPK)

(42)

1. Tujuan: menjamin perolehan hak-hak pegawai dalam pelaksanaan tugas (Pasal 91 dan Pasal 103)

2. Jenis: (Pasal 91 dan Pasal 103)

a. Perlindungan hukum:

Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya memperoleh bantuan hukum atas dugaan kesalahan

yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

b. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja :

Perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja,

Perlindungan kecelakaan kerja,

Perlindungan kebakaran pada waktu kerja, Bencana alam,

Kesehatan lingkungan kerja, dan/atau Risiko lain.

(43)

1.Nama :

Korps Pegawai ASN

2.Kedudukan

: wadah ASN untuk menyalurkan

aspirasinya.

3.Tujuan

:

a. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN

b. Mewujudkan jiwa Korps ASN sebagai pemersatu bangsa.

4.Fungsi

:

a. Pembinaan dan pengembangan profesi ASN.

b. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi. c. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode

etik instansi.

d. Peningkatan kesejahteraan anggota Korps Pegawai ASN RI.

(Pasal 109)

(44)

Peraturan pelaksanaan

Undang-Undang ini harus sudah ditetapkan

paling lambat 2 (dua) tahun sejak

Undang-Undang ini diundangkan.

 Saat ini sudah disiapkan semua

RPP yang diperintahkan oleh RUU

ASN (17 RPP)

(45)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah peneliti mendapatkan data lapangan mengenai konseli, mengelola data, dan kemudian menyajikan data yang telah didapat dan dikumpulkan dengan tujuan dapat

Kinerja jaringan umumnya ditentukan dari berapa rata-rata dan persentase terjadinya tundaan (delay) terhadap aplikasi, jenis pembawa (carriers), laju bit

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Ada banyak istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kelainan yang ditemukan pada jaringan orbita yang terkait. dengan penyakit tiroid

Secara anatomis dan embryologi terdapat hubungan antara rongga perut dengan skrotum, sehingga organ intraabdominal maupun cairan dapat masuk kerongga skrotum

stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat yang menetap yaitu tekanan darah sistolik &gt;220

Suasana dialogis diatas menuntun analisis Ahmad Amin menggambarkan telah adanya soal tidak mau melibatkan diri dalam pertikaian dan perselisihan diantara sesame kaum