• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 Nilai dalam perang badar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "8 Nilai dalam perang badar"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

18 Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa

October 4, 2011 by Aar29 Comments

Pendidikan Karakter

Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya.

18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin

(2)

5. Kerja Keras

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

14. Cinta Damai

(3)

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

(4)

Contoh Makalah Nilai-nilai Pendidikan

Karakter Dalam Pembelajaran

Matematika

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen pengampu : Siska Diana Sari, M.H

Oleh :

ANDI VERA DWI PRAKASARI 12411079

NIA KURNIATI 12411082

MAR’ATUSH SHOLECHAH 12411087

NURUL NUR AGUSTINA 12411098

TERRY PRAMESWARI 12411102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

(5)

IKIP PGRI MADIUN

MADIUN

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Albertus (2010:03) menyatakan bahwa pendidikan karakter terdiri dari dua kata yang apabila dipisahkan memiliki makna masing-masing. Pendidikan adalah selalu berkaitan dengan hubungan social manusia, manusia sejak lahir tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan orang lain, sedangkan karakter bersifat lebih subjektif hal tersebut dikatakan demikian karena berkaitan dengan struktur antopologis manusia dan tindakannya dalam memaknai kebebasan.

Pendidikan karakter harus diberikan pada pendidikan formal khususnya lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

(6)

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter

2. Memahami fungsi dan tujuan dari pendidikan karakter

3. Mengetahui nilai pendidikan karakter dalam matematika

(7)

BAB II

PERMASALAHAN

A. Masalah

Masalah yang akan kita bahas dalam bab ini adalah :

1. Apakah fungsi dari pendidikan karakter ?

2. Apakah tujuan adanya pendidikan karakter ?

3. Apa sajakah nilai karakter bangsa yang dapat dikembangkan melalui pelajaran matematika?

(8)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Fungsi Pendidikan Karakter

Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

DIKTI (2010) menyatakan bahwa secara khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :

1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

2. Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.

3. Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

(9)

kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang tepat dan akurat yang mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri. diantara Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa, ada 18 unsur dan nilai yang mana diantaranya adalah

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

(10)

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negaradan Tuhan Yang Maha

Esa.

Sedangkan menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Ada 9 pilar pendidikan berkarakter, diantaranya adalah:

1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya

2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian

3. Kejujuran /amanah dan kearifan

4. Hormat dan santun

5. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama

6. Percaya diri, kreatif dan bekerja keras

7. Kepemimpinan dan keadilan

(11)

9. Toleransi kedamaian dan kesatuan

B. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

DIKTI (2010) menyatakan bahwa Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah di Indonesia baik negeri maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter yang selama ini ada perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

(12)

perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

C. Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika

Seperti yang telah termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan

atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut terdapat beberapa nilai karakter bangsa yang dapat dikembangkan melalui pelajaran matematika diantaranya adalah disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.

Disiplin, Karakter disiplin dapat terbentuk dalam mempelajari matematika, karena dalam matematika peserta didik diharapkan mampu mengenali suatu keteraturan pola, memahami aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah disepakati. Nilai karakter yang diharapkan dalam belajar matematika adalah seseorang diharapkan mampu bekerja secara teratur dan tertib dalam menggunakan aturan-aturan dan konsep-konsep. Dalam matematika konsep-konsep tersebut tidak boleh dilanggar karena dapat menimbulkan salah arti.

(13)

Kerja Keras, karakter yang ingin dibentuk adalah tidak mudah putus asa. Belajar matematika, seseorang harus teliti, tekun dan telaten, dalam memahami yang tersirat dan tersurat. Ada kalanya seseorang keliru dalam pengerjaan suatu perhitungan, namun belum mencapai hasil yang benar, maka seseorang diharapkan dapat dengan sabar melihat kembali (looking back) apa yang telah dikerjakan secara runut dengan teliti, tidak mudah menyerah terus berjuang untuk menghasilkan suatu jawaban yang benar.

Kreatif, seseorang yang belajar matematika akan terbiasa untuk kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Dalam menyelesaikan persoalan ada yang dapat menyelesaikan dengan cara yang panjang, namun ada pula yang mampu mengerjakan dengan singkat. Bila seseorang terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika, maka orang tersebut akan terbiasa memunculkan ide yang kreatif yang dapat membantunya menjalani kehidupan secara lebih efektif dan efisien.

Rasa ingin tahu, memunculkan rasa ingin tahu dalam matematika akan mengakibatkan seseorang terus belajar dalam sepanjang hidupnya, terus berupaya menggali informasi-informasi terkait lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadikannya ‘kaya’ akan wawasan dan ilmu pengetahuan. Rasa ingin tahu membuat seseorang mampu menelaah keterkaitan, perbedaan dan analogi, sehingga diharapkan mampu menjadi a good problems solver (mampu menyelesaikan masalah dengan baik).

Mandiri; dalam pelajaran matematika kita senantiasa menghadapi tantangan, berbagai permasalahan yang menuntut kita untuk menemukan solusi atau penyelesaiannya. Untuk itu peserta didik harus mampu memiliki sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain, namun berupaya secara mandiri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dengan baik.

Komunikatif; matematika merupakan suatu bahasa, sehingga seseorang harus mampu mengkomunikasikannnya baik secara lisan maupun tulisan, sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain.

Tanggung Jawab; Kebiasaan disiplin dalam bernalar yang terbentuk dalam mempelajari matematika melahirkan suatu sikap tanggung jawab atas pelaksanaan kewajiban yang seharusnya dilakukan, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

D. Implementasi Pendidikan Berkarakter Bangsa dalam Pelajaran Matematika

Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang telah diuraikan sebelumnya, maka guru matematika sebaiknya dapat mengimplementasikan dan memasukkan pendidikan berkarakter bangsa, mulai dari Silabus, RPP, dan dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas.

(14)

pembelajaran matematika yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Nilai-nilai itu dapat diintegrasikan dalam rancangan kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan/atau tujuan pembelajaran.

Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut:

a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan

apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;

b. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan

nilai dan indicator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;

c. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter itu ke dalam silabus;

d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;

e. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik

memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai;

f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai

(15)

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam matematika diantaranya : disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.

B. Saran

(16)

NILAI-NILAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

BANGSA

Posted on Januari 11, 2012by haryonoadipurnomo http://haryonoadipurnomo.wordpress.com/2012/01/11/nilai-nilai-dalam-pendidikan-karakter-bangsa/

A. Rasional

Kecenderungan global menggambarkan sebuah titik balik dalam peradaban

manusia dengan tumbuhnya kembali kesadaran akan nilai. Bahkan untuk

bidang keilmuan yang dulunya dianggap bebas nilai, banyak diangkat

kedudukan dan peran nilai.

Para ilmuwan banyak mengatakan bahwa tidak ada yang disebut sains

bebas nilai. Dimanapun berbicara tentang sains yang bermuatan nilai, maka

dititik manapun nilai itu akan melekat, kalau tidak pada eksperimen di

laboratorium maka nilai itu akan muncul pada saat keputusan untuk

melakukan eksperimen itu, yang akan muncul pada saat mengaplikasikan

hasil. Misalnya pada riset genetika, sejak awal sudah bergumul dengan

persoalan nilai. Oleh sebab itu masuknya nilai-nilai itu memberikan

moralitas pada riset ilmiah.

Sama halnya dengan ilmu-ilmu sosial yang memang karakternya sangat

kental bermuatan nilai yang melekat pada budayanya. Oleh sebab itu jarang

sekali ilmuwan sosial yang mengklaim bahwa bidang ilmu atau kajiannya

bebas nilai atau bebas budaya.

Inti persoalannya sekarang adalah nilai, yakni tema-tema sentral makna

kehidupan yang sering diperbincangkan secara serius dan sekarang sudah

tergarap melalui kurikulum berbasis kompetensi yang memberikan

perhatian secara proporsional terhadap dimensi efektif dan psikomotor.

(17)

nilai itu dapat dikembangkan melalui proses pendidikan sebab kualitas

kebenaran, kebaikan, dan keindahan merupakan tema-tema abstrak yang

disadari atau tidak disadari menyatu dengan perilaku seseorang. Bila

dipandang dari sudut psikologi, pada dasarnya pendidikan nilai itu

merupakan upaya mengkokohkan keyakinan siswa agar berbuat kebenaran,

kebaikan, dan keindahan yang keberhasilannya dapat ditaksir dari sejumlah

perilaku pada tema nilai tertentu. Penyadaran semacam ini memerlukan

usaha yang sungguh-sungguh dan terintegrasi. Oleh sebab itu,

tanggungjawab membentuk kepribadian, moral, akhlak, etika maupun budi

pekerti siswa merupakan tanggungjawab kita semua.

B. Nilai

1.

Pengertian Nilai

Istilah

value

yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi nilai dan

dapat dimaknai sebagai harga (Mulyana, 2004: 7). Namun ketika

dihubungkan dengan suatu objek atau sudut pandang tertentu, “harga”

yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran yang bermacam-macam.

Perbedaan tafsiran tentang harga suatu nilai tidak hanya disebabkan oleh

minat manusia terhadap hal-hal yang material, maupun kajian ilmiah tapi

lebih dari itu, harga suatu nilai perlu diartikulasikan untuk menyadari dan

memanfaatkan makna kehidupan. Manusia dituntut untuk menempatkannya

secara seimbang atau memaknai harga-harga lain dengan harga keyakinan

beragama yang secara hirarkhis memiliki nilai akhir yang lebih tinggi.

Perbedaan cara pandang dalam memahami nilai berimplikasi pada

perumusan definisi nilai (Mulyana, 2004: 9-10):

(18)

b. Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam

menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif (Kuperman,

1983).

c. Nilai adalah alamat sebuah kata “ya” atau nilai adalah sesuatu yang

ditunjukkan kata ya (Hans Jonas – Bertens, 1999).

d. Nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi

pilihan terhadap cara tujuan antara dan tujuan akhir tindakan (Kluckholm –

Brameld, 1957).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai

adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.

2.

Nilai dan Fakta

a. Nilai itu ada, tapi tidak mudah difahami.

b. Sifatnya yang abstrak dan tersembunyi di belakang fakta.

c. Nilai lahir dari sebuah konsekuensi penyikapan atau penilaian atas

sesuatu hal yang faktual.

d. Nilai itu ada ketika seseorang melihat sesuatu kejadian, merasakan

suatu suasana, mempersepsi suatu benda atau merenungkan suatu

peristiwa.

e. Jarak antara nilai dan fakta sifatnya relatif bergantung pengalaman dan

pengetahuan seseorang.

f. Nilai memiliki relativitas sedang fakta memiliki objektivitas.

3.

Nilai dan Tindakan

(19)

b. Nilai yang sesungguhnya hanya dapat lahir kalau diwujudkan dalam

praktik tindakan.

c. Sebagai sesuatu yang diinginkan, dikejar, dan diraih, maka nilai melekat

pada tindakan.

Misalnya: “seseorang berkata bahwa segala perikehidupan harus dilandasi

keikhlasan, pada hal tindakannya banyak menampilkan kaidah untung-rugi

secara material”

4.

Nilai dan Norma

a. Nilai dapat merujuk pada sekumpulan kebaikan yang disepakati

bersama.

b. Ketika kebaikan itu sudah menjadi aturan atau menjadi kaidah yang

dipakai sebagai tolok ukur dalam menilai sesuatu, maka itulah norma.

c. Nilai dan norma hanya memiliki harga jika diwujudkan dalam perilaku

atau tindakan.

d. Nilai dilukiskan suatu harga yang diyakini seseorang sedang norma

lebih merupakan suatu keharusan yang datang dari konsekuensi sosial

sebagai hasil kesepakatan bersama.

Misalnya: “ketika seorang anak muda melewati orang tua yang sedang

duduk, ia harus berjalan setengah membungkuk sambil memiringkan badan

seraya berkata permisi…”

5.

Nilai dan Moral

a. Nilai sebagai suatu keyakinan seseorang untuk bertindak atas dasar

pilihannya.

(20)

c. Meskipun nilai tersebut dituntut adanya penerapan, sifat kebutuhan

penerapannya tidak mendesak.

d. Tema moral erat kaitannya dengan tanggungjawab sosial yang teruji

secara langsung, sedangkan tema nilai meskipun memiliki tanggungjawab

sosial dapat ditangguhkan untuk sementara waktu.

Misalnya: “ketika seseorang yang diduga memiliki kejujuran tetapi ternyata

ia melakukan korupsi, maka dengan serta merta masyarakat menuduh

dirinya sebagai orang yang tidak jujur”.

6.

Reletivitas Nilai Kehidupan

a. Nilai yang bersifat abstrak dapat dilacak melalui tiga realitas, yaitu:

pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap yang merupakan suatu kesatuan.

b. Pelacakan realitas nilai dapat dilakukan dengan cara mengamati

kecenderungan seseorang dalam berperilaku.

c. Pengamatan realitas nilai terdapat perbedaan kultural meskipun

ruJukannya sama.

d. Prinsip-prinsip relativitas nilai (Ambroise dalam Mulyana, 2004: 23-24):

1) Nilai itu relatif karena perbedaan situasi, kondisi, dan lingkungan

masyarakat.

2) Nilai tidak selalu disadari, seseorang sebenarnya jarang menyadari

semua nilai dalam hidupnya kecuali berusaha menemukannya.

3) Nilai adalah landasan bagi perubahan dan merupakan daya pendorong

bagi kehidupan seseorang atau kelompok.

4) Nilai ditanamkan melalui sumber yang berbeda (keluarga, masyarakat,

agama, media massa, tradisi atau kelompok sebaya).

(21)

Nilai menyimpan rahasia yang menarik untuk ditelaah lebih mendalam.

Para ahli mengklasifikasi nilai dari berbagai sudut pandang akan tetapi

dalam proses kepemilikannya nilai perilaku tidak dapat dipisahkan dari

keadaan lingkungan sekitar. Dari berbagai panadngan tentang klasifikasi

nilai perlu dibahas nilai instrumental dan nilai terminal yang erat dengan

budi pekerti karena memandang bahwa nilai-nilai pada diri manusia dapat

ditunjukkan oleh cara bertingkah laku atau hasil tingkah laku.

Rescher membedakan nilai perilaku dalam konteks

nilai antara

dan

nilai

akhir

, sedangkan Rokeach menggunakan istilah yang berbeda dengan

menyebut

nilai antara

sebagai

nilai instrumental

dan menyebut

nilai

(22)

Logis

Cinta

Taat

Sopan

Tanggung jawab

Pengawasan diri

Kesenangan

Keselamatan

Rasa hormat

Pengakuan sosial

Persahabatan abadi

Kearifan

Hubungan antara nilai instrumental dan nilai terminal tersebut di atas

dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini:

a. Perilaku yang nampak pada saat seseorang memelihara

kebersihan/hidup bersih, akan berujung pada nilai terminal yang secara

internal telah konsisten dimilikinya adalah keindahan atau kesehatan.

b. Perilaku yang nampak pada saat seseorang mampu mengendalikan

dirinya, akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah

konsisten dimilikinya adalah kearifan.

c. Perilaku yang nampak pada saat seseorang melaksanakan sopan santun,

akan berujung pada nilai terminal yang secara internal telah konsisten

dimilikinya adalah pengakuan sosial.

(23)

1. C. Sumber Nilai yang dikembangkan dalam Pendidikan Karakter Bangsa

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa

diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini(Kemendiknas, 2010:8):.

1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

A. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai-nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang

memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

i. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

ii. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

(24)

Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila terkandung maksud bahwa

setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan

komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Kebijakan Nasional

Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025, 2010:20-22).

1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman

dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa

Indonesia.

Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain

1. hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan,

2. saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu;

3. tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.

A. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab

diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara

sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia.

Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam

1. pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban;

2. saling mencintai;

3. tenggang rasa;

4. tidak semena-mena terhadap orang lain;

5. gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;

6. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan;

7. berani membela kebenaran dan keadilan;

8. merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta

9. mengembangkan sikap hormat-menghormati.

(25)

Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan

Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan

karakteristik pribadi bangsa Indonesia.

Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap

1. menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan;

2. rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi bahasa Indonesia;

3. memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang

ber-Bhinneka Tunggal Ika.

A. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia

Sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga

negara Indonesia.

Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang

1. mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara;

2. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;

3. mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama;

4. beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama;

5. menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah;

6. berani mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

7. nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

A. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan

(26)

Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam

perbuatan yang mencerminkan

1. sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan;

2. sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban;

3. hormat terhadap hak-hak orang lain;

4. suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain; tidak boros;

5. tidak bergaya hidup mewah;

6. suka bekerja keras;

7. menghargai karya orang lain.

Untuk mencapai karakter bangsa yang diharapkan sebagaimana tersebut di

atas, diperlukan individu-individu yang memiliki karakter. Oleh karena itu,

dalam upaya pembangunan karakter bangsa diperlukan upaya

sungguh-sungguh untuk membangun karakter individu (warga negara). Secara

psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat

bagian

,

yaitu

1. Olah hati : berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan.

2. Olah pikir: berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan

menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif.

3. Olah raga berkenaan

dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan,

manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas.

4. Olah rasa dan karsa

berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang

tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan.

Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila dapat dikemukakan

sebagai berikut.

1. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik;

2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif;

3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,

(27)

4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

A. E. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa

Ada 18 (delapan belas) nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter

bangsa (Kemendiknas, 2010:9-10), sebagaimana dalam tabel berikut:

NILAI

DESKRIPSI

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis

(28)

NILAI

DESKRIPSI

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/

Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

(29)

NILAI

DESKRIPSI

negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

1. F. Perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

Berikut ini disajikan berbagai macam contoh sikap/perilaku yang dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Konsisten melaksanakan ajaran agama

1. Konsisten menyebut nama Tuhan

2. Bersedia memberi dan menerima nasehat.

3. Memperlakukan lingkungan dengan benar dan menjaga ekosistem.

4. Menggunakan air bersih secukupnya.

5. Melaksanakan prinsip hidup untuk berbuat baik kepada sesama dan selalu berbuat baik.

6. Bersikap adil pada saat memimpin.

7. Tidak berjudi, menyalahgunakan narkoba, pergaulan bebas maupun tawuran.

8. Menegur siswa/warga sekolah yang tidak taat terhadap aturan sekolah.

9. Membersihkan dan merawat tempat sampah.

10. Bersahabat dengan siswa, guru dan warga sekolah lainnya yang berbeda agama, suku maupun budayanya.

11. Memberi salam dan menerima salam dengan santun saat bertemu dengan sesama guru/warga sekolah, siswa maupun orang tua siswa.

12. Membalas salam dari siapa saja.

A. Mendorong siswa untuk dapat menentukan pilihan sesuai bakat, minat, dan potensinya.

B. Semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, tenaga administratif) datang lebih awal.

C. Selalu berpakaian rapi, bersih, dan sopan.

D. Selalu memelihara fasilitas umum milik sekolah/milik bersama.

E. Memberi nasehat pada saat upacara bendera.

(30)

G. Menegur siswa yang tidak merawat fasilitas sekolah.

H. Memberi nasehat agar turut merawat serga menjaga lingkungan dan fasilitas umum (tanaman, telepon umum).

I. Memberi nasehat agar tidak mencemarkan nama baik sekolah (berkelahi, tawuran).

J. Selalu berusaha tidak mencemarkan nama baik sekolah.

K. Menasehati pentingnya antri dalam keluar masuk kelas atau loket.

L. Selalu berlaku tertib.

M. Memuji karena rajin belajar.

N. Mendorong/memotivasi untuk rajin belajar.

O. Mendorong untuk mengerjakan PR.

P. Memberi PR sesuai dengan kemampuan siswa.

Q. Memeriksa dan memberi umpan balik tugas siswa.

R. Menasehati untuk selalu mengerjakan tugas sesuai petunjuk.

S. Bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan belajar siswa di sekolah.

i. Menasehati untuk tidak berbuat curang atau mencontek, bertanya jawab soal pada temannya.

ii. Mengerjakan tugas sesuai petunjuk.

iii. Mengerjakan tugas dengan hasil karya sendiri.

iv. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

v. Berbicara lemah lembut dan sopan.

vi. Bersikap tenang dan tidak mudah marah.

vii. Mengarahkan siswa untuk mau menerima pendapat orang lain yang lebih baik.

viii. Melaksanakan diskusi kelompok.

ix. Menyadarkan kepada siswa bahwa pendapatnya belum tentu benar.

x. Mengajak siswa agar menjauhi sifat-sifat sombong.

xi. Menegur siswa yang tidak hemat.

xii. Menjelaskan bahaya merokok.

xiii. Melakukan bimbingan dan penyuluhan secara berkala.

a. Memberi pujian kepada siswa yang mampu dan mau melakukan kebaikan terhadap orang lain.

(31)

membantu melatih dan mengikutsertakan dalam

perlombaan-perlombaan/pertandingan-pertandingan di kelas, sekolah, maupun di luar sekolah.

c. Memberikan nasehat pentingnya kasih sayang.

d. Melakukan kegiatan secara ikhlas.

e. Menjaga harga diri teman sejawat.

f. Menasehati siswa kalau memberi bantuan itu tanpa pamrih.

g. Mengucapkan rasa duka kepada orang yang mengalami musibah.

h. Selalu bekerjasama bila pekerjaan itu adalah pekerjaan kelompok.

i. Selalu ikhlas memberi sumbangan untuk kepentingan bersama.

j. Menciptakan suasana pembelajaran kelompok pada materi-materi tertentu.

a. Berpartisipasi untuk memberikan bantuan apabila ada kegiatan untuk kepentingan bersama.

b. Memberi maaf kepada siapa saja yang melakukan kesalahan terhadap dirinya.

c. Meminta maaf bila melakukan kesalahan kepada siapa saja.

d. Tidak membela siapa saja yang melakukan kesalahan.

a. Menegus dan mengingatkan siswa untuk tidak membela teman yang melakukan kesalahan.

b. Selalu berlaku adil terhadap sesama sahabat.

a. Menegur dan mengingatkan siswa yang berbicara kasar, kotor, dan bersikap tidak sopan.

b. Selalu menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.

c. Memperlihatkan wajah ceria dan penuh keakraban.

(32)

e. Menegus siswa yang berbicara dengan berteriak.

a. Menasehati siswa agar merasa malu membuang sampah di sembarang tempat serta memberi contoh.

b. Tidak membuang sampah sembarangan.

c. Selalu menepati janji.

a. Selalu memberi pengertian bahwa berbuat onar itu merugikan diri sendiri dan orang lain.

e. Menegur siswa laki-laki yang berambut gondrong (apalagi tidak terpelihara).

f. Mendorong siswa untuk berbicara jujur sesuai kenyataan.

g. Memuji setiap perkataan jujur yang dilakukan siswa.

h. Selalu berbicara jujur.

i. Mengingatkan agar tidak mengambil barang orang lain.

j. Menasehati akibat orang yang berperilaku tidak jujur.

k. Mengembalikan barang yang bukan miliknya.

l. Mendorong siswa agar melaporkan/mengumumkan barang yang ditemukan.

m. Selalu memberitahukan kalau ada barang yang hilang.

(33)

a. Mendorong siswa yang bersalah agar mengakui kesalahannya dan berani meminta maaf.

b. Membiasakan melaksanakan ajaran agama.

c. Membiasakan menyebut nama Tuhan.

d. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

e. Berbuat baik terhadap sesama.

f. Sabar dan tabah menerima segala cobaan atau kesukaran.

g. Melakukan ibadah sesuai dengan ketentuan agama.

h. Membisakan hidup hemat.

i. Membiasakan diri untuk berbuat baik.

j. Bila sebagai pemimpin, membiasakan bersikap adil terhadap semua anggota.

k. Membiasakan diri bersikap terbuka.

a. Tidak mengikuti teman merokok, tawuran, narkoba, pergaulan bebas, melainkan

melakukan kegiatan positif, seperti: ikut lomba karya ilmiah, pidato, pramuka, PMR, UKS.

b. Terbiasa mengingat Tuhan pada saat senang atau susah.

c. Membiasakan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan.

d. Membiasakan diri untuk menghindar dari perbuatan yang berdampak negatif.

e. Bergaul dengan pemeluk agama, etnis, suku, dan kebiasaan yang berbeda.

a. Mengucapkan salam kepada guru, teman saat bertemu.

b. Mengucapkan salam saat terlambat masuk kelas.

c. Menjawab salam dari siapapun.

d. Mampu menentukan pilihan sesuai bakatnya.

(34)

f. Membiasakan diri untuk mengikuti kegiatan sesuai kemampuan diri.

g. Tidak terlambat tiba di sekolah.

h. Tidak lalau atau bermain selama dalam perjalanan

i. Pakaian seragam hanya dipakai untuk bersekolah.

j. Mengekspresikan keinginannya pada tempat yang sudah disediakan.

k. Membiasakan diri untuk ikut kerja bakti.

l. Membiasakan diri menjaga fasilitas umum.

m. Membiasakan diri untuk tidak berbuat onar.

n. Membiasakan diri antri dimana pun berada.

o. Secara rutin mempelajari kembali apa yang didapat/dipelajari di sekolah, setelah sampai di rumah.

p. Mengerjakan PR sesegera mungkin (tidak menunda).

q. Membuat kelompok belajar untuk

membahas/mengerjakan PR dari sekolah.

r. Terbiasa meneyrahkan hasil pelaksanaan tugas tepat waktu.

s. Mengerjakan tugas dengan teliti.

t. Melaksanakan tugas piket atau tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya.

u. Berani mengemukakan pendapat.

v. Menghargai pendapat temannya.

w. Tidak mengerjakan PR pada saat jam pelajaran.

x. Berbicara tidak menyinggung perasaan orang lain.

y. Terbiasa bersikap sabar.

z. Mau menerima/mendengarkan pendapat orang lain.

(35)

bb.Membiasakan membaca buku/biografi, tokoh-tokoh/pemimpin atau orang-orang sukses.

cc.Terbiasa menabung.

dd.Memikirkan kepentingan orang lain, tidak hanya diri sendiri.

ee.Membiasakan tidak merokok dan tidak bergaul dengan anak-anak yang kecanduan rokok.

ff. Menghindarkan diri dari pergaulan bebas.

gg.Membiasakan diri bersimulasi dengan guru.

hh.Membiasakan berpikir positif.

ii. Membiasakan diri untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diprogramkan sekolah/guru sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki siswa.

jj. Aktif mengikuti kegiatan lomba yang berhubungan dengan seni, olah raga, dan akademik.

kk.Membantu orang lain tanpa menuntut balasan (mengantar teman yang sakit/ kena musibah).

ll. Ikhlas memberi bantuan terhadap teman.

mm. Mengucapkan belasungkawa.

nn.Mengucapkan suka cita terhadap teman yang mendapat kegembiraan.

oo.Mengikuti kegiatan dengan kelompok yang sudah ditentukan.

pp.Berpartisipasi memberikan iuran/sumbangan.

qq.Membiasakan diri bekerjasama dalam kelompok.

rr. Terbiasa memberi maaf maupun meminta maaf.

ss.Membiasakan diri menegakkan kebenaran.

(36)

uu.Membiasakan diri untuk meniru sikap yang baik.

vv.Membiasakan diri untuk menghormati orang tua, dituakan, yang lebih tua.

ww. Membiasakan diri untuk menyayangi orang lain.

xx.Memberi salam pada saat bertamu dan menjawab salam dengan wajah ceria/ cerah serta tersenyum ketika menerima tamu.

yy.Mempersilahkan tamu masuk dan duduk.

zz.Tidak mengatakan sesuatu yang membuat tamu tersinggung.

aaa. Berbicara dengan ramah, teratur, dan tidak berteriak.

bbb. Berusaha untuk tidak berkata kasar yang menyakiti perasaan orang lain.

ccc. Memanfaatkan fasilitas yang tersedia sesuai dengan fungsinya.

ddd. Membiasakan diri menepati janji.

eee. Merasa bersalah bila tidak menepati janji.

fff.Terbiasa belajar untuk menjadi panutan atau teladan.

ggg. Membiasakan diri membuang sampah di tempat sampah.

hhh. Terbiasa berpenampilan rapi dan sehat.

iii. Berusaha berpakaian seragam yang rapi dan sempurna.

jjj. Tidak menambah atau mengurangi cerita/kejadian yang sebenarnya.

kkk. Tidak berbohong.

lll. Tidak menyebarkan isu.

(37)

nnn. Menyerahkan barang yang ditemukan kepada petugas.

ooo. Membiasakan untuk bertobat.

ppp. Mengumumkan barang yang ditemukannya.

G.

Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa

Dalam Pedoman Sekolah tentang Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter bangsa(Kemendiknas, 2010:11-14), dinyatakan bahwa

prinsip-prinsip yang digunakan dalam pendidikan budaya dan karakter

bangsa adalah

1. Berkelanjutan;

mengandung makna bahwa proses pengembangan

nilai-nilai pendidikan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang,

dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan

pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun

pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari

proses yang telah terjadi selama 9 tahun.

2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya

sekolah;

mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai pendidikan

karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap

kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan;

mengandung makna bahwa

materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa;

artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan

seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun

fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS,

matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan.

Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk

mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa. Oleh karena itu,

guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi

menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai

pendidikan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan

proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu

harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk

(38)

Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-nilai pendidikan karakter bangsa tidak

ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik

perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka

tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam posisi tidak

tahu dan tidak paham makna nilai itu.

4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

menyenangkan;

prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai

dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip

”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.

Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam

suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.

Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan

maka guru menuntun peserta didik agar secara aktif. Hal ini dilakukan

tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif,

tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik

aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan

mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah

dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil

rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai

pendidikan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar

yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

H. PENUTUP

Pada prinsipnya, pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa

tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata

pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru

dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam

pendidikan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan

karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima

nilai-nilai pendidikan karakter bangsa sebagai milik mereka dan

(39)

menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini,

peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga

proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik

dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk

melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

DAFTAR RUJUKAN

Adipurnomo, Haryono. 2002.

Implementasi Budi Pekerti dalam Kehidupan

Sekolah

. Malang: PPPG IPS dan PMP.

Boediono. 2001.

Pedoman Pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti

. Jakarta:

Balitbang Depdiknas.

Depdiknas. 2001.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Budi

Pekerti

. Jakarta: Puskur.

Depdiknas. 2001.

Pedoman Pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti

.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya

dan Karakter Bangsa – Pedoman Sekolah, Jakarta : Badan Penelitian dan

Pengembangan.

Mulyana, Rohmat, Dr. 2004.

Mengartikulasi Pendidikan Nilai

. Bandung:

Alfabeta.

Pusat Kurikulum. 2001.

Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran

Budi Pekerti

. Jakarta: Depdiknas.

Pemerintah Republik Indonesia 2010,

Kebijakan Nasional Pembangunan

Karakter Bangsa

, Jakarta

Sedyawati, Edy, Prof. Dr. 1997.

Pedoman Penanaman Budi Peketi Luhur

.

Jakarta: Balai Pustaka.

(40)

arakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan

memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.

Karakter mulia berari individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja,

(41)

adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (Pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Nilai-Nilai Karakter

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan

lingkungan serta kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan deskripsi ringkasnya:

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

Yaitu religius; pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (personal) a. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan tindakan, dan perkerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

b. Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untu melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

c. Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras

(42)

f. Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhdapat pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

g. Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

h. Berpikir logis, kritis, dan inovatif

Berrpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

i. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

j. Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

k. Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang mengjadi miliki/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepertingan umum.

c. Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

d. Santun

(43)

e. Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

4. Nilai karakter dalam hubungannya dengna lingkungan a. Penduli sosial dan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusahakan alam yang sudah terjadi dan selalau memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

b. Nilai kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

c. Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

d. Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku dan agama.

Hakikat Pendidikan Karakter

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME

2. Berakhlak mulia

8. Menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(44)

nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di LKP, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajarandan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan LKP, pelaksaan aktivitas pembelajran, pemberdayaan sarna prasaran, pembiayaan dan ethos kerja seluruh warga LKP.

Menurut David Elkind & Freddy Sweet, Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut “character education is the deliberate efort to help people understand, cara about, and act upon core ethical values. When we think atau the kind of character we want is right, care deeply about what is right, even in the face of pressure from without and temptation from within”

Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan

pendidikan, yang mampu mempengaruhi karaker peserta didik. Pendidik membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku pendidik, cara pendidik berbiacara atau menyampaikan materi, bagaimana pendidik bertoleransi, dan berbangsa hal terkait lainnya.

Pentingnya Pendidikan Karakter

Karakter baika merupakan persyaratan agar kompetensi yang dimiki seseorang dipakai secara bijaksana. Kompetensi hanya akan menjadi kekayaan dan membawa maslahat bagi orang banyak apabila kompetensi tersebut disertai dengan karakter baik.

Sebaliknya orang yang berkompetansi tinggi namum karakternya tidak baik cenderung akan memakai kompetensinya untuk hal-hal yang merugikan masyarakat. Dengan demikian, apabila dalam satu masyarakat kerusakana karakter meluas, maka bangsa tersebut akan digerogoti sendiri oleh warganya, atau dengan kata lain masyarakatnya akan melalukan tindakan merusaka diri sendiri.

Sebuah peradaban akan menurun apabila terjadidemoralisasi pada masyarakatnya. Banyak pakar, filsuf, dan orang-orang bijak yang mengatakan bahwa faktor moral (akhlak) adalah hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membantu sebuah masyarakat yang tertib aman dan sejahtera.

Hubungan antara kualitas karakater dan kemajuan bangsa amat erat. Bangsa yang maju ditandai dengna kualitas karakter masyarakatnya yang baik. Thomas Lickona, profesor pendidikan dari Cortland University, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tandan-tanda zamanyang harus diwaspadai karena jiak tanda-tanda itu sudah ada berarti bahwa sebuat bangsasedang menuju jurang kehancuran. Dengan kata lain, jika sepuluh tanda itu ada di Indonesia, bersiap-bersiap bahwa Indonesia aka menuju jurang kehancaruan. Ke sepuluh tanda tersebut adalah:

(45)

2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk 3. Pengaruh peer group yang kuta dalam tindak kekerasan

4. Meningkatkanya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba alkohol, dan seks bebas.

5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk. 6. Menurunnya etos kerja

7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan pendidik 8. Rendahnya rasa tangguang jwaba individu dan warga negara 9. Membudayanya rasa tanggung jawab individudan warga negara 10. Adanya rasa saling curigai dan kebencian di antara sesama.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian hipotesis keempat tingkat inflasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, karena tingkat inflasi di Indonesia pada tahun penelitian

Hal tersebut berdasarkan Perbup Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sragen Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pembentukan Unit Perlayanan Terpadu Penanggulangan

Dengan diketahuinya keberadaan Battra ramuan dengan ramuan tanaman obat yang digunakan, merupakan tantangan bagi para peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan ramuan

Sebuah modul panel depan pada umumnya terdiri dari sakelar daya, sakelar reset, lampu LED daya, lampu LED aktifitas penggerak depan (hard drive), pengeras suara dan lain-lain. Ketika

Pemangkasan lini produk (product line) dan pengurangan kapasitas produksi; 4) Pengurangan jumlah pegawai; 5) Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah

Dari partisi yang dilakukan, diketahui bahwa ekstrak larut etil asetat sebanyak 10 g, sehingga kandungan senyawa semi polar lebih banyak dibandingkan dengan

Tingkat ketiga ini sudah ada usaha kongkrit dalam diri seseorang anak untuk menentukan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang dianggap memiliki validitas, yang

Sebagai indikator ekonomi yang mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu negara, pendapatan per kapita di hitung secara berkala (Periodik) biasanya satu