• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM OPERASI DAN POLA PEMELIHARAAN GEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM OPERASI DAN POLA PEMELIHARAAN GEN"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM OPERASI DAN POLA PEMELIHARAAN GENERATOR

TRANSFORMER 7 X 4700 KVA PLTMG 20 MW RENGAT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi

UIN SUSKA RIAU

Oleh :

IMAM SANTOSO 11355103296

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNYA lah penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul”SISTEM OPERASI DAN POLA PEMELIHARAAN GENERATOR TRANSFORMER 7X4700 KVA”. Hasil kerja praktek yang merupakan laporan praktek penulis yang dilaksanakan di PLTMG 20 MW Rengat.

Dalam melaksanakan kerja praktek, banyak sekali manfaat yang diperoleh penulis selama di perusahaan. Disamping mendapatkan ilmu dan wawasan tentang dunia kerja. Penulis dapat membantu perusahaan dengan menerapkan berbagai macam ilmu dan teori yang telah penulis dapatkan selam kuliah. Jadi dengan adanya kerja praktek yang diberikan kepada masasiswa, hal ini sangat penting guna mendapatkan pengalaman kerja dan mampu menyesuaikan diri di dunia kerja nantinya.

Penulis berusaha membuat sebaik mungkin laporan kerja praktek ini, namun penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek masaih banyak kesalahan dan kekurangan baik penyusunan kata maupun kalimat, yang menyebabkan laporan ini jauh dari sempurna. Penulis banyak mendapatkan bantuan berupa saran dan motivasi daari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada:

1. Kedua orang tua tercinta dan seluruh keluarga, terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek dengan baik.

2. Bapak DR. Alex Wenda ST.M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(5)

4. Bapak Aulia Ullah,ST.,M.Eng selaku koordinator Kerja Praktek yang telah banyak membantu penulis dalam laporan Kerja Praktek.

5. Bapak Hasdi Radiles. ST.MT selaku dosen pebimbing Kerja Praktek yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang sangat berguna dalam menyelesaikan laporan Kerja Praktek.

6. Bapak S. Ady Candra selaku Plant Manager yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan Kerja Praktek di PLTMG 20 MW Rengat.

7. Bapak Bahrowi Adi Wijaya selaku Pembimbing Kerja Praktek yang selalu meluangkan waktu dan senantiasa memberikan pengetahuan serta berbagai pengalaman mengenai dunia kerja.

8. Semua staf kepegawaian di PLTMG 20 MW Rengat yang telah memberikan pengarahan kepada kami.

9. Rekan seperjuangan melaksanakan Kerja Praktek di PLTMG 20 MW Rengat yang senantiasa membantu.

10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mengerjakan laporan Hasil Kerja Praktek ini.

(6)

Pekanbaru, Maret 2016 Penulis

Imam Santoso

SISTEM OPERASI DAN POLA PEMELIHARAAN

GENERATOR TRANSFORMER 7 X 4700 KVA PLTMG 20

MW RENGAT

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. Soebrantas No. 155 Pekanbaru

ABSTRAK

Transformator tenaga merupakan peralatan utama dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Transformator tenaga berfungsi menyalurkan tenaga (daya listrik) dengan menaikkan tegangan dari pembangkit kedalam saluran transmisi. Untuk meminimalisir gangguan atau kegagalan operasi, maka dilakukan pengontrolan sistem operasi dan pola pemeliharaan tranformator. Dalam pola pemeliharan transformator dilakukan monitoring transformator dan pengujian transformator. Adapun yang di monitoring adalah temperatur tansformator, temperatur bushing transformator dan monitoring pembebanan transformator. Kemudian untuk pengujian pada transformator dilakukan pengujian resistansi winding (megger test), DGA (Dissolved Gas Analysis), furan dan pengujian

Break Down Voltage (BDV Test Adapun tujuan monitoring transformator dan pengujian transformator adalah untuk mengetahui gangguan atau kegagalan operasi sedini mungkin, supaya operasional pembangkit listrik di PLTMG 20 MW Rengat terus dapat beroperasi.

(7)

SYSTEM OPERATION AND MAINTENANCE PATTERN GENERATOR

TRANSFORMER 4700 KVA PLTMG 7 X 20 MW Rengat

Imam Santoso

NIM 11355103296

Date of Seminar:

Department of Electrical Engineering Faculty of Science and Technology Islamic University of Sultan Sharif Kasim Riau

Jl. Soebrantas.No. 155 Pekanbaru

ABSTRACT

Power transformers is the main equipment in the electrical power distribution system. Power transformers function of channeling the energy (electric power) to raise the voltage of the generator into the transmission line. To minimize disruption or failure of the operation, then the control system operation and maintenance patterns tranformator. In the maintenance of transformers and transformer monitoring carried transformer testing. As for which monitoring is tansformator temperature, bushing temperature monitoring of transformers and transformer loading. Then to test the transformer testing resistance winding (megger test), DGA (Dissolved Gas Analysis), furan and testing Break Down Voltage (BDV Test The purpose of monitoring transformer and transformer testing is to determine the breakdown or failure of the operation as early as possible, so that plant operation PLTMG 20 MW of electricity in Rengat continue to operate.

(8)

DAFTAR ISI 1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek...I-1 1.3 Batasan masalah...I-1

BAB III PLTMG 20 MW RENGAT-RIAU PT WIJAYA KARYA(Persero) Tbk

(9)

4.3. Inti Besi ...IV-3

BAB V SISTEM OERASI PLTMG 20 MW RENGAT

5.1. Suplai Bahan Bakar pada PLTMG 20 MW Rengat...V-1 5.2. Gas Train...V-3 5.3. Gas Engine...V-5 5.4. Sistem pada Engine...V-7 5.5. Proses Starting Engine...V-10 5.6. Sistem Jaringan Kelistrian PLTMG 20 MW Rengat...V-12

BAB VI POLA PEMELIHARAAN GENERATOR TRANSFORMER

6.1. Pola pemeliharaan Transformator...VI-1 6.1.1. Monitoring Temperatur Transformator...VI-2 6.1.2. Monitoring Transformator Bushing Transformator...VI-3 6.1.3. Monitoring Pembebanan Transformator...VI-3 6.2. Pengujian Transformator...VI-6 6.2.1. Pengujian Resistansi Winding (Megger Test) ...VI-8 6.2.2 Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis)...VI-11 6.2.3. Pengujian Furan...VI-15 6.2.4 Pengujian Tegangan Tembus ...VI-17

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan...VI-1 7.2. Saran...VI-2

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Jadwal Kegiatan Kerja Praktek……….………....I-2 4.1.Spesifikasi Traformator Daya 4700 kVA ...IV-1 4.2. Standart Hasil Pengujian Kekuatan Dielektrik...IV-2 6.1. Data Spesifikasi Thermogun Sanfix...VI-2 6.2. Hasil Monitoring Temperatur Transformator ...VI-3 6.3. Data Spesifikasi Thermal Camera ...VI-4 6.4. Hasil Monitoring Temperatur Bushing Transformator………..VI-5 6.5. Hasil Pembebanan Transformator …...……….……….VI-7 6.6. Data Spesifikasi Kyoritsu Model 3125...………….………...VI-9 6.7. Standart Nilai Polarization ………..VI-10 6.8. Hasil pengukuran Isolasi Transformator...VI-11 6.9. Hasil Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) ...VI-13 6.10. Akumulasi Gas CO dan CO2 ...VI-14

6.11. Batas konsentrsi gas individual dan TDCG standart IEEE C57.104-1991 ………VI-14 6.12. Kondisi Transformer berdasarkan Standart IEEE C57.104-1991

(12)

DAFTAR RUMUS

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Dengan berkembangnya teknologi yang semakin meningkat, kebutuhan energy listrik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang sangat pesat. Di samping itu belum di temukannya energy terbarukan yang dapat mendistribusikan energy listrik ke masyarakat luas. Untuk itu Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus meningkatkan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik yang meningkat di masyarakat salah satunya adalah berkerjasama dengan PLTMG 20 MW Rengat. PLTMG 20 MW Rengat – Riau merupakan salah satu unit operasi PT Wijaya Karya (persero) Tbk, yang bergerak di bidang investasi pembangkit daya listrik.

Dalam keseharian operasi PLTMG 20 MW Rengat, tentunya melakukan beberapa kegiatan rutin pola menitenance , pengecekan , dan operasi lainnya. Salah satunya adalah monitoring sistem operasi agar tetap beroperasi pada batas yang diizinkan , kemudian pemeliharaan transformator yang meliputi monitoring traformator dan pengujian transformator. Adapun tujuan monitoring transformator dan pengujian transformator adalah untuk mengetahui gangguan atau kegagalan operasi sedini mungkin, supaya operasional pembangkit listrik kususnya PLTMG 20 MW Rengat terus dapat beroperasi.

1.2. Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek

Dalam kerja praktek ini memiliki berbagai tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Mengenal Unit operasi PLTMG 20 MW Rengat – Riau PT Wijaya Karya (tbk). 2. Mengetahui sistem operasi PLTMG 20 MW Rengat .

3. Mengetahui pola perawatan generator transformer 7 x 4700 KVA PLTMG 20 MW Rengat.

1.3. Batasan Masalah

(14)

1.4. Kegiatan Kerja Praktek.

Kerja praktek ini dilaksanakan di Unit operasi PLTMG 20 MW Rengat – Riau PT Wijaya Karya (Persero) tbk , selama satu bulan yaitu dari tanggal 2 Februari – 2 Maret 2016 .

Waktu pelaksanaan kerja praktek adalah pada hari kerja perusahaan mulai senin sampai sabtu ( 6 hari dalam satu minggu ). Jam kerja dan jam istirahat :

 Senin – sabtu : pukul 08.00 sd 17.00 WIB.

 Istrirahat : pukul 11.30 sd 13.00 WIB.

Tabel 1.1. Jadwal kegiatan kerja praktek

NO KEGIATAN MINGGU

KE-1 2 3 4

1

Observasi Lapangan dan Pengenalan Unit Operasi PLTMG 20 MW Rengat

2

Pengamatan Lapangan dan Pemahaman Mengenai Sistem Operasi PLTMG 20 MW Rengat.

3

Pengumpulan Data Mengenai Pola

Pemeliharaan Trafo pada PLTMG 20 MW Rengat.

4 Penyusunan Laporan Dan Presentasi

1.5. Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilaksanakan dengan metode-metode kerja sebagai berikut:

 Wawancara terhadap staf dan karyawan pada PLTMG 20 MW Rengat – Riau PT Wijaya Karya (Persero) tbk.

 Mempelajari sistem operasi pembangkit listrik mulai dari pendistribusian bahan bakar sampai pada pendistribusian daya listrik ke PLN.

 Pengamatan langsung ke lapangan jaringan Distribusi.

 Membantu kegiatan maintenance .

 Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan .

(15)

Sistematika penulisan laporan ini akan dibagi menjadi beberapa bab, antara lain : 1. BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang, tujuan, metodelogi, serta sistematika penulisan laporan.

2. BAB II : MANFAAT dan SARAN

Membahas tentang manfaat dan saran yang ditujukan kepada mahasiswa,universitas dan tempat kerja praktek.

3. BAB III : UNIT OPERASI PLTMG 20 MW RENGAT – RIAU PT WIJAYA KARYA (Persero) Tbk.

Membahas tentang sejarah perusahaan , lokasi perusahaan , visi misi dan struktur organisasi.

4. BAB IV : TEORI

Membahas tentang fungsi dari transformator, bagian-bagian inti dari transformator dan pengertian dari sistem pengujian yang dilakukan pada transformator.

5. BAB V SISTEM OPERASI PLTMG 20 MW RENGAT

Membahasa tentang sistem operasi Gas engine type JGS 620 N-L di PLTMG 20 MW Rengat.

6. BAB VI POLA PERAWATAN GENERATOR TRANSFORMER 7 X 4700 KVA PLTMG 20 MW RENGAT

Mambahas tentang pola perawatan transformator. 7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Membahsa tentang kesimpulan kegiatan selama operasi sistem dan pola pemeliharaan transformator 7 x 4700 kVa di PLTMG 20 MW Rengat. dan memberikan saran

Sasaran kerja praktek ini bagi mahasiswa antara lain adalah:

a. Mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesinya setalah lulus pendidikan S1 di jurusan Teknik Elektro.

b. Mahasiswa belajar untuk menjadi seseorang pekerja yang handal sebelum nantinya akan benar-benar menjadi seorang karyawan.

(16)

e. Mahasiswa dapat belajar dengan mengamati prosedur cara kerja dan menganalisa permasalahan danbagaimana cara mengatasinya.

2.1.2. Bagi Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau.

Sasaran kerja praktek bagi Teknik Elektro UIN Suska Riau antara lain.

a. Menjalin komunikasi produktif antara Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau dengan dunia kerja.

b. Membuka peluang penelitian bagi dosen-dosen pembimbing Kerja Praktek (KP) terkait implementasi bidang ilmu Teknik Elektro di dunia kerja.

2.1.3. Bagi Institusi Tempat Kerja Praktek (KP)

Sasaran kerja praktek bagi institusi tempat kerja praktek antara lain adalah:

a. Melakukan penjaringan atau seleksi awal untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja baru. b. Menjalin kerja sama produktif dengan Perguruan Tinggi khususnya dengan Jurusan

Teknik Elektro UIN Suska Riau.

c. Peluang mencari solusi dari masalah yang berhubungan dengan masalah teknik yang belum sempat dikerjakan karena kesibukan rutin.

2.2. Manfaat

Manfaat yang dapat di ambil dari kerja praktek di PLTMG 20 MW Rengat ini adalah : Bagi Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau:

a. Menciptakan tenaga kerja yang berjiwa besar dan berbudi luhur dalam menyesuaikan diri terhadap kemajuan IPTEK.

b. Menjalin komunikasi produktif antara Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau dengan dunia kerja.

Bagi PLTMG 20 MW Rengat :

a. Melakukan penjaringan atau seleksi awal untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja baru.

(17)
(18)

BAB III

UNIT OPERASI PLTMG 20 MW RENGAT – RIAU PT WIJAYA KARYA (Persero) Tbk.

3.1. Sejarah Perusahaan

WIKA dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bernama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha WIKA pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air. Pada awal dasawarsa 1960-an, WIKA turut berperan serta dalam proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno dalam rangka penyelenggaraan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) dan Asian Games ke-4 di Jakarta.

Seiring berjalannya waktu, berbagai tahap pengembangan kerap kali dilakukan untuk terus tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi perkembangan bangsa melalui jasa-jasa konstruksi yang tersebar di berbagai penjuru negeri.

Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat itu nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya Karya. WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.

Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang ditangani saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung Bukopin, dan Proyek Bangunan dan Irigasi. Selain itu, semakin berkembangnya anak-anak perusahaan di sektor industri konstruksi membuat WIKA menjadi perusahaan infrastruktur yang terintegrasi dan bersinergi.

(19)

produknya masing-masing. Pada tahun 1997, WIKA mendirikan anak perusahaannya yang pertama, yaitu PT Wijaya Karya Beton, mencerminkan pesatnya perkembangan Divisi Produk Beton WIKA saat itu.

Kegiatan PT Wijaya Karya Beton saat itu diantaranya adalah pengadaan bantalan jalan rel kereta api untuk pembangunan jalur double-track Manggarai, Jakarta, dan pembangunan PLTGU Grati serta Jembatan Cable Stayed Barelang di Batam. Langkah PT Wijaya Karya Beton kemudian diikuti dengan pendirian PT Wijaya Karya Realty pada tahun 2000 sebagai pengembangan Divisi Realty. Pada tahun yang sama didirikan pula PT Wijaya Karya Intrade sebagai pengembangan Divisi Industri dan Perdagangan.

Semakin berkembangnya Perseroan, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan Perseroan. Hal ini tercermin dari keberhasilan WIKA melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pada tanggal 27 Oktober 2007 di Bursa Efek Indonesia (saat itu bernama Bursa Efek Jakarta). Pada IPO tersebut, WIKA melepas 28,46 persen sahamnya ke publik, sehingga pemerintah Republik Indonesia memegang 68,42 persen saham, sedangkan sisanya dimiliki oleh masyarakat, termasuk karyawan, melalui Employee/Management Stock Option Program (E/MSOP), dan Employee Stock Allocation (ESA).

Sementara itu, langkah pengembangan Divisi menjadi anak perusahaan yang berdiri di atas kaki sendiri terus dilakukan. Pada tahun 2008 WIKA mendirikan anak perusahaan PT Wijaya Karya Gedung yang memiliki spesialisasi dalam bidang usaha pembangunan high rise building. WIKA juga mengakuisisi 70,08 persen saham PT Catur Insan Pertiwi yang bergerak di bidang mechanical-electrical. Kemudian nama PT Catur Insan Pertiwi dirubah menjadi PT Wijaya Karya Insan Pertiwi. Pada tahun 2009, bersama dengan PT Jasa Sarana dan RMI, mendirikan PT Wijaya Karya Jabar Power yang bergerak dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP).

(20)

Memasuki tahun 2010, WIKA berhadapan dengan lingkungan usaha yang berubah dengan tantangan lebih besar. Untuk itu, WIKA telah menyiapkan Visi baru, yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah satu perusahaan EPC dan Investasi terintegrasi terbaik di Asia Tenggara. Visi ini diyakini dapat memberi arah ke segenap jajaran WIKA untuk mencapai pertumbuhan yang lebih optimal, sehat dan berkelanjutan.

Sepanjang tahun 2012, WIKA berhasil menuntaskan proyek power plant yang terdiri dari: Pembangkit Listrik Tenaga Gas Borang, 60MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Rengat, 21MW, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Ambon, 34MW.

Pada tahun 2013 Perseroan mendirikan usaha patungan PT Prima Terminal Peti Kemas bersama PT Pelindo I (Persero) dan PT Hutama Karya (Persero), mengakuisisi saham PT Sarana Karya (Persero) (“SAKA”) yang sebelumnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, mendirikan usaha patungan PT WIKA Kobe dan PT WIKA Krakatau Beton melalui Entitas Anak WIKA Beton, dan melakukan buyback saham sebanyak 6.018.500 saham dengan harga perolehan rata-rata

Rp1.706,77,-3.2. Visi dan Misi

3.2.1. Visi

Menjadikan salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering Procurement & Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia Tenggara.

3.2.2. Misi

 Menyediakan produk-produk Energi, Industri dan Infrastruktur Terpadu yang Unggul.

 Memenuhi Harapan Pemangku Kepentingan Utama.

 Menjalankan Praktik Etika Bisnis untuk Menjadi Warga Usaha yang Baik dan Memelihara Keberlanjutan Perusahaan.

(21)
(22)

BAB IV

TEORI DASAR

4.1. Bagian Utama Transformator.

Transformator daya ( POWER TRANSFORMATOR ) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan. Bagian utama pada traformator adalah inti besi, belitan transformator, minyak trafo ,bushing, tap changer, dan peralatan bantu pendingin transformator. PLTMG 20 MW Rengat memiliki 7 unit generator transformator. Adapun transformator yang digunakan pada PLTMG 20 MW Rengat dapat dilihat pada Gambar 4.1, dimana tiap unit trafo memiliki kapasitas sebesar 4700 kVa. Dengan input transformator 11 kV yang merupakan output dari generator dan outputnya 20 kV untuk kejaringan distribusi.

Gambar 4.1 Transformator daya 4700 kVA (Sumber Imam Santoso)

Tabel 4.1 Adapun spesifikasi transformator daya 4700 kVA yang digunakan di PLTMG 20 MW Rengat.

PHASE 3 TAG NUMBER BAT02

FREQUENCY Hz 50 YEAR OF MANUFACTURE 2011

(23)

60076

HV. TAP VOLT HV. TAP AMPERE SW.POS

21000 129.22 1

20500 132.36 2

20000 135.67 3

19500 139.15 4

19000 142.83 5

Sumber: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

4.1.1 KLASIFIKASI TRANSFORMATOR

Transformator mempunyai banyak macam-macamnya, baik berdasarkan fungsi pemakaiannya maupun jumlah perbandingan penyusunan intinya . Kalsifikasi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:[4]

A. Berdasarkan perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder

a) Transformator step up

Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).[4]

b) Transformator step down

Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns). [4]

B. Berdasarkan pemakaianya:

a) Transformator elektronik

(24)

daya tersebut diperlukan adanya transformator yang mengubah tegangan tinggi dari jala-jala PLN menjadi tegangan rendah yang dibutuhkan oleh alat tersebut. [4]

b) Transformator tenaga (distribusi)

Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Dalam operasi umumnya, trafo-trafo tenaga ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan, sebagai contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya.[4]

4.1.1. Inti Besi

Inti besi pada trafo berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi magnetic yang ditimbulkan oleh arus listrik melalui kumparan. Inti besi terbuat dari lempengan-lempengan baja yang berisolasi untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi baja). Gambar 4.2 merupakan contoh inti besi pada trafo .

Gambar 4.2 Inti besi dan laminasi trafo [2]

(25)

Belitan transformator adalah lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan trafo terdiri dari kumparan primer dan kumpaaran sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi . Kumpaaran tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

Berdasarkan letak kumparan terhadap inti besi trafo maka transformator dapat dibedakan menjadi dua tipe belitan, yaitu tipe core dan tipe shell.

a. Tipe Core

Tipe ini kumparan primer dan kumparan sekunder digulung menjadi satu kumparan utuh. Kelebihan dari tipe ini adalah dapat mengurangi kebocoran fluks pada inti, volume inti menjadi lebih kecil disbanding shell type sehingga diperoleh rugi-rugi inti yang lebih kecil serta proses konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan dengan

shell type. Konstruksi belitan trafo tipe core dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Tipe Core

Sumber : http://images.slideplayer.info

b. Tipe Shell

Tipe ini kumparan digulung menjadi dua bagian terpisah antara sisi kumparan primer dan sekunder. Pada tipe shell ini fluks bocor pada trafo ini lebih besar dibandingkan

(26)

Gambar 4.4 Tipe Shell

Sumber : http://images.slideplayer.info

4.1.3. Minyak Transformator

Minyak transformator merupakan salah satu media isolasi cair yang digunakan sebagai isolasi sekaligus pendingin pada transformator . Sistem pendinginan trafo terdapat beberapa jenis diantaranya adalah :

a. ONAN ( Oil Natural Air Natural )

Sistem pendingin trafo ONAN adalah sistem pendingin menggunakan sirkulasi minyak dan sirkulasi udara secara alamiah. Sirkulsi minyak yang terjadi disebabkan oleh perbedaan berat jenis antara minyak yang dingin dengan minyak yang panas.

b. ONAF ( Oil Natural Air Force )

Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami sedangkan sirkulasi udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan hembusan kipas angin yang digerakkan oleh motor listrik. Pada umumnya operasi trafo dimulai dengan ONAN atau dengan ONAF tetapi hanya sebagian kipas angin yang berputar. Apabila suhu trafo sudah semakin meningkat, maka kipas angin yang lainnya akan berputar secara bertahap.

(27)

Pada sistem ini sirkulasi minyak digerakkan dengan menggunakan kekuatan pompa, sedangkan sirkulasi udara mengunakan kipas angin.

Untuk proses pendinginan pada trafo daya di PLTMG 20 MW Rengat meggunakan ONAN ( Oil Natural Air Natural ). Untuk menjaga dan mengetahui minyak trafo dalam kondisi normal maka, di lakukan pengujian minyak trafo diantaranya, pengujian DGA dan pengujian tegangan tembus. Adapun fungsi dari pengujian tersebut adalah untuk transformator. Adapun gambar bushing dapat di lihat pada gambar 4.3.

Jenis-jenis bushing yang diaplikasikan pada tegangan tinggi seperti transformator dan

breaker dibuat berbagi macam prinsip seperti [5] :

a. Composite bushing, merupakan sebuah bushing yang isolasinya terdiri dari 2 atau lebih lapisan coaxial yang berbeda material isolasinya.

b. Compound-Filled bushing, bushing dengan space antara isolasi utama dan konduktor diisi dengan senyawa yang memiliki sifat isolasi.

c. Condenser bushing, merupakan bushing dengan lapisan-lapisan pengantar silender yang disusun berdasarkan coaxial antara material konduktor dan isolatornya. Panjang dan diameter silender di desain sedemikian rupa untuk mengatur distribusi medan listrik dan permukaan luar dan dalam bushing.

d. Dry or unfilled type bushing, terdiri dari tabung porselin yang tidak ada pengisi antara lapisan luar dan konduktor. Bushing jenis ini biasanya digunakan pada tegangan 25 kV kebawah.

e. Oil-filled bushing, busing dengan celah antara isolasi dan permukaan dalam konduktor diisi oleh minyak isolasi.

(28)

g. Oil-impregnated paper-insulated bushing, bushing yang berada dalam struktur internal yang berbuat dari material selulosa impregnated dengan minyak.

h. Resin-bonded, paper insulated bushing, bushing yang isolasi utamanya terdiri diri material selulosa yang dicampur resin.

i. Solid (ceramic) bushing, bushing dengan isolasi utama terdiri diri keramik.

Gambar 4.5 Bushing Trafo (Sumber Imam Santoso)

4.1.5 Tap Changer

Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan /primer yang berubah-ubah. Ada 2 jenis tap changer pada trafo, yaitu

off Load Tap Changer (dioprasikan saat trafo tidak ada beban) dan On Load Changer

(29)

off Load Tap Changer On Load Changer

Gambar 4.6 Tap Changer Transformator [2]

5.1. Pengujian Transformator

Pengujian transformator bertujuan untuk mengetahui kondisi traformator dalam kondisi normal beroperasi atau tidak. Dalam pengujian transformator diharapkan dapat mengetahui kerusakan transformator sedini mungkin dan mmencegah terjadinya kegagalan operasi. Adapun pengujian yang di lakukan di PLTMG 20 MW Rengat adalah sebagai berikut:

a. Pengujian resistansi winding .

b. Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis).

c. Pengujian furan.

d. Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi (BreakDown Voltage).

5.1.1. Pengujian Resistansi winding

(30)

Gambar 4.7 Alat ukur Resistensi Winding (Sumber Imam Santoso)

5.1.1.1. Index Polarisasi

Tujuan dari pengujian index polarisasi adalah untuk memastikan peralatan tersebut layak dioperasikan atau bahkan untuk dilakukan over voltage test. Indeks yang biasa digunakan dalam menunjukan pembacaan tahanan isolasi trafo dikenal sebagai dielectric absorption, yang diperoleh dari pembacaan berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama dengan sumber tegangan yang konstan.

Pengujian berkelanjutan dilakukan dalam selama 10 menit, tahanan isolasi akan mempunyai kemampuan untuk mengisi kapasitansi tinggi ke dalam isolasi trafo, dan pembacaan resistansi akan meningkat lebih cepat jika isolasi bersih dan kering. Rasio pembacaan 10 menit dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Polarization Index (PI) atau Indeks Polarisasi (IP).[12]

Jika nilai Indeks Polaritas (IP) terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa isolasi telah terkontaminasi. Besarnya Indeks Polaritas (IP) dapat dirumuskan sebagai berikut:

PI = Pengukuran Ris10menit

Pengukuran Ris1menit

(4.1)

5.1.2. Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis)

(31)

Ketidaknormalan ini akan menimbulkan dampak terhadap kinerja trafo. Secara umum, dampak/ akibat ini dapat berupa overheat, corona dan arcing.

Salah satu metoda untuk mengetahui ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo adalah dengan mengetahui dampak dari ketidaknormalan trafo itu sendiri. Untuk mengetahui dampak ketidaknormalan pada trafo digunakan metoda DGA (Dissolved gas analysis).

Pada saat terjadi ketidaknormalan pada trafo, minyak isolasi sebagai rantai hydrocarbon akan terurai akibat besarnya energi ketidaknormalan dan akan membentuk gas – gas hidrokarbon yang larut dalam minyak isolasi itu sendiri. Pada dasarnya DGA adalah proses untuk menghitung kadar / nilai dari gas-gas hidrokarbon yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Dari komposisi kadar / nilai gas – gas, maka dapat diprediksi dampak ketidak normalan apa yang ada di dalam trafo. Gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H2 (hidrogen), CH4 (Methane), N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4 (Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2 (Acetylene). [12]

5.1.3. Pengujian Furan

Isolasi kertas merupakan bagian dari sistem isolasi trafo. Isolasi kertas berfungsi sebagai media dielektrik, menyediakan kekuatan mekanik dan spacing. Panas yang berlebih dan by-product dari oksidasi minyak dapat menurunkan kualitas isolasi kertas. Proses penurunan kualitas isolasi kertas merupakan proses depolimerisasi. Pada proses depolimerisasi, isolasi kertas yang merupakan rantai hidrokarbon yang panjang akan terputus / terpotong – potong dan akhirnya akan menurunkan kekuatan tensile dari isolasi kertas itu sendiri. Proses depolimerisasi akan selalu diiringi oleh terbentuknya gugus furan. Nilai furan yang terbentuk akan sebanding dengan penurunan tingkat DP (degreeof polimerization).

Dari informasi besarnya kandungan gugus furan yang dalam hal ini hanya 2Fal (2-Furfural) yang terdeteksi, dapat diketahui estimasi atau perkiraan kondisi DP yang dialami isolasi kertas dan estimasi sisa umur kertas isolasi tersebut (Estimated percentage of remaining life – %Eprl).[12]

DP= [log10

(

2Falppb∗0,88

)

−4,51]

(32)

%Eprl = 100-

{

log10(DP)−2,903

−0,00602

}

(4.3)

Rumus perhitungan estimasi DP & %Eprl.[12]

Hasil pengujian Furan mengindikasikan rata – rata kondisi DP isolasi kertas. Pada saat hasil uji Furan telah mendekati nilai End of Expected Life isolasi kertas, perlu dilakukan pengujian DP secara langsung pada sampel isolasi kertas sebagai verifikasi kondisi isolasi kertas.

5.1.4. Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi (BreakDown Voltage).

Merupakan pengujian untuk mengetahui pada tegangan berapa isolasi minyak trafo mengalami breakdown ( tegangan tembus). Metode pengujian yang dapat dilakukan antara lain ASTM D-1816 dan ASTM D-877. Standart nilai hasil pengujian untuk kedua metode tersebut adalah [3]:

Tabel 4.2 Standar IEEE C57.106 pengujian kekuatan dielektrik.

Metode <68 kV 69 s/d 288 kV >288 kV

ASTM D-1816 ( 1 mm) 23 26 26

ASTM D - 877 ( 1 mm) 26 30 30

Terdapat beberapa metode pengukuran tegangan tembus pada minyak berdasarkan standar, dimana setiap metode pengujian menggunakan bentuk dan jarak antar elektroda.:

1. IEC 60156-02 Tahun 1995, jarak elektroda mushroom dengan elektroda 2,5mm (yang umum digunakan di PLN).

2. ASTM D1816 - 12 (VDE electrode) jarak elektroda mushroom dengan elektroda 1 atau 2 mm.

3. ASTM D877 - 02 Tahun 2007 (Disc-electrodes) jarak elektroda silindrical dengan electrode 2.54 mm.

(33)
(34)

BAB V

SISTEM OPERASI PLTMG 20 MW RENGAT 5.1. Suplai Bahan Bakar pada PLTMG 20 MW Rengat

5.1.1 Metering Regulating Station (MRS)

Metering Regulating Station ( MRS ) merupakan stasiun bahan bakar gas di PLTMG 20 MW Rengat. Metering Regulating Station ( MRS ) di suplai oleh PT TGI (TRANSPORTASI GAS INDONESIA) dengan takanan gas yang dialirkan sebesar 70-60 bar. Didalam Metering Regulating Station ( MRS ) terdapat komponen-komponen yang berfungsi untuk menurunkan tekanan aliran gas, adapun keluaran gas dari Metering Regulating Station (

MRS ) yang akan di gunakan oleh engine. Sekema sistem P & ID Metering Regulating Station

( MRS ) dapat dilihat pada gambar 5.1. Proses aliran gas pada MRS adalah sebagai berikut, suplai gas dari PT TGI di alirkan pada ESDV (Emergency Shut Down Valve) 10 yang berfungsi untuk memutus aliran gas jika terjadi bahaya, pada kondisi shutdown selanjutnya gas di alirkan melalui filter 30 yang berfungsi menyaring partikel-pertikel yang terkandung dalam gas. Kemudian sebelum dan setelah PCV 1 terdapat Press. Indicator 50 yang berfungsi untuk memonitoring tekanan aliran gas pada Metering Regulating Station ( MRS ). Selanjutnya gas dialirkan pada PCV 1 dan PCV 2 yang berfungsi untuk menurunkan tekanan aliran gas pada Metering Regulating Station ( MRS ).

Gambar 5.1 P & ID Sistem MRS [1] Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

Keterangan :

(35)

20 : Diff. Press. Indicator 70 : Press. Control Valve (PCV 2)

30 : Filter 80 : Press. Indicator

40 : Press. Control Valve (PCV 1) 90 : Temperature Indicator

50 : Press. Indicator 100 : Press. Relief Valve/Safety Valve

5.1.2 Prinsip kerja PCV 1 dan PCV2

PCV ( Press. Control Valve ) bekerja sesuai dengan aliran gas yang di perlukan oleh engine, semakin banyak engine beroperasi maka semakin besar debit gas yang tersalurkan. PCV 1 berfungsi untuk menstabilkan aliran gas dan dapat disetting jika aliran gas berlebihan, dapat dilihat pada Gambar .2 merupakan konfeyer pada PCV 1. Adapun parameter pengukuran PCV 1 terbaca x1000 terlihat pada gambar 5.2, kemudian keluaran tekanan gas dari PCV 1 sebesar 30 bar .

Gambar 5.2 Komponen yang ada didalam (PCV1) Center Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

(36)

Gambar 5.3 komponen yang ada di dalam PCV 2 (center) Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

5.2. Gas Train

Merupakan saluran pipa gas yang digunakan engine dan berfungsi untuk mensuplai gas yang dibutuhkan engine dengan tekanan sebesar 1,2 bar perunit.Komponen-komponen yang terdapat pada gas train sebagai berikut.

Gambar 5.4 Skema Gas Train [1] Sumber : PLTMG 20 MW Rengat Keterangan :

F : Filter YCI : Valve with position controller

PI : Pressure control YCS : Valve Open/Closed

PS : Pressure switch YCZ : Valve Open/Closed safety relevant

US : Leak testing QC :Volumeter

(37)

control PI yang berfungsi untuk memonitoring tekanan gas yang mengalir pada gas train. Kemudian valve YCZ dan Valve YCI merupakan valve buka/tutup otomatis dengan sistem

hidrolitc dengan pengaman yang fungsinya membuka/menutup aliran gas saat terjadi ketidak normalan tekanan aliran gas dan menurunkan tekanan aliran gas. Tahapan selanjutnya, gas di alirkan ke pada double solenoid valve YCZ yang berfungsi untuk membuka dan menutup katup aliran gas saat kondisi emergency atau sebagai safety valve aliran gas. Adapun keluaran aliran gas pada gas train adalah 1,2 bar. Dari gambar 5.4, Teckjet atas YCI merupakan alat untuk mengatur kebutuhan bahan bakar gas pada engine. Keluaran dari gas train atas di alirkan ke turbo by pass , prechamber dan turbo charger sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.5.

(38)

5.3. Gas Engine

Gambar 5.6 engine Jenbacher Sumber Imam Santoso

Gas engine merupakan perangkat yang berfungsi sebagai penggerak generator dengan cara memanfaatkan gas alam sebagai bahan bakar, PLTMG 20 MW Rengat menggunakan tujuh gas engine. Pada dasarnya engine GE JENBACHER adalah engine 4 langkah atau yang sering disebut 4 tak.

Prinsip kerja engine 4 tak (4 langkah) adalah sebagai berikut: 1. Langkah Hisap

Pada proses ini Valve intake (hisap) akan membuka dan piston bergerak ke bawah, dengan bergeraknya piston dari atas ke bawah maka udara yang ada dalam intake manifold akan terhisap memenuhi ruang bakar terlihat pada gambar 5.7. [1]

Gambar 5.7 langkah hisap

(39)

2. Langkah Kompresi

Dimulai ketika campuran udara/bahan bakar dinyalakan oleh busi. Dengan cepat campuran yang terbakar ini merambat dengan terjadilah ledakan yang tertahan oleh dinding kepala silinder sehingga menimbulkan tendangan balik bertekanan tinggi yang mendorong piston turun ke silinder bore. Gerakan linier dari piston ini dirubah menjadi gerak rotasi oleh Cranshaft. Energy rotasi diteruskan sebagai momentum menuju

flywheel yang bukan hanya menghasilkan tenaga, counter balance weight pada

Cranshaft membantu piston melakukan sirkulasi berikutnya, proses kompresi dapat di lihat pada gambar 5.8.[1]

Gambar 5.8 Langkah Kompresi

Sumber : PLTMG 20 MW Rengat 3. Langkah Tenaga

Dimulai ketika campuran udara/bahan bakar dinyalakan oleh busi. Dengan cepat campuran yang terbakar ini merambat dan terjadilah ledakan yang tertahan oleh dinding kepala silinder sehingga menimbulkan tendangan balik bertekanan tinggi yang mendorong piston turun ke bawah , proses terjadinya tenaga terlihat pada gambar 5.9. [1]

Gambar 5.9 Langkah Tenaga

Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

4. Langkah Buang

(40)

silinder menuju pipa knalpot. Proses ini harus dilakukan dengan total, dikarenakan sedikit saja terdapat gas sisa pembakaran yang tercampur bersama pemasukan gas baru akan mereduksi potensial tenaga yang dihasilkan, proses langkah buang dapat dilihat pada gambar 5.10.[1]

Gambar 5.10 Langkah Buang

Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

Adapun spesifikasi engine dan Generator yang terpasang sebagai berikut:

Engine Generator

Merk Jenbacher AVK

Type JMS 620 GS-N.L DIG 142 h/4

Daya Terpasang 3349 Kw 5400 Kva

Bahan Bakar Natural Gas

5.4. Sistem pada Engine . 5.4.1 Fuel Gas System

Fule gas system merupakan aliran pangaturan bahan bakar pada gas engine. Dalam fule gas system terdapat pengaturan udara dan gas yang komposisinya dapat diatur secara manual atau otomatis pada control module engine. Alur proses fule gas system dapat di lihat pada gambar 5.11 . Adapun alur proses pada fule gas system adalah pertama udara masuk melalui intake air filter E.05-F-001 yang berfungsi sebagai penyaring udara masuk. Kemudian udara masuk ruang mixing gas dan udara yang dinamakan fule gas mixture yang berfungsi sebagai pengatur komposisi udara masuk dengan bahan bakar. Proses berikutnya udara dan gas yang telah dicampur pada ruang mixing masuk kesisi turbin. Dimana TC (turbocharger)

(41)

Gambar 5.11 Schematic Diagram – Fuel Gas System [1] Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

Keterangan [1]:

E.01-YVD-001 & E.01-YVD-002 : Fuel gas controller

E.08-YCI-002 : Throttle valve

E.05-F-001 : Intake air filter

E.08-VT-001 & E.08-VT-002 : Exhaust gas turbocharger E.08-W-001 & E.08-W-002 : Heat exchanger - mixture/water

E.08-YCI-001 : Throttle valve

5.4.2. Engine oil system

(42)

Gambar 5.12 skematik proses oil system [1] Sumber : PLTMG 20 MW Rengat Keterangan :

E.03-P-001 : pompa mekanikal

M.03-M-003 : pompa AC

M.03-P-002 : pompa DC

E.08-F-001 : Engine oil filter

E.08-VT-001 & E.08-VT-002 : Exhaust gas turbocharger

5.4.3 Engine cooling water circuit

(43)

Gambar 5.13 cooling water [1] Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

5.5. Proses Starting Engine

Proses starting engine dilakukan pada ruang module control. Parameter yang harus diperhatikan adalah

1. oil pada engine sudah mencukupi 2. pressure jacket water ( 2-2,5 bar) 3. tekanan gas pada PGN (4-6 bar) 4. gas setelah regulator (60 mbar).

5. Pastikan tidak ada alarm merah pada module control.

(44)

Gambar 5.14 selector switch ke manual

Sumbar : PLTMG 20 MW Rengat

Starting engine secara otomatis , putar selector switch pada posisi auto dan posisi switch pada posisi samping terlihat pada gambar 5.15, maka engine akan secara otomatis akan beroperasi . Gambar 5.16 merupakan syncron generator secara otomatis. [1]

Gambar 5.15 selector switch pada posisi auto

Sumbar : PLTMG 20 MW Rengat

Syarat-syarat sinkronisasi generator antara lain a. tegangan sama,

b. kemudian frekuensi c. urutan fasa sama.

(45)

Gambar 5.16 synchronizing generator [1] Sumber : PLTMG 20 MW Rengat

5.6. Sistem Jaringan Kelistrikan PLTMG 20 MW Rengat.

(46)
(47)

BAB VI

POLA PEMELIHARAAN GENERATOR TRANSFORMER 7 X 4700 KVA PLTMG 20 MW RENGAT

Dalam sebuah pembangkit tenaga listrik PLTMG 20 MW Rengat, pola pemeliharaan peralatan dari semua komponen sistem operasi harus di perhatikan. Karena, jika terjadi kegagalan operasi atau kerusakan dapat menyebabkan dampak yang besar ke konsumen atau masyarakat. Unit generator transformer merupakan komponen utama pada pembangkit tenaga listrik di PLTMG 20 MW Rengat. Oleh sebab itu, sebuah sistem pemeliharaan generator transformer harus dilaksanakan setiap hari untuk mencegah terjadinya kegagalan operasi dan meninimalisir terjadinya kerusakan.

Prinsip pola pemeliharaan generator transformer di PLTMG 20 MW Rengat terbagi dua bagian, pertama yaitu memonitoring transformer dan dilakukan pengukuran pada transformer daya, kemudian dilakukan pengujian pada traformator.

Pada bab IV ini menjelaskan mengenai pola pemeliharaan traformator yang meliputi monitoring temperatur traformator, monitoring temperatur bushing transformator, monitoring pembebanan transformator dan pengujian resistansi winding , DGA (Dissolved Gas Analysis) ,pengujian furan dan pengujian Break Down Voltage (BDV Test).

6.1. Pola Pemeliharaan Trafo di PLTMG 20 MW Rengat

Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan.

6.1.1. Monitoring Temperatur Trafo .

(48)

monitoring trafo, jika ditemukan perbedaan temperatur trafo yang signifikan maka trafo tersebut berpotensi akan mengalami kerusakan.

Untuk monitoring temperatur trafo dapat memakai alat thermogun ( gambar 6.1 ). Prinsip kerja themogun menggukan laser untuk di arahkan ke bagian trafo yang akan diukur , kemudian alat tersebut akan menampilkan nilai temperature pada bagian trafo yang diukur . Standar pengukuran temperatur trafo dalam keadaan normal untuk bagian atas trafo dan pada tenggah trafo ≤ 65 c. Dalam monitoring trafo, Penulis menampilkan hasil pengukuran padaᵒ bagian atas dan tengah trafo, karena pada bagian bawah trafo dominan temperatur dalam keadaan dingin . Hasil dari monitoring temperatur trafo dilakukan dari tanggal 9 s/d 14 Februari dapat dilihat pada table 6.2 .

Gambar 6.1 Thermogun sanfix (Sumber Imam Santoso) Table 6.1 Data Spesifikasi thermogun sanfix

Model No IT - 550N

Emissivity Range 0.95 default adjustable 0.1 to 1 step

Dimension 147 x 112 x 41mm

Weight 145gr

Battery Life 14 min.

Battery Type AAA x 2

Mode Min. Max. Dif, Ave, Lock, Hi/Low, Temp Alarm

(49)

Table 6.2 Hasil Monitoring Temperatur Transformator tanggal 9 s/d 14 Februari 2016 Catatan : E6 dan E7 tidak beroperasi

Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

Dari hasil monitoring transformator pada tanggal 9 s/d 14 Februari 2016, dapat dilihat pada table 6.2 di dapatkan hasil pengukuran temperatur trafo tidak lebih dari 65 c ,makaᵒ kondisi trafo dalam ke adaan normal karena masih dalam renge yang di tentukan ,jika dalam pengukuran temperatur trafo di temukan lebih besar dari 65 c maka trafo trsebut dalamᵒ mengalami gangguan. Maka selama melakukan monitoring traformator dari 9 s/d 14 Februari tidak ada gangguan atau kegagalan operasi.

6..1.2 Monitoring Temperatur Bushing Trafo

(50)

pada layar, dengan menampilkan objek yang lebih panas berwarna lebih terang. Thermal Camera mampu memvisualkan gambar objek untuk sebuah “foto panas” dari objek tersebut gambar akan ditampilkan pada screen layar.

Dalam pelaksanaan monitoring temperatur bushing trafo jika salah satu bushing

mengalami masalah maka, pada layar Thermal Camera akan menampilkan visual gambar lebih terang dan temperaturnya tinggi. Hasil dari monitoring temperatur bushing trafo pada tanggal 04 Februari 2016 dapat dilihat pada table 6.4.

Gambar 6.2 Thermal Camera (Sumber Imam Santoso)

Table 6.3 Data Spesifikasi Thermal Camera

Temperature range -10 ºC to +350 ºC (14 ºF to +572 ºF) Field of view (FOV) 20º x 20º

Spectral Response 8 to 14 μm

Sensitivity ~0,3 ºC @ 30 ºC

Detector 47 x 47 pixel array (interpolated to 180 x 180)

Frame rate 8 Hz

(51)

Sumber : www.skf.com/mount

Table 6.4 Hasil monitoring temperatur bushing transformator tanggal 04 Februari 2016

No Lokasi Temperatur ( ˚C )

Fasa R Fasa S Fasa T ΔT max

1 Bushing Main Trafo unit 1 HV 47 47.4 47.1 0.4

2 Bushing Main Trafo unit 1 LV 46.6 46.7 46.4 0.3

3 Bushing Main Trafo unit 2 HV 44.7 45 44.7 0.3

4 Bushing Main Trafo unit 2 LV 44.4 44.7 51.7 7.3

5 Bushing Main Trafo unit 3 HV 45.2 45.3 44.7 0.6

6 Bushing Main Trafo unit 3 LV 45.1 45.3 45.2 0.2

7 Bushing Main Trafo unit 4 HV 46 46.2 46.6 0.6

8 Bushing Main Trafo unit 4 LV 46.3 47 47.2 0.9

9 Bushing Main Trafo unit 5 HV 44.9 45.4 45.4 0.5

10 Bushing Main Trafo unit 5 LV 45.4 46 44.7 1.3

11 Bushing Main Trafo unit 6 HV - #VALUE!

12 Bushing Main Trafo unit 6 LV - #VALUE!

13 Bushing Main Trafo unit 7 HV - #VALUE!

14 Bushing Main Trafo unit 7 LV - #VALUE!

15 Bushing Main Trafo unit Aux

HV 42.3 43.9 44.1 1.8

(52)

LV

Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016) Note :

Standart perbedaan temperatur antar fasa adalah 5˚ C

Engine 6 OFF (Overhoul Turbocharger) Engine 7 OFF (Kerusakan Crankshaft)

Engine 2 sisi LV fasa T perlu dilakukan inspeksi pada koneksi, Pengencangan baut, dan isolasi conductor

Dari hasil pengukuran bushing trafo tanggal 04 Februari 2016, dapat dilihat perbedaan hasil penngukuran sisi fasa primer (LV) dan sekunder (HV). Standart pengukuran bushing

trafo, perbedaan antara fasa R, S, dan T tidak lebih dari 5 c, jika hasil pengukuran dariᵒ

bushing trafo ΔT max ( jumlah keseluruhan) lebih dari 5 c, maka ᵒ bushing trafo mengalami masalah. Dapat dilihat dari hasil pengukuran temperatur bushing trafo pada table 6.4 , pada pengukuran temperatur bushing pada transformator unit-2 didapatkan hasil dari jumlah keseluruhan fasa R, S dan T adalah 7.3 c. Dari ketentuan satandart pengukuran perbedaanᵒ pada fasa trafo adalah 5 c, maka trafo uint- dua pada sisi ᵒ bushing LV (primer) tepatnya pada fasa T dalam mengalami masalah. Adapaun kemungkinan yang terjadi gangguan pada fasa T sisi connector kabel LV adalah penyekat pada bushing trafo ke kabel generator tidak kuat, terjadinya kebocoran pada trafo dan minyak isolasi pada trafo sudah tidak bagus.

6.1.3 Monitoring Pembebanan trafo.

(53)

Gambar 6.3 Power Meter PAC 3200 (Sumber Imam Santoso) Spesifikasi Power Meter PAC 3200 :

Sumber : http://www.siemens.com/powermanagementsystem

Table 6.5 Hasil pembebanan trafo dari tanggal 12 s/d 17 februari 2016

Hari

monitering pembebanan trafo (KW)

siang malam

E 1 E2 E3 E4 E5 E1 E2 E3 E4 E5

1 3000 3000 3000 3000 OFF 3000 3000 3100 3100 3100

(54)

3 3000 3000 3000 3000 3000 3100 3100 3100 3100 3100

4 OFF 3100 3100 3100 3100 3100 3100 3100 3100 3100

5 3000 3000 OFF 3000 3100 3000 3000 3000 3000 3000

6 3000 3000 3000 3000 3100 3100 3100 3100 3100 3100

Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

Dari hasil monitoring pembebanan trafo dapat dilihat pada table 6.5, pada malam hari beban trafo dominan meningkat, karena pemakaian daya listrik pada malam hari meningkat. Puncak dalam pemakain listrik di masyarakat, terjadi pada pagi , siang dan malam hari. Adapun fungsi monitoring pembebanan trafo adalah untuk menjaga kinerja trafo dalam kondisi operasi yang di izinkan. Daya mampu trafo di PLTMG 20 MW Rengat adalah 4700 kW, jika beban trafo kurang dari 4700 kW, maka trafo dalam kondi normal beroperasi.

Monitoring pembebanan trafo berhubungan dengan temperatur dari trafo, jika pembebanan trafo besar, maka temperatur trafo akan tinggi oleh karena itu dilakukan juga monitoring temperatur trafo. Jika beban trafo melebihi dari 4700 kW atau temperatur trafo melebihi dari batas operasi, maka secara otomatis trafo akan trip (berhenti beroperasi) karena pengaman generator MCB incoming akan memutuskan aliran daya listrik.

6.2. Pengujian / Testing Trafo

Untuk mengantisipasi kerusakan diperlukan pemelihaaraan dan pengujian trafo. Menurut manufaktur usia transformator daya diperkirakan antara 25-40 tahun, tetapi terkadang terdapat transformator yang usianya di bawah range usia minimum telah rusak. Pengujian traformator bertujuan meminimalisir kerusakan, gangguan atau kegagalan. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka dilakukan pengujan resistansi winding (megger test), DGA (Dissolved Gas Analysis), furan dan pengujian Break Down Voltage (BDV Test).

6.2.1 Pengujian Resistansi Winding (Megger Test)

(55)

Gambar 6.4 KYORITSU MODEL 3125 (Sumber Imam Santoso)

(56)

Sumber : www.skf.com/mount

Pengujian resistensi winding pada trafo, dapat dilakukan dengan cara melakukan pengukuran belitan primer untuk mengetahui tahanan kutup delta connection (LV) atau input 11 kV. Gambar 6.5 merupakan kutup delta connection pada trafo. Pengujian resistansi winding,berfungsi untuk mengetahui tahanan pada belian primer sumbu U, V, dan W pada trafo.

Gambar 6.5 Delta Connection

Kemudian penukuran dilakukan pada belitan sekunder atau wye connection (HV) output trafo 20 kV. pada Gambar 6.6, merupakan kutup wye connection pada trafo. Pengujian resistansi

(57)

Gambar 6.6 Wye Connection

Dalam pengukuran resistansi winding hal yang harus diperhatian adalah komponen yang akan di ukur. Dalam pelaksanaan pengukuran resistansi winding, tegangan dari komponen harus lebih besar dari pada tegangan yang di set pada alat magger. Karena ,jika tegangan dari komponen lebih kecil, maka dapat merusak komponen yang akan di ukur. Hasil pengujian resistansi winding pada transformator unit- 2 pada tanggal 26 Februari 2016 dapat dilihat pada table 6.6 .

MEGER TEST TRANSFORMATOR #2

Tabel 6.7 Standart Nilai Polarization Index (PI) Ketahanan Isolasi

Hasil tes isolasi Transformator #2

Meger Test menggunakan tegangan 5000 VDC - Transformer

Table 6.8 hasil pengukuran isolasi trafo

Wye Netral (Yn) Connection 20 kV Delta (Δ) Connection 11 Kv

HV – U : 12.3 GΩ LV – U : 11.5 GΩ

(58)

HV – W : 10.2 GΩ LV – W : 17.5 GΩ Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

Hasil perhitungan :

HV = (20000 kV + 1) * kΩ= 20 MΩ + 1 kΩ = 20.1 MΩ pada 20° (Minimum)

LV = (11000 kV + 1)* kΩ= 11 MΩ + 1 kΩ= 11.1MΩ pada 20° (Minimum)

Dari hasil pengujuan resistansi winding trafo unit-2 di dapatkan nilai wye connection

dan nilai delta connection dapat dilihat pada table 6.8. Untuk hasil pengukuran wye connection di dapatkan hasil lebih besar dari 20.1 MΩ (nilai minimum dari hasil perhitungan) jadi hasil dari pengukuran wye connection pada trafo dalam keadaan normal. Jika hasil pengukuran wye connection kurang dari 20.1, maka tafo dalam keadaan tidak normal. Kemudian hasil dari pengukuran delta connection lebih besar dari 11.1 MΩ (nilai minimum dari hasil perhitungan) maka hasil pengukuran delta connection dalam kondisi normal operasi . jadi dari hasil keseluruhan pengujian resistansi winding transformator unit-2 dalam kondisi normal beroperasi.

6.2.2. Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) Test.

Merupakan pengujian untuk mengetahui kandungan minyak yang ada pada transformator. Pengambilan sampel pengujian DGA dapat dilakukan dalam kondisi online (trafo beroperasi). Pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) , di lakukan secara berkala agar mengetahui kondisi minyak trafo dalam keadaan normal. Hasil pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) diharapkan mampu mengidentifikasi kondisi minyak trafo melalui kandungan gas yang terdeteksi di dalam minyak trafo.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis), yaitu :

(59)

2. alat yang digunakan untuk pengambilan sampel 3. alat pengujian yang digunakan

4. metode interupsi hasil.

(60)
(61)

Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2016)

Hasil analisa DGA (Dissolved Gas Analysis) bulan juni 2015 di PLTMG 20 MW Rengat, menggunakan metode ASTM D3612-B. Dari hasil pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) menurut standar IEEE C57.104-1991, akumulasi banyak kandungan gas CO dan CO2

dibedakan dalam 4 status pada table berikut : Table 6.10. Akumulasi gas CO dan CO2

Kondisi 1 adalah kondisi normal operasi sedangkan kondisi 4 kertas sudah mendekati rusak. Apabila salah satu kedua gas telah mencapai kondisi 2 atau 3, maka rasio peningkatan

jumlah CO2 / CO sangat membantu dalam menentukan kondisi isolasi padat .

Dari hasil pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) PLTMG 20 MW Rengat kandungan gas Carbon Monoxide CO dan Carbon Dioxide CO2 pada kondisi 1, Maka trafo dalam kondis normal beroperasi. Jika kandungan gas CO2 dalam trafo banyak, maka akan dapat menghasikan korosit, kemudian jika minyak trafo banyak mengandung korosit akan dapat mengakibatkan penurunan pada tegangan tembus. Untuk kandungan gas CO jika terlalu banyak dapat mengakibatkan minyak pada trafo akan mempercepat perusakan pada kertas isolasi trafo.

Tabel 6.11 Batas Konsentrsi Gas Individual dan TDCG Standart IEEE C57.104-1991

Kondisi gas terlarut

Jenis gas Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3 Kondisi 4

H2 100 101-700 701-1800 >1800

CH4 120 121-400 401-1000 >1000

C2H2 35 36-50 51-80 >80

C2H4 50 51-100 101-200 >200

(62)

CO 350 351-570 571-1400 >1400

CO2 2500 2500-4000 4001-10000 >10000

TDCG 720 721-1920 1921-4630 >4630

Tabel 6.12 Kondisi Transformer berdasarkan Standart IEEE C57.104-1991

Kondisi 1 TDCG pada kondisi ini mengindikasikan bahwaoperasi trafo normal

Kondisi 2

TDCG pada kondisi ini menandakan komposisi gas sudah melebihi batas normal. Bila salah satu gas sudah melebihi batas level, harus

diinvestigasi secara cepat.

Kondisi 3

TDCG pada level ini mengindikasikan

pemburukan tingkat tinggi. Bila salah satu gas melebihi batasan level, harus diinvestigasi dengan cepat. Lakukan tindakan untuk mendapatkan trend gangguan.

Kondisi 4

TDCG pada level ini mengindikasikan pemburukan yang sangat tinggi. Melanjutkan operasi trafo akan mengarah pada kerusakan trafo

Kemudian yang harus di perhatikan dalam pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) adalah kandungan gas Hidrokarbon . Jika kandungan gas Hidrokarbon banyak dapat menyebabkan kebakaran dalam trafo . Dalam pengujian DGA (Dissolved Gas Analysis) trafo PLTMG 20 MW Rengat, kandungan hidrokarbon pada kondisi cond 1 , karena rata-rata nilai kandungan gas Hidrokarbon tersebut < 1 maka, banyak kandungan gas hidrokarbon pada minyak trafo dalam kondisi normal. Kemudian total dari hasil pengujian Dissolved Combustible Gas (TDCG) adalah 60, mengacu pada standart pengukuran masuk pada cond 1, mengindikasikan dalam keadaan normal . Maka keseluruhan hasil pengujian DGA pada PLTMG 20 MW Rengat pada bulan Juni 2015 dalam kondisi normal beroperasi.

6.2.3 Pengujian furan.

(63)

kertas. Pengujian furan dilakukan apabila hasil pengujian rasio pertambahan CO2 /CO bernilai 3 atau kurang. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian untuk 5 macam furan yang sesebabkan oleh beberapa hal:

 2 furfural disebabkan kandungan air yang tinggi pada kertas.

 2-furfurylAlcohol disebabkan oleh pemanasan berlebih.

 2-AcetylFuran disebsbkan oleh petir .

 5-Methyl-2-furfural disebabkan oleh hotspot pada belitan.

(64)

Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2015)

(65)

61198. Dari hasil pengujian furan banyak kandungan 2-Furfural < 0.01, mengacu parameter standard furan dalam keadaan normal. Penyebab banyak tidak nya kandungan 2-Furfural di sebabkan oleh kandungan air yang tinggi pada kertas. Kandungan 5-Methyl-2-Furfural dapat terjadi karena pemanasan pada belitan. Nilai dari hasil pengujian < 0.01, mengacu parameter pengujian dalam kondsi normal .

Pada isolai yang bagus, seharusnya jumlah keseluruhan furan yang terdeteksi kurang dari 100 ppb. Jika terjadi kerusakan pada kertas, maka hasil uij furan akan lebih dari 100 ppb – 700 ppb. Dari hasil keseluruhan pengujian furan pada PLTMG 20 MW Rengat di dapatkan nilai TX Lifi Expetancy 100 % ppb , maka hasil dari pengujian furan dalam kondisi normal. Hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kondisi isolasi trafo adalah kandungan gas oksigen. Gas ini sangat berbahaya karena menimbulkan oksidasi di dalam trafo. Oksigen dalam minyak berasal dari adanya kebocoran dan penurunan kondisi isolasi.

6.2.4 Pengujian Tegangan Tembus Minyak Isolasi (BreakDown Voltage)

Merupakan pengujian untuk mengetahui pada tegangan berapa isolasi minyak trafo mengalami breakdown. Semakin tinggi nilai hasil pengujian tegangan tembus minyak, maka kekuatan isolasi miyak juga akan semakain tinggi. Dalam membuat analisa kondisi isolasi, selain hasil pengujian kekuatan dielektrik harus diperhatikan juga kandungan air dan oksigen. Kombinasi antara dua zat ini dengan energy panas akan mengakibatkan kerusakan pada isolasi kertas, sebelum nilai dielektrik dibawah standar. Tegangan tembus minyak mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya pertikel-pertikel hasil oksidasi dan kandungan air dalam minyak. Pengujian tegangan tembus di PLTMG 20 MW Rengat u-averege ( batas tegangan) sampai pada tegangan maksimum 60 kV pelaksanaan test pengujian tanggal 9-11 januari 2015. Tahapan pengujian untuk mengetahui tegangan tembus dapat dilakukan dengan Proses purifikasi minyak trafo (Gambar 6.7).

(66)

Table 6.14 Hasil Test Ketahanan Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)

Report Test Purifikasi Oil Trafo

Test Ketahanan Tegangan Tembus (Breakdown Voltage) ke -

Satuan - I II III IV AmanBatas Keterangan

Date of Test 9/1/2015 10/1/2015 10/1/2015 11/1/2015

Time of Test 14:33:42 18:41:15 22:50:16 7:47:04

U1 kV 33.14 41.6 60.26 59.23 > 50 Baik

U2 kV 43.13 46.79 60.1 60.27 > 50 Baik

U3 kV 41.82 36.72 55.99 60.24 > 50 Baik

U4 kV 43.82 41.52 50.81 60.33 > 50 Baik

U5 kV 39.76 37.53 48.94 60.24 > 50 Baik

U Average kV 40.33 40.83 55.22 60.06 > 50 Baik

Dielectric

Strength kV/2.5 mm 16.120 16.330 22.090 24.020 > 24 Baik Sumbar: PLTMG 20 MW Rengat (2015)

(67)
(68)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

Dari pengamatan lapangan selama kerja praktek di PLTMG 20 MW Rengat , maka dapat disimpulkan:

- PLTMG 20 MW Rengat merupakan pembangkit listrik dengan mennggunakan bahan bakar gas alam. Engine yang digunakan produksi jenbache dengan type JMS 620 GS-N.L untuk engine 1 sampai 6 dan engine 7 type JGS serie E. Kemudian untuk generator menggunakan produksi AVK type DIG 142 h/4 daya terpasang adalah 5400 Kva.

- PLTMG 20 MW Rengat untuk pendistribusian menggunakan transformator distribusi dengan daya mampu 4700 KVA. input dari generator adalah 11 kV dan output dari transformator untuk jaringan distribusi adalah 20 kV. Adapun keseluruhan daya listrik yang distribusikan ke PLN minimal 13,5 MW.

- Sistem operasional dalam pembangkit PLTMG 20 MW Rengat sangat terstruktur, sehingga cepat dalam mengatasi gangguan.

- Pola pemeliharaan transformator distribusi meliputi, monitoring temperatur trafo, temperatur bushing dan pembebanan trafo. Dalam monitoring traformator mengunakan alat thermogu sanfix dan untuk memonitoring bushing transformator menggunakan termal kamera. Dari keseluruhan pengukuran yang dilakukan untuk monitoring trafo dalam kondisi normal, tetapi untuk monitoring bushing, trnsformator uint-2 pada sisi LV fasa T dalam mengalami masalah karena perbedaan temperatur lebih dari 5 c.ᵒ kemungkinan terjadinya masalah adalah penyekat busing trafo longgar , terjadinya kebocoran dan kemungkinan minyak isolasi tidak normal.

- Untuk pengujian transformator dilakukan pengujian resistansi winding , pengujian furan , pengujuan DGA dan pengujian tegangan tembus. Dalam hasil dari keseluruhan pengujian dalam kondisi normal .

(69)

Dari kerja praktek yang kami lakukan maka saran dapat kami berikan antara lain:

- Dalam monitoring temperatur trafo seharusnya dengan mengunakan online monitoring, sehingga jika terjadi kenaikan temperatur secara signifikan secara otomatis akan dapat diketahui.

- Dari monitoring keseluruhan sistem, harus ada monitoring atau pengukuran power suplai pada modul control. Monitoring dapat dilakukan secara berkala, atau dapat memberikan idikator diluar modul jika terjadi kerusakan / penurunan tegangan pada power suplai yang ada di dalam modul.

(70)

DAFTAR PUSTAKA

[1] PLTMG 20 MW Rengat Operation and Maintenance Manual

[2] Wijaya ,Bahrowi Adi.2012,” Sistem Operasi dan Proteksi Generator Transformer StepUp 500 kV PT.PJB UP Gresik”.ITS

[3] Transformer Maintenance Guide, by J.J. Kelly, S.D. Myers, M. Horning, 2001.

[4] Adha ,Tengku Fajar. 2013.”Pemeliharaan Transformator 45 KV PLTA Kota Panjang

,Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau-PekanBaru. [5] Ramadhan,Farouq.2011.”Monitoring Partial Discharge pada Bushing

Transformator”,Universitas Indonesia-Jakarta.

[6] Institusi Teknologi Bandung.2009.Isolasi dan Diagnosa Isolasi Transformator.

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/683/jbptitbpp-gdl-bastianmar-34106-3-2009ta-2.pdf(diakses 20 Februari 2016)

[7] Adib Chumaidy.2003,”Analisa Kegagalan Minyak Isolasi pada Transformator Daya Berbasis Kandungan Gas Terlarut”, Program Studi Teknik Elektro FTI-ISTN- Jakarta Selatan.

[8] http://transformer-purification.blogspot.co.id/2014/01/arti-purifikasi-minyak-trafo.html (di akses 15 Februari 2016)

[9] http://ilmulistrik.com/pengujian-tegangan-tembus-minyak-isolasi-trafo.html (di akses 20 Februari 2016)

[10] http://www.wika.co.id/id/pages/who-we-are (di akses 10 februari 2016).

[11] http://www.kew-ltd.co.jp/en/products/insulation/3125.html (diakses 20 Februari 2016) [12] Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik

(71)
(72)

Pemasangan kabel Turbo charger

(73)

Melaksanakan Intrupsi dan Pemeliharaan

(74)

CATATAN HARIAN AKTIFITAS

KERJA PRAKTEK / PROYEK MINI

Bagian I: Data Mahasiswa

Nama : IMAM SANTOSO

NIM : 11355103296

Jurusan : Teknik Elektro – Fakultas Sains dan Teknologi – UIN Suska Riau Judul Kerja Praktek : Sistem Operasi dan Pola Pemeliharaan Generator Transformer 7 x 4700 KVA

Tempat Kerja Praktek : PLTMG 20 MW Rengat

Periode Kerja Praktek Dari: 02 Februari 2016 Sampai: 02 Maret 2016

No Tanggal jam kerja Deskripsi pekerjaan

1. 02 februari 2016

08.00 sd 17.00 1. Safety Induction.

2. Observasi plant PLTMG 20 MW Rengat:

 Ruang operator

 Ruang module control

 Ruang swith gear

 Ruang gas engine generator

 Cooling system

(75)

2. 03 februari 2016

08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk dan memperkenalkan diri ke seluruh karyawan .

2. Membantu pekerjaan inspeksi dan pemeliharan .

3. Monitoring Temperatur Bushing Trafo. menggunakan termal kamera

3. 04 februari 2016

08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk .

2. Melaksanakan Inspeksi dan pemeliharaan .

3. Mempelajari prinsip distribusi bahan bakar gas sampai ke engine.

4. Mempelajari pendistribusian daya listrik dari pembangkit sampai ke GH Air Molek.

4. 05 februari 2016

08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk

2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan.

3. Mengambil dokumentasi pemasangan engine 8 .

4. Melasanakan pengambilan sampel oil pengujian DGA pada trafo StepUp.

5. Memasang baling-baling kipas radiator.

5. 06 februari 2016

08.00 sd 17.00

jam kerja 1. Melaksanakan safety morning talk

2. Memasang kipas radiator .

3. Pengarahan pelasanaan praktek kerja lapangan oleh manager.

4. Menganti busi pada engine 6 .

(76)

6. 07 februari

8.0 d 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk

2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan .

3. Melapas pompa oil

4. Melepas pompa jacket water

9. 10 februari 2016

08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk

2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan.

08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk

2. Membongkar MORIS.

3. Mengerjakan laporan .

4. Mengganti teks jet.

11 12 februari 2016

08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk

2. Melaksanakan inspeksi dan pemeliharaan.

3. Membersihkan generator.

4. Menguji heater pada generator.

12 13 februari 2016

08.00 sd 17.00 1. Melaksanakan safety morning talk

Gambar

Tabel 1.1. Jadwal kegiatan kerja praktek
Tabel 4.1 Adapun spesifikasi transformator daya 4700 kVA yang digunakan di PLTMG 20
Gambar 4.2 Inti besi dan laminasi trafo [2]
Gambar 4.3 Tipe Core
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persetujuan Penyelesaian Pekerjaan (PPP) adalah persetujuan yang dikeluarkan oleh pejabat tertentu di SKK Migas terhadap Permohonan PPP yang diajukan oleh KKKS,

Lazimnya, keputusan tersebut mengidentisifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara

Mekanisme terjadinya pneumothoraks pada penyalahgunaan metamfetamin belum banyak dijelaskan di berbagai literatur, namun diperkirakan terkait dengan inflamasi dan

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, kosakata yang bervariasi dan kalimat efektif dalam kehidupan sehari- hari, petunjuk,

Rencana program ipteks bagi masyarakat ini melibatkan 2 (dua) mitra kelompok yang ada di desa Setrorejo, yaitu kelompok tani“Tani Mulyo I” yang Tani Mulyo I anggotanya

Dari pengukuran dosis serap pada kedalaman maksimum dengan menggunakan kedua medium tersebut diperoleh selisih dosis serap antara medium air dan virtual water

Pada penelitian ini dirancang aplikasi data mining dengan algoritma Naïve Bayes, yang berfungsi untuk menganalisis efisiensi jasa servis pada bengkel Daihatsu

Dapat disimpulkan bahwa sebuah program aplikasi merupakan komponen yang terdiri dari kumpulan perintah program yang melakukan pengolahan data atau kegiatan lainnya