• Tidak ada hasil yang ditemukan

Epidemiologi Penyakit Tumbuhan id. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Epidemiologi Penyakit Tumbuhan id. doc"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

“EPIDEMIOLOGI”

Di Susun oleh :

Nama

:

Fathiyah Noor Jannah

NIM

:

1103015019

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

(2)

A. Pengertian Epidemiologi

Kata epidemi berasal dari bahasa Yunani, tersusun atas dua kata dasar yaitu

epos” yang artinya diantara, pada, atau mengenai dan “demos” yang artinya

rakyat, banyak, atau populasi. Dengan menggunakan pengertian analogi maka, epidemiologi penyakit tanaman berarti ilmu yang mempelajari penyakit yang banyak berkembang pada populasi tanaman atau mempelajari penyakit tanaman yang (mungkin) berkembang menjadi mewabah. Petani mengusahakan tanaman sebagai pertanaman, atau kelompok (populasi) tanaman, sehingga kerugian yang diderita oleh petani terjadi pada aras (level) populasi. Oleh karena itu, epidemiologi selalu mempertimbangkan penyakit dalam populasi tanaman.

Epidemik berarti terjadinya peningkatan insiden penyakit (disease incidence) atau terjadi perkembangan penyakit dalam suatu populasi tanaman per satuan waktu per satuan luas (van der Plank, 1963). Kranz (1973) menambahkan adanya faktor pengaruh lingkungan dan perilaku manusia di dalamnya, kemudian dilengkapi oleh Zadock & Schein (1979) mengemukakan bahwa epidemik sebagai pertambahan penyakit dalam suatu populasi tanaman per satuan waktu per satuan luas yang mempunyai saat awal, optimal dan akhir, sehingga populasi patogen merupakan fungsi dari waktu ( X = ft ). Pengertian epidemik tersebut digunakan untuk menunjukkan dinamika penyakit dalam populasi tanaman tanpa mempertimbangkan keganasannya. Epidemi terjadi pada jangka waktu tertentu, atau tidak selalu terjadi pada setiap waktu. Epidemi terjadi pada tempat, ruang, wilayah tertentu, atau tidak merata di setiap tempat.

(3)

pewabahannya.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan epidemi sering saling dipahami berbeda. Istilah yang lebih tepat untuk ‘pewabahan penyakit tanaman’ yaitu epifitotik (epos = diantara, pada, mengenai phyton = pohon = tanaman), tetapi istilah ini kurang mendapat perhatian, sehingga sampai sekarang dalam ilmu penyakit tanaman, pewabahannya tetap digunakan istilah ‘epidemi’ sebagai kata benda dan ‘epidemik’ sebagai kata sifat yang sudah sangat luas dan dikenal masyarakat.

Suatu penyakit yang terdapat merata, terjadi terus menerus di setiap musim dan berasal dari daerah yang bersangkutan, tidak dianggap sebagai penyakit epidemik, tetapi penyakit endemik. Penyakit exotik terdapat merata tetapi berasal dari daerah lain. Suatu penyakit yang merata di seluruh benua atau dunia disebut pandemik, tetapi jika penyakit hanya terdapat di sana-sini dengan selang waktu yang tidak tertentu dan tidak meningkat disebut sporadik.

B. Faktor yang Mempengaruhi Epidemiologi Tumbuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Epidemiologi Tumbuhan dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi dua (Little, 1971) yaitu:

1. Faktor dalam adalah faktor yang berada dalam tubuh orgnisme seperti organ tubuh dan keadaan fisiologisnya.

2. Faktor luar adalah faktor yang berada di luar tubuh organisme yang mempengaruhinya langsung dan tidak langsung yaitu faktor fisik, biotik dan makanan.

Kedua kelompok tersebut bekerjasama membentuk corak lingkungan hidup yang berbeda yang bersifat menekan atau merangsang perkembangan Epidemiologi Tumbuhan. kelompok faktor luar dapat dibedakan lagi menjadi faktor fisik, biotik dan faktor makanan.

(4)

Faktor biotik adalah semua faktor yang pada dasarnya bersifat hidup dan berperan dalam keseimbangan populasi Epidemiologi Tumbuhan. Termasuk dalam faktor biotik adalah parasit, predator, kompetisi dan resistensi tanaman.Faktor makanan adalah unsur utama yang menentukan perkembangan OPT. tersedianya inang(tanaman dan hewan) yang menjadi sumber makanan merupakan faktor pembatas dalam menentukan taraf kejenuhan populasi (carryng Capacity) lingkungan atas Epidemiologi Tumbuhan.

Faktor cuaca mempunyai peranan penting dalam siklus kehidupan serangga. Dalam batas yang luas, cuaca mempengaruhi penyebarannya, kelimpahanya, dan sebagai salah satu faktor utama penyebab timbulnya serangan hama. Kelimpahan serangga berhubungan erat dengan perbandingan antara kelahiran dan kematian pada suatu waktu tertentu. Kelahiran dipengaruhi antara lain oleh cuaca, makanan dan taraf kepadatannya. Kematian terutama dipengaruhi oleh cuaca dan musuh alami. Kepadatan dapat mengakibatkan emigrasi yang dapat berarti sebagai kurangnya individu di suatu lokasi yang dianggap suatu kematian. Cuaca berpengaruh langsung terhadap tingkat kelahiran dan kematian, secara tidak langsung cuaca mempengaruhi hama melalui pengaruhnya terhadap kelimpahan organisme lain termasuk musuh alaminya.

Organisme, khususnya serangga mempunyai daya menahan pengaruh faktor lingkungan fisik sehingga menjadi kebal. Organisme serangga dapat mengatasi keadaan yang ekstrem berupa adaptasi yang berhubungan dengan faktor genetis atau penyesuain yang sifatnya fisiologis. Serangga sesuai dengan sifatnya mempunyai kemampuan meyesuaikan diri dengan lingkungan tetapi karena serangga juga mempunyai sayap, serangga dapat pindah menghindari tempat yang ekstrim mencari tempat yang lebih sesuai.

Faktor cuaca dapat mempengaruhi segala sesuatu dalam sistem komunitas serangga anatara lain fisiologi, perilaku, dan ciri-ciri biologis lainnya baik langsung maupun tidak langsung.

Faktor cuaca dapat dipisahkan menjadi unsur-unsur cuaca yaitu : suhu, kelembaban, cahaya dan pergerakan udara/angin.

(5)

Pengaruh suhu terhadap kehidupan serangga banyak dipelajari di negara beriklim dingin/sedang, dimana suhu selalu berubah menurut musim. Di negara tropika seperti Indonesia keadaanya berbeda, iklimnya hampir sama sehingga variasi suhu relatif kecil. Perbedaan suhu yang nyata adalah karena ketinggian. Serangga adalah organisme yang sifatnya poikilotermal sehingga suhu badan serangga banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara.

Beberapa aktifitas serangga dipengaruhi oleh suhu dan kisaran suhu optimal bagi serangga bervariasi menurut spesiesnya. Secara garis besar suhu berpengaruh pada kesuburan/produksi telur, laju pertumbuhan dan migrasi atau penyebarannya.

Mengukur kecepatan pertumbuhan serangga dalam hubungannya dengan suhu dapat dilakukan sengan thermal constant. Hal tersebut berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan antara perkembangan serangga dengan jumlah thermal constant biasanya dinyatakan dengan hari derajat (day degree accumulation). Walaupun kurang tepat namun sering digunakan untuk perkiraan perkembangan serangga.

Kematian serangga dalam hubungannya dengan suhu terutama berkaitan dengan pengaruh batas-batas ekstrim dan kisaran yang masih dapat ditahanserangga (suhu cardinal). Suhu yang sangat tinggi mempunyai pengaruh langsung terhadap denaturasi/ merusak sifat protein yang mengakibatkan serangga mati. Pada suhu rendah kematian serangga terjadi karena terbentukknya kristal es dalam sel.

2. Kelembaban

(6)

Agar dapat mempertahankan hidupnya serangga harus selaluu berusaha agar terdapat keseimbangan air yang tepat. Beberapa serangga harus dilingkungan udara yang jenuh dengan uap air sedang yang lainnya mampu menyesuaikan diri pada keadaan kering bahkan mampu menahan lapar untuk beberapa hari. Kelembaban juga mempengaruhi sifat-sifat, kemampuan bertelur dan pertumbuhan serangga.

3. Cahaya

Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan tahan kehidupannya serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai.

Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Berdasarkan hasl di atas serangga dapat digolongkan menjadi :

o Serangga diurnal yaitu serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi aktif pada siang hari

o Serangga krepskular adala serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang aktif pada senja hari.

o Serangga nokturnal adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah aktif pada malam hari.

4. Pergerakan udara

Pergerakan udara merupakan salah satu faktor yang penting dalam penyebaran kehidupan serangga. Penyebaran arah serangga kadang mengikuti arah angin.

Faktor fisik dapat dibedakan menjadi unsur cuaca dan topografi suatu daerah merupakan faktor penghambat atau sekurang-kurangnya mempengaruhi penyebaran OPT. Hal ini disebabkan oleh perbedaan topografi yang menyebabkan terjadinya perbedaan faktor iklim dan secara tidak langsung menimbulkan perbedaan tumbuhan yang tumbuh.

(7)

Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University Press.

Ardiansyah. 2011. Ilmu Penyakit Tumbuhan. http://buletinagraris.blogspot.com

2011/12/ilmu-penyakit-tumbuhan.html. Diakses pada 17 April 2013

Ferdian. 2011. Epidemiologi Pertanian. http://planthospital.blogspot.com.2011/11/

epidemiologi-pertanian.html

Pracaya. 1992. Hama Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarina. 2012. Terjadinya Epidemiologi. http://sharenaa.blogspot.com.2012/01

Referensi

Dokumen terkait

Saran peneliti yaitu bagi guru BK sebaiknya dalam memberikan layanan sesuai dengan yang ada di program BK dan layanan individu dan kelompok tidak secara insidental., bagi

merupakan suatu model matematika yang menggambarkan penyebaran epidemi, dengan setiap individu yang telah sembuh dari infeksi mempunyai sistem ke- kebalan tubuh. Kelompok S terdiri

Pandangan Pierre Bourdieu memberikan peluang bagi banyak peneliti untuk berinterpretasi terhadap suatu fenomena sosial, serta peran aktor dalam ranah atau

Nilai koefisien regresi variabel jarak adalah sebesar 0.0019 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0459, sehingga variabel jarak pada responden mempunyai pengaruh

• Apapun juga yang menjadi tujuan dari pekerjaan para ilmuwan adalah menggunakan yang sama mendasari langkah-langkah untuk mengorganisir riset mereka: ( 1) mereka membuat

(3) Apakah kecerdasan moral dan kecerdasan interpersonal secara bersama- sama memiliki korelasi terhadap kedisiplinan dalam mematuhi tata tertib sekolah pada siswa kelas X SMK Negeri

Therefore, the researcher is interested to analyze the different translation versions of the novel entitled The Old Man and the Sea as a comparative study to find out the

Hasil kajian mendapati bahwa faktor dominan yang mempengaruhi remaja untuk terlibat dengan gejala lesbian apabila semua responden melaporkan bahawa mereka amat lemah dalam