• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Penelitian sosial pokok bahasan (10)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metodologi Penelitian sosial pokok bahasan (10)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

PENGANTAR PELAKSANAAN PERKULIAHAN

MK METODE PENELITIAN

SEMESTER VII/2 SKS

OLEH : TJOKORDA ISTRI PRAGANINGRUM, ST.,MT A. DESKRIPSI PERKULIAHAN

Mata kuliah Metode Penelitian merupakan mata kuliah bersifat teori yang diberikan kepada Mahasiswa Teknik Sipil dengan harapan mahasiswa mengerti bagaimana tata cara penulisan ilmiah yang diperlukan pada saat mengerjakan tugas akhir (skripsi). Tujuan utama penulisan tugas akhir tersebut tentunya tidak lain antara lain adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk menghasilkan sebuah tulisan ilmiah yang menyajikan fakta yang ia temukan di lapangan mengenai gejala atau keadaan masyarakat yang ditemukannya sebagai hasil penelitian di lapangan dan kemudian penemuan itu dituliskan secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan panduan penulisan karya tulis ilmiah yang berlaku. Untuk memperoleh tulisan ilmiah yang bermutu serta kesamaan kerangka pikir dan mekanisme dalam penulisan skripsi, maupun karya tulis ilmiah maka mahasiswa tingkat akhir memperoleh matakuliah Metode Penelitian atau yang lebih dikenal dengan singkatan matakuliah Metode Penelitian.

B. TUJUAN PENGAJARAN

Dengan matakuliah ini diharapkan hasil karya tulis ilmiah mahasiswa maupun skripsi yang dibuatnya dapat menunjukkan mutu atau kualitas dari sarjana tersebut. Gagasan, ide kreatifitas, cerminan intelektual mahasiswa, dapat terlihat dari penulisan Skripsi tersebut. Akhirnya mahasiswa diharapkan mampu pula untuk membuat sebuah tulisan atau essay yang merupakan analisis hasil pemikirannya secara baik dan benar sesuai pedoman penulisan karya tulis ilmiah.

C. METODA PEMBELAJARAN

Tatap muka, ceramah,diskusi, presentasi dan tugas D. MATERI/BACAAN PERKULIAHAN

(3)

b. Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif)

E. EVALUASI

Dalam penentuan nilai akhir beberapa hal yang dijadikan dasar pembobotan adalah sebagai berikut:

1. Kehadiran 75% dari seluruh kegiatan tatap muka dan berpartisipasi aktif dalam perkuliahan.

2. Tugas individu (40%);

3. Ujian Tengah Semester (UTS) 30%; 4. Ujian Akhir Semester (UAS) 30%.

Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

Nilai Point Range

A 4 ≥ 85

B 3 76 - 84

C 2 66- 70

D 1 51 – 65

E 0 ≤ 50

F. TATA TERTIB

a. Mahasiswa wajib mengikuti minimal 75% dari acara perkuliahan

b. Mahasiswa wajib mengerjakan tugas dan wajib asistensi sesuai jadwal yang ditentukan dosen pengampu.

(4)

G. JADWAL PERKULIAHAN No Jadwal

pertemuan/Tgl

Topik/Materi Kegiatan Estimasi Waktu

1 Pertemuan I PENDAHULUAN Pemaparan materi

dan Diskusi

120 Menit

2 Pertemuan II PENGENALAN PENELITIAN dan DiskusiPemaparan materi 120 Menit

3 Pertemuan III BENTUKNORMATIF DAN EMPIRISPENELITIAN dan DiskusiPemaparan materi 120Menit

4 Pertemuan IV DATA PENELITIAN Pemaparan materi dan Diskusi

120Menit

5 Pertemuan V TEMA, TOPIK DAN JUDUL dan DiskusiPemaparan materi 120 Menit

6 Pertemuan VI PROPOSAL Pemaparan materi

dan Diskusi

120 Menit

7 Pertemuan VII ALAT PENGUMPULAN DATA Pemaparan materi dan Diskusi

120 Menit

8 UJIAN TENGAH SEMESTER

9 Pertemuan IX ABSTRAK DAN TEKNIKKUTIPAN dan DiskusiPemaparan materi 120 Menit

10 Pertemuan X DAFTAR PUSTAKA Pemaparan materi dan Diskusi

120 Menit

11 Pertemuan XI TEKNIK PENULISAN Pemaparan materi dan Diskusi

120 Menit

12 Pertemuan XII PENELITIANDAN KUANTITATIFKUALITATIF dan DiskusiPemaparan materi 120 Menit

13 Pertemuan XIII ANALISIS DAN INTREPRETASI DATA

Pemaparan materi dan Diskusi

120 Menit

14 Pertemuan XIV METODE SAMPLING Pemaparan materi dan Diskusi

120 Menit

15 Pertemuan XV PENELITIAN ILMIAH DANNON ILMIAH dan DiskusiPemaparan materi 120 Menit

(5)

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI I: PENDAHULUAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2016

(6)

Bab Pertama ini mengajak mahasiswa untuk memahami bahwa sebagai intelektual, maka meneliti merupakan suatu keharusan. Mahasiswa di ajarkan bahwa manusia memiliki rasa penasaran, memiliki rasa ingin tahu. Manusia juga di dalam kehidupan, pasti memiliki masalah, oleh karenanya perlu di carikan solusi tepat guna untuk membantu manusia yang mengalami masalah tersebut keluar dari masalah yang menimpanya. Oleh karenanya kemampuan untuk melakukan penelitian adalah hal yang mutlak dimiliki oleh civitas akademia, dalam upayanya mencari jawaban atas masalah yang ada. Sehingga dengan kemampuan penelitian yang dimiliki, diharapkan mahasiswa dapat berguna bagi orang lain dan dirinya sendiri.

B. Materi Belajar 1. Manfaat Penelitian

Penelitian secara ilmiah dilakukan oleh manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibatnya.

Para mahasiswa di semester terakhir mendapat tugas akhir berupa penulisan karya ilmiah yang untuk tingkatan Strata Satu (S1) disebut Skripsi. Sedangkan untuk para mahasiswa Strata Dua (S2) tugas akhirnya disebut Tesis, dan untuk para mahasiswa Strata Tiga (S3) tugas akhirnya disebut Disertasi.

Karya Tulis Ilmiah merupakan rangkaian fakta yang berupa hasil pemikiran, gagasan, peristiwa, gejala dan pendapat. Adapun persyaratan suatu tulisan untuk dapat dikatakan sebagai karya tulis ilmiah adalah:

1. Menyajikan fakta obyektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.

2. Ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. 3. Harus disusun secara sistematis.

4. Menyajikan rangkaian sebab akibat yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.

5. Mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.

6. Ditulis secara tulus. 2. Metodelogi Penelitian

Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya.

Metode dirumuskan, dengan kemungkinan sebagai berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian. 2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara tertentu untuk melakukan suatu prosedur.

(7)

1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.

2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk meneliti hal-hal yang belum diketahui.

3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian

multidisipliner.

4. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan pengetahu-an, mengenai masyarakat.

Tanpa metode atau metodologi seseorang peneliti tak akan mungkin mampu untuk menemukan, merumuskan, menganalisa maupun memecahkan masalah-masalah tertentu, untuk mengungkapkan kebenaran.

(8)

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI II:

PENGENALAN PENELITIAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2016

(9)

Bab Kedua ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih baik lagi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Seperti mengenal tujuan penelitian, ciri penelitian ilmu sosial, macam-macam penelitian, sampai kepada rumus yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Dengan demikian diharapkan mahasiswa tidak lagi mengalami kesulitan di dalam membuat skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa tingkat Strata Satu (S1).

B. Materi Belajar 1. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan erat dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah berdasarkan suatu sistem. Konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.

Penelitian adalah merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan mengadakan analisa dan konstruksi.

Tujuan penelitian menurut Soerjono Soekanto:

1. a.Mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala sehingga dapat merumuskan masalah.

b.Memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala, sehingga dapat merumuskan hipotesa.

(bila penelitiannya merupakan penelitian eksplanatoris)

2. Untuk menggambarkan secara lengkap ciri-ciri / karakteristik dari:

a. suatu keadaan

b. perilaku pribadi c. perilaku kelompok.

3. a. Untuk mendapatkan keterangan tentang frekuensi peristiwa.

b. Memperoleh data mengenai hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain. (bila penelitiannya merupakan penelitian deskriptif)

4. Untuk menguji hipotesa.

(bila penelitiannya merupakan penelitian eksplanatoris) Ciri-ciri Esensiil daripada penelitian ilmu-ilmu sosial, antara lain:

1. Penelitian dilakukan utk mendapatkan generalisasi perihal perilaku manusia dlm kehidupan masyarakat;

2. Perilaku nyata dari manusia hanya timbul dan terjadi dalam situasi tertentu; 3. Tidak jarang situasi sosial yg dialami oleh manusia (obyek penelitian) tdk jauh

berbeda dg situasi sosial yg dialami oleh peneliti.

4. Pengetahuan yg diperoleh akan sangat berguna utk memahami perilaku manusia, menarik pola tertentu, mengawasinya dan mengadakan evaluasi.

(10)

1. Dilihat dari sifatnya

a. Penelitian Eksploratoris (menjelajah).

Dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih kurang sekali atau bahkan tidak ada. Penelitian ini pada umumnya dilakukan terhadap masyarakat terasing. Untuk bidang antropologi.

b. Penelitian Deskriptif (menggambarkan).

Dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaaan atau gejala lainnya. Mempertegas hipotesa, memperkuat teori lama. Memberikan gambaran terhadap peristiwa / gejala dalam masyarakat.

c. Penelitian Eksplanatoris.

Bila pengetahuan tentang suatu masalah sudah cukup. Untuk melakukan uji hipotesa.

2. Dilihat dari sudut bentuknya a. Penelitian diagnostik.

Dimaksudkan utk mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab terjadinya suatu atau beberapa gejala.

b. Penelitian preskriptif.

Dimaksudkan utk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah.

c. Penelitian evaluatif.

Penelitian ini dilakukan pada umumnya untuk menilai program-program yang dijalankan.

3. Dilihat dari tujuannya

1. Fact-finding.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari atau mengungkapkan fakta – fakta yang terdapat di masyarakat terhadap suatu permasalahan. Sebagai contoh adalah penelitian mengenai pembauran di masyarakat pribumi dan tionghoa. Indonesia memang tidak mengakui adanya diskriminasi. Namun faktanya di lapangan, faktanya di masyarakat, perbedaan sikap terhadap pribumi dan tionghoa masih terjadi.

2. Problem finding.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari permasalahan utama. Seperti contohnya, perbedaan suku, etnis memang terjadi, tetapi yang menjadi permasalahan utama mungkin bukan perbedaan suku atau etnisnya, yang menjadi permasalahan utama mungkin adalah penghormatan atau pengakuan terhadap suku bangsa lain.

3. Problem identification.

Pada penelitian ini, masalah – masalah yang ditemukan kemudian di identifikasi dan di bahas satu per satu.

(11)

1. Pure research. (penelitian dasar / fundamentil) 2. Problem-focused research.

Penelitian murni ditujukan untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri atau teori maupun untuk keperluan pengembangan metodologi penelitian. Inti dari penelitian ini adalah kaitan antara bidang teori dengan bidang praktis, dimana masalah-masalah ditentukan atas dasar kerangka teoritis yang sebenarnya menghubungkan antara penelitian murni dengan penelitian terapan.

Penelitian terapan adalah penelitian yang tujuannya untuk memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan yang sfiatnya praktis.

Kadang-kadang penelitian dapat pula dibedakan pada dasar ilmu yang dipergunakan dan metodologi yang diterapkan. Atas dasar ini dikenal penelitian monodisipliner, multidisipliner dan interdisipliner,

Seorang sosiolog berusaha untuk memahami dan mengungkap perilaku orang-orang, motifnya, apa arti perilaku tersebut bagi masing-masing. Hal-hal ini akan dapat dicapai dengan cara mengamati perilaku manusia dan memahaminya atau juga dengan cara mengadakan identifikasi terhadap motif dari perilaku tersebut.

Sampel dari beberapa cabang ilmu sosial adalah:

1. Antropologi, yang diteliti pada umumnya mengenai: a. cara hidup manusia.

(12)

Cara tersebut di atas dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Peneliti harus dapat membayangkan bagaimana reaksi individu dalam menghadapi situasi tertentu.

2. Peneliti harus dapat membayangkan motif apa yang ada dibalik reaksi tersebut 3. Peneliti harus dapat mengadakan konstruksi terhadap perilaku nyata yang

timbul.

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.

Melalui penelitian di bidang ilmu hukum, akan dapat mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang inherent, di dalam proses pembaharuan hukum, sehingga dapat membuat suatu gambaran mengenai keadaan hukum yang sesungguhnya dalam masyarakat atau dapat menunjukkan ke arah mana sebaiknya hukum dibina berhubungan dengan perubahan-perubahannya di dalam masyarakat.

Penelitian hukum akan sangat berharga sekali bagi perumusan politik hukum yang tepat dan serasi, juga memungkinkan terbentuknya perundang-undangan untuk melaksanakan program modernisasi dengan memperhitungkan kenyataan-kenyataan dalam masyarakat.

Dengan demikian di kalangan ilmu hukum penelitian memberikan bahan-bahan bagi mereka yang berperan untuk menyusun program pembaharuan hukum. Inilah salah satu kegunaan penelitian ilmu hukum.

3. Peryaratan Tulisan Ilmiah

Tujuan utama kerja ilmiah atau kerja penelitian adalah untuk menemukan kebenaran, merumuskan teori, merumuskan prinsip-prinsip atau dalil-dalil, baik yang langsung maupun yang tidak langsung mempunyai nilai kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Proses kerja ilmiah secara umum terdiri dari enam langkah, yaitu:

1. Memilih dan merumuskan masalah. 2. Mengumpulkan bahan yang relevan. 3. Menyusun rancangan penelitian.

4. Mengembangkan instrumen penelitian dan mengumpulkan data. 5. Menganalisis dan menafsirkan data,

6. Menyusun laporan penelitian.

Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan persyaratan baik formal maupun materiil. Persyaratan formal menyangkut kebiasaan yang harus diikuti dalam penulisan, sedangkan persyaratan materiil menyangkut isi tulisan. Sebuah tulisan akan mudah difahami dan menarik apabila isi dan cara penulisannya memenuhi persyaratan dan kebiasaan umum.

Dalam penelitian ini juga berlaku rumus 5 W + 1 H, yaitu: 1. What (Apa yang akan diteliti?)

(13)

3. Where (Dimana penelitian dilakukan?) 4. Who (Siapa yang akan diteliti?)

(14)

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI III:

BENTUK PENELITIAN NORMATIF DAN BENTUK PENELITIAN EMPIRIS

(15)

A.Pengantar

Bab Ketiga ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih detil lagi mengenai perbedaan penelitian normatif dan penelitian empiris. Dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat menentukan pilihan, akan menggunakan bentuk penelitian yang mana di dalam penulisan skripsinya.

B. Materi Belajar

1. Penelitian Normatif dan Penelitian Empiris

Penelitian dapat dibedakan antara penelitian normatif dan penelitian empiris. Pada penelitian normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pada penelitian bentuk ini dikenal sebagai Normatif Research, dan jenis data yang diperoleh disebut data sekunder. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan membaca, dan membuat rangkuman dari buku acuan. Jenis kegiatan ini lazim dilakukan dalam penelitian normatif atau penelitian doktrinal.

Penelitian Empiris dikenal juga sebagai Penelitian Lapangan (Field Research) adalah pengumpulan materi atau bahan penelitian yang harus diupayakan atau dicari sendiri oleh karena belum tersedia. Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk membuat pedoman wawancara dan diikuti dengan mencari serta mewawancarai para informan, menyusun kuisioner dan kemudian mengedarkan kuisioner itu pada responden, melakukan pengamatan (observasi),

2. Prinsip Pengolahan Data Kualitatif

Untuk mempertinggi kebenaran hasil penelitian kualitatif dalam proses pengolahan data kualitatif digunakan prinsip-prinsip tertentu, yaitu:1

1. Credibility, yaitu meningkatkan ketelitian selama proses penelitian.

2. dependability, yaitu mempertahankan konsistensi proses kerja pengumpulan data, membentuk dan menggunakan konsep, menafsirkan data dan audit trial. 3. conformability, yaitu meminta para ahli untuk menerima hasil penelitian dan

memeriksa secara teliti data yang terhimpun dan

4. transferability, yaitu bahwa hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada lokasi lain, kecuali konteks dan situasi lapangannya sama atau mendekati sama.

(16)

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI IV: DATA PENELITIAN

(17)

A. Pengantar

Bab Keempat ini mengajak mahasiswa untuk mengenal lebih detil lagi mengenai macam-macam data penelitian. Dengan demikian mahasiswa dapat menentukan B. Materi Belajar

1. Proses Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa masalah pokok yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

1. Bagaimana memasuki ruang lingkup obyek penelitian

a. mengadakan kontak dengan pemimpin formil atau informil b. menjelaskan maksud penelitian

c. yang perlu diingat penelitian dilakukan untuk memahami perilaku, bukan untuk menilainya.

d. Mengadakan penelitian pendahuluan agar diketahui kesulitan apa yang dihadapinya dan bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut.

2. Bagaimana membuat catatan. 2. Tipe Data & Subklasifikasi Data: Menurut H.L Manheim

1. Perilaku manusia

a. Perilaku verbal: Perilaku yang disampaikan secara lisan dan kemudian dicatat. Misalnya: pencatatan hasil wawancara.

b. Perilaku nyata & ciri-cirinya yang dpt diamati. Misalnya interaksi antara dua orang, ciri-ciri badaniah seseorang.

2. Hasil dari perilaku manusia

a. Peninggalan-peninggalan fisik.

b. Arsip

2) data sensus, statistik vital, otobiografi, catatan harian. 3) bahan mass media.

4) Inkripsi pada kuburan, data pasien dokter, kecelakaan pesawat terbang, dll.

3. Data simulasi

a. First level data.

Adalah data yang dapat dipercayai keakuratannya, karena data ini didapat dari sumber pertama langsung.

b. Second level data

Adalah data yang ke akuratannya kurang karena data ini didapat dari sumber kedua. Bukan dari sumber pertama. Sehingga kesalahan penafsiran sangat mungkin terjadi.

c. Third level data.

Adalah data yang keakuratannya masih perlu dipertanyakan, karena di dapat dari sumber ketiga.

(18)

1. Data Primer adalah diperoleh langsung dari masyarakat, dimana alat pengumpulan data primer adalah:

- Wawancara, cara yang paling umum untuk mencari informasi dari masyarakat adalah mewawancarai narasumber yang berkompeten untuk memberikan jawaban. Setidaknya diperlukan minimal tiga narasumber agar data penelitian menjadi valid. kuisioner agar datanya lebih akurat adalah 100 (seratus) kuisioner.

2. Data Sekunder, adalah data yang sudah jadi sehingga peneliti tinggal mengambil atau menggunakan saja, data sekunder bentuknya adalah literatur atau bahan pustaka.

Ciri-ciri data sekunder:

1. Data sekunder pada umumnya dalam keadaan siap pakai dan dapat dipergunakan degan segera.

2. Bentuk dan isi data sekunder telah dibentuk oleh peneliti terdahulu. 3. Tidak terbatas pada waktu dan tempat.

Data sekunder dapat pula dibedakan berdasarkan: 1. Ruang lingkupnya, yang dibedaka antara

a. Bahan hukum (legal documents), misalnya: undang-undang, vonis, kontrak

b. Bahan non-hukum (non-legal documents), misalnya: majalah, data statistik, buku

2. Tingkat realibilitasnya, yang dibedakan antara

a. Bersifat publik, misalnya surat keputusan menteri, data sensus. b. Bersifat pribadi, misalnya biografi, catatan harian, surat pribadi, 3. Kekuatan mengikatnya, yang dibedakan antara

a. Bahan hukum primer atau sumber primer (primary sources), misalnya UUD’45, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri, peraturan daerah, yurisprudensi, traktat.

b. Bahan hukum sekunder atau sumber sekunder (secondary sources), misalnya Rancangan Undang-Undang, buku acuan, hasil penelitian, penjelasan undang-undang.

(19)

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI V:

TEMA, TOPIK & JUDUL

(20)

A. Pengantar

Sebelum memulai membuat sebuah karya tulis ilmiah, maka tahap pertama kali yang dilakukan oleh penulis atau peneliti adalah menentukan Tema, menentukan Topik dan membuat Judul. Oleh karena itu pada pertemuan Kelima ini, mahasiswa diberikan pengetahuan mengenai apa yang dimaksud dengan Tema, Topik dan Judul.

B. Materi Belajar

Penyusunan perencanaan penelitian hukum perlu dijelaskan mengenai metode analisa yang akan diterapkan. Misalnya metode kualitatif atau metode kuantitatif. Perencanaan penelitian seringkali disamakan dengan Proposal penelitian. Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan oleh penulis skripsi atau karya tulis ilmiah, termasuk laporan penelitian, yaitu:

Topik pada dasarnya adalah suatu isu atau pokok persoalan dan sifatnya juga masih umum serta abstrak. Misalnya adalah isu mengenai wanprestasi, ini adalah topiknya, yang tentunya masih bersifat umum, pelanggaran perjanjian terhadap apa masih belum jelas, oleh karenanya tadi dikatakan bahwa topik masih bersifat umum dan abstrak. Sehingga langkah selanjutnya untuk membuat skripsi setelah diketahui topiknya, adalah pembuatan judul skripsi. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa judul merupakan perwujudan spesifik dari topik. Topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang penulis untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai sumber penentuan topik, misalnya pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-cita dan sebagainya. Dari bermacam-macam hal yang dapat dijadikan topik dalam menyusun karangan, maka karangan dapat berbentuk:

a. Kisahan (Narasi): yaitu karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa berdasarkan pengamatan atau observasi maupun pengalaman yang biasanya tersusun secara kronologis.

b. Perian (Deskripsi): yaitu karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencintrai (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. c. Paparan (Eksposisi): yaitu karangan yang berusaha menerangkan atau

menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.

d. Bahasan (Argumentasi): yaitu karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.

Syarat-Syarat Perumusan Topik:

(21)

Untuk dapat menghasilkan karangan yang baik dengan data yang lengkap, seorang penulis harus memiliki topik yang menarik perhatiannya. Topik yang tidak disenangi akan menimbulkan keengganan penulis dalam menyelesaikan tulisan sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan dilakukan dengan terpaksa.

2. Topik harus diketahui oleh penulis.

Seorang penulis sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip dasar dari topik yang dipilih. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapat mengembangkan tulisannya menjadi suatu tulisan menarik dengan cara melengkapi tulisan tersebut melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.

3. Topik yang dipilih sebaiknya: a. Tidak terlalu baru.

Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali penulis mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada berita dalam surat kabar atau majalah populer.

b. Tidak terlalu teknis

Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah. Tulisan semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada.

c. Tidak terlalu kontroversial.

Suatu tulisan yang mempunyai topik kontroversial menguraikan hal-hal diluar hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini sering menimbulkan permasalahan bagi penulisnya.

2. Tema

Menurut arti katanya, tema berarti “Sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan.” Kata ini berasal dari kata Yunani “tithenai” yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan.” Pengertian tema dapat dibatasi sebagai: “Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik”

Tema mempunyai dua pengertian yaitu:

1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.

2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang ingin dicapai.

Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan jelas. Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang jelas akan menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Disamping itu, seorang penulis juga harus menampilkan keaslian tulisannya. Keaslian tersebut dapat dilihat dari beberapa hal, misalnya:

(22)

3. Judul

Apabila topik dan tema sudah ditentukan, maka selanjutnya penulis merumuskan judul karya tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada kemungkinan judul berubah. Perumusan judul penelitian tidak jarang dianggap sebagai sesuatu hal yang remeh. Hal itu mungkin disebabkan oleh karena bagi beberapa pihak masalah tersebut merupakan pekerjaan yang agak sulit untuk dilaksanakan. Sebenarnya perumusan suatu judul penelitian sedikit banyaknya tergantung pada berhasil atau tidaknya seorang peneliti untuk mengabstraksikan masalah yang ingin ditelitinya.Menurut Fisher, “masalah” diartikan sebagai:

1. suatu kesulitan yang dirasakan oleh seseorang, atau

2. suatu perasaan yang tidak menyenangkan seseorang atas fenomena yang ada atau terjadi

3. suatu ketidaksesuaian atau penyimpangan yang dirasakan atas “apa yang seharusnya” dan “apa yang akan terjadi”

Faktor-faktor merumuskan judul

Apabila Topik dan Tema sudah ditentukan, penulis kemudian merumuskan judul karya tulisnya. Judul yang dituliskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada kemungkinan judul berubah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan judul adalah sebagai berikut:

1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut. 2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan ini

(bersifat provokatif)

3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang tidak terlalu panjang, jika judul terlalu panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (sub judul) 4. Judul harus memiliki independent variable (variable bebas) dan dependent

variable (variable terikat)

Jadi kalau hendak merumuskan suatu judul penelitian, maka sebaiknya judul tersebut:

1. menggambarkan secara sederhana masalah yang akan diteliti, artinya judul tersebut merupakan suatu refleksi daripada masalah yang akan diteliti. 2. judul penelitian sebaiknya dirumuskan secara singkat dan jelas.

3. perlu diperhatikan penggunaan gaya bahasa yang baik serta pemakaian bahasa yang didasarkan pada dasar-dasar gramatika yang baik pula.

(23)

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI VI: PROPOSAL

(24)

A. Pengantar

Pada bagian ke-enam ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai pembuatan proposal yang baik dan benar. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah,

Di dalam melakukan penelitian, baik penelitian normatif maupun penelitian empiris seyogianya diikuti pula langkah-langkah yang biasanya dianuti dalam penelitian ilmu-ilmu sosial lainnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Perumusan judul penelitian

2. Perumusan pengantar permasalahan 3. Perumusan masalah

4. Penegasan maksud dan tujuan

5. Penyusunan kerangka teoritis yang bersifat tentatif

6. Penyusunan kerangka konsepsional dan definisi-definisi operasional. 7. Perumusan hipotesa

8. Pemilihan / penetapan metodologi 9. Penyajian hasil-hasil penelitian 10. Analisa data yang telah dihimpun

11. Penyusunan suatu ikhtisar hasil-hasil penelitian 12. Perumusan kesimpulan

13. Penyusunan saran-saran

2. Proposal Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti wajiba membuat proposal penelitian sebagai pedoman di dalam pembuatan penelitiannya. Setidaknya ada lima hal yang harus dicantumkan di dalam proposal penelitian. Dalam Proposal penelitian pembagiannya adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan.

Berisikan masalah yang akan diteliti. Peneliti harus dapat menjelaskan aspek-aspek sejarah atau perkembangan masalah yang akan diteliti, mengapa masalah tersebut dipilih sebagai hal yang akan diteliti.

2. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti.

(25)

Ulasan bahan bacaan terutama ditujukan agar penelitian mempunyai

ii. Alasan-alasan ataupun sebab-sebab mengapa peneliti ingin menelaah masalah-masalah yang telah dipilihnya.

iii. Hal-hal yang telah diketahui atau belum diketahui mengenai masalah yang akan diteliti.

iv. Pentingnya penelitian tersebut baik secara teoritis dan/atau secara praktis. 4. Permasalahan

Sumber untuk menemukan masalah: 1. Pengalaman pribadi

2. Bahan bacaan. (Bahan yang didapat diperpustakaan; data sekunder) Kesulitan merumuskan masalah:

1. Penelitian normatif

a. Kurang menguasai teori.

b. Tidak menemukan kekurangan teoritis dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi pusat perhatiannya

2. Penelitian sosiologis

a. Tidak semua masalah yang dihadapi dapat diuji secara empiris. b. Tidak ada pengetahuan tentang sumber masalah yang dipilih. c. Terlalu banyak masalah sehingga sulit menseleksi

d. Masalahnya menarik tetapi sukar untuk mendapatkan data, e. Tidak ada tujuan tertentu dalam memilih suatu masalah.

Oleh sebab itu, maka di dalam memilih masalah hendaknya seorang peneliti berpegang pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah masalah tersebut berfaidah untuk dipecahkan?

2) Apakah masalah yang telah dipilih sudah sesuai dengan kerangka penelitian yang diterapkan?

3) Apakah dituntut kemampuan-kemampuan khusus untuk memecahkan masalah yang hendak diteliti?

4) Apakah metodologi dan teknik yang ada dapat membantu pemecahan masalah yang hendak diteliti?

(26)

Pada bagian ini, peneliti menuliskan apa yang diharapkan atau sumbangan apa yang sekiranya dapat penulis berikan pada penelitian tersebut. Pernyataan yang merupakan harapan terjadi di masa depan disebut Tujuan Umum. Sedangkan pernyataan yang tentang apa yang akan terjadi pada akhir penelitian disebut Tujuan Khusus. Tujuan khusus harus dapat dijawab dalam Bab Penutup pada bagian Kesimpulan oleh penulis.

6. Kerangka Karangan

Agar penulis dapat menerangkan isi karangannya secara teratur dan terinci, diperlukan suatu kerangka karangan. Kerangka karangan akan membantu penulis untuk menyusun karangan yang logis dan teratur, karena kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja seorang penulis.

Untuk menyusun kerangka teori, seorang peneliti dapat menerapkan metode induktif maupun metode deduktif. Metode induktif merupakan cara yang bertitik tolak pada hal-hal yang khusus yang kemudian menarik kesimpulan umum. Sementara bila metode deduktif adalah kebalikannya. Ia bertitik tolak pada hal-hal umum yang kemudian menarik kesimpulan khusus.

Kerangka konsepsional merupakan penjabaran sederhana dari konsep-konsep tulisan. Di dalam menyusun kerangka konsepsional, maka dapat dipergunakan perumusan-perumusan yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar penelitian atau yang hendak diteliti.

Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsional pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang seringkali masih bersifat abstrak. Di dalam menerapkan pengamatan, sebaiknya kerangka konsepsional disusun secara sistematis dan dirumuskan secara jelas, sehingga kerangka konsepsional tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman didalam melakukan pengamatan dan didalam melakukan pencatatan data penelitian.

Kegunaan kerangka karangan:

1. Tulisan atau karangan dapat disusun secara teratur. 2. Menghindari pengulangan penulisan.

3. Mempermudahkan mencari data, kasus atau rujukan sesuai dengan kepentingan penulisan.

4. Kerangka tulisan berfungsi sebagai miniatur atau prototipe yang akan memudahkan pembaca melihat wujud, gagasan, struktur tulisan.

Perumusan kerangka karangan dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Kerangka kalimat.

Kerangka kalimat merumuskan tiap bagian karangan dengan kalimat berita yang lengkap. Dengan demikian tujuan dan pokok pembahasan akan dapat diketahui secara jelas baik oleh penulis sendiri maupun oleh orang lain.

2. Kerangka topik.

(27)

7. Metodologi

Metodologi merupakan suatu rangkaian kegiatan mengenai tata cara pengumpulan, pengolahan, analisa dan konstruksi data.

Pada bagian Metodologi ini mahasiswa menuliskan mengenai tipe penelitiannya, sifat penelitiannya, jenis datanya dan bagaimana dia menganalisa permasalahan tersebut dengan data yang dimilikinya.

1. Tipe penelitian.

Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian normatif. Tipe penelitian normatif adalah bentuk penelitian dengan melihat studi kepustakaan, sering juga disebut penelitian doktriner, penelitian kepustakaan atau studi dokumen, seperti undang-undang, buku-buku yang berkaitan dengan permasalahannya

2. Sifat penelitian.

Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sifat penelitian deskriptif analistis, yaitu penelitian dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin yang dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang dipergunakan. 3. Jenis Data.

Data Primer

Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai bahan penulisan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka atau literatur yang terdiri dari bahan primer dan bahan sekunder.

4. Analisis Data

(28)

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI VII:

ALAT PENGUMPULAN DATA

(29)

A. Pengantar

Pada bagian ke-tujuh ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai alat-alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan di dalam penelitian untuk mengumpulkan data penelitian. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing alat atau cara pengumpulan data, sehingga mahasiswa mampu memilih mana cara yang paling tepat yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian berkaitan dengan penelitian yang sedang dibuatnya.

B. Materi Belajar

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, maka diperlukan alat-alat pengumpulan data. Adapun, alat-alat pengumpulan data tersebut adalah:

1. Studi dokumen (bahan pustaka)

Pengumpulan data yg dilakukan melalui data tertulis. Mengadakan penelahaan bahan pustaka secara mendalam dan luas merupakan suatu kegiatan yang integral dalam penelitian. Akan tetapi bukan berarti bahwa penelahaan bahan pustaka merupakan satu-satunya pekerjaan penelitian. Bahan pustaka perlu ditelaah agar diperoleh bahan teoritis dan konsepsional.

2. Pengamatan (observasi)

Didalam melakukan kegiatan ilmiah seperti penelitian, pengamatan atau observasi merupakan salah satu sarana pengumpulan data yang tertua. Sejak zaman dahulu para ahli filsafat melakukan pengamatan terhadap masyarakat. Astronom juga melakukan pengamatan tertentu terhadap bintang-bintang. Demikian juga para penyayang binatang. Ciri pengamatan:

1. Pengamatan mencakup seluruh konteks sosial alamiah dari perilaku manusia yang nyata.

2. menangkap gejala atau peristiwa yang penting, yang mempengaruhi hubungan sosial antara orang-orang yang diamati perilakunya.

3. menentukan apakah yang disebut sebagai kenyataan dari sudut pandangan hidup atau falsafah hidup dari pihak-pihak yang diamati

4. mengidentifikasikan keteraturan perilaku atau pola-pola

Adapun tujuan dari pengamatan tersebut pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau

masyarakat.

2. mendapatkan deskripsi yg relatif lengkap mengenai kehidupan sosial / salah satu aspeknya.

3. mengadakan eksplorasi.

4. untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai perilaku manusia dan kelompoknya.

Prosedur pengamatan (observasi) dapat dikategorikan kepada dua kategori yaitu: 1. Pengamatan terlibat, dikatakan pengamatan terlibat adalah apabila peneliti

(30)

2. Pengamatan tidak terlibat, dikatakan pengamatan tidak terlibat apabila peneliti hanya mengamati obyek penelitian tersebut dan tidak masuk menjadi bagian di dalam obyek penelitian tersebut.

Dalam memilih pengamatan atau observasi sebagai alat pengumpulan data, harus diperhitungkan beberapa faktor, yakni:

1. Masalah yang akan diteliti atau diamati

2. Ketrampilan pengamat di dalam melakukan pekerjaannya

3. Karakteristik pihak yang diamati seperti ekonomi, politik, kebudayaan, dll. Pengamatan akan berjalan lancar apabila tidak ada halangan-halangan yang berasal dari pengamat maupun yang diamati. Ada beberapa ciri-ciri dari pihak yang diamati yang perlu diperhitungkan oleh peneliti, seperti:

1. Faktor pekerjaan 2. Faktor ekonomis

3. Faktor politis dan hukum 4. Faktor kebudayaan 5. Faktor normatif

Untuk keadaan di Indonesia, kadang – kadang perlu diperhatikan hal – hal lain, misalnya:

1. Adanya persaingan antara suku – suku bangsa tertentu

2. Kemungkinan bahwa salah satu suku bangsa memaksakan unsur kebudayaan atau unsur – unsur agamanya pada suku bangsa yang lain 3. Ada suku bangsa yang berusaha untuk mendominasi suku bangsa lain secara

politis

4. Adanya konflik yang bersifat tradisional. 3. Wawancara (interview)

Wawancara dipergunakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. memperoleh data mengenai persepsi manusia

2. mendapat data mengenai kepercayaan manusia

3. mengumpulkan data mengenai perasaan dan motivasi seseorang

4. memperoleh data mengenai antisipasi atau orientasi masa depan manusia 5. memperoleh informasi mengenai perilaku pada masa lampau

6. mendapatkan data mengenai perilaku yang sifatnya sangat pribadi atau sensitif. Adapun ciri pokok dari wawancara itu adalah:

1. Di dalam wawancara diperlakukan perilaku yang senantiasa saling menyesuaikan diri terutama dari pewawancara.

2. Wawancara sangat berguna untuk memperoleh data perihal sikap, perasaan, pikiran, kepercayaan, dan lain-lain.

3. Wawancara memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mempergunakan berbagai tipe pertanyaan.

4. Perluasan ruang lingkup dimungkinkan dalam wawancara.

5. Kadang-kadang pewawancara harus dilengkapi dengan data apabila yang diwawancarai pada saat tertentu menghendaki data tersebut.

Keuntungan:

(31)

d. Kayakinan bahwa penafsiran responden adalah tepat

e. Pembatasan dapat dilakukan secara langsung apabila jawaban yg diberikan melewati batas ruang lingkup masalah yg diteliti,

f. Kebenaran jawaban dapat diperiksa secara langsung. Kelemahan:

a. Kadang sulit utk mengetahui apabila responden tdk memberikan informasi yg sebenarnya.

b. Kadang sulit utk menjadi pewawancara & pencatat sekaligus. c. Seringkali memakan waktu lama.

d. Sulit utk mengikuti kehendak para responden yg berbeda sifat & perilakunya. Dalam wawancara dipergunakan suatu pedoman wawancara yang berisikan pokok-pokok yang diperlukan untuk wawancara.

Wawancara memerlukan beberapa syarat ilmiah, yakni:

1. Sebelum wawancara dilakukan, pewawancara sudah harus tau hal-hal apa yang nantinya akan ditanyakan. Pewawancara tidak boleh mengarang-ngarang pertanyaan seadanya.

2. Sebagai pendahuluan dari wawancara yang sebenarnya, pewawancara harus terlebih dahulu menciptakan hubungan baik. Hal ini penting untuk menghilangkan kecemasan interviewee, memberikan jaminan bahwa jawaban-jawabannya tidak akan menimbulkan konsekwensi yang merugikan dirinya sehingga membangkitkan keinginan kerjasama.

3. Selama wawancara berlangsung, pewawancara harus waspada dalam menemui saat kritis dimana mungkin interviewee menemui kesulitan untuk menjawab karena menyangkut pribadi atau mengancam dirinya.

4. Penutup wawancara harus diusahakan agar interviewee tidak merasa habis manis sepah dibuang. disebarkan kepada responden dimana hasil jawaban responden akan diolah untuk mendukung data penelitian.

(32)

gambaran melalui pengunaan kuisioner maka peneliti dapat memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai hal yang ditelitinya tersebut.

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa penggunaan kuisioner mempunyai dua fungsi utama:

1. Untuk mendapatkan deskripsi mengenai suatu gejala (atau beberapa gejala). 2. Untuk kepentingan pengukuran dari berbagai variabel dari individu / kelompok. Tidak jarang peneliti menghadapi berbagai masalah, seperti:

1. konstruksi kuisioner yang akan dipergunakan. 2. bahasa yang akan dipergunakan

3. kerangka acuan 4. urutan pertanyaan

5. panjang pendeknya kuisioner

Peneliti harus sebanyak mungkin menghindari bahasa yang terlalu mengarah pada jawaban tertentu seperti ya dan tidak. Contohnya:

“Menurut pendapat saudara bukankah perbuatan melanggar hukum merupakan perilaku yang menyeleweng?”

Jawabannya adalah cenderung “YA”

Kecuali itu, maka dianjurkan untuk mempergunakan kalimat yang mempunyai arti sekhusus mungkin. Bandingkan contoh di bawah:

“Berapakah usia bapak/ibu/saudara?”

“Berapakah usia bapak/ibu/saudara pada hari ulang tahun yang terakhir.” Keuntungan:

1. Adakalanya peneliti tidak mempunyai kemampuan untuk merumuskan semua alternatif yang ada

2. Responden kadang mengisi sembarangan. Hal yang perlu diperhatikan:

1. Panjang pendek daftar pertanyaan membuat kecenderungan pada pengisian dari responden.

2. Isi pertanyaan. Responden kadang enggan untuk menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi atau sensitif

3. Anonimitas. Responden cenderung ingin identitasnya tidak diketahui

4. Faktor-faktor lain seperti taraf pendidikan responden, status sosial ekonomi responden, latar belakang etnik.

(33)

2. memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu gejala hukum tertentu.

3. mendapatkan keterangan tentang frekuensi peristiwa hukum tertentu.

4. memperoleh data mengenai hubungan antara suatu gejala hukum dengan gejala lain.

5. menguji hipotesa.

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI VIII:

ABSTRAK & TEKNIK KUTIPAN

(34)

A. Pengantar

Bagian penting di dalam karya ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi dan tulisan pada sebuah jurnal adalah abstrak. Dapat dikatakan Abstrak adalah intisari dari karya tulis ilmiah. Kemudian, di dalam pembuatan penelitian atau karya ilmiah, seorang peneliti atau penulis tentu akan menggunakan bahan literatur sebagai referensi atau acuan tulisan yang akan memperkuat tulisan yang dibuat, oleh karenanya mahasiswa harus pula mengetahui aturan-aturan di dalam mengutip karya ilmiah orang lain sebagai bahan acuan di dalam penulisan atau penelitian yang sedang dikerjakannya. Oleh karena itu pada materi ke-delapan ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan abstrak dan hal-hal yang berkaitan dengan teknik atau ketentuan pengutipan karya ilmiah.

B. Materi Belajar 1. Abstrak

Dalam penulisan skripsi, maka mahasiswa wajib menyertakan abstrak di dalam skripsinya tersebut. Dapat dikatakan abstrak merupakan intisari dari sebuah skripsi. Karena dengan hanya melihat abstrak, pembaca dapat mengetahui judul skripsi, permasalahan yang dibahas, metode penulisannya, sampai kepada berapa jumlah halama skripsi dan berapa jumlah literatur atau buku yang dipergunakan penulis sebagai sumber referensinya. Dapat disimpulkan bahwa isi abstrak pada umumnya adalah terdiri dari:

1. latar belakang penulisan skripsi atau alasan penulisan dan tujuan penelitian 2. masalah pokok

3. hasil penelitian

4. kesimpulan atau informasi lain.

Syarat teknis yang perlu diperhatikan dalam penulisan abstrak adalah sebagai berikut:

1. Diketik rapi pada kertas kuarto.

2. Jumlah halaman dianjurkan hanya satu, maksimal dua halaman. 3. Jarak antar baris adalah satu spasi

2. Kutipan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, peraturan perundang-undangan, makalah, dan lain-lain. Untuk itu penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:

(35)

2) Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!] langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahan ada pada naskah asli dan penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan tersebut. 3) Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itu dinyatakan

dengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip.

Macam – macam Kutipan:

1. Kutipan Langsung yang kurang dari 4 baris, kutipan harus diapit tanda kutip ( “...” )

2. Kutipan Langsung yang lebih dari 4 baris, kutipan dapat di apit tanda kutip / tanda petik dapat pula tidak.

3. Kutipan Tidak Langsung. 3. Penulisan kutipan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat, atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunti pasal dalam peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harus memperhatikan prinsip-prinsip mengutip yaitu:

a. Tidak mengadakan perubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlu mengadakan perubahan (paraphrasing), maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan tersebut dirubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal (bold), atau memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat. b. Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan

tanda [sic!] langsung dibelakang kata yang salah. Hal ini berarti bahwa kesalahan ada pada naskah asli dan penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan tersebut.

c. Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itu dinyatakan dengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan makna asli naskah yang dikutip.

d. Kutipan harus dinyatakan secara jelas dan tegas.

e. Font yang digunakan di dalam kutipan sama dengan font yang digunakan di dalam teks.

f. Penulisan kutipan langsung, diketik masuk ke dalam sekitat 5 – 7 ketuk. g. Kutipan ditulis dengan spasi satu.

Bentuk kutipan dibagi dua bentuk: 1. Penulisan kutipan langsung.

Kutipan langsung dapat dibagi menjadi:

1) Kutipan langsung yang lebih dari 4 baris. 2) Kutipan langsung yang tidak lebih dari 4 baris. 2. Penulisan kutipan tidak langsung.

(36)

- Dipisahkan dari teks dalam jarak 3 spasi. - Jarak antar baris 1 spasi.

- Diapit dengan tanda kutip

- Seluruh kutipan diketik masuk sebanyak kurang lebih 6 ketuk, bila ketikan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan lagi 6 ketukan.

- Jangan lupa memberi nomor kutipan (footnote) Kutipan langsung yg kalimatnya tidak lebih dari 4 baris. Caranya:

- Tulisan diintegrasikan langsung dari teks yang ada di atas tanpa dipisah dalam jarak 3 spasi.

- Jarak antar baris 2 spasi. - Diapit dengan tanda kutip.

- Sesudah kutipan selesai jangan lupa diberi nomor urut catatan kaki (footnote).

Kutipan tidak langsung

Kutipan tidak langsung digunakan apabila mengambil pendapat satu sumber tertentu dan menambahkan uraian kalimatnya. Jadi dapat dikatakan kutipan tidak langsung dalam arti tidak persis sama dengan yang dikutip (dari sumbernya).

Caranya:

- Diintegrasikan dengan teks. - Jarak tetap dengan teks (2 spasi).

- Di akhir tulisan jangan lupa ditulis nomor kutipan. 4. Penulisan Sumber Kutipan

Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkan sumber kutipan. Untuk mencantumkan sumber kutipan dapat dipergunakan salah satu cara dari tiga cara yang ada. Ketiga cara penulisan sumber kutipan tersebut adalah:2

1. American Psycological Associations Manual (APA)

Mencantumkan langsung sumber kutipan di akhir kutipan yang ditulis dalam tanda kurung.

Contoh: (Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya

Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbit tahun 1983 pada halaman 23

Dalam penulisan sumber semacam ini tidak mudah untuk langsung menemukan dari sumber mana kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul buku yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka. Adapun cara menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini adalah:

Nama pengarang, tahun terbit, judul, cetakan atau edisi keberapa, nama kota penerbit, nama penerbit.

2. Modern Language Associations Handbook (MLA)

(37)

3. Chicago

Cara yang lazim adalah dengan memberikan nomor urut kutipan kemudian sumber kutipan ditulis pada kaki halaman diawali dengan nomor urut kutipan. Sumber kutipan dipisahkan dari naskah dengan garis lurus sepanjang lima belas ketikan, diapit oleh ruang kosong masing-masing empat kait. Keuntungan cara penulisan sumber kutipan dengan catatan kaki ialah, jika pada suatu ketika penulis ingin membandingkan dengan sumber lain, atau penulis ingin menerangkan suatu tulisan yang bukan menjadi konteks penulisan. Jika menerangkan sesuatu langsung pada naskah maka akan sedikit mengganggu kesinambungan tulisan, maka dengan catatan kaki keterangan tentang sesuatu tersebut dapat dilakukan. Hal ini tidak akan mengganggu naskah dimaksud. Penggunaan kutipan memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1. untuk menegaskan isi uraian,

2. untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis, 3. untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori yang digunakan

penulis,

4. untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan kutipan yang digunakan, 5. untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang lain sebagai

miliki sendiri (plagiat) 5. Penjiplakan (Plagiarisme)

Penjiplakan adalah suatu bentuk kejahatan yang amat serius dalam dunia akdemis. Oleh karena itu, segala bentuk penjiplakan tidak dapat ditolerir dan harus dikenakan sanksi akademis.

Adapun sanksi yang dimaksud adalah:

1. Ditegur oleh pengajar yang bersangkutan.

2. Yang bersangkutan dapat memberikan nilai E (tidak lulus). 3. Ditunda kelulusannya.

4. Mencabut gelar dan ijazah yang telah diberikan dan tidak mengakui gelar yang telah diberikan kepada yang melanggar ketentuan tersebut.

5. Tidak diperkenankan bagi yang bersangkutan untuk melanjutkan studi di tempat mahasiswa tersebut belajar. sumber tanpa menyebutkan secara tegas sumber aslinya

(38)

1. Jika ide atau pendapat utama diambil dari satu sumber walaupun tidak menggunakan kalimat yang sama persis dengan sumbernya, maka sumber ide atau pendapat tersebut harus dicantumkan dengan cara seperti contoh berikut:

Pada setiap masalah utama internasional, terdapat interaksi antara politik dalam negeri dan kebijakan luar negeri dan masalah ini membentuk suatu kendala dalam pengambilan kebijakan luar negeri Australia. (Smith: 1988:18-20)

2. Jika menggunakan kalimat asli dari sumber untuk mendukung argumentasi, maka sumber asli tersebut dapat ditulis seperti contoh berikut:

Smith (1988:18) mengatakan bahwa “kebijakan luar negeri tidak dapat dipisahkan dari politik dalam negeri” dan kenyataan ini dapat dilihat dari beberapa butir khusus pada masalah Timor. Masalah Timor tidak hanya menggambarkan bahwa konflik politik di dalam negeri mempengaruhi produk kebijakan luar negeri, tetapi juga menunjukkan bahwa Australia tidak mempunyai kekuasaan yang cukup kuat untuk mempengaruhi resolusi masalah internasional tersebut.

Referensi di atas harus pula ditulis secara formal dan lengkap pada daftar kepustakaan seperti berikut:

Smith, H. (1988). “Foreign Policy and the Political Process”, in F.A. Mediansky and A.C. Palfreeman (eds). In Pursuit of National Interests. Sydney: Pegamon.

3. Jika menggunakan beberapa sumber untuk mendukung suatu pendapat atau ide, maka penulisannya adalah seperti contoh berikut:

Hudson (1988:1) dan Smith (1988:18) setuju bahwa kebijakan luar negeri mirip dengan kebijakan dalam negeri dalam banyak hal, walaupun kedua bentuk kebijakan tersebut agaknya memiliki perspektif yang berbeda terhadap faktor-faktor penting dalam pembuatan kebijakan luar negeri.

4. Jika mengutip sebagian kalimat atau pernyataan dan mencocokkannya dengan paragraph yang sedang dibuat, maka kutipan itu dapat diringkas seperti contoh berikut:

(39)

MODUL 1

METODE PENELITIAN

MATERI IX:

FOOTNOTE DAN DAFTAR PUSTAKA

(40)

2016

A. Pengantar

Sebagaimana disampaikan pada pertemuan sebelumnya bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah, seseorang penulis tentunya akan menggunakan literatur yang akan dijadikan acuan untuk bahan tulisannya. Kutipan dari literatur yang diambil tersebut haruslah dibuatkan footnotenya, dan bahan bacaan yang telah dibaca oleh penulis atau peneliti sebagai referensi tulisannya, haruslah kemudian dibuatkan daftar pustakanya. Oleh karenanya pada bagian ke-sembilan ini mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan mengenai cara-cara pembuatan footnote dan pembuatan daftar pustaka.

B. Materi Belajar

1. Catatan Kaki (Footnote)

Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atau teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Catatan kaki ada tiga macamnya. Pertama adalah catatan kaki yang merupakan catatan penunjukkan sumber atau referensi, kedua adalah catatan kaki yang merupakan catatan penjelas, dan yang ketiga adalah catatan kaki yang merupakan catatan gabungan sumber dan penjelas.

a. Buku ditulis oleh seorang pengarang atau lebih sampai 3 orang pengarang: Pengarang itu dapat berupa orang atau badan korporasi.

Untuk pengarang yang merupakan badan korporasi tidak boleh disingkat, jadi kalau dikarang oleh DEPERINDAG maka harus ditulis lengkap menjadi Departemen Perindustrian dan Dagang.

Pedoman penulisan untuk kutipan yang ditulis oleh seorang pengarang atau lebih caranya adalah sebagai berikut:

a. Judul karangan dapat ditulis dengan tebal, miring, atau garis bawah. b. Nama penulis Indonesia tidak dibalik penempatannya, kecuali untuk

orang asing.

c. Gelar akademik tidak perlu dicantumkan. Jadi pedomannya:

(41)

Yang ditulis hanya nama pengarang pertama saja kemudian dibelakangnya ditambahkan “et al” yang artinya adalah dengan kawan-kawan atau dengan orang lain.

Contoh

Soerjono Soekanto, et. al, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994), hlm.92

c. Kumpulan karangan

Bila tulisan tersebut diambil dari bunga rampai atau kumpulan karangan. Yang ditulis adalah editornya.

Pedomannya: Nama, ed, judul, (kota penerbitan: penerbit, tahun),halaman. Contoh:

Lukman Ali, ed, Bahasa dan Kesusastraan Indonesia Sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru, (Jakarta: Jakarta Press, 1987), hlm.80.

Harimurti Kridalaksana, “Pembentukan Istilah Ilmiah Dalam Bahasa Indonesia,” Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru, ed. Lukman Ali, (Jakarta: Jakarta Press, 1987), hlm. 80.

d. Ensiklopedi dan Kamus

Apabila pengarang mengutip atau mengambil kalimat dari ensiklopedi atau kamus maka cara penulisannya tidak berbeda jauh dengan cara penulisan untuk penulisan yang mengambil buku sebagai sumbernya. Pedomannya adalah “Nama pengarang, judul tulisan, nama ensiklopedi atau kamus, nama kota penerbitan, nama penerbit dan tahun dalam kurung, diakhiri dengan nomor halaman. Contohnya adalah sebagai berikut:

Soebekti dan Tjitrosudibio, “Conditio Sine Causa,” Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1985), hlm.25

F.L. Gracia, Encyclopedia of Banking and Finance (New York: Mc. Graw Hill, 1962) hlm. 178.

Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, 6th ed, (ST. Paul, Minn: West Publishing, Co, 1990), hlm.384.

e. Terjemahan.

Dapat pula kita mengambil atau mengutip tulisan dari terjemahan seseorang. Contoh penulisannya adalah sebagai berikut:

Ter Haar, Asas-asas dan susunan hukum adat, Terjemahan Soebekti Poesponoto, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1983), hlm.25.

Soebekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Weetboek), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1992), pasal 1320.

(42)

Terkadang penulis menemukan di dalam buku yang dikutipnya, ternyata penulis buku tersebut mengutip juga dari sumber utamanya. Maka cara penulisan catatan kakinya adalah:

Sunaryati Hartono, “Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia” (Jakarta: Binacipta Aksara, 1982), hal. 21, mengutip Roscoe Pound, An Introduction to The Philosophy of Law, (New Heaven: Yale University Press, 1954), hal. 47.

ATAU

Roscoe Pound An Introduction to The Philosopy of Law, (New Heaven: Yale University Press, 1954), hal. 47, dikutip oleh Sunaryati Hartono, “Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia” (Jakarta: Binacipta, 1982), hal.21.

2) Artikel.

Untuk tulisan yang diambil dari koran (media massa), majalah, tabloid, jurnal maka pedomannya “Nama penulis, judul tulisan, tempat tulisan dimuat, tanggal bulan dan tahun, halaman.” Sehingga bentuknya atau contohnya adalah seperti dibawah ini:

Arswendo Atmowiloto, “Menggairahkan Pers Lamban,” Kompas, 24 Oktober 1999, hlm.4

Bila nama pengarang jelas, maka catatan kaki dimulai dengan nama pengarang, namun dalam hal-hal lain cukup ditulis jenis rubrik atau topiknya, misalnya “Berita Ekonomi”, “Tajuk Rencana”, “Hukum” dan lain sebagainya. Contohnya seperti dibawah ini:

Hukum, Tempo, 14 Oktober 1989, hal. 84. 3) Naskah ilmiah yang tidak dipublikasikan.

Tulisan ilmiah yang tidak dipublikasikan misalnya adalah skripsi, tesis, atau disertasi yang tidak dibuat buku (hanya ditempatkan di perpustakaan fakultas yang bersangkutan), maka pedomannya adalah, “Nama penulis, judul tulisan, di dalam kurung ditulis apa nama naskahnya (skripsi, tesis, disertasi) kemudian nama penerbit, tempat penerbitan dan tahun), dan diakhiri dengan nomor halaman.

Contohnya adalah sebagai berikut:

Jos D. Patera “Fonologi Bahasa Gorontalo,” (Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta: 1984), hlm.30.

Sri Harmini Ernawati, “Custady Perlu Kembangkan Diversifikasi Pelayanan” (Makalah yang disampaikan pada seminar Asosiasi Custodian, Jakarta, 15 Juli 1991), hlm.17

(43)

Penerbitan Pemerintah contohnya dalah Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, SK Gubernur, dan hal-hal yang diterbitkan oleh pemerintah.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 ayat (1).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 Nomor 8.

The 1958 New York Convention, The Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbital Awards, Artikel IX.

5) Wawancara dan Surat

Apabila penulis melakukan wawancara contohnya adalah sebagai berikut:

Hasil wawancara dengan Bapak Mutarto, Jabatan Ka.Bag. Kustodian, pada hari Senin, 20 Januari 2003, di Bank Rakyat Indonesia Pusat, JL. Jend. Sudirman No. 44 – 46, Jakarta 10210.

Andi Hamzah, wawancara dengan penulis, Hotel Le Meridien, Jakarta, 9 Agustus 1999.

Boedi Harsono, surat kepada penulis, 14 Desember 2000 6) On-Line Information via internet

Sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat, (On-Line), tersedia di

http://mpr.wasantara.net.id/sejarah.htm.(9 Juli 2001)

A Tony Prasetiantono, Perlu Solusi Utang Yang Non Konvensional (On-Line), tersedia di http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/06/UTAMA/anal 01.htm (6 Agustus 2001).

7) Catatan penjelas.

Dalam membuat kutipan, khususnya catatan kaki / footnote, dapat juga footnote

berupa penjelasan penulis. Jadi footnote bukan saja mengacu kepada apa yang dikutip, tapi dapat juga digunakan sebagai tempat untuk menjelaskan apa yang ditulis di atasnya, agar kalimat di atasnya tidak terputus dengan penjelasan penulis. Contoh:

Deklarasi Hakhak Asasi Manusia (1948) dan Dua Perjanjian (Covenant) yang diterima di PBB pada tahun 1966, menunjukkan bahwa hak-hak asasi tidak hanya terbatas pada hak-hak di bidang sipil dan politik, tetapi juga mencakup hak-hak di bidang ekonomi, sosial dan budaya.

(44)

1. Ibid

Ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibid belum dilangkahi dengan penulis-penulis lain.

 Contoh untuk pengarang, judul dan halaman yang sama pada buku tersebut:

Indra Savitri, Catatan Hukum Pasar Modal (Jakarta: Go Global Book,1998),hlm.115.

Ibid.

 Contoh untuk pengarang, judul sama tapi halamannya berbeda:

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 nomor 14.

Ibid, Pasal 9.

2. Op, Cit

Opere Cittato artinya pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan bila catatan itu menunjuk kembali kepada sumber yang telah disebutkan, tetapi telah diselingi oleh sumber lain.

Contoh:

Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm 174.

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 50.

Moh. Kusnardi, Op, Cit, hlm. 183.

3. Loc, Cit

Loco Citato artinya tempat yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan bila catatan itu menunjuk pada halaman yang sama dan sumber yang telah disebut sebelumnya tetapi telah diselingi oleh sumber lainnya.

Contoh:

Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm 174.

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 50.

Moh. Kusnardi, Loc. Cit. 3. Daftar Pustaka

Daftar Pustaka atau Bibliografi) adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku atau artikel dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atay sebagain dari karangan yang sedang dikerjakan. Daftar pustaka diletakkan pada bagian akhir sebuah tulisan ilmiah. Daftar pustaka merupakan rujukan penulis selama ia melakukan dan menyusun penelitian atau laporannya. Daftar Pustaka disusun dengan berbagai format, yakni format MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psychological Association). Adapun fungsi daftar pustaka tersebut adalah:

(45)

2. Memberi informasi kepada pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam daripada kutipan yang digunakan penulis.

3. Membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya. Cara penulisannya:

1. Nama pengarang disusun menurut alfabet tanpa diberi nomor urut.

2. Bila tidak ada nama pengarang maka judul buku / artikel yang dimaksudkan diurutkan alfabet

3. Gelar akademik pengarang tidak perlu dicantumkan, namun gelar kebangsawanan atau haji dapat dicantumkan.

4. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi yang digunakan, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya nama pengarang tidak perlu diikutsertakan tetapi diganti dengan garis.

5. Jarak antara baris dengan baris dalam satu referensi satu spasi, tetapi jarak referensi satu dengan referensi yang lain dua spasi.

Contoh Daftar Pustaka Format MLA

1. Buku satu penulis Sukadji, Soetarlinah. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI Press, 2000. 2. Buku dua penulis Widyamartaya, AI, dan Veronica Sudiati. Dasar-dasar

Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997.

3. Buku tiga penulis Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989.

4. Buku lebih dari tiga penulis

Alwi, Hasan, et al. Tata Bahasa Bahasa Indonesia.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.

ATAU

Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Bahasa Indonesia.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.

5. Lebih dari satu

edisi Sugono, Dendy. Rev. Jakarta: Puspa Swara, 2002. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Ed. 6. Penulis dengan

beberapa buku Keraf, Gorys, BahasaKomposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran, Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah, 1997. ---, Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Panduan Teknis Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: UI Press, 2002.

8. Buku terjemahan DL, Chryshnanda dan Bambang Hastobroto, Eds. Desain Penelitian Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, terj. dr. John Creswell, Jakarta: KIK Press, 2002.

9. Buku dengan

(46)

berjilid and Musicians. Vol.15. London: Macmillan, 1980.

11. Jurnal Molnar, Andrea. “Kemajemukan Budaya Flores: Suatu Pendahuluan.” Antropologi Indonesia 56 (1998): 13-19.

12. Majalah Asa, Syu’bah. “PKS: ‘Sayap Ulama’ dan ‘Sayap Idealis’.”

Tempo, 5 – 11 Juli 2004, 38–39.

13. Surat Kabar Suwantono, Antonius, “Keanekaan Hayati Mikro-Organisme: Menghargai Mikroba Bangsa.”

Kompas, 24 Des 1995, 11.

“Menyambut Terbentuknya Badan Pengurus Kemitraan Deklarasi Bali.” Tajuk Rencana (editorial),

Kompas, 22 Des 1995, 4.

14. Dokumen

pemerintah

Biro Pusat Statistik, Struktur Ongkos Usaha Tani Padi dan Palawija, 1990. Jakarta: BPS, 1993.

15. Naskah yang belum diterbitkan

Budiman, Meilani. “The Relevance of Multiculturalism to Indonesia”. Makalah pada Seminar Sehari tentang Multikulturalisme di Inggris, Amerika, dan Australia Universitas Indonesia, Depok, Maret 1996.

Contoh Daftar Pustaka Format APA

1. Buku satu penulis Sukadji, S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI Press.

2. Buku dua penulis Widyamartaya, AI, dan Sudiati, V. (1997). Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

3. Buku tiga penulis Akhadiah, S, Arsjad, M.G. dan Ridwan. S.H. (1989).

Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

4. Buku lebih dari tiga

penulis Alwi, Hasan, et al. (1993). Indonesia. Jakarta: Departemen PendidikanTata Bahasa Bahasa dan Kebudayaan.

ATAU

Alwi, H, dkk. (1993). Tata Bahasa Bahasa Indonesia.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

5. Lebih dari satu edisi Sugono, Dendy. (2002). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Ed. Rev. Jakarta: Puspa Swara.

Gambar

Tabel Geografi dan Kependudukan di Kecamatan Kalideres, Tabel A.1Kodya Jakarta Barat
Tabel A.2Statistik Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel A.4

Referensi

Dokumen terkait

Ada 6 (enam) proposisi yang dikemukakan Marx dan 3 (tiga) yang di- kemukakan oleh Weber. Menurut Marx bahwa: 1) Semakin distribusi pendapatan tidak merata, semakin besar

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja penting bagi manajer keuangan, sebab analisis tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan

Secara umum adanya ajaran agama Islam yang masuk ke Buton membawa pengaruh pada sistem kehidupan masyarakat Buton, dalam sistem politik perubahannya dapat dilihat

Judul Skripsi : Sistem Informasi Kenaikan Pangkat Berbasis Web Intranet Pada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Selatan Telah dimunaqosyahkan dalam sidang

is an additive cyclic group and it was shown in the previous chapter that subgroups of Z are cyclic... It will be shown below that H partitions G into right cosets. If G is

Dalam tataran ini, mereka memiliki hegemoni atas negara Indonesia bahwa kelapa sawit menjadi bagian integral dari industri perkebunan maupun kehutanan di

In testing the hypotheses of the study, the writer also applied SPSS Statistic 19 to calculate correlation „r‟ product moment as supporting the result of

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan