• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bungo Tahun 2016 - Pemerintah Kabupaten Bungo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bungo Tahun 2016 - Pemerintah Kabupaten Bungo"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Ikhtisar

Eksekutif

IKHTISAR EKSEKUTIF

Kabupaten Bungo merupakan kabupaten yang terletak di daerah perlintasan dari Provinsi Jambi ke Sumatera Barat juga sebagai penghubung antara kabupaten-kabupaten di wilayah Jambi bagian timur (Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Batanghari), dengan bagian barat (Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Kerinci, dan Kota Sungai Penuh).

Untuk mengetahui dan atau mengukur kinerja pemerintah telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2011-2016 dan Rencana Kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu 1 sampai 5 tahun, yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Kegiatan. Adapun Visi dan Misi Pembangunan kepemimpinan Bupati H. Sudirman Zaini dan Wakil Bupati H. Mashuri, yakni:

“Bungo Yang Mandiri, Aman, dan Sejahtera Tahun 2016” (Bungo MAS 2016).

Untuk mewujudkan Visi tersebut, ditetapkan “Misi Pembangunan” sebagai berikut:

1. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa ke hadirat Allah SWT, serta meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan;

2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan pelabuhan udara yang mendorong sekaligus mendukung kemajuan perekonomian daerah;

3. Menyelenggarakan pemerintahan yang amanah, efisien, efektif, bersih dandemokratis dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat secara prima;

(2)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Ikhtisar

Eksekutif

5. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara cerdas dan bijaksana demi kepentingan masyarakat luas dan kelestarian lingkungan hidup;

6. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan investasi pembangunan melalui penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja;

7. Mewujudkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui partisipasi aktif masyarakat;

8. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat dan kehidupan beragama, adat istiadat dan budaya guna mewujudkan rasa aman dan ketentraman masyarakat.

Visi dan Misi tersebut diatas merupakan acuan untuk menetapkan tujuan, sasaran dan strategi yang ingin dicapai. Pada Tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Bungo telah menetapkan rencana kinerja yang diukur melalui capaian indikator kinerja sasaran. Capaian indikator kinerja sasaran diperoleh dari pelaksanaan program dan kegiatan dengan indikator kinerja berupa Input, Output dan Outcome.

(3)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Kata

Pengantar

B

B

U

U

P

P

AT

A

T

I

I

B

BU

U

N

N

G

G

O

O

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT, karena dengan bimbingan dan Inayah-Nya, Pemerintah Kabupaten Bungo telah selesai melaksanakan amanah rakyatnya untuk membangun “Bumi Langkah Serentak Limbai Seayun” Kabupaten Bungo yang tercinta.

Selanjutnya dalam rangka mewujudkan pelaksanaan pembangunan yang akuntabel dan transparan, maka telah dilakukan penyusunan Laporan Kinerja berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah Kabupaten Bungo sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan di segala bidang, terus berupaya dengan sungguh-sungguh meningkatkan hasil dan manfaat atau outcome yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

Peningkatan kualitas pelayanan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tergambar dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bungo Tahun 2016. Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bungo ini merupakan potret yang jelas dan transparan sebagai pertanggungjawaban atas pencapaian Visi dan Misi Kabupaten Bungo untuk satu Tahun Anggaran 2016.

Semoga dapat bermanfaat, dan besar harapan kami kiranya laporan ini dapat memenuhi substansi dan materi evaluasi Laporan Kinerja lebih baik dari sebelumnya.

Sekian dan terima kasih.

Muara Bungo, Maret 2017

BUPATI BUNGO,

(4)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Daftar

Isi

DAFTAR ISI

Hal IKHTISAR EKSEKUTIF

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GRAFIK ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Gambaran Umum Daerah ... 3

C. Kondisi Ekonomi ... 9

D. Sejarah Kabupaten Bungo ... 14

E. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan ... 16

F. Susunan Organisasi Perangkat Daerah ... 18

G. Isu Strategis... 20

H. Sistematika Penyajian ... 21

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ... 23

A. Visi dan Misi Pembangunan ... 25

B. Strategi Pembangunan ... 26

C. Arah Kebijakan Daerah ... 27

D. Perioritas Pembangunan Daerah ... 28

E. Penetapan Kinerja Tahun 2015 ... 29

F. Pembiayaan ... 34

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 42

A. Capaian Kinerja Organisasi ... 43

(5)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Daftar

Isi

BAB IV. PENUTUP ... 136

A. Tinjauan Umum ... 140

B. Tinjauan Khusus ... 154

C. Permasalahan dan Strategi Pemecahannya ... 154

(6)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Daftar

Tabel

DAFTAR TABEL

No URAIAN Hal

1.1. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Bungo... 4

1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten

Bungo dari Tahun 2010 s.d. 2015 ... 6 1.3. Rata-rata Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Dalam

Kabupaten Bungo Tahun 2015 ... 6 1.4. Angka Bekerja, Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja,

Pengangguran Dan Tingkat Pengangguran periode 2012-2015 . 7

1.5. Jumlah Transmigrasi Menurut Lokasi dan Tahun Penempatan

di Kabupaten Bungo s.d. Tahun 2015 ... 8 1.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bungo dari

Tahun 2011 s.d. 2015 ... 10 1.7. Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Kabupaten Bungo

Tahun 2014 ... 12 2.1. Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupten Bungo Tahun 2016 ... 29 2.2. Komposisi Belanja Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2016 ... 35 2.3. Rincian Realisasi Belanja Tidak Langsung Kabupaten Bungo

Tahun Anggaran 2011 – 2016 ... 36 2.4. Realisasi Belanja Langsung Kabupaten Bungo Tahun 2011 s.d

2016 ... 39 2.5. Komposisi Pembiayaan Kabupaten Bungo Tahun 2011 s.d 2016 34 2.6 Penerimaan Pembiayaan Daerah Kabupaten Bungo Tahun

2011 s.d 2016 ... 40 2.7. Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kabupaten Bungo Tahun

2011 s.d 2016 ... 41 3.1. Kategori Presentase Pencapaian Sasaran ... 45 3.2. Target dan Realisasi Kinerja Pemerintah Kabupaten Bungo

(7)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Daftar

Tabel

3.5. Target dan Perincian Indikator Sasaran 3 Tahun 2016 ... 65

3.6. Target dan Perincian Indikator Sasaran 4 Tahun 2016 ... 67

3.7. Target dan Perincian Indikator Sasaran 5 Tahun 2016 ... 70

3.8. Data dan Kondisi Jalan di Kabupaten Bungo Tahun 2016 ... 71

3.9. Panjang Pengaspalan Jalan Perdesaan dan Perkotaan dari Tahun 2011 s.d. 2015 ... 72

3.10. Perkembangan Sarana dan Prasarana Perhubungan di Kabupaten Bungo Tahun 2011 s.d 2016 ... 73

3.11. Data Jumlah Jembatan dan Box di Kabupaten Bungo Tahun 2011 s.d. 2016 ... 74

3.12. Pekerjaan Pembangunan Bandara Muara Bungo dengan Sumber Dana APBD Kabupaten Bungo dari Tahun 2011 s.d. 2016 ... 75

3.13. Target dan Perincian Indikator Sasaran 6 Tahun 2016 ... 78

3.14. Target dan Perincian Indikator Sasaran 7 Tahun 2016 ... 79

3.15. Target dan Perincian Indikator Sasaran 8 Tahun 2016 ... 81

3.16. Target dan Perincian Indikator Sasaran 9 Tahun 2016 ... 83

3.17. Target dan Perincian Indikator Sasaran 10 Tahun 2016 ... 88

3.18. Target dan Perincian Indikator Sasaran 11 Tahun 2016 ... 90

3.19. Persentase Komposisi Jenis Kelamin Pada Jabatan Pemerintahan Di Kabupaten Bungo ... 91

3.20. Target dan Perincian Indikator Sasaran 12 Tahun 2016 ... 93

3.21. Perkembangan KUD di Kabupaten Bungo dari Tahun 2011 s.d 2016 ... 94

3.22. Perkembangan Koperasi/KUD Aktif dan Non Aktif di Kabupaten Bungo dari Tahun 2011 s.d. 2016 ... 94

3,23. Data Ruko, Kios dan Los dalam Kabupaten Bungo Tahun 2016 96 3.24. Jumlah Pasar Dusun di Kabupaten Bungo Tahun 2016 ... 97

3.25. Target dan Perincian Indikator Sasaran 13 Tahun 2016 ... 102

3.26. Target dan Perincian Indikator Sasaran 14 Tahun 2016 ... 107

3.27. Target dan Perincian Indikator Sasaran 15 Tahun 2016 ... 108

3.28. Target dan Perincian Indikator Sasaran 16 Tahun 2016 ... 111

3.29. Target dan Perincian Indikator Sasaran 17 Tahun 2016 ... 114

3.30. Target dan Perincian Indikator Sasaran 18 Tahun 2016 ... 118

3.31. Target dan Perincian Indikator Sasaran 19 Tahun 2016 ... 119

3.32. Target dan Perincian Indikator Sasaran 20 Tahun 2016 ... 121

3.33. Target dan Perincian Indikator Sasaran 21 Tahun 2016 ... 123

(8)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Daftar

Tabel

(9)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

Daftar

Gambar

DAFTAR GAMBAR

No URAIAN Hal

1.1. Peta Kabupaten Bungo ... 3 1.2. Grafik Jumlah Penduduk dan Pertumbuhannya Tahun

2010-2015 ... 5 2.1. Grafik Kontribusi Belanja Tidak Langsung dan Belanja

Langsung terhadap Belanja Daerah Kabupaten Bungo Tahun

2011 s.d 2016 ... 36 3.1. Grafik Trend APM Jenjang Pendidikan SD, SMP dan SMA

(10)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

alah satu tuntutan publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Muara tuntutan ini pada intinya adalah terselenggaranya kepemerintahan yang baik (Good Governance), sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung-jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara mulai dari pejabat eselon II ke atas untuk mempertanggung¬jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan padanya berdasarkan perencanaan stratejik yang dirumuskan sebelumnya.

(11)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

Pertanggungjawaban tersebut kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Pertanggungjawaban dimaksud disampaikan kepada atasan masing-masing, kepada lembaga-lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas yang berkewenangan, dan akhirnya kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan serta dilakukan melalui sistem akuntabilitas dan media pertanggung-jawaban yang harus dilaksanakan secara periodik dan melembaga. Semua ini merupakan terobosan dalam pembangunan dengan sistem Akuntabilitas Negara Modern yang handal, demokratis, profesional, efisien, efektif, berkualitas, bersih, terbuka, partisipatif dan tanggap terhadap aspirasi masyarakat.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Secara umum Laporan Kinerja ini bermanfaat untuk :

1. Mendorong instansi pemerintah melaksanakan Good Governance, karena Laporan Kinerja menjadi dasar untuk mengukur kinerja instansi pemerintah secara transparan, sistematik dan dapat dipertanggungjawabkan;

2. Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Stakeholders) dengan instansi pemerintah; dan

3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada instansi pemerintah.

Uraian diatas menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bungo wajib untuk menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang berisikan perencanaan strategik dan sekaligus pengukuran terhadap pelaksanaannya, sehingga dapat mengetahui sampai seberapa jauh capaian kinerja pada Tahun Anggaran 2016.

(12)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

B.

Gambaran Umum Daerah

1. Gambaran Umum Geografis

Secara geografis Kabupaten Bungo berada pada posisi antara 01008’ sampai

01055’ Lintang Selatan dan antara 101027’ sampai 102030’ Bujur Timur.

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Bungo

(13)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

Secara Administrasi, Luas Kabupaten Bungo adalah 4.659 km2 yang terdiri dari 17 Kecamatan 141 Dusun dan 12 Kelurahan, adapun luas masing-masing Kecamatan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1

Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Bungo

NO. KECAMATAN Luas (Km2) % terhadap Luas

Kabupaten (Persen)

1. Pelepat 1.069,07 22,95

2. Pelepat Ilir 410,29 8,81

3. Bathin II Babeko 176,29 3,78

4. Rimbo Tengah 96,9 2,08

5. Bungo Dani 35,97 0,77

6. Pasar Muara Bungo 9,21 0,20

7. Bathin III 80,46 1,73

8. Rantau Pandan 239,61 5,14

9. Muko-Muko Bathin VII 186,37 4,00

10. Bathin III Ulu 373,83 8,02

11. Tanah Sepenggal 106,92 2,29

12. Tanah Sepenggal Lintas 77,51 1,66

13. Tanah Tumbuh 236,55 5,08

14. Limbur Lubuk Mengkuang 932,41 20,01

15. Bathin II Pelayang 179,84 3,86

15. Jujuhan 254,12 5,45

17. Jujuhan Ilir 193,04 4,14

J u m l a h 4.659,00 100,00

Sumber data: BPS Kabupaten Bungo Tahun 2016

Kabupaten Bungo merupakan wilayah bertopografi datar, berbukit-bukit hingga curam dengan ketinggian antara 100 hingga lebih dari 1.000 m dpl. Kabupaten Bungo merupakan daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2.577mm/tahun (138 hari/tahun) dengan jenis tanah yang mendominasi adalah latosol, podsolik, komplek latosol, dan andosol.

(14)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

2.

Gambaran Umum Demografi

a.Kependudukan

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya.

Perkembangan Penduduk Kabupaten Bungo mengalami kenaikan, jumlah penduduk Tahun 2015 sebanyak 344.100 jiwa meningkat dibandingkan dengan jumlah penduduk Tahun 2014 yang berjumlah 336.320 jiwa. Jumlah penduduk tersebut mendiami wilayah seluas 4.659 km2 sehingga rata-rata kepadatan penduduk pada Tahun 2014 adalah 73,87 jiwa per km2

Penduduk Kabupaten Bungo seluruhnya berjumlah 344.100 jiwa, sebagai salah satu modal dasar pembangunan (tenaga kerja) dan sekaligus menjadi beban pembangunan. Karena jumlah penduduk yang besar harus disertai dengan kualitas SDM yang memadai. Sehingga mampu menjadi penggerak dan pendorong pembangunan di daerah. Gambaran jumlah penduduk dan pertumbuhannya per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

Grafik 1.1

(15)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Bungo dari Tahun 2010 s.d. 2015

Tahun Perempuan Laki -laki Jumlah

2010 147.680 155.455 303.135

Persebaran penduduk di Kabupaten Bungo relatif merata, secara absolut jumlah penduduk pada tiap-tiap daerah atau kecamatan terlihat relatif berimbang, namun karena luas wilayah masing-masing kecamatan berbeda maka tingkat kepadatan penduduk selalu bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut:

Tabel 1.3

Rata-rata Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Dalam Kabupaten Bungo Tahun 2015

No Kecamatan Luas

12 Tanah Sepenggal Lintas

77,51 23.407 301,99

(16)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

14 Limbur Lubuk Mengkuang

932,41 15.197 16,30

15 Bathin II Pelayang 179,84 9.591 53,33

16 Jujuhan 254,12 15.985 62,90

17 Jujuhan Ilir 193,04 10.221 52,95

Jumlah 4.659,00 344.000 73.87

Sumber data :BPS Kabupaten Bungo Tahun 2016

Dari tabel diatas bahwa tingkat kepadatan penduduk pada Tahun 2015 di Kabupaten Bungo adalah sebesar 73.87 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pasar Muara Bungo yaitu sebanyak 2.757,11 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Batin III Ulu sebesar 22,80 jiwa/km2 dan Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang sebesar 16,30 jiwa/km2.

c. Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Ketenagakerjaan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi dan percepatan pertumbuhan lapangan kerja. Laju pertumbuhan pembangunan ketenagakerjaan, merupakan bagian dari upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan keahlian serta rasa percaya diri masyarakat melalui pendidikan dan latihan serta pembinaan tenaga kerja yang terprogram.

Pertumbuhan jumlah tenaga kerja haruslah diikuti dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai antisipasi dari tuntutan ketersediaan lapangan kerja yang terbatas. Secara rinci perkembangan ketenagakerjaan di Kabupaten Bungo selama periode tahun 2012-2015 tertera pada tabel berikut:

Tabel 1.4

Angka Bekerja, Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja, Pengangguran Dan Tingkat Pengangguran periode 2012-2015

No Uraian 2012 2013 2014 2015

1. Angka Bekerja 139.597 140.630 146.111 150.375 2. Jumlah Angkatan Kerja 144.556 147.073 156.008 154.992 3. Tingkat Kesempatan Kerja 96,57 95,62 93,66 97,02 4. Jumlah Pengangguran 4.959 6.443 9.897 4.617

(17)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah pengangguran di Kabupaten Bungo selama periode 2012-2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan, menjadi sebanyak 4.617 orang dan tingkat kesempatan kerja sebesar 97,02 persen dan angka bekerja sebanyak 150.375 orang. Penurunan jumlah penggangguran ini telah diantisipasi dengan berbagai upaya antara lain dengan pelatihan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, perluasan lapangan kerja serta hubungan kerja industrial.

Transmigrasi adalah salah satu usaha pemerintah untuk pemerataan penyebaran penduduk. Kabupaten Bungo merupakan salah satu daerah penerima transmigrasi di Propinsi Jambi, pada tahun 2011 telah menerima 242 jiwa. Transmigran ini ditempatkan di Kecamatan Rantau Pandan. Perkembangan transmigrasi di Kabupaten Bungo dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabe l.5

Jumlah Transmigrasi Menurut Lokasi dan Tahun Penempatan di Kabupaten Bungo s.d. Tahun 2015

(18)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

25. Rantau Pandan IV 2003/2004 270 1 130 26. Rantau Pandan V 2004/2005 210 839

27. Jujuhan I 1989/1990 350 1 432

28. Jujuhan II 1990-1995 550 2 653

29. Jujuhan III 1991-1993 350 1 663

30. Jujuhan IV 1992-1993 300 1 423

31. Jujuhan V 1994/1995 250 1 012

32. Pelepat II 2006 90 375

33. Pelepat II 2007 100 306

34. Rantau Pandan X 2010 150 594

35. Rantau Pandan X 2011 50 242

Sumber data :BPS Kabupaten Bungo Tahun 2016

C.

Kondisi Ekonomi

1) Pertumbuhan Ekonomi

Untuk mengetahui proses kenaikkan pendapatan per kapita daerah Kabupaten Bungo dalam jangka panjang, dan sekaligus untuk mengetahui perekonomian Kabupaten Bungo dapat dilihat berdasarkan angka pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan adalah merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama ini ternyata juga memberikan dampak pelebaran kesenjangan pendapatan masyarakat, sehingga diperlukan suatu kebijakan dan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta manfaatnya dapat dinikmati masyarakat secara lebih merata, adil dan inklusif (equitable, just and inclusive growth), sehingga dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan, serta meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

(19)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

turun menjadi 9,65 persen pada tahun 2012, namun pada tahun 2014-2015 kembali turun masing-masing sebesar 6,53 persen dan 5,13 persen.

Tabel 1.6

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bungo dari Tahun 2011 s.d. 2015

No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* 2015**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

4.48 5.73 5.89 9.02 7.30

2. Pertambangan dan Penggalian 15.68 14.48 10.92 -2.70 -0.26 3. Industri Pengolahan 10.12 8.60 8.65 9.40 5.70 4. Pengadaan Listrik dan Gas 12.15 10.98 13.95 7.36 4.20 5. Pengadaan Air,Pengelolaan

Sampah,Limbah dan Daur Ulang

8.25 1.80 1.91 4.25 4.48

6. Kontruksi 4.46 14.38 18.91 22.02 6.52 7. Perdagangan Besar dan Eceran ;

Reparasi dan Sepeda Motor

9.78 5.05 4.33 11.65 9.06

8. Transportasi dan Pergudangan 6.46 5.64 10.99 8.62 7.95 9. Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

9.57 3.97 6.83 10.91 5.15

15. Jasa Pendidikan 7.14 8.55 4.52 2.09 8.80 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

7.14 8.55 9.32 17.35 15.40

17. Jasa lainnya 4.31 5.05 5.35 6.33 6.78 Produk Domestik Regional Bruto 9.74 9.65 9.02 6.74 5.13

Sumber data: BPS Kabupaten Bungo Tahun 2016

*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

(20)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak Iangsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah kebijakan pembangunan di masa yang akan datang

2) Laju Inflasi

Gambaran stabilitas ekonomi sekaligus mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bungo dapat dilihat dari besaran inflasi. Dimana laju inflasi diukur dari laju perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) yaitu suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan inflasi atau deflasi.

Pada Tahun 2014, Kabupaten Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di Provinsi Jambi. Kabupaten Bungo berada pada urutan 7 (tujuh) dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung inflasinya. Posisi inflasi Kabupaten Bungo di Pulau Sumatera sampai dengan triwulan IV Tahun 2014 cenderung meningkat.

Inflasi yang terjadi di Kabupaten Bungo mendapatkan perhatian yang serius dari Pemerintah Daerah, hal ini terlihat dari pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Nomor 157/Adm.Perek/2014 tentang Pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Bungo dan Keputusan Gubernur Jambi Nomor 198/Kep.Gub/Ekbang/2009 tentang Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi.

(21)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

sebesar 2,89 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 2,87 persen dan kelompok sandang sebesar 1,53 persen.

Tabel 1.7

Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Kabupaten Bungo Tahun 2014

No Kelompok Pengeluaran Tingkat inflasi (%)

1 Bahan makanan -1.39

2 Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 6.27 3 Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 2.89

4 Sandang 1.53

5 Kesehatan 3.17

6 Pendidikan, rekreasi & olah raga 2.87 7 Transport, komunikasi dan jasa keuangan -3.70

Total Tingkat Inflasi 1,29 Sumber data: BPS Kabupaten Bungo Tahun 2016

Tidak jauh berbeda dengan Kota Jambi, inflasi Kabupaten Bungo utamanya disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas volatile food seperti cabai merah, kentang dan bawang merah serta beberapa komoditas administered price seperti tarif kendaraan travel, tarif angkutan antar kota, rokok kretek filter dan tarif listrik. Kenaikan bahan makanan dan tarif angkutan disebabkan meningkatnya permintaan selama lebaran. Disamping itu, momen lebaran juga mendorong kenaikan harga sepatu, emas perhiasan dan baju muslim. Pada Bulan Januari 2016, Kabupaten Bungo mengalami inflasi sebesar 0,78 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kabupaten Bungo naik dari 120,60 pada Bulan Desember 2015 menjadi 121,54 pada Bulan Januari 2016. Laju inflasi tahun kalender Kabupaten Bungo sebesar 0,78 persen dan laju inflasi tahun ke tahun sebesar 2,63 persen.

(22)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

Grafik 1.2

Perkembangan Inflasi Kabupaten Bungo (%)

Inflasi Bulan Januari 2016 disumbangkan oleh Kelompok Bahan Makanan sebesar 0,4807 persen; Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,1276 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,3074 persen; Kelompok Sandang sebesar 0,0184 persen; dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga sebesar 0,0514 persen. Sedangkan deflasi disumbangkan oleh Kelompok Kesehatan sebesar 0,0009 persen dan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar sebesar 0,2038 persen.

Sepuluh komoditas utama yang memberikan andil terhadap terjadinya inflasi Bulan Januari 2016 adalah: tarif listrik, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, rokok kretek filter, bimbingan belajar, telur ayam ras, bawang putih, kasur, dan baju muslim. Sedangkan beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain: bensin, solar, kentang, cabai rawit, kacang panjang, serai, udang basah, sandal kulit, terong panjang, dan bahan bakar rumah tangga.

Mencermati perkembangan inflasi terkini, beberapa indikator harga dan kebijakan pemerintah, potensi tekanan inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan pada bulan-bulan mendatang. Inflasi utamanya disebabkan kenaikan harga volatile food seperti daging ayam ras dan bawang merah. Berkurangnya pasokan bawang merah dari Pulau Jawa

-0,53

2,00 Inflasi Kabupaten Bungo (%)

(23)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

serta masih berlangsungnya masa ternak ayam ras ditengarai mendorong kenaikan harga kedua komoditas tersebut.

Core inflation akan disumbangkan oleh kenaikan harga gula pasir seiring berkurangnya stok gula pasir di pasar yang ditengarai disebabkan masih berlangsungnya masa giling di Jawa. Kenaikan harga komoditas administered price akan disumbangkan oleh dampak lanjutan kenaikan harga tenaga listrik sesuai kebijakan tariff adjustment PLN pada pelanggan pascabayar.

Kedepan, beberapa faktor resiko yang berpotensi memberikan tekanan ke inflansi (Upward Risks) tetap perlu diwaspadai, seperti resiko yang berasal dari kelompok volatile food utamanya disebabkan oleh anomali cuaca yang berdampak negatif terhadap produksi hortikultura (sayuran, cabai, dll) dan perikanan budidaya (ikan nila, gabus dan mas). Resiko dari kelompok administered price utamanya disebabkan oleh resiko kenaikan harga BBM premium dan solar seiring mulai meningkatnya harga minyak dunia dan resiko kenaikan tarif tenaga listrik seiring rencana pengalihan pelanggan listrik 900 VA ke 1.300 VA untuk mengurangi beban subsidi.

Langkah-langkah strategis yang dipersiapkan dalam menghadapi resiko inflasi diantaranya adalah:

- Peningkatan produksi lokal komoditas yang berpotensi memicu inflasi

- Kerjasama antar daerah dengan mendatangkan komoditas pangan yang berpotensi memicu inflasi

- Analisis dampak rencana kenaikan harga BBM dan tarif tenaga listrik

D.

Sejarah Kabupaten Bungo

(24)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

Tahun 1958 rakyat Kabupaten Merangin melalui DPRD Peralihan dan DPRDGR bertempat di Muara Bungo dan Bangko mengambil keputusan antara lain:

1. Mendesak Pemerintah Pusat melalui Menteri Dalam Negeri untuk memekarkan Kabupaten Merangin menjadi 2 (dua) kabupaten antara lain:

a. Kewedanaan Muara Bungo dan Kewedanaan Muara Tebo menjadi Kabupaten Muara Bungo Tebo dengan Ibukotanya Muara Bungo. b. Kewedanaan Sarolangun dan Kewedanaan Bangko menjadi

Kabupaten Bangko dengan Ibukotanya Bangko.

2. Mengirim delegasi ke Jakarta untuk menghadap Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Propinsi Jambi guna memperjuangkan keputusan tersebut. Sebagai perwujudan dari tuntutan rakyat tersebut, maka keluarlah Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II yang mengubah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 sebagai Pemekaran Daerah:

1. Kabupaten Merangin menjadi:

a. Pemerintah Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko berkedudukan di Bangko.

b. Pemerintah Daerah Tingkat II Muara Bungo Tebo berkedudukan di Muara Bungo.

2. Kabupaten Batanghari menjadi:

a. Pemerintah Daerah Tingkat II Tanjung Jabung berkedudukan di Kuala Tungkal.

b. Pemerintah Daerah Tingkat II Batanghari berkedudukan di Kenali Asam.

Pada Tanggal 12 September 1965 dilakukan pelantikan Bapak M. Saidi sebagai Pejabat Bupati Kepala daerah Tingkat II Muara Bungo Tebo dan diadakan penurunan papan nama Kantor Bupati Merangin dan diganti dengan papan nama Kantor Bupati Muara Bungo Tebo.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka tanggal 19 Oktober 1965 tetap dinyatakan sebagai Hari Jadi Kabupaten Muara Bungo Tebo. Untuk memudahkan penyebutannya dan dengan tidak mengurangi makna keputusan dan jiwa Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 dan Keputusan DPRDGR Kabupaten Daerah Tingkat II Muara Bungo Tebo, ditetapkan dengan sebutan Kabupaten Bungo Tebo.

(25)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah yaitu Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo. Sehubungan dengan itu tanggal 19 Oktober dinyatakan sebagai Hari Jadi Kabupaten Bungo saja, dengan motto: Langkah Serentak Limbai Seayun.

Secara garis besar, pembentukan Kabupaten Bungo didasarkan kepada: 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah

Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2755);

2. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903); sebagaimana telah diubah dengan undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3969).

E.

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

(26)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk Kabupaten Bungo meliputi:

6. Perencanaan Pembangunan; 7. Perhubungan;

8. Lingkungan Hidup;

9. Kependudukan dan Catatan Sipil;

10. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; 11. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera;

12. Sosial;

13. Ketenagakerjaan;

14. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; 15. Penanaman Modal;

16. Kebudayaan;

17. Kepemudaan dan Olahraga;

18. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri;

19. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian;

20. Ketahanan Pangan;

21. Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan

22. Perpustakaan.

Sedangkan yang menjadi urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bungo dan disesuaikan dengan kondisi, ciri khas daerah dan potensi unggulan daerah Kabupaten Bungo. Adapun urusan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk Kabupaten Bungo meliputi:

1. Pertanian; 2. Kehutanan;

3. Energi dan Sumber Daya Mineral; 4. Pariwisata;

5. Kelautan dan Perikanan; 6. Perdagangan;

7. Industri; dan

(27)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

Selanjutnya berbagai kewenangan tersebut dijabarkan menjadi tugas pokok dan fungsi organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bungo dalam rangka mewujudkan upaya mencerdaskan, mensejahterakan dan melindungi masyarakat melalui penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat secara profesional, akuntabel, transparansi dan partisipatif.

F.

Susunan Organisasi Perangkat Daerah

Dalam rangka mendukung kelancaran tugas serta melakukan pelayanan terhadap masyarakat, maka, susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bungo telah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bungo sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan;

2. Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi;

3. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pembentukan Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

4. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD;

5. Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah;

6. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah;

7. Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2011 tentang Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat; dan

8. Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Pembentukan Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu.

Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut, maka Organisasi atau Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Bungo terdiri dari :

a. Dua Sekretariat, yaitu : 1. Sekretariat Daerah. 2. Sekretariat DPRD.

b. Dua Belas Lembaga Teknis, yaitu : 1. Inspektorat;

(28)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

3. Badan Kepegawaian dan Diklat;

4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;

5. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Dusun, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana;

6. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 7. Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan

Terpadu;

8. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 9. Kantor Ketahanan Pangan;

10. Kantor Lingkungan Hidup; 11. Rumah Sakit Umum Daerah; 12. Satuan Polisi Pamong Praja; dan

13. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi. c. Empat Belas Dinas, yaitu :

1. Dinas Pendidikan; 2. Dinas Kesehatan;

3. Dinas Sosial, TenagaKerja dan Transmigrasi; 4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

5. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika; 6. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga; 7. Dinas Pekerjaan Umum;

8. Dinas Pengelolaan Pasar dan Kebersihan;

9. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Perindustrian dan Perdagangan;

10. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; 11. Dinas Peternakan dan Perikanan;

12. Dinas Kehutanan dan Perkebunan;

13. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral; dan

14. Dinas Pendapatan Daerah.

Disamping Sekretariat, Lembaga Teknis Daerah dan Dinas pemerintahan Kabupaten Bungo juga terdiri atas 17 (tujuh belas) kecamatan dan 11 (sebelas) kelurahan serta 141 (seratus empat puluh satu) dusun/desa.

(29)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

G.

Isu Strategis

Isu strategis daerah Kabupaten Bungo pada Tahun 2016 adalah :

1. Masih kecilnya kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Bungo yang menyebabkan derajat desentralisasi fiskal juga kecil, sehingga kemandirian keuangan daerah sulit dicapai dan ketergantungan pada APBN menjadi besar;

2. Eksploitasi sumberdaya alam khususnya tambang tanpa izin yang meningkat dan akan berakibat kepada rusaknya lingkungan dan infrastruktur jalan dan jembatan;

3. Kualitas pendidikan di pedesaan masih rendah, karena belum maksimalnya ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas;

4. Kualitas pelayanan kesehatan di pedesaan masih rendah, karena infrastruktur kesehatan dan ketersediaan paramedis yang masih terbatas;

5. Tingkat kemiskinan di pedesaan dan pengangguran di perkotaan akan memicu peningkatan terhadap masalah sosial ekonomi masyarakat serta memicu peningkatan angka kriminalitas di daerah;

6. Meningkatnya kegiatan ekonomi daerah dan mobilitas penduduk akan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Akibatnya konsumsi BBM meningkat dan ketergantungan daerah pada BBM juga tinggi;

7. Pengembangan kota dan agroindustri menyebabkan peningkatan permintaan listrik dan air berkualitas, sedangkan sumber daya pembangkit dan pengolah terbatas, khusus listrik tergantung pada pasokan dari luar daerah melalui interkoneksi Sumatera;

8. Masalah demokrasi, HAM, dan kepastian hukum masih mewarnai kehidupan sosial masyarakat yang menuntut keadilan, kesetaraan, dan kearifan stockholder daerah;

9. Komoditas unggulan daerah berupa karet, kelapa sawit dan batubara masih dominan dalam kegiatan ekonomi daerah. Sedangkan komoditas tanaman pangan masih rendah nilai tukar dan produktivitasnya, padahal daya serap tenaga kerjanya masih tinggi;

10. Kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan cenderung meningkat, karena peningkatan kegiatan pertambangan dan perkebunan yang kurang diimbangi dengan peningkatan pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan karena terbatasnya dana;

(30)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

tersebut membutuhkan pula profesional dan transparansi dalam rekruitmen dan promosi karier Pegawai Negeri Sipil;

12. Peran UKM dan koperasi dalam membangun ekonomi daerah masih besar, karena daya serap tenaga kerjanya besar tetapi investasi dan daya saingnya masih rendah; dan

13. Transformasi struktural perekonomian Kabupaten Bungo yang sudah mulai beralih dari sektor primer menuju sektor tersier, tanpa diiringi dengan peningkatan kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, sehingga menyebabkan Sumber Daya Manusia lokal kalah bersaing.

H.

Sistematika Penyajian

Adapun sistematika penusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yakni sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

(31)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

I

BAB IV PENUTUP

Menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

LAMPIRAN

(32)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

ebijakan otonomi daerah menjadi sebuah framework

bagi Pemerintah Daerah dalam merumuskan dan

memformulasikan penyusunan kebijakan

penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai

dengankewenangan, kebutuhan, dan kemampuan daerah dalam melaksanakan bidang urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawab daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679), penyelenggaraan Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan memuat azas desentralisasi dan tugas pembantuan dengan

(33)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam konteks jangka panjang kebijakan tersebut dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2006-2026 (Lembaran Daerah Kabupaten

Bungo Tahun 2007 Nomor 1). RPJPD tersebut menguraikan tentang arah

pembangunan yang ingin dicapai Kabupaten Batang Bungo dalam kurun waktu 20 tahun, disusun berdasarkan visi dan misi daerah yang dijabarkan ke tujuan, strategi dan tahapan pembangunan jangka panjang. Selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2011-2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2011 Nomor 10). yang memuat Visi, Misi dan Agenda Utama Pembangunan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah, sesuai dengan visi dan misi Pembangunan yang telah disepakati.

Dari kerangka pembangunan jangka menengah daerah, kebijakan

pembangunan tersebut dijabarkan menjadi kebijakan pembangunan tahunan dalam bentuk RKPD. Kemudian, RKPD menerjemahkan perencanaan strategis jangka menengah (RPJMD dan Renstra SKPD) ke dalam rencana program dan penganggaran tahunan, yang selanjutnya tercermin dalam APBD, dan menjadi pedoman bagi Rencana Kerja (Renja) setiap SKPD untuk menjalankan program dan kegiatannya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka Visi Pembangunan merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan.

(34)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

A.

Visi dan Misi Pembangunan

Visi Pembangunan Jangka Menengah secara hirarki adalah suatu kondisi yang akan dicapai dalam rangka merealisir keadaan Kabupaten Bungo idaman dimasa depan. Dengan demikian Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah harus mengarah pada pencapaian Visi Pembangunan Jangka Panjang serta berpatokan pada pemecahan permasalahan pembangunan Kabupaten Bungo yang masih dirasakan. Untuk itu

dirumuskan Visi Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun 2011 – 2016

adalah:

“Bungo Yang Mandiri, Aman, dan Sejahtera Tahun 2016”

(Bungo MAS 2016)

Secara Iebih eksplisit dan agar dapat digunakan sebagai acuan arah pembangunan lima tahun yang Iebih terukur, maka VISI PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH tersebut selanjutnya diuraikan sebagai berikut:

1. Mandiri;

Kondisi yang menggambarkan terwujudnya kemandirian masyarakat dan pemerintah dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik, sehingga menjadikan masyarakat dan pemerintah yang tangguh dan mandiri.

2. Aman;

Kondisi yang memperlihatkan perwujudan memiliki perasaan aman dan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah sehingga dapat menikmati kehidupan yang lebih baik, yang dilandasi supremasi hukum dan Hak Azasi Manusia yang tinggi.

3. Sejahtera;

Kondisi semua lapisan masyarakat dapat terpenuhi hak dasarnya, baik di bidang sosial, ekonomi dan budaya, terutama pangan, sandang, dan perumahan secara merata.

Selanjutnya untuk mewujudkan Visi tersebut, ditetapkan MISI

PEMBANGUNAN TAHUN 2011 - 2016, yaitu :

1. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia yang

(35)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

kesehatan dan pendidikan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan;

2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan

pelabuhan udara yang mendorong sekaligus mendukung kemajuan perekonomian daerah;

3. Menyelenggarakan pemerintahan yang amanah, efisien, efektif, bersih

dandemokratis dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat secara prima;

4. Meningkatkan kemampuan dan pengembangan pertumbuhan

perekonomian rakyat dengan mendorong pengembangan simpul-simpul ekonomi rakyat utamanya pertanian, industri kecil, perdagangan dan jasa, serta koperasi;

5. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara cerdas

dan bijaksana demi kepentingan masyarakat luas dan kelestarian lingkungan hidup;

6. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan investasi pembangunan

melalui penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja;

7. Mewujudkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang sehat dan menarik

untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui partisipasi aktif

masyarakat; dan

8. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat dan kehidupan beragama,

adat istiadat dan budaya guna mewujudkan rasa aman dan ketentraman masyarakat.

B.

Strategi Pembangunan

Strategi pembangunan daerah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi dari kepala daerah yang terpilih. Strategi diperlukan untuk memperjelas arah pengembangan program prioritas kepala daerah yang terpilih tersebut.

Strategi pembangunan Kabupaten Bungo Tahun 2011-2016 merupakan strategi utama dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Adapun strategi yang dimaksud adalah:

(36)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

b. Melaksanakan percepatan pembangunan daerah yang diarahkan pada pengembangan sektor ekonomi unggulan Kabupaten Bungo dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal.

c. Melakukan reformasi birokrasi dan meningkatkan kinerja pelayanan publik oleh pemerintah Kabupaten Bungo berdasarkan prinsip good governance dan clean government guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membangun daerah.

d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.

C.

Arah Kebijakan Daerah

Kebijakan pembangunan Kabupaten Bungo difokuskan kepada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pembangunan Kabupaten Bungo merupakan turunan dari kebijakan pembangunan Provinsi Jambi dengan mempertimbangkan keunggulan daerah dan kearifan lokal masyarakat Kabupaten Bungo.

Adapun arah kebijakan umum pembangunan Kabupaten Bungo periode

tahun 2011–2016 adalah:

a. Memperkuat dimensi pembangunan daerah yang berkeadilan melalui

pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah, dan peningkatan kesetaraan gender.

b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang

tercermin dari pengurangan kemiskinan dan pengurangan pengangguran melalui program yang menyentuh langsung kepada masyarakat di daerah.

c. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui penerapan

prinsip transparansi, akuntabilitas, supremasi hukum, keadilan, dan partisipatif. Tata kelola pemerintahan yang baik mempunyai peranan penting bagi tercapainya sasaran pembangunan daerah di masa datang.

Penetapan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Bungo lebih menekankan pada sinergitas dari kebijakan nasional dan Provinsi Jambi menjadi kebijakan Kabupaten Bungo dengan mengutamakan pada penanganan berdasarkan pada fungsi pelayanan umum. Selain itu,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bungo 2005–

(37)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

meningkatkan pelayanan sosial dan ekonomi dan meningkatkan pula kesetaraan gender bagi masyarakat. Untuk itu, dalam menyelenggarakan pembangunan daerah di Kabupaten Bungo lebih diarahkan pada:

a. Pembangunan infrastruktur diarahkan pada upaya mempererat

keterkaitan ruang antar kawasan.

b. Penggunaan tata ruang dengan menyeimbangkan antara kebutuhan

ruang dengan potensi sumberdaya alam guna menjamin kelestarian dan lingkungan hidup yang sehat.

c. Pembangunan ekonomi daerah didasarkan kepada pertimbangan sektor

andalan/sektor unggulan yang dikembangkan sesuai potensi sumber daya yang tersedia.

d. Pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh dengan tetap

memperhatikan potensi daerah dan penataan ruang yang sehat dan dinamis.

D.

Prioritas Pembangunan Daerah

Untuk meningkatkan capaian keberhasilan pembangunan Kabupaten

Bungo maka prioritas pembangunan Kabupaten Bungo Tahun 2011 –

2016 adalah:

1. Peningkatan Kualitas Sumberdaya manusia melalui peningkatan

masyarakat yang beragama dan berbudaya, dengan fokus kepada:

a. Peningkatan Layanan Kesehatan dan pendidikan yang berkualitas.

b. Peningkatan kualitas kehidupan beragama dan berbudaya.

c. Peningkatan Jaminan Kesejahteraan Sosial bagi seluruh masyarakat.

2. Peningkatan penguatan ekonomi yang berbasis pada ekonomi

kerakyatan dan keunggulan daerah, dengan fokus kepada :

a. Peningkatan aktivitas usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi dalam perekonomian daerah.

b. Peningkatan daya saing dari produk unggulan daerah melalui agroindustri.

3. Peningkatan infrastruktur pelayanan masyarakat yang berkualitas

dan ketersediaan yang lebih luas.

a. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur jalan, jembatan,

irigasi, listrik dan air bersih.

b. Peningkatan kualitas dan kuantitas Infrastruktur, Pendidikan,

Kesehatan dan Perumahan untuk rakyat.

(38)

Laporan Kinerja

E.

Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Tabel 2.1.

Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupten Bungo Tahun 2016

Sasaran No Uraian Indikator Satua

n Target

1 Terwujudnya pemerataan akses layanan kesehatan masyarakat

5 Rata-rata persentase anggaran kesehatan

9 Persentase obat berlogo generik dalam persediaan obat pemerintah

% 100

(39)

Laporan Kinerja

8 Rata-rata persentase anggaran melalui prestasi olahraga dalam mewujudkan prestasi daerah

4 Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas serta penataan administrasi kependudukan yang baik

5 Persentase keluarga ber KK

% 90

5 Terselenggaranya percepatan pembangunan Infrastruktur 6 Terpenuhinya pembangunan

Infrastruktur energi dan listrik

1 Rasio elektrifikasi % 30

2 Jumlah pengguna energi alternatif

KK 1.400

7 Terciptanya kualitas dan ketersediaan jaringan irigasi

1 Persentase jumlah prasarana sumber

(40)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

dan air bersih daya air dan irigasi

yang terpelihara

8 Terpenuhinya pembangunan infrastruktur perumahan dan permukiman yang layak

9 Terselenggaranya Tata pemerintahan yang baik

10 Terwujudnya jaminan

kepastian dan perlindungan hukum

11 Terciptanya partisipasi

(41)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

produktivitas UMKM dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi

13 Terciptanya kecukupan pangan daerah

1 Ketersediaan energi dan protein per

3 Stabilitas harga dan pasokan pangan

5 Persentase sektor pertanian dalam

pelayanan kepada masyrakat dan sumbangsih terhadap pendapatan daerah

1 Persentase PAD dari BUMD

% 15

15 Tercapainya pengelolaan sumber daya alam secara

16 Terciptanya pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam skala besar, menengah dan kecil

1 Jumlah perusahaan perkebunan

Perusa haan

13

2 Jumlah perusahaan pertambangan

Perusa haan

40

3 Nilai investasi bidang perkebunan

Juta (Rupia

h)

(42)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

4 Nilai investasi bidang

5 Persentase sektor pertambangan dalam

pembentukan PDRB

% 10

17 Terwujudnya kualitas

pengelolaan mitigasi

perubahan iklim dan

kelestarian lingkungan hidup

1 Tingkat kualitas air Baik Baik 2 Tingkat kualitas

udara

Baik Baik

3 Angka kebakaran hutan dan lahan

Ha 50

18 Terciptanya tata ruang daerah sebagai acuan kebijakan

pembangunan yang

19 Terwujudnya iklim investasi yang sehat melalui reformasi birokrasi lembaga ekonomi

diberbagai tingkatan

pemerintah yang mampu mengurangi patologi praktek ekonomi biaya tinggi

20 Tercapainya stabilitas ekonomi makro dengan tetap mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas

serta peningkatan

21 Mengurangi kesenjangan

pembangunan antar

2 Persentase usulan desa yang

diakomodir melalui musrenbang

% 75

22 Terciptanya iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai– nilai kearifan lokal akan

mampu merespon

modernisasi dengan positif dan produktif sejalan dengan nilai kebangsaan

1 Persentase

pemanfaatan pasar tradisional modern

% 75

(43)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

hidup beragama dengan menjunjung tinggi adat

istiadat dan budaya

masyarakat lokal

konflik secara adat

24 Meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan nilai-nilai kebangsaan dan kepedulian dalam rangka memperkokoh rasa persatuan

Perwujudan pelayanan publik di daerah tentunya berkorelasi erat dengan kebijakan Belanja Daerah. Anggaran Belanja Daerah akan mempunyai peran rill dalam peningkatan kualitas layanan publik dan sekaligus menjadi stimulus bagi perekonomian Daerah apabila terealisasi dengan baik. Dengan demikian, secara ideal seharusnya Belanja Daerah dapat menjadi komponen yang cukup berperan dalam peningkatan akses mayarakat terhadap sumber-sumber daya ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

Belanja Daerah merupakan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintahan Daerah untuk mendanai seluruh program/kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan publik di daerah. Program/kegiatan dimaksud dilaksanakan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi Daerah. Pemerataan pendapatan, serta

pembangunan di berbagai sektor. Komponen yang mengindikasikan aktivitas dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalah Belanja Daerah. Komponen ini merupakan pengeluaran

dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan kepentingan

(44)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

SKPD, prioritas pembangunan sesuai potensi dan permasalahannya, serta perkiraan situasi dan kondisi pada tahun depan.

Belanja daerah secara makro dilandasi atas pemahaman efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan belanja daerah yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing program dan kegiatan yang dilaksanakan.

Kebijakan Belanja Daerah secara deskriptif dapat diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut: (1) Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan Kegiatan, (2) Belanja Langsung, Merupakan Belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

1.

Target dan Realisasi Belanja Daerah

Belanja daerah Pemerintah Kabupaten Bungo pada Tahun 2016 yang perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2.

Komposisi Belanja Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2016

No Uraian Tahun 2016

Anggaran Realisasi %

1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 737.656.666.628,64 686.916.764.226 93,12 2 BELANJA LANGSUNG 436.559.630.960,57 402.784.688.534,24 92,26

Total Belanja 1.174.216.297.589,21 1.089.701.452.760,24 92,8

(45)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

Gambar 2.1.

Grafik Kontribusi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung terhadap Belanja Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2011 s.d 2016

a) Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Rata-rata kontribusi Belanja Tidak Langsung selama 5 tahun dari Tahun 2012 s.d 2016 terhadap total belanja daerah adalah sebesar 54,49 persen. Secara ideal, Belanja Tidak Langsung harus lebih kecil dibandingkan Belanja Langsung, akan tetapi di dalam total Belanja Daerah Kabupaten Bungo, Belanja Tidak Langsung masih lebih besar dibandingkan Belanja Langsung, hal ini disebabkan oleh adanya komponen belanja pegawai yakni tambahan penghasilan guru/sertifikasi guru. Adapun rincian realisasi Belanja Tidak Langsung Kabupaten Bungo dari Tahun 2012 s.d 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3.

Rincian Realisasi Belanja Tidak Langsung Kabupaten Bungo Tahun Anggaran 2012 – 2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi

Belanja Pegawai 395.002.275.403 426.137.966.334 478.950.778.375 491.869.681.133 566.211.764.629,64 531.315.526.797

Belanja Bunga - - - - 383.043.982 335.923.000

Belanja Subsidi 582.462.000 606.744.000 606.744.000 606.744.000 606.744.000 606.744.000

(46)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

Belanja Bantuan Sosial 2.458.750.000 5.305.011.000 6.916.635.000 0,00 5.335.750.000 5.335.750.000

Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Desa

1.041.337.000 1.034.485.000 1.041.247.000 936.322.000 1.146.362.000 1.146.362.000

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota , Pemerintah Desa dan Parpol

19.910.180.707 21.433.543.403 21.538.519.330 56.089.456.387 155.917.002.017 141.766.858.429

Belanja Tidak Terduga 535.277.000 - - - - -

Total Belanja Tidak

Langsung 449.092.351.360 474.310.824.737 536.409.446.405 589.316.237.089 737.656.666.628,64 686.916.764.226 Sumber data: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2016.

1) Belanja Pegawai

Belanja Pegawai merupakan komponen yang paling dominan dan cukup besar pengaruhnya terhadap jumlah Belanja Tidak Langsung. Jumlah Belanja Pegawai selalu meningkat dari Tahun 2012 s.d Tahun 2016. Pada Tahun 2012 direalisasikan sebesar Rp 395.002.275.403,- s.d Tahun 2016 meningkat menjadi Rp 566.211.764.629,64 direalisasikan sebesar Rp 531.315.526.797,-. Belanja ini digunakan untuk pembayaran gaji pegawai dana tambahan penghasilan pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo.

2) Belanja Subsidi

Belanja Subsidi dialokasikan untuk Subsidi Raskin. Pada Tahun 2011 Belanja Subsidi terealisasi Rp 488.214.000,- dan pada Tahun 2012 realisasinya meningkat sebesar Rp 582.462.000,-, untuk Tahun 2013

s.d Tahun 2016 anggaran dan realisasinya sama yakni sebesar Rp 606.744.000,-

3) Belanja Hibah

Jumlah Belanja Hibah setiap tahunnya berfluktuasi disesuaikan dengan kemampuan APBD dan kebijakan dana hibah tahun berjalan, pada Tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp. 7.866.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp 6.409.600.000,-.

4) Belanja Bantuan Sosial

(47)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

dialokasikan untuk Belanja Bantuan Beasiswa Program Samisake, Belanja Bantuan Sosial UMKM Program Samisake. Pada Tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp 5.335.750.000,- s.d akhir Tahun 2016 anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp

5.335.750.000,-5) Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Desa

Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Desa alokasinya relatif sama untuk setiap tahunnya dengan kisaran kurang lebih Rp. 1 Milyar setiap tahunnya yang merupakan bagi hasil pajak daerah kepada pemerintah desa dan bagi hasil pajak retribusi daerah kepada pemerintah desa.

6) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik dari anggaran sebesar Rp 155.917.002.017,- dan terealisasi sebesar Rp 141.766.858.429,-.

7) Belaja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga hanya terealisasi pada Tahun 2011 dan 2012 saja. Pada Tahun 2011 direalisasikan sebesar Rp. 344.587.500,- dan pada Tahun 2012 direlaisasikan sebesar Rp. 535.277.000,-, pada Tahun 2016 dianggarkan sebesar Rp 190.000.000,- dengan realisasi sebesar 0 persen.

b) Belanja Langsung

Belanja Langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan Program dan Kegiatan yang meliputi Belanja Pegawai, Belaja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal.

Belanja Langsung Tahun 2016 dianggarkan sebesar

(48)

Laporan Kinerja

Tahun 2016

BAB

II

Tabel 2.4.

Realisasi Belanja Langsung Kabupaten Bungo Tahun 2012 s.d 2016

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Target Realisasi

1 Belanja Pegawai 48.968.017.399 57.666.911.271 64.859.326.869 92.576.497.022 103.807.064.298 99.388.830.430

2 Belanja Barang dan

Jasa 145.972.906.964 209.819.066.147 236.406.636.594 242.115.645.137 216.220.680.535 192.769.273.660

3 Belanja Modal 103.057.185.676 246.894.932.407 195.187.452.817 170.769.586.571 116.531.886.128 110.626.584.444

Total Belanja Langsung 297.998.110.039 514.380.909.825 496.453.416.280 505.461.728.730 436.559.630.961 402.784.688.534 Sumber data: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2016.

Otonomi Daerah yang bergulir dan berlaku efektif mulai tahun 2001 telah memberi ruang kepada Pemerintah Daerah untuk menerapkan model penganggaran yang tidak hanya berpijak pada model anggaran berimbang saja. Pemerintah daerah bisa menggunakan model penganggaran lain, yaitu anggaran surplus dan anggaran defisit dalam APBD nya.

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Struktur APBD memperlihatkan bahwa komponen pembiayaan merupakan komponen yang dipergunakan untuk mengantisipasi surplus/(defisit) anggaran. Dalam artian bahwa komponen pembiayaan merupakan transaksi keuangan daerah untuk menutupi selisih antara anggaran pendapatan dan anggaran belanja daerah. Kebijakan pembiayaan daerah didasari oleh pandangan bahwa setiap kewajiban yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, secara konsisten dapat dilaksanakan sesuai tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawab yang diemban, serta guna menjaga kredibilitas pemerintah daerah.

Pendayagunaan komponen pembiayaan pada struktur APBD Tahun 2012 s.d 2016 dilandasi atas pemikiran bahwa setiap kewajiban yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Bungo senantiasa harus diupayakan pelaksanaanya guna menjaga citra dan wibawa pemerintah Kabupaten Bungo, khususnya kepada pemberi pinjaman dan umumnya kepada masyarakat.

Gambar

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Bungo
Tabel 1.1 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Bungo
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1.4  Angka Bekerja, Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja, Pengangguran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indikator Kinerja Utama Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2011-2016 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum

Urutan kepentingan kebutuhan konsumen akan atribut-atribut peningkatan kualitas desain produk kursi santai lipat, yaitu: (1) kursi untuk menghilangkan lelah,

Pengukuran morfometri mengenai pertumbuhan kerang kapah di stasiun pantai amal baru kota Tarakan untuk hubungan antara panjang cangkang dengan berat kering daging

Pembentukan Peraturan Daerah ini berupaya semaksimal mungkin untuk mendasarkan pada pemikiran dan argumentasi keilmuan maupun praktek hukum demi terbangunnya pelayanan publik

(1) Rio yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) dan Pasal 44, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah

Pelaksanaan sistem nilai dan simbol yang digunakan Kasultanan DIY dalam mengelola tanah SG dan PAG selama ini terletak pada model-model tanah yang telah dipetahkan

Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya.Energi panas bumi telah

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf perta$a unsur na$a jabatan dan pangkat ang diikuti na$a )rang atau ang dipakai sebagai pengganti na$a )rang tertentu# na$a instansi# atau