• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Tugas Akhir Metode CRS Stack

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Tugas Akhir Metode CRS Stack"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

(Proposal Pengajuan Tugas Akhir)

Di ajukan oleh :

Rosita Renovita

Rosita Renovita

1115051031

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

(3)

dengan atribut CRS, berupa dua muka gelombang yaitu titik di reflektor dan sumber sepanjang segmen reflektor atau exploding reflektor yang diikutsertakan ke dalam perhitungan operator stacknya (Hubral, 1983). Metode CRS stack telah digunakan secara luas pada penelitian khususnya pada data seismik 2D, sehingga mendorong dilakukannya penelitian metode ini pada data seismik 3D. Pada penelitian ini, metode CRS stack diaplikasikan pada data seismik darat 2D maupun 3D dan dibandingkan diantara keduanya, sehingga diharapkan dapat menghasilkan gambaran bawah permukaan yang memiliki kemenerusan reflektor yang lebih baik dibandingkan metode konvensional

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam studi ini adalah :

Hasil yang diharapkan berupa penampang stack 2D dan 3D CRS.

Kontrol kualitas yang digunakan hanya dilihat dari hasil stack dan gather.

Atribut CRS yang dikeluarkan hanya pada data seismik darat 2D.

1.3 Tujuan Studi

Melakukan proses CRS stack pada data seismik darat 2D dan 3D untuk

mendapatkan penampang stack yang paling optimal serta menganalisis parameter dip dan aperture yang berpengaruh pada data seismik terukur.

Membandingkan penampang seismik darat 2D dan 3D hasil pengolahan data dengan metode konvensional dan CRS stack.

(4)
(5)

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Metode Stack Konvensional

2.1.1 CMP Stack

Pada akuisi seismik 2D, source dan receiver ditempatkan dalam satu garis lurus. Posisi CMP didefinisikan sebagai titik tengah antara source dan receiver.

Pasangan source dan receiver dari posisi CMP yang sama dikumpulkan dalam satu CMP gather. Jarak antara source dan receiver disebut sebagai offset

(6)

Ketika akuisisi data seismik dilakukan sepanjang lapisan horizontal di bawah permukaan yang homogen, refleksi primer dalam penampang common midpoint gather akan tepat berada di sepanjang fungsi traveltime hiperbola. CMP gather mengandung semua ray dan mengiluminasi titik yang sama pada sebuah reflektor dengan offset yang berbeda-beda.

Gambar 2.2 Geometri Seismik Refleksi (a)Common Source Gather(b)CMP

(7)

Inilah ide dasar metode stack CMP konvensional yang diungkapkan oleh Mayne (1967), dimana trace-trace dari offset yang berbeda-beda mengandung informasi untuk titik yang sama pada reflektor horizontal. Informasi yang banyak ini dapat dijumlahkan secara konstruktif untuk menghasilkan sebuah penampang stack dengan rasio sinyal terhadap noise yang tinggi.

2.1.2 Koreksi NMO/ DMO

Untuk kasus reflektor dengan medium homogen, parameter yang berpengaruh hanya kecepatan medium saja. Sedangkan pada kasus reflektor yang memiliki kemiringan, fungsi traveltime merupakan kombinasi dari unit kecepatan dan dip yang dikenal dengan nama Dip Move Out. Parameter ini bergantung pada kemiringan reflektor dan kecepatan medium itu sendiri.

Berikut ini ilustrasi penggambaran Dip Move Out :

(8)

Koreksi NMO adalah koreksi waktu tempuh karena pengaruh offset. Kecepatan NMO disebut juga sebagai apparent velocity atau stacking velocity. Adanya sudut Φ menyebabkan kurva waktu tempuh menjadi lebih datar daripada waktu tempuh untuk lapisan horizontal. Oleh karena itu, kecepatan NMO akan selalu lebih besar jika dibandingkan dengan kecepatan interval medium. Inversi kecepatan yang didasarkan pada moveout ini akan menghasilkan kecepatan medium apparent yang lebih tinggi daripada kecepatan medium yang sebenarnya, sehingga untuk kasus seperti ini, koreksi NMO masih akan menyisakan residual NMO. Pada kasus lapisan horizontal, kecepatan NMO akan sama dengan kecepatan interval medium. Pada kasus perlapisan yang memiliki kemiringan planar, CMP gather akan mengalami situasi yang disebut smearing, dimana tiap titik refleksi dalam satu CMP gather tidak akan tepat berada di titik CMP yang dimaksudkan. Fenomena ini dengan jelas diperlihatkan dalam Gambar 2.4.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa tiap titik refleksi dalam satu CMP gather tidak lagi berada dalam satu titik, namun tersebar dalam sebuah area tertentu. Dalam kasus lapisan miring yang planar, situasi ini bisa diatasi dengan

(9)

Gambar 2.4 Reflection Point Smear(a) KumpulanRaySetiap TitikCMP Gather

(b) Detail yang Menunjukkan Titik Refleksi Tiap CMP Gather (Mann et al.,

2007)

Setelah dilakukan koreksi NMO yang menyebabkan reflektor berbentuk hiperbola menjadi terlihat datar, kemudian dilakukan proses stacking yang bertujuan untuk meningkatkan rasio sinyal terhadap noise. Stacking trace bisanya dilakukan berdasarkan CDP, dan mengambil asumsi bahwa sinyal mempunyai fase yang sama dan noise random mempunyai fase acak, maka stacking akan memperkuat amplitudo sinyal dan membebaskan sinyal dari noise yang inkoheren.

(10)

Gambar 2.5 ProsesStackingDalam Pengolahan Data Seismik (Yilmaz, 2001)

Gambar model geologi 2 lapis datar (kiri) dengan gelombang refleksi dan

gelombang multiple (tengah), gather yang didapatkan dari proses akuisisi (kanan). Setelah dilakukan koreksi NMO, maka even refleksi akan menjadi datar dan multiple akan tetap miring karena kecepatan multiple yang lebih rendah dari kecepatan medium.

2.2 Operator CRS Stack

(11)
(12)
(13)

Bagian bawah dari Gambar 2.6 dan Gambar 2.7 adalah model geologi berupa antiklin dengan kecepatan overburdennya homogen. Bagian atas menggambarkan data seismik (multicoverage) yang diklasifikasikan berdasarkan common-offset gather (warna biru). Pada bagian atas ini ditampilkan juga operator stack konvensional (Gambar 2.6) dan operator stack CRS (Gambar 2.7) yang

berwarna hijau yang digunakan untuk melakukan stack, sehingga dihasilkan titik P0. Kurva berwarna jingga yang melewati titik P0 adalah lintasan common reflection point (CRP) dari titik CRP pada reflektor. Lintasan CRP ini juga yang digunakan sebagai jalur untuk proses stack pada metode konvensional. Lintasan

CRP yang berwarna jingga ini didapatkan dari perpotongan antara operator DMO dengan data common-offset yang berwarna biru. Dapat disimpulkan bahwa titik P0 didapatkan dengan menjumlahkan amplitudo sepanjang lintasan jingga untuk metode konvensional. Pada CRS, titik P0 ini didapatkan dengan menjumlahkan

amplitudo pada semua lintasan CRP yang berwarna hijau (Ariesty, 2012).

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan selama Tugas Akhir ini berlangsung adalah sebagai berikut :

1. Laptop (Operation System Windows)

2. Software yang digunakan di LEMIGAS

3. Data Seismik dari hasil pengukuran di lapangan

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tugas Akhir ini dilaksanakan selama dua bulan pada :

Waktu : 20 Mei 2015 – 20 Juli 2015

(14)

C. Metodologi Studi

Dalam studi tugas akhir ini, data-data yang dibutuhkan adalah data real survey seismik darat berupa CDP Gather Before PSTM yang sudah melewati tahapan preconditioning.

(15)

BAB IV

PENUTUP

Demikianlah Proposal Pengajuan Tugas Akhir ini saya buat. Besar harapan bagi saya dapat diterima di LEMIGAS untuk melaksanakan Tugas Akhir dengan Judul

Peningkatan Kualitas Penampang Seismik Dengan Menggunakan Metode

Common Reflection Surface Stack Pada Formasi “RR”

.

Mohon Bapak/Ibu membalas surat permohonan saya melalui email di bawah ini,

rositarenovita@gmail.com

Berikut saya lampirkan Surat Pengantar Tugas Akhir, Transkrip Nilai Akademik serta CV (Curriculum Vitae) pribadi saya.

Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Gambar

Gambar 2.1 Ilustrasi Akuisisi Data Seismik 2D dengan Menggunakan Reflektor yang Planar pada Medium Homogen Isotropi (Duveneck, 2004)
Gambar 2.2 Geometri Seismik Refleksi (a) Common Source Gather (b) CMP
Gambar 2.3 Geometry CS Gather (a) dan CMP Gather (b) pada Reflektor yang
Gambar dibawah ini menunjukkan proses stacking yang dapat terjadi dalam pengolahan data seismik :
+3

Referensi

Dokumen terkait

Arah aliran air tanah di Kecamatan Tanjung Morawa berawal datang dari arah barat daya menuju ke arah timur laut dan utara selanjutnya aliran air berbelok menuju

bangunan gedung Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak saat ini adalah sebesar 55,35 %, dimana dengan nilai tersebut bangunan gedung Fakultas

9 tahun 1975 serta ketentuan pasal 71, 73 Kompilasi Hukum Islam, bahkan dalam satu putusan 38 sekalipun perkawinan poligami tersebut telah diisbatkan nikahnya

Selanjutnya penulis melakukan penelitian di UPT Patobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana berjudul “Pengaruh Titer Antibodi Maternal Terhadap Histopatogenesis Virus

Studi Askenazy (2003) juga menunjukkan bahwa upah minimum memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui akumulasi modal manusia. Implikasi upah minimum

penelitian ini adalah empat komponen mekanisme corporate governance yaitu: (1) Dewan komisaris independen, yang diukur berdasarkan prosentase komisaris independen

Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Sri Edi Swasono [ed.], UI Press, Jakarta, hal.. struktural telah begitu lama dirasakan oleh rakyat banyak. Dengan kepemilikan diharapkan agar bangsa

Gonzales-Herrero & Pratt seperti yang dikutip oleh Putra (2008:9.14) menjelaskan setelah tahapan-tahapan krisis tersebut terjadi, tidak kemudian krisis selesai dan