• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan A"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur Siti Kamilah

DosenTetap Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Telp: (021)

78864045 Abstrak :

Anak merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak

memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

Selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar,

dirasakandanmerekaseolah-olah tidak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak

Bersifat egosentris, dan memiliki rasa ingin tahu secara alamiah. Anak merupakan mahluk sosial,

unik kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian peendek, dan memiliki

masa yang paling potensial untuk belajar.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak di Puskesmas jatinegara jakarta Timur tahun 2014. Desain penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner kolerasi dengan Sampel sebanyak 95 responden. Tehnik pengambilan

sampel adalah secara simple random sampling.

Hasil univariat menunjukan perkembangan anak yang kurang (62,1%) yang baik (37,9%) dan

pola asuh permisif (41,1%), otoriter (34,7%) dan demokratif (24,2%).Hasil chi square

menunjukkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak di

Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014.

( Pvalue=0,003) Diharapkan penelitian ini dapat digunakan yang sesuai untuk perkembangan

yang lebih baik pada anak diusia toddler sehingga dapat dijadikan bahan pengetahuan untuk

(2)

Child is a little man who has the potential to be developed. The child has certain distinctive

characteristics and not the same as adults, they are always active, dynamic, enthusiastic and

curious about what is seen, heard, felt, and they seem to never stop to explore and learn.

Children are egocentric, and have a natural curiosity. Children are social creatures, unique, rich

with fantasy, has a short attention, and has the most potential for future learning (Sugiono,

2009). The purpose of this study was to determine the relationship between parenting parents

with child development in East Jakarta Jatinegara Health Center in 2014. Design research is

descriptive correlation with cross sectional approach. Collecting data using questionnaires. A

sample of 95 res

pondents. Sampling techniques are simple random sampling. Univariate results showed that less

child development ( 62.1 % ) were good ( 37.9 % ) and permissive parenting

( 41.1 % ), authoritarian ( 34.7 % ) and demokratif ( 24.2 % ). Chi square results showed no

association between parenting parents with child development in East Jakarta Jatinegara Health

Center in 2014. ( Pvalue= 0,003) Hopefully this research can be used as appropriate for a better

development in the toddler age children so that they can be used as material for future knowledge

. Keywords:parenting, democratic, authoritarian, permissive. Siti Kamilah Jurnal Ilmu

Keperawatan Indonesia34

Pendahuluan

Anak merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak

memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu

(3)

terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan mereka seolah-olah tidak pernah berhenti

bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, dan memiliki rasa ingin tahu secara alamiah.

Anak merupakan mahluk sosial, unik,

kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian pendek, dan memiliki masa yang paling potensial

untuk belajar.

Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia todler ini yaitu usia 1-3

tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat Agar masa keemasan ini

bermanfaat secara optimal, maka orang tua diharapkan dapat melakukan proses pola asuh dengan

cara yang baik dan optimal. Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di

antaranya yaitu faktor paskanatal yang mencakup tiga hal, yaitu kebutuhan asuh, kebutuhan asih,

dan kebutuhan asah. Kebutuhan tersebut menjadi tugas keluarga/orang tua untuk memenuhinya.

Pola asuh keluarga terutama orang tua menjadi hal yang paling mendasar dalam tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak orang tua yang menganggap wajar tentang

masalah yang sering muncul pada anak usia toddler, seperti agresif, banyak kemauan,

berbohong,bandel hyperaktif, suka berteriak, persaingan saudara (Sibling Rivalry). Akan tetapi,

apabila orang tua salah dalam memberikan pola asuh maka akan berdampak tidak baik bagi anak

dalam perkembangan selanjutnya.

Tingginya angka kelahiran akan mendorong ke masa pembangunan di era global yang penuh

dengan persaingan, setiap individu dituntut untuk mempersiapkan mentalnya agar mampu

menghadapi tantangan di masa depan. Hampir 50% anak usia 1-3 tahun di 54 negara maju

menunjukan beberapa simptom gangguan perilaku anti sosial yang dapat berkembang menjadi

(4)

berbagai negara misalnya di Kanada dan Selandia baru menunjukan sekitar 5-7% anak

mengalami antisosial, selain itu akibat dari pola pengasuhan yang salah anak bisa menjadi

depresi sebagai gambaran di Amerika menunjukan 1% pada anak usia 1-3 tahun, 2% usia

sekolah, dan 5-8% pada usia remaja yang mengalami depresi. Di Indonesia sendiri walau belum

ada angka pasti, namun jumlah anak yang terlibat kejahatan hukum atau kenakalan dapat

diprediksikan kalau hal tersebut sebagai akibat dari pola pengasuhan yang salah di awal tahun

perkembangan. Waktu 5 tahun terakhir di Indonesia rata-rata lahir 5 juta bayi per tahun. Dari 227

juta penduduk, 80 juta (34%) di antaranya adalah anak –anak. Badan Pusat Statistik Indonesia

(BPS) pada tahun 2000 melaporkan bahwa data statistik dari 206,2 juta penduduk, terdapat 27,8

juta anak. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) tahun 2007 saat ini jumlah

balita di tanah air mencapai 17% dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% pertahun. Dan

perkembangan tersebut mengalami pertumbuhan 7% anak dan tahun -tahun sebelumnya, dengan

peningkatan ini diharapkan kualitas anak di Indonesia juga akan meningkat sebab anak

merupakan energi peradapan masa depan yang hares disiapkan

dengan matang untuk mengendalikan perubahan zaman. Pembangunan kesehatan sebagai bagian

dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan

anak yang dilakukan sedini mungkin sejak masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang

dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupanya,

ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup

anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta

memiliki intelegensi

majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Orang tua merupakan pendidik utama dan pengasuh

(5)

potensi anak secara wajar. Orang tua juga memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan

membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan

keluarga yang lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku

orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian, peraturan,

disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan

kebiasaan Vol. 5 No. 1 Maret 2015 Jurnal Ilmu Keperwatan Indonesia 35 orangtua selalu dilihat,

dinilai, dan ditiru oleh

anaknya yang kenudian semua itu secara sadar

atau tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi

kebiasaan pula bagi anak- anaknya. Hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pola

asuh yang baik pada anak toddler usia 1-3 tahun meliputi orang tua hendaknya selalu mengajak

anak berbicara dan bermain

interaktif, melibatkan anak sesering mungkin dalam melaksanakan tugas sehari-hari, jangan

memaksa anak untuk melakukan hal yang tidak disukainya, memberikan pujian kepada anak

ketika anak melakukan apa yang diperintahkan, memberikan kesempatan kepada anak untuk

mencoba keterampilan motorik, sosial serta bahasanya sesuai dengan tahap perkembangannya.

ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu: sosial ekonomi, lingkungan

sosial, pendidikan nilai- nilai agama yang dianut orang tua, kepribadian, jumlah anak.Polaasuh

anak menjadi tiga, yaitu: pola asuh otoritor, pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Pada

pola asuh otoriter, orang tua sangat menanamkan disiplin pada anaknya dan

menuntut prestasi tinggi. Namun, pihak lain orang tua tidak memberikan kesempatan pada

(6)

asuh otoriter ini membuat anak mandiri karena sifat orang tua yang terlalu disiplin dan tegas.

Tetapi, kemandiriananak tersebut bukan lahir dari kesadaranya sendiri melainkan melainkan

kemandirian karena sikap orang tua yang terlalu memaksa dalammemperoleh prestasi anak.

Sedangkan pola asuh permisif, orang tua menunjukan sikap kasih sayang tinggi, tetapi dengan

kendali dan tuntutan prestasi yang rendah. Pada tipe pola asuh ini anak tidak mandiri karena

orang tua terlalu memanjakan anaknya sehingga anak tidak peduli dengan tanggung jawab, susah

bergaul, dan dapat menghambat perkembangan moral anak. Demikian juga dengan pola asuh

demokratis, orang tua memberikan kontrol dengan

mengendalikan anak untuk mencapai target tertentu. Akan tetapi, orang tua juga memberi anak

kesempatan untuk mencapaikan keluhan dan pendapatnya. Dalam penelitian Wong menunjukan

bahwa pola pengasuhan

demokratis sangat mendukung perkembangan kemandirian (healthyautonomy) pada anak. Hal ini

dimungkinkan karena pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu

bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,

termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih

sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya.

Penelitian yang di lakukan yang berjudul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan

Perkembangan Anak Toddler (Usia 1-3 Tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan Wiradesa

Kabupaten Pekalongan”. maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pola asuh orang tua

dengan perkembangan anak toddler (usia 1-3 tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan Wiradesa

Kabupaten Pekalongan. Stu di pendahuluan dilakukan penulis di Puskesmas Jatinegara Jakarta

Timur diperoleh data bahwa dari hasil uji DDST diperoleh data pada tahun 2013 sebanyak 115

(7)

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan sebanyak 40 anak, usia 2 tahun anak yang

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan sebanyak 28 anak dan selebihnya anak

usia 3 tahun dengan jumlah 47 anak dari usia 1-2 tahun, sedangkan pada tahun 2014 dari bulan

Januari sampai Oktober sebanyak 124 anak yang berusia 1-3 tahun dengan kriteria usia 1 tahun

sebanyak 31 anak yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, usia 2 tahun

sebanyak 32 anak yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan anak usia 3

tahun sebanyak 61 anak yang mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu atau orang tua anak menyatakan bahwa ibu

tersebut melarang anaknya yang berusia 2,5 tahun bermain dengan anak-anak yang nakal dengan

sikap dimarahi dan

mengajaknya pulang. Salah satu aspek sosialisasi anak usia 1-3 tahun adalah bermain dengan

teman sebayanya, bila hal tersebut dilakukan oleh para orang tua maka akan membuat

perkembangan anaknya menjadi terganggu. Fenomena-fenomena yang sering kita lihat di

masyarakat ini menarik minat

peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “hubungan pola asuh dengan perkembangan anak

usia 1-3 tahun di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014”. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui hubungan Pola asuh dengan Perkembangan anak usia 1-3 tahun di Puskesmas

Jatinegara

Jakarta TimurTahun 2014. Siti kamilahJurnal Ilmu Keperawatan Indonesia 36

Metode Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Tujuan menggunakan

(8)

asuh dengan perkembangan Anak. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data anak di

Puskesmas Jatinegara Jakarta Timuryaitu berjumlah 124 dengan sampel 95 orang. Uji validitas

dilakukan di Puskesmas Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan dengan 20 responden. Hasil

uji validitas diperoleh 27 pernyataan dari 30 pernyataan yang valid, 3 pernyataan yang tidak

valid dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian. Hasil reabilitas diperoleh nilai 0.962.

Artinya nilai cronbach;s Alphar hitung > r tabel sehingga semua pertanyaan yang digunakan

dinyatakan reabilitas.Analisis univariat digunakan untuk melakukan analisis terhadap distribusi

frekuensi dari variable- variabel yang digunakan dalam penelitian ini.Variabel yang akan

dianalisis univariat antara lain gambaran pola asuh orang tua pola asuh

demikratis,otoriter,permisif Analisis bivariat di gunakan untuk mencari hubungan antara data

variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang

dilakukan dengan uji Chi-Square yaitu uji statistik yang digunakan untuk menguji signifikasi dua

variabel.Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu Pola asuh dan

Perkembangan anak. Hasil Tabel. 1 Analisa Univariat Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola

asuh dan Perkembangan anak usia 1-3 tahun di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur Tahun 2014

(n=95) Variabel Kategori N (%) Pola asuh Demokratif 2324,2 otoriter 3334,7 permisif

3941,1Perkembangan anak Baik 3637,9 Kurang 5962,1 Berdasarkan tabel diatas diketahui

bahwa frekuensi pola asuh orang tua di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014,

didapatkan pola asuh demokratif sebanyak 23 responden (24,2%), pola asuh otoriter sebanyak 33

responden (34,7) dan pola asuh permisif sebanyak 39 responden (41,1%). distribusi

frekuensi perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014, didapatkan

(9)

kurang sebanyak 59 responden (62,1%). Tabel. 2 Hubungan antara pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak usia 1-3 tahun di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur

Tahun 2014 (n=95) Pola asuh Perkembangan anak P-Value Baik Kurang Demokratif 1356,

51043, 50,003 Otoriter 1648,51751,5 Permisif 717,53 282,1 Total 3637,959 62,1

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 23 pola asuh demokratif, 13 responden (56,5%)

perkembangan anak baik, sedangkan 10 responden (43,5%) perkembangan anak kurang. Hasil

uji statistik diperoleh nilai Pvalue= 0, 003 (Pvalue≤ α = 0,05), maka dapat disimpulkan

adahubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara

Jakarta Timur tahun 2014.Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

pola asuh orang tua di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014, didapatkan pola asuh

demokratif sebanyak 23 responden (24,2%), pola asuh otoriter sebanyak 33 responden (34,7) dan

pola asuh permisif sebanyak 39 responden (41,1%). Dari kesimpulan di atas ternyata pola asuh

yang digunakan orang tua di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur adalah pola asuh permisif. Ada

tujuh faktor yang mempengaruhi orang tua

menerapkan pola asuh permisif yaitu, usia orang tua, keterlibatan orang tua dalam mengasuh

anak, pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stres orang tua dan

keharmonisan suami istri. Pola asuh otoriter menekankan segala aturan orang tua harus di taati

oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol dari anak. Anak harus

menuruti dan tidak boleh membantah terhadap apa yang Vol. 5 No. 1 Maret 2015 Jurnal Ilmu

Keperawatan Indonesia 37diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini anak seperti robot,

sehingga dia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri dan minder

dalam pergaulan. Tetapi disisi lain, anak bisa memberontak, nakal atau melarikan diri dari

(10)

menjadi disiplin yang kuat, akan tetapi bisa jadi, ia mau menunjukan kedisiplinan hanya di depan

orang tua, padahal didalam hati sang anak berbicara lain. Jadi anak cenderung memiliki

kedisplinan dan kepatuhan yang semu. Pola asuh permisif yaitu segala aturan dan ketetapan

keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan oleh

orang tua. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena,

tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif lain,

anak kurang disiplin dengan aturan sosial-sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan

kebebesan dengan baik dan benar maka anak akan menjadi seseorang yang mandiri, kreatif,

inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya. Pola asuh demokratis ini kedudukan antar anak

dan orang tua sejajar. Suatu keputusan

diambil bersama dengan mempertimbangkan kedudukan kedua belah

pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang di

lakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan

dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Keungulan dari pola asuh ini adalah anak akan

menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab atas segala

tindakan-tindakanya,tidak munafik, dan jujur.

Namun dalam pola asuh ini mempunyai kekurangan yaitu anak akan cenderung merongrong

kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu di pertimbangkan antara orang tua dan anak.

Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mengasuh

anak, dalamn mengasuh anak menurut Tarsis menyatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi

anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk

(11)

Menurut hasil penelitian bahwa responden yang menyatakanpenerapan pola asuh permisif lebih

banyak dari pada responden yang menyatakan penerapan pola asuh otoriter dan demokratis untuk

itu akan beresiko buruk untuk pertu

mbuhan dan perkembangan anak di masa dewasanya nanti. Bagi orang tua

diharapkan agar meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya seorang ibu agar lebih

memperhatikan perkembangan anaknya dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

distribusi frekuensi perkembangan anak di

Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014, didapatkan perkembangan anak yang baik

sebanyak 36 responden (37,9) dan perkembangan anak yang kurang sebanyak 59 responden

(62,1%). Ternyata perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur sangat kurang,

oleh karena itu ada dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu; faktor dalam

dan faktor luar. Faktor dalam sendiri terdiri dari Ras/etnik, keluarga, umur, jenis

kelamin, genetik, kelainan kromosom. Sedangkan faktor luar sendiri terdiri

dari faktor prental, faktor persalinan dan faktor pascasalin. Anak memiliki suatu ciri yang khas

yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini

yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa keciil. Anak menunjukan ciri-ciri

pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan adalah

bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran

fisik dan struktur sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan

berat. Perkembangan adalah

bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang paling kompleks dalam kemampuan gerak kasar,

gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian Pertumbuhan terjadi secara

(12)

hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya

perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi

tersebut berperan penting

dalam kehidupan manusia yang utuh. Menurut hasil penelitian bahwa tingkat

perkembangan anak yang kurang baik lebih banyak dari pada perkembangan yang baik, jadi

berdasarkan pernyataan tersebut diharapkan bagi orang

tua, keluarga, agar lebih memperhatikan anak dan meluangkan waktu untuk anak, berkomunikasi

dengan baik pada Siti Kamilah Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia 38 anak agar anak merasa

nyaman dan diperhatikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Atabaki,

dkk yang berjudul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak

Toddler (Usia 1-3 Tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan”.

Desain penelitian ini adalah study korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel

sebanyak 90 responden, alat ukur yang digunakan berupa kuesioner, Cara pengambilan sampel

dengan tehnik stratified random sampling. Uji statistik yang digunakan yaitu uji

Chi-Square dengan α 5% (0,05). Hasil uji statistik menunjukkan ρ value = 0,005 (ρ value <0,05)

sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak toddler (usia 1-3 tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan Wiradesa

Kabupaten Pekalongan. Peneliti menyarankan orang tua agar memberikan pola asuh yang

baikkepada anak-anak mereka untuk meningkatkan perkembangannya. Hasil penelitian

menunjukan bahwa dari 23 pola asuh demokratif, 13 responden (56,5%)

perkembangan anak baik, sedangkan 10 responden (43,5%) perkembangan anak kurang. Hasil

uji statistik diperoleh nilai Pvalue= 0,003(Pvalue≤α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada

(13)

perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Suryani & suyami yang berjudul “Hubungan Antara

Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Perkembangan Sosial Anak Toddler (Usia 1-3 Tahun) di

Desa Buntalan Iclaern”. Penelitian ini adalah deskriptif analitik korelasi dengan pendekatan

belah lintang Jumlah responden sebanyak 100 pasangan ibu dan anak usia 1-3 tahun di Desa

Buntalan, klaten tengah, alat ukur yang digunakan berupa kuesioner tertutup dan lembar DDST.

Analisa yang digunakan adalah product moment. Dari

100 responden tersebut didapat data pola asuh dengan kategori demokratis (58%), dengan

perkembangan anak advance (48,2%),normal (38%, caution (5,2%, delay (8,6%). Pola asuh

permisif (16%), dengan perkembangan anak advance (31.25%), normal (25%), caution (6,25%),

delay (37,5%), dan untuk pola asuh otoriter (26%). dengan. Hasil uji statistik r hitung

0,4378>rtabel0,256, dengan taraf signifikansi 0,00 (p: < 0, 01) yang berarti ada hubungan antara

pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia1-3 tahun di desa buntalan. Pola asuh adalah

suatu keseluruhan interaksi

orang tua dan anak, di mana orang tua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah

tingkah laku, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak

bisa mandiri, tumbuh serta kembang

secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat,

dan berorientasi untuk sukses. Menurut hasil penelitian bahwa pola asuh orang tua sangat

berpengaruh terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu diharapkan untuk orang tua, keluarga

(14)

memperhatikan anak-anak, meluangkan waktu untuk anak dan memberi peraturan yang

mendidik kepada anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terganggu. Bagi petugas

kesehatan diharapkan agar selalu

memberi informasi atau penyuluhan mengenai hubungan pola asuh dengan perkembangan anak

khususnya ibu-ibu dikelurahan Jatinegara Jakarta timur dari segi pola asuh ibu dengan

keberhasilan memberi pola asuh yang baik pada anak diusia toddler sehingga dapat dijadikan

bahan pengetahuan untuk dimasa mendatang.Kesimpulan Hasil penelitian menemukan bahwa

sebagian besar pola asuh yang digunakan orang tua yaitu pola asuh permisif dari otoriter dan

demokratif untuk itu bisa disimpulkan ada hubungan antara pola

asuh dengan perkembangan anak di Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur tahun 2014.Bagi

peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menggunakan instrument yang lebih

baik lagi, menambah variabel seperti

faktor lingkungan, teman sebaya, dan media. Melakukan pendekatan penelitian dengan action

research/eksprimental seperti tentang pengaruh pola asuh terhadap perkembangan anak. Saran

Diharapkan bagi orang tua

meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya seorang ibu agar lebih memperhatikan

perkembangan anaknya dengan baik. Bagi perkembangan

keperawatan anak agar pengkajian holistik pada perkembangan anak pola asuh yang digunakan

oleh orang tua.Diharapkan peneliti selanjutnya untuk

Vol. 5 No. 1 Maret 2015 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia 39

menggunakan instrument yang lebih baik lagi, menambah variabel seperti faktor lingkungan,

teman sebaya, dan media. Melakukan pendekatan penelitian dengan action research dan

(15)

Daftar Pustaka

1. Soetjiningsih. Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja, Jakarta: Sangung Seto; 2008

2. Siregar.Masa balita masa keemasan (dalam halo balita-panduan untuk ayah dan

ibu).Diunduh dari http://.e

 skripsi.stikesmuh

 pkj.ac.id/e

 skripsi/index.php%3Dfstream

 pdf%26fid%3d62%26bid

%3d98&sa=u&ei=s2hvinxbiwyogtau4c4bg&ved=occuqfjak&sig2=zfdovohucdbolqd

3g. 4 maret2015. 2010

3. Soetjiningsih. Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja, Jakarta:Sangung Seto;

2008

4. Abuila. Bagaimana menyikapi tingkah laku anak usia 1 –2 tahun (toddler). edisi2008

diunduh dari http://.e

 skripsi.stikesmuh

 pkj.ac.id/e

 skripsi/index.php% 3Dfstream

 pdf%26fid%3d62%26bid%3d98&sa=u&ei=

s2hvinxbiwyogtau4c4bg&ved=occuqfjak&s ig2=zfdovohucdbolqd3g 4 maret: 2015

5. Rosalina, Dini. Kreativitas anak. edisi. diunduh dari

http://eprints.ums.ac.id/23713/14/jurnal_publikasi.pdf4 desember 2014. 2008

6. Devi & Yanti. Hubungan kekerasan pada anak terhadap gangguan perilakubandung:

(16)

7. Rahmayulis & saleh. Jumlah Balita di Indonesia. Edisi Diunduh dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4234&val=36016oktober

2014.2009.

8. DepKes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar; 2006

9. Yusniyah. Kreativitas Anak Prasekolah. Diunduh dari

http://eprints.ums.ac.id/23713/14/jurnal_publikasi.pdf 15 September 2014. 2008

10. Hidayat, AA. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:Salemba Medika; 2005

11. Laurent S. Ensiklopedia perkembangan bayi: apa yang terjadi dari 0 hingga 2 tahun,

Referensi

Dokumen terkait

Dalam analisis sistem akan ditemukan masalah yang mungkin akan mempengaruhi kinerja sistem. Perlu dilakukan analisis terhadap kinerja sistem dengan tujuan untuk

Lompat jauh merupakan pembelajaran salah satu yang di kurikulum pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pilihan (alternatif) kombinasi obat untuk memperpanjang lama kerja pembiusan spinal dengan membandingkan

Dalam pandangan marxist theory revolusi hanya akan terjadi pada sebuah.. 9

Metode Penelitian meliputi tahapan analisis ini dilakukan pada saat tahap perencanaan telah selesai. Pada tahapan ini melakukan penelitian lanjutan diperlukan untuk

Ibu Marta, Bapak Agung, Mas Ega, Mas Wahyu, Bapak Arik, Mbak Anjar, Mbak Ella dan Fiqi, terima kasih telah membantu dalam kelengkapan data dan informasi yang diberikan

The writer uses the Multiple-Choice because it recovers the micro skills: understanding given information stated in the passage, to recognize the communicative