• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik dalam Pandangan Kelas Marx dan R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konflik dalam Pandangan Kelas Marx dan R"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONFLIK DALAM PANDANGAN KELAS MARX DAN

RELEVANSINYA DENGAN MORALITAS UMAT MANUSIA

MODERN

Muhammad Imam Asy-Syakir

Pendahuluan

Salah satu pertanyaan yang akan muncul sesudah ajaran-ajaran sosial Marx

mempengaruhi secara mendalam berbagai bidang sosial, politik, ideologi, dan

ekonomi adalah apakah Karl Marx itu seorang filsuf atau bukan. Marx lebih dikenal

sebagai seorang ahli ekonomi yang membuat analisis-analisis objektivistis atas

sejarah dan ekonomi.

Karl Marx memiliki pengaruh yang besar dan amat luas dibanding para filsuf

dan tokoh-tokoh politik lainnya. Doktrinnya lebih bersifat sekuler daripada abadi.

Bila suatu doktrin – baik itu doktrin agama atau politik – sudah menjadi kekuatan institusional, dia selalu akan menjadi obyek analisis secara intensif untuk

mengkaji kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya karena interpretasi

yang tepat mungkin akan menjadi satu masalah yang teramat penting.1

Marx adalah satu tokoh yang pemikirannya mewarnai sangat jelas dalam

perkembangan ilmu sosial. Pemikiran Marx berangkat dari filsafat dialektika Hegel.

Hanya saja ia menggantikan dialektika ideal menjadi dialektika material, yang

diambil dari filsafat Fuerbach, sehingga sejarah merupakan proses perubahan terus

menerus secara material. Sebagaimana dijelaskan Cambell dalam Tujuh Teori

Sosial (1994), bahwa Marx menciptakan tradisi materialisme historis yang

menjelaskan proses dialektika sosial masyarakat, penghancuran dan penguasaan

secara bergilir kekuatan-kekuatan ekonomis, dari masyarakat komunis primitif

kepada feodalisme, berlanjut ke kapitalisme, dan terakhir adalah masyarakat

komunis.2

1 Jon Elster, Karl Marx: Marxisme-Analisis Kritis, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2000). 2http://sufyan-ahamad-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71902-Tokoh-Sosiologi

(2)

2

Kiranya dapat kita lihat hasil dari upaya Marx untuk mewujudkan masyarakat

komunis ini. Para suksesor Marx, seperti Lenin, dan Stallin telah

mentransformasikan teori Marx sehingga mungkin dan bisa (realistis) untuk

diwujudkan menjadi sebuah negara.

Dengan begitu, Karl Marx telah berhasil menjadi seorang filsuf yang berbeda,

sebagaimana yang ia ungkapkan, “Para filsuf tidak lebih dari pada sekadar menafsirkan dunia dengan berbagai cara, padahal yang terpenting adalah

mengubahnya.

Sekelumit Tentang Karl Marx

Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan

Prancis di tahun 1818. lahir setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David Ricardo meluncurkan bukunya “The Principles of Political Economy”. Ia adalah seorang keturunan Yahudi. Ketika usianya masuk enam tahun, dia dibaptis masuk

agama Kristen Protestan.

Dikatakan bahwa Marx dianugerahi pikiran yang kuat, aktif, konkret, dan

tidak sentimental, sebuah rasa ketidakadilan (sense of injustice) yang tajam, dan

kepekaan yang amat sedikit, dan ditolak oleh retorika dan emosionalisme para

intelektual serta oleh kebodohan dan rasa puas akan diri sendiri yang berlaku di

kalangan borjuasi.3 Namun, Karl Marx juga memiliki sikap arogan dan ofensif terhadap publik.

Pada umur tujuh belas tahun Karl masuk Universitas Bonn, mempelajari

hukum. Belakangan dia pindah ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar

Doktor dalam ilmu filsafat dari Universitas Jena.

Entah karena lebih tertarik, Marx menceburkan diri ke dunia jurnalistik dan

sebentar menjadi redaktur Rheinische Zeitung di Cologne. Tapi, pandangan

politiknya yang radikal menyeretnya ke dalam berbagai kesulitan dan memaksanya

pindah ke Paris. Di situlah dia pertama kalinya bertemu dengan Friederich Engels.

(3)

3

Tali persahabatan dan persamaan pandangan politik mengikat kedua orang ini

selaku dwi tunggal hingga akhir hayatnya.4

Karl Marx merupakan pendiri dari Ideologi komunis sekaligus pula seorang

teoritikus besar kapitalisme. Bukan hanya sekedar ekonom, namun ia juga seorang

filsuf, sosiolog, dan seorang revolusionis. Dia Merupakan seorang profesor dalam

berbagai ide yang Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya.

Pemikiran Karl Marx adalah adopsi dari filsafat Hegel, Feurbach, dan tentunya

pemikiran dari David Ricardo (pemikir teori ekonom klasik).

Marx sebenarnya adalah seorang ahli waris filsafat Hegel, tetapi dia adalah

seorang ahli waris yang kritis. Dia bergabung dengan Hegelian sayap kiri di Berlin.

Dari Hegel, Marx mendapatkan metode dialektis Hegel untuk menjelaskan sejarah

dan proses-proses kemasyarakatan.

Dia juga menerima pengandaia Feurbach sebagaimana dalam Das Wesen des

Christentums, bahwa

Pada 14 Maret 1883 Karl Marx meninggal dunia. Karl Marx mati, namun

pemikirannya tetap hidup. Marx meninggalkan beberapa karya tulis diantaranya,

Die Heilige Familie (Keluarga kudus), Manifest der Kommunistischen Partei

(Manifesto Partai Komunis), Das Kapital (Modal), Das Elend der Philosophie

(Miskinnya Filsafat), dan Thesen uber Feurbach (tesis-tesis Feurbach).

Konflik

Teori-teori konflik pada umumnya memusatkan perhatiannya terhadap

pengenalan dan penganalisisan kehadiran konflik dalam kehidupan sosial,

penyebabnya dan bentuknya, serta akibatnya dalam menimbulkan perubahan

sosial.5

Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan

antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat

mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian

4 http://indonesiadalamsejarah.blogspot.com/2012/03/karl-marx-1818-1883.html

5

(4)

4

dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat

tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat

manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan.

Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi,koersi, dan kekuasaan dalam

masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang

berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi.

Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena

adanya perbedaan kepentingan.

Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar

terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa

perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori

konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik

kepentingan. Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah

kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang

dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.6

Setiap teori tentu mempunyai kekuatan dan juga kelemahan dalam menguraikan sebuah masalah. Begitu juga dengan ‘Marxist theory’ dalam memandang sebuah konflik. Teori konflik marxist theory merupakan sebuah

pendekatan yang sangat kompleks dalam menguraikan sebuah situasi konflik di

antara kelas yang bertentangan. Hal inilah yang membuat teori konflik marxist

theory memberikan pengaruh yang sangat besar dalam mengggambarkan sebuah

fenomena konflik dalam masyarakat.

Marxist theory membahas dengan lengkap aspek-aspek yang terdapat dalam

sebuah fenomena konflik, mulai dari penyebab sebuah konflik,

kelompok-kelompok yang berkonflik, perkembangan konflik itu sendiri, penyelesaian konflik,

sampai kepada perkembangan di dalam masyarakat pasca penyelesaian konflik

tersebut.7

(5)

5 Konflik Menurut Karl Marx

Teori Marx memandang eksistensi hubungan pribadi dalam produksi dan

kelas-kelas sosial sebagai elemen kunci dalam masyarakat. Hubungan dan

pertentangan kelas sosial memiliki peran sentral dalam menciptakan perubahan

sosial dalam masyarakat.

Strategi konflik dalam teori Marx:

 Kehidupan sosial adalah arena konflik dan pertentangan antar kelas.  Sumber daya ekonomi dan kekuasaan politik sangat penting dalam

perebutan kelompok.

 Pembagian masyarakat menjadi kelompok dominan dan subordinan dimana pola-pola sosial ditentukan oleh kelompok dominan dalam

masyarakat.

 Konflik dan pertentangan menimbulkan perubahan sosial sehingga

sering terjadi.

Marx sangat menekankan pada aspek material karena konflik pada dasarnya

muncul karena upaya memperoleh akses terhadap kekuatan-kekuatan produksi

(sumber daya). Akses terhadap faktor-faktor produksi harus dikembalikan kepada

masyarakat sehingga kapitalisme diganti dengan sosialisme untuk menghilangkan

pertentangan antar kelas.8

Dalam pandangan marxist theory pertentangan kelas terjadi karena adanya

perbedaan kebutuhan/kepentingan yang sangat bertolak belakang. Kelas borjuis

mempunyai kepentingan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan

cara menghasilkan komoditas yang sebanyak-banyaknya yang diikuti dengan

menekan biaya produksi sekecil mungkin. Cara yang dilakukan untuk

menghasilkan komoditas yang sebanyak-banyaknya tersebut adalah dengan cara

menambah jam kerja bagi para pekerja (proletar) sehingga mampu menghasilkan

komoditas yang lebih banyak. Sedangkan cara yang digunakan untuk mencapai

biaya produksi seminim mungkin adalah dengan cara menekan upah buruh tersebut.

Sedangkan disisi lain kelas proletar menginkan upah yang cukup bagi kebutuhan

8

(6)

6

hidupnya dan juga jam kerja yang tidak terlalu padat sehingga tetap dapat berbaur

dalam lingkungan/kehidupan sosialnya. Jadi jelas antara kelas borjuis dan kelas

proletar mempunyai perbedaan kepentingan yang sangat bertolak belakang.9

Pandangan Kelas Marx : Perjuangan Kelas

Berkaitan dengan konflik, Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang

masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara

panjang lebar, tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke 19 di

Eropa dimana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja

miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial

hierarkis, dan borjuis melakukan eksploitasi terhadap proletar dalam sistem

produksi kapitalis. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis,

false consiousness, dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima

keadaan dan cita-cita akhirat. Dengan ini Marx mejadi orang yang tidak tertarik

pada agama karena itu candu yang mengantar manusia pada halusinasi kosong dan

menipu, untuk itulah komunisme selalu diintepretasikan dengan politik anti-Tuhan

(ateisme).10

Marxist theory melihat bahwa yang menjadi dasar dari terjadinya sebuah

konflik adalah karena adanya sebuah bentuk penindasan yang dilakukan oleh kelas

borjuis terhadap kelas proletar sebagai mana disebutkan sebelumnya, penderitaan

yang terus menerus dialami oleh kelas proletar telah membuat mereka mempunyai

dendam yang begitu hebat terhadap kelas borjuis. Menurut marxist theory konflik

tersebut tidak dapat diselesaikan secara persuasif melainkan harus dengan cara

koersif. Ini karena dendam yang sudah begitu lama dipendam oleh kelas proletar

terhadap kelas borjuis. Sehingga jalan satu satunya yang harus diambil dalam

menyelesaikan konflik tersebut adalah melalui cara koersif yaitu dengan cara

revolusi. Dalam pandangan marxist theory revolusi hanya akan terjadi pada sebuah

9 http://tatangsinaga21.blogspot.com

10

(7)

7

kelas yang mendapat penindasan dan penderitaan yang begitu besar dari si

penindas. Kondisi ini membuat terciptanya kesadaran sosial dalam kelas yang

tertindas untuk melakukan perlawanan terhadap kelas si penindas. Marxist theory

berpendapat bahwa penindasan/penderitaan akan menciptakan frustrasi dalam kelas

tertindas, dan selanjutnya dalam keadaan yang frustasi maka akan terjadi

perlawanan untuk melakukan revolusi. Revolusi yang dilakukan oleh kelas proletar

hanya dapat dilakukan melalui revolusi fisik karena mereka tidak mempunyai apa

apa kecuali tenaga mereka sendiri. Para buruh akan menyatukan kekuatannya dalam

bentuk kelompok buruh dan melakukan revolusi (perlawanan fisik) terhadap kelas

borjuis.

Revolusi proletariat tersebut akan menghasilkan sebuah kemenangan bagi

kelas proletar. Kelas proletar akan mengambil alih alat-alat produksi yang selama

ini hanya dimiliki oleh kelas borjuis. Perampasan terhadap alat produksi tersebut

akan digunakan oleh kelas proletar untuk melakukan proses produksi. Hasil dari

proses produksi akan langsung digunakan untuk mencukupi kehidupan mereka.

Dengan keadaan seperti ini tidak ada lagi penindasan yang terjadi oleh karena

kepemilikan alat produksi telah menjadi kepemilikan bersama sehingga semua

orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menggunakannya. Kemenangan

kelas proletar ini akan menyebabkan terbentuknya sistem yang baru yaitu ‘diktator proletariat’. Yaitu bagaimana kepemimpian dalam bidang ekonomi maupun politik akan diambil alih oleh kelas proletar. Kondisi ini akan menciptakan sebuah keadaan

yang harmoni dan tidak ada konflik lagi yang terjadi.11

Perubahan sejarah umat manusia dalam masyarakat hanya tercapai dengan

jalan kekerasan yaitu melalui suatu revolusi. Karl Marx pada dasarnya menentang

semua bentuk usaha untuk memperdamaikan kelas-kelas yang bertentangan.

Reformasi pada kelas atas dan usaha pendamaian antar kelas hanya akan

menguntungkan kelas penindas. Karl Marx menekankan bahwa perjuangan kelas

yaitu penghancuran penindasan yang terjadi dalam masyarakat.

(8)

8

Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan

perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia

menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia

hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai

kelas proletar Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis,

kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi.

Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false

consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima

keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan

kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi.

Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum

borjuis terhadap mereka.

Dapat kita lihat di sini, bahwa Karl Marx ingin mengubah keadaan

masyarakat yang penuh konflik, dalam pandangan Marx konflik antara kelas borjuis

dan proletar. Marx terinspirasi oleh teori dialektika Hegel dan pandangan

materialisme Feurbach dalam menindak lanjuti pikirannya. Maka Marx kemudian mengemukakan konsep ‘Materialisme Dialektik’. Pada akhirnya Karl Marx memimpikan sebuah masyarakat yang dapat menjembatani antara kelas borjuis dan

kelas proletar, yakni masyarakat komunis.

Kelebihan dan Kelemahan Teori Marx

Diantara beberapa kelebihan dari Marxist theory ialah Kecerdasan marx

dalam mengklasifikasikan kelas kelas sosial dalam masyarakat yang secara prinsip

sangat bertentangan. Kemudian Analisisnya dalam menguraikan penyebab dari

pertentang kelas serta menganalisis penyebab ataupun pemicu terjadinya sebuah

konflik dalam masyarakat.

Dari poin-poin tersebut, dapat kita lihat bagaimana kemampuan marxist

theory dalam meramalkan akhir dari sebuah konflik. Namun, Marxist theory ini

selain memiliki kelebihan juga terdapat kekurangan dalam teori ini. Yaitu,

mengenai keyakinannya akan tercipta kesadaran kolektif/kesadaran kelas dalam

(9)

9

Menurut pandangan marxist theory, dalam melakukan sebuah revolusi

dibutuhkan kesadaran bersama dari kelas sosial yang kemudian menghasilkan

wacana yang sama untuk melakukan tindakan bersama pula yaitu melakukan

perlawanan terhadap kelas borjuis. Yang menjadi titik permasalahan dari

kelemahan teori ini adalah mengenai kesadaran bersama/tindakan bersama yang

sifatnya dipermanenkan dalam kelas proletar. Marxist theory sepertinya melupakan

bahwa sejarah manusia itu bersifat dinamis dan tidak dapat dipaksakan untuk tetap

berada pada satu jalur. Menurut pendapat saya, apa yang dikatakan sebagai tindakan

bersama hanya akan terwujud apabila disertai adanya tujuan bersama pada sebuah

kelompok masyarakat/kelas. Jadi kesadaran bersama yang sebelumnya terdapat

pada kelas proletar tersebut belum tentu akan tetap sama pada masa selanjutnya,

karena memang semuanya itu dipengaruhi oleh kepentingan masing masing dari

setiap individu yang terdapat pada kelas proletar tersebut.

Kelemahan marxist theory selanjutnya adalah mengenai

ketidakmampuannya dalam melihat masalah konflik yang lebih mendetail. Konflik

dalam pandangan marxist theory merupakan sebuah pertentangan kelas antara kelas

borjuis dan kelas proletar. Marxist theory tidak pernah menyebutkan mengenai

konflik yang terjadi didalam masing-masing kelas tersebut. Menurut saya hal

semacam itu adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Sesama borjuis (pemilik

modal) pasti akan berusaha untuk menghasilkan komoditas sebanyak mungkin

dibandingkan pemilik modal lainnya. Karena dengan bertambahnya komoditas

berarti berbanding lurus dengan keuntungan yang akan didapat oleh para pemodal.

Untuk menghasilkan komoditas yang dibarengi dengan keuntungan yang melimpah

maka sangat dibutuhkan alat produksi yang lebih baik secara kuantitas maupun

kualitas. Disinilah letak konflik yang dimaksud, dimana para pemodal (kaum

borjuis) akan berkompetisi untuk memiliki alat produksi sebanyak mungkin dan

memiliki alat produksi yang paling modern sehingga dapat menunjang komoditas

dari hasil produksinya. Oleh sebab itu sesama borjuis sendiripun mengalami

konflik, yang dalam hal ini mengenai perebutan alat produksi tersebut. Tidak hanya

dalam kelas borjuis, konflik sebenarnya terjadi juga dalam kelas proletar. Karena

(10)

10

sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh pemodal dengan harapan mendapatkan

sedikit tambahan upah. Sekalipun tambahan upah yang diberikan nantinya, tetapi

hal tersebut cukup berarti mengingat keadaan buruh yang sangat menderita atas

sistem yang telah menindas mereka. Dengan keadaan yang demikian, akhirnya para

buruh akan berlomba-lomba untuk mendapat perhatian dari kelas borjuis akan

kinerja lebih yang mereka lakukan. Disinilah yang dimaksud bahwa sebenarnya

didalam tubuh kelas proletar itu sendiri juga terjadi konflik, yang juga dapat

dikatakan sebagi konflik individu.

Kelemahan marxist theory yang selanjutnya adalah mengenai analisisnya

dalam memandang konflik yang masih terlalu simpel/sempit. Hal ini sebeneranya

disebabkan mengenai keegoisan marx dalam membagi kelas sosial hanya kedalam

dua kelompok saja yaitu borjuis dan proletar. Menurut saya ada elemen lain dilar

kedua kelas tersebut yang tidak dikemukan dalam marxist theory dan kelompok ini

tidak berhubungan secara sistemik dengan kelas borjuis maupun kelas proletar.

Sebagai contoh, dalam sebuah perusahan tentunya terdiri dari para pemodal yang

disebut sebagai kelas borjuis dan para pekerja yang disebut sebagai kelas proletar.

Kedua kelas ini merupakan elemen elemen yang terhubung berdasarkan sistem

yang mengatur mereka dan menjadi sebuah keutuhan dalam sebuah perusahan

(lembaga proses produksi). Jika terjadi konflik antara kedua kelas tersebut, jelas hal

ini akan dengan lugas dapat diselesaikan dengan marxist theory. Namun

permasalahannya adalah bagaimana jika konflik justru melibatkan antara seluruh

elemen yang terdapat dalam perusahan (kelas borjuis dan kelas proletar) dengan

kelas sosial diluar dari perusahan tersebut. Bagaimana mungkin marxist theory

dapat menjawab konflik antara sebuah perusahan dengan masyarakat yang berada

di sekitar perusahan tersebut yang tidak menginginkan perusahan tersebut berada

di wilayah mereka. Dalam kondisi ini, kelas borjuis dan kelas proletar akan

cenderung bersatu untuk menghadapi masyarakat disekitar perusahan tersebut. Hal

ini dapat terjadi karena kelas proletar hanya mempunyai tenaga sebagai alat untuk

mencukupi kebutuhan mereka. Sedangkan jika perusahan tersebut ditutup, maka

mereka tidak akan lagi dapat bekerja yang pada akhirnya mereka tidak akan

(11)

11

kebutuhan mereka. Jadi jalan satu-satunya bagi kelas proletar adalah dengan

berkoalisi dengan kelas borjuis untuk mempertahankan agar perusahan tersebut

tetap berdiri. Analisa seperti ini jelas tidak pernah dibahas dalam marxist theory.

Hal ini merupakan salah satu kelemahan marxist theory untuk melihat sebuah

konflik dalam cakupan yang lebih luas.12

Antara Manusia Modern dan Modernisasi Manusia

Istilah modern berasal dari kata Latin ‘moderna’ yang artinya sekarang, baru, atau saat kini. Atas dasar pengertian asli ini kita bisa mengatakan bahwa manusia

senantiasa hidup di zaman modern, sejauh kekinian menjadi kesadarannya. Sebagai

bentuk kesadaran, modernitas dicirikan oleh tiga hal, yaitu: subyektivitas, kritik,

dan kemajuan.

Pemahaman tentang modernitas lebih mendasar daripada

pemahaman-pemahaman yang bersifat sosiologis ataupun ekonomis.

Ahli sejarah menyepakati bahwa sekitar tahun 1500 adalah hari kelahiran

zaman modern di Eropa. Sejak itu, kesadaran waktu akan kekinian muncul di

mana-mana. Seorang sejarawan Swiss, Jacob Buckhardt, menjelaskan bagaimana

manusia dalam masyarakat abad pertengahan lebih mengenali dirinya sebagai ras,

rakyat, partai, keluarga atau kolektif.13

Istilah modern pada akhirnya tidak bisa terlepas dari istilah modernisasi.

Dampak dari adanya masa modern ini mau tidak mau membawa efek domino pada

berbagai aspek kehidupan dan umat manusia. Manusia yang masih hidup secara

tradisional mulai mengalami tuntutan-tuntutan untuk bisa menerima modernitas,

yang kemudian muncullah istilah modernisasi ini.

Aspek yang paling spektakuler dalam modenisasi sesuatu masyarakat ialah

pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern, yang

tertampung dalam pengertian revolusi industri.

12 http://tatangsinaga21.blogspot.com

13 F. Budi Hardiman, Filsafat Modern: Dari Machiavell Sampai Nietzsche, (Jakarta: Gramedia,

(12)

12

Akan tetapi proses yang disebut revolusi industri itu hanya satu bagian, atau

satu aspek saja dari suatu proses yang jauh lebih luas. Modernisasi sesuatu

masyarakat ialah suatu proses tansformasi, suatu perubahan masyarakat dalam

segala aspek-aspeknya.14

Kaitan manusia dan modernitas teramat erat. Bahkan rasio manusia terus

mencari masa yang lebih dari masa modern, yaitu post-modern.

Bila kita kriteriakan antara manusia yang hidup pada masa modern ini, maka

ciri yang spesial ialah manusia bersifat individual, material, dan rasional.

Menyoal Moralitas15

Seorang filsuf Jerman Nietzsche mengemukakan kritik atas moralitas, ia membuat sebuah teori bernama ‘genealogi moral’ atau silsilah moral. Menurut Nietzsche manusia terdiri dari dua jenis kasta, yaitu kasta aristokrat atau para tuan

dan kasta rakyat kecil atau kasta para budak. Dari kedua macam kasta ini lahirlah

dua macam moralitas, yaitu: moralitas tuan (Herrenmoral) dan moralitas kaum

budak atau kawanan (Herdenmoral).16

Filsuf lainnya yang berbicara perihal moral ialah Immanuel Kant. Kant

membedakan antara moralitas dan legalitas. Menurut pendapatnya, moralitas

adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang oleh Kant dipandang sebagai “kewajiban”. Sedangkan legalitas adalah kesesuaian sikap dan tindakan dengan hukum atau norma lahiriah belaka.

Kesesuaian ini ini belum bernilai moral, sebab tidak didasari dorongan batin.

Moralitas akan tercapai jika dalam menaati hukum lahiriah bukan karena takut pada

14 J.W. Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang, (Jakarta: Gramedia, 1988.).

15 Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral,yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali (1994: 31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai(watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumbertimbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.

16

(13)

13

akibat hukum lahiriah itu, melainkan karena menyadari bahwa taat pada hukum itu

merupakan kewajiban.17

Filsuf lainnya, yakni Hegel memiliki pandangan tersendiri mengeni

moralitas, yang diklaim sebagai sintesis dari pandangan Aristoteles dan Kant.

Tetapi moralitas pun bagi Hegel masih abstrak karena hanya ada dalam kebatinan

murni dan tidak mengacu pada struktur-struktur objektif dunia luar. Tidak cukup

mengatakan kepada seseorang, ikutilah suara hatimu, karena suara hati sendiri

masih memerlukan orientasi. Suara hati hanya membunyikan perintah untuk

melakukan apa yang benar. Tapi yang benar sendiri itu apa? Menurut Hegel yang

benar adalah yang rasional, dan yang rasional itu digariskan melalui struktur realitas

sosial, yang oleh Hegel disebut sittlichkeit (diartikan Frans Magnis Suseno sebagai

tatanan sosial-moral). Moralitas adalah negasi dialektik hukum. Subjek yang

bermoral tidak tunduk kepada hukum yang dipasang dari luar, melainkan kepada

hukum yang disadari dalam hati. Dalam moralitas manusia bebas dari heteronomi,

menjadi otonomi. Moralitas adalah lingkaran kehendak subjektif yang

mempertahankan diri secara otonom berhadapan dengan dunia luar. Maka

kebebasan sekarang tidak lagi terikat pada benda, hak milik, melainkan hanya dapat

menjadi nyata dalam kehendak sebagai kehendak subjektif.18

Konsekuensi dan Korelasi Marxist Theory terhadap Moralitas

Sebagaimana dapat kita pahami, Karl Marx menjadi pemikir yang kuat karena

pandangan materialistiknya. Kiranya hal inilah yang menjadikan Marx sebagai

seorang yang menolak hal-hal yang metafisik termasuk agama. Teori-teori Marx

senantiasa bertumpu pada poros materialistiknya, sehingga mampu menelurkan

materialisme historis dan dialektis.

Hal-ihwal moralitas pun bagi Marx tentunya tidak akan terlepas dari

pandangan materialisme. Moralitas yang bersumbu pada akar materialisme

bukanlah moralitas yang murni. Sebagaimana disebutkan Imannuel Kant bahwa

moralitas itu adalah bagian dari perkara batin bukan lahiriah yang materialistik.

17 Makalah: Dasar-Dasar Pengertian Moral.

18

(14)

14

Walhasil, moralitas ini termarjinalkan dari keikhlasan dan kesadaran hati nurani

kepada pada tuntutan lahiriah yang profan dan hipokrit.

Moralitas manusia modern telah merepresentasikan moralitas yang rendah,

pola hidup individual mendidik untuk lebih egoitis dan kehilangan makna

kebersamaan/kolektif. Masyarakat hanyalah sebuah wadah tak bermakna bagi

manusia yang telah teralienasi dan mengalami dekadensi moral.

Pada kesimpulannya, pandangan materialistik membawa umat manusia pada

kehidupan yang berada pada garis batas eksistensinya. Moralitas yang menjadi

(15)

15

Daftar Pustaka

Berlin, Isaiah. 2000. Biografi Karl Marx. Surabaya. Pustaka Promethea.

Hardiman, F. Budi. 2004. Filsafat Modern: Dari Machiavell Sampai Nietzsche.

Jakarta. Gramedia.

Elster, Jon. 2000. Karl Marx: Marxisme-Analisis Kritis. Jakarta. PT. Prestasi

Pustakaraya.

Schoorl, J.W. 1988. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara

Sedang Berkembang. Jakarta. Gramedia.

Website

 http://bona-bonbonz.blogspot.com/p/sosiologi.html

 http://wahdadupetro.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_5307.html

 http://tatangsinaga21.blogspot.com

 http://sufyan-ahamad-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71902 TokohSosiologi-Perkembangan Umum Teori Konflik.html

 http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik

Referensi

Dokumen terkait

budaya organisasi yang efektif dan adaptif terhadap kondisi lingkungan bisnis kerajinan rotan, yakni kreatif dan berani membuat keputusan, selalu berorientasi kepada

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa apakah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh

Siswa menanyakan penjelasan guru yang belum di pahami tentang soal cerita aplikasi satuan debit melalui WA grup.. Guru menjelaskan pertanyaan siswa melalui WA grup

[r]

Permasalahan yang sering terjadi pada Klinik Medisina yaitu pada pasien akan melakukan pemeriksaan dan belum mempunyai kartu berobat harus mendaftarkan diri kepada

Kementerian Desa PDTT Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Ditjen Pembangunan Kawasaan Perdesaan (PKP) Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)

Petunjuk: Anda hanya akan mene- mukan Demon door ini jika Anda berusaha untuk menikahi Lady Grey. Lady Grey akan meminta Anda untuk bertarung

Gambaran kebudayaan atau kebiasaan daerah setempat yang dapat menghambat pemberian ASI eksklusif yang diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu sebagian besar informan