• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MSDML TENTANG KEPUASAN KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MSDML TENTANG KEPUASAN KERJA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MSDML

KEPUASAN KERJA

Disusun Oleh:

1. Adityo Triakoso (B.141.12.0042) 2. Dayinta Setya W. (B.141.13.0028)

3. Dewi Aprilia (B.131.10.0136)

4. Lilis Novika Sari (B.141.13.0033) 5. M. Ardiansyah A.L. (B.141.13.0036)

UNIVERSITAS SEMARANG TAHUN AJARAN

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……… 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……… 3 ..

B. Permasalahan ……… 3

C. Sistematis Penulisan ……….. 3

BAB II KEPUASAAN KERJA DALAM ORGANISASI

A. Tinjauan Teoritis tentang Kepuaan Kerja ……… 4

B. Relevansi Kepuasan Kerja dalam Organisasi Pendidikan ……… 8

PENUTUP

A. Kesimpulan ……… 9

B. Rekomendasi ……… 9

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi timbul adanya perasaan kepuasan kerja dan ketidak puasan. Oleh karena itulah setiap pimpinan atau manajer suatu organisasi perlu menciptakan suatu iklim yang sehat secara etis bagi anggotanya atau pegawainya, dimana mereka melakukan pekerjaan secara maksimal dan produktif. Hal ini sudah barang tentu adanya perilkau individu dalam organisasi yang merupakan interaksi antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi (Thoha.1998).

Perilaku organisasi merupakan suatu perilaku terapan yang dibangun atas sumbangan dari sejumlah disiplin perilkau, seperti yang menonjol psokologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan ilmu politik (Robbins.2001). sedangkan yang menyangkut kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan yang disumbangkan dalam psikologi. Selain itu diperluas juga yang mencangkup pembelajaran, persepsi, kepribadian, pelatihan, keefektifan kepemimpinan, kebutuhan dan kekuatan motivasi, proses pengambilan keputusan, penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik seleksi pegawai, desain pekerjaan dan stres kerja.

(4)

B. Permasalahan

Permasalahan yang dikemukakan dalam makalah ini adalah bagaimana memahami konsep kekuatan kerja (job satisfaction) dalam perilaku organisasi, berkaitan pula dengan relevansi dalam organisasi pendidikan.

C. Sistimatika Penulisan

Dalam rangka mempermudah pemahaman isi makalah ini, maka penulis menetapkan sistimatika penulisan sebagai berikut :

 Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang, permasalahan dan sistimatika penulisan.

 Bab II Kepuasan Kerja dalam Organisasi, meliputi tinjauan teoritis tentang kepuasan kerja

dan relevansi dengan organisasi pendidikan.

(5)

BAB II

KEPUASAN KERJA DALAM ORGANISASI

A. Tinjauan Teoritis tentang Kepuasan Kerja.

Pada kesempatan ini dikemukan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kepuasan kerja diantaranya apa yang dikemukakan Robbins (2001) bahwa kepuasan kerja adalah sikap suatu umum terhadap suau pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Pendapat lain bahwa kepuasaan kerja merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh para individu sehubungan dengan jabatan atau pekerjaan mereka (Winardi.1992). juga pendapat Siagian (1999) bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seorang yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya. Pendapat lain bahwa kepuasan kerja yaitu keadaan emosional yang meyenangkan dan yang tidak menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya (Handoko.2000). selain itu pendapat Indrawidjaja (2000) bahwa kepuasan kerja secara umum menyangkut sika seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, maka pengertian kepuasan kerja menyangkut berbagai hal seperti kognisi, emosi dan kecendrungan perilaku seseorang.

(6)

oleh keturunan. Hasil riset lainnya megemukakan bahwa sebagian besar kepuasan beberapa orang diketemukan secara genetis.

Mengenai efek kepuasan kerja pada kinerja pegawai sebagaimana dikemukakan Robbins (2001) sebagai berikut :Kesatu Kepuasan dan produktivitas.hakikatnya

Bahwa seseorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif.Kedua Kepuasan dan kemangkiran, kepuasan berkolerasi secara negatif dengan kemangkiran ( Ketidakhadiran).Dalam studi bahwa bekerja dengan skor kepuasan tinggi mempunyai kehadiran yang jauh lebih tinggi dibandingkan pekerja dengan tingkat kepuasan lebih rendah. Ketiga Kepuasan dan tingkat keluar masuknya pegawai/karyawan , kepuasan yang dihubungkan yang dihubungkan secara negatif dengan keluarnya pegawai namun korelasi ini lebih kuat daripada kemangkiran. Dalam hubungaN kepuasan keluarnya pegawai adalah tingkat kinerja pegawai itu.

Selain itu ada 5 (lima) dimensi yang berkaitan dengan kepuasan kerja (Winardi.1992) yaitu : 1. Gaji dan upah yang diterima ( Jumlah gaji atau upah yang diterima dan kelayakan

imbalan tersebut)

2. Pekerjaan (Tugas Pekerjaan dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan menerima tanggung jawab).

3.

Peluang promosi.( Terjadinya peluang untuk mencapai kemajauan dalam jabatan). 4. Supervisor ( Kemampuan untuk menunjukkan perhatian terhadap para

pegawai/karyawan)

5.

Para rekan sekerja.( dimana rekan sekerja bersikap bersahabat, kompeten, saling Bantu membantu, dan berkomitmen untuk mencapai misi dan visi organisasi.

(7)

ini.Keempat kepuasan kerja dan usia , kecndrungan yang terlihat bahwa semakin lanjut usia pegawai tingkat kepuasan kerjanya semakin tinggi. Kelima Kepuasan kerja dan tingkat jabatan , semakin tinggi tingkat kedudukan seseorang dalam suatu organisasi pada umumnya semakin tingkat kepuasannya cendrung lebih tinggi pula. KeenamKepuasan kerja dan besar kecilnya organisasi , Jika karena besarnya organisasi para pegai terbenam dalam masa kerja yang jumlahnya besar sehingga jati diri dan identitasnya menjadi kabur, karena hanya dikenal nomor pegawainya saja. Hal tersebut berdampak negatif pada kepuasan kerja.

Dalam mengelola personalia (kepegawaian) harus senantiasa memonitor kepuasan kerja, karena hal itu akan mempengaruhi tingkat absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja, keluhan keluhan dan masalah personalia vital lainnya (Handoko.2000). Oleh karena itu fungsi personalia mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung, selain itu berbagai kebijakan dalam kegiatan personalia berdampak pada iklim organisasi memberikan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan bagi anggota organisasi itu yang akhirnya memenuhi kepuasan kerja anggota organisasi (pegawai) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

Langsung

Hubungan kepuasan kerja sebagaimana dikemukakan Handoko (2001) yaitu :

(8)

ketidakpuasan kerja selanjutnya menjadi umpan balik ( feed back ) yang akan mempengaruhi prestasi kerja di waktu mendatang . Oleh karena itu hubungan prestasi dan kepuasan kerja menjadi suatu sistem yang berkelanjutan.

Umpan Balik

2. Perputaran pegawai dengan absensi.Perusahaan atu organisasi senantiasa mengharapkan kepuasan kerja meningkat perputaran karyawan dan absensi menurun bukan sebaliknya.Sebagaimana dapat dilihat dalam gambar 3: bahwa kepuasan kerja yang lebih rendah baisanya akan mengakibatkan perputaran karyawan /pegawai lebih tinggi.Yang bersangkutan lebih mudah meninggalkan perusahaan dan mencari

(9)

yang lebih rendah dan penyesuaian lebih baik terhadap situasi kerja dan lebih berpengalaman. Sedangkan pegawai/karyawan yang lebih muda cendrung kurang terpuaskan karena berbagai harapan yang lebih tinggi kurang penyesuian dan alasan lainnya. Hubungan tersebut dapat dilihat dalam gambar 4

Umur

Dari gambar diatas menunjukan juga bahwa orang dengan jenjang pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih mendapatkan kepuasan kerja, misalnya pegawai yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan tinggi cenderung memperoleh kepuasan kerja lebih besar dari pada yang tidak berkemampuan dan tidak terampil.

4. Besar organisasi, bahwa ukuran organisasi cedrung mempunyai hubungan berlawanandengan kepuasan kerja yaitu semakin besarorganisasi kepuasan kerja cenrung turun secara moderat kecuali manajemen mengambil tindakan korektif. Tanpa tindsakan korektif organisasi besar tersebut akan menenggelamkan anggotanya dan berbagai proses seperti halnya partisipasi, komunikasi dan koordinasi kurang lancer.Oleh karena terdapat adanya hubungan antara besarnya organisasi dan kepuasan kerja maka fungsi personalia dalam organisasi besar kemungkinan menghadapi kesulirtan dalam mempertahankan kepuasan kerja pegawainya/anggotanya.

Pendapat Siagian dan Handoko tersebut kiranya adanya kesamaan yang berkaitan dengan kepuasan kerja berhubungan dengan Prestasi, Usia, Mutasi Pegawai dan Absensi, Tingkat Jabatan serta besar kecilnya organisasi.

(10)

1. Pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keahlian 2. Pekerjaan yang menyediakan perlengkapan yang cukup 3. Pekerjaan yang menyediakan informasi yang cukup lengkap

4. Pimpinan yang lebih banyak mendorong tercapainya suatu hasil yang tidak terlalu banyak atau ketat melakukan pengawasan.

5. Pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup memadai.

6. Pekerjaan yang memberikan tantangan untuk lebig mengembangkan diri. 7. Pekerjaan yang memberikan rasa aman dan ketenangan.

8. Harapan yang dikandung pegawai itu sendiri.

Kepuasan kerja berkaitan pula dengan teori motivasi salah satunya yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Hicks dan Guliet (1996) yaitu teori motivasi hygiene, teori motivasi/pemeliharaan dan teori kedua faktor merupakan teori motivasi eksternal, karena manajer mengendalikan faktor yang menghasilkan kepuasaan atau ketidakpuasan pekerjaan. Dari penelitian Herzberg bahwa faktor hygiene yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja dan para motivator yang mempengaruhi kepuasan kerja seperti halnya faktor hygiene membantu individu dalam menghindarkan individu merasa senang dengan ekerjaannya. Sedangkan faktor yang menyebabkan ketidakpuasan tidak secara langsung akan menimbulkan kepuasan kerja (Indrawijaya.2000).

Selain kepuasan kerja para pegawai atau anggota organisasi dapat menyatakan ketidakpuasan dengan sejumlah cara misalnya mengeluh, tidak patuh dan mengelak dari tanggung jawab. Ada 4 (empat) respon dari ketidakpuasan baik yang konstruktif/destruktif maupun aktif/pasip (Robbins.2001) yaitu :

1. Eksit, Ketidakpuasan yang diungkapkan melalui prilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi( Mencari formasi baru atau berhenti ).

2. Suara, Ketidakpuasan yang diungkapkan dengan usaha aktif dan kontruktifmencoba memperbaiki kondisi organisasi ( mencakup saran perbaikan, membahas masalah dengan atasan dan beberapa bentuk kegiatan )

(11)

4. Pengabaian, ketidakpuasan yang dinyatakan dengan membiarkan kondisi memburuk ( termasuk kemangkiran atau dating terlambatsecara kronis, upaya yang dikurangi dan tingkat kekeliruan yang meningkat).

Keempat respon itu digabarkan sebagaimana pada gambar 5.

Aktif

EKSIT SUARA

Destruktif Konstruktif PENGABAIAN KESETIAAN

Pasif

Gambar 4

Respon Terhadap Ketidakpuasan Kerja (Robbins.2001)

B. Relevansi Kepuasan Kerja dalam Organisasi Pendidikan.

Organisasi pendidikan sebagai institusi penyelenggara pendidikan mengharapkan suatu outcome pendidikan yang memuaskan yang meliputi antara lain :

1. Pemerataan Pendidikan 2. Kualitas Pendidikan 3. Relevansi Pendidikan 4. Efisiensi Pendidikan 5. Efektivitas Pendidikan

(12)

Kepuasan kerja dan ketidakpuasan dalam penyelenggaraan pendidikan akan menimbulkan perilaku individu dalam organisasi. Yang merupakan interaksi dari karakteristik individu dan karakteristik organisasi pendidikan. Dengan perkataan lain kepuasan harus menjadi tujuan utama organisasi setelahnya produktivitas atau outcome pendidikan.

Selaras dengan era Otonomi Daerah (Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999) maka bergulir pula era Otonomi Pendidikan (desentralisasi) yang sudah barang tentu merubah paradigma pendidikan lama ke paradigma pendidikan baru yang meliputi berbagai aspek sebagai berikut (Jalal dan Supriadi.2001) :

Paradigma Lama Paradigma Baru

 Sentralistik

 Kebijakan yang top down

 Orientasi pengembangan parsial

pendidikan untuk pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan

untuk mengembangkan kesadaran untuk bersatu dalam kemajemukan budaya menjunjung tinggi moral, kemanusiaan dan agama, kesadaran kreatif, produktif, kesadaran hukum.

 Meningkatkan peran serta masyarakat

secara kualitatif dan kuantitatif.

 Pemberdayaan institusi masyarakat,

keluarga, LSM, pesantren dan dunia usaha

Demikian pula peneraan konsep manajeen berbasis sekolah (school based management) yang selaras dengan otonomi pendidikan merupakan kegiatan (action) dalam rangka memperoleh outcome seperti halnya kualitas pendidikan. Dengan diperolehnya kualitas pendidikan maka kepuasan yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan persekolahan akan merasakan pula. Apabila dengan penerapan program life skill dengan pendekatan Brood Based education (BBE). Selain masih menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.

(13)

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya. Yang sudah barang tentu akan mempengaruhi perilaku organisasi, termasuk ketidakpuasan kerja

2. Bahwa kepuasan nerja berkaitan dengan organisasi pendidikan akan terlihat dari outcome atau produktivitas pendidikan yang diperoleh memuaskan atau tidak memuaskan sehingga sudah barang tentu akan mempengaruhi juga perilaku organisasi pendidikan

B. Rekomendasi

1. Hendaknya hubungan antara kepuasan kerja dengan prestasi senantiasa harus dijadikan suatu sistem yang berkelanjutan. Dengan tidak melupakan hubungan dengan usia, mutasi pegawai dan absensi, tingkat jabatan serta besar kecilnya organisasi.

2. Hendaknya kepuasan kerja dalam kaitannya dengan organisasi pendidikan senantiasa harus melibatkan selain unsur pemrintah, orang tua murid juga masyarakat (stakeholders) guna memperoleh outcome yang memuaskan.

(14)

Handoko, Hani (2001), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.BPFE

Hick, Herbert G dan Gullet GR (1996), Organisasi Teori dan Tingka Laku. Jakarta, Bumi Aksara

Imron, Ali (1995), Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta, Bumi Aksara

Indrawijaya, Adam (2000), Perilaku Organisasi. Bandung, Sinar Baru Algesindo

Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi (2001), Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah.

Yogyakarta, Adicita

Robbins, Stephen P (1994), Teori Organisasi Struktur, Desain & Aplikasi. Jakarta, Arcen

Siagian, Sondang P (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara

Syarief, Miftah (2000), Desentralisasi Pendidikan dan Otonomi Daerah, Jakarta, Sekretariat

Jenderal Depdiknas

Thoha, Miftah (1998), Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta, PT.Raja

Grafindo Persada

Tilaar (1999), Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung, PT.Remaja Rosda Karya

(15)

A. Kepuasan Kerja

Paling tidak ada tiga alasan mengapa kepuasan kerja dalam organisasi penting. Pertama,

terdapat bukti yang jelas bahwa karyawan yang tak terpuaskan lebih sering melewatkan kerja

dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri. Kedua, telah diperagakan bahwa karyawan

yang terpuaskan mempunyai kesehatan yang lebih baik dan usia yang lebih panjang. Ketiga,

kepuasan pada pekerjaan di bawa ke kehidupan di luar pekerjaan (Stephen Robinson, 1996 :

187).

Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai sistem nilai yang

berlaku dalam dirinya. Menurut Wexley dan Yukl (1996 : 129), kepuasan kerja terkait dengan

cara seorang pekerja merasakannya pekerjaannya. Kemudian Werther dan Davids (1996 : 501),

melihat kepuasan kerja sebagai suatu pemikiran karyawan mengenai seberapa jauh pekerjaanya

secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhanya. Atau dengan kata lain, kepuasan kerja

merupakan perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Sedangkan bagi Ivancevich (1995 : 308),

kepuasan kerja adalah hal yang sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi karyawan

dalam melihat pekerjaannya. Sementara itu Jewell dan Siegall (1998 : 529) menyatakan bahwa

kepuasan kerja merupakan sikap yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Secara

sederhana, kita dapat mengatakan bahwa karyawan yang puas lebih menyukai situasi kerjanya

dari pada tidak menyukainya.

Handoko (2000 : 193) memberikan batasan kepuasan kerja sebagai keadaan emosional

yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan

kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif

karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

(16)

kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja ini dinikmati dalam pekerjaan, luar

Berdasarkan hasil penelitian Bavendam Research Incoporated (2005 : 1), karyawan yang

memiliki kepuasan tinggi dalam bekerja dicirikan oleh lima hal, yaitu: (1) percaya bahwa

organisasi akan dapat memuaskan dalam jangka panjang, (2) menjaga kualitas kerjanya, (3)

komitmen pada organisasi, (4) memiliki ingatan yang tinggi, dan (5) lebih produktif.

Kepuasan kerja tergantung atau dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Menurut Syptak,

Marsland dan Ulmer, kepuasan kerja diantaranya dipengaruhi oleh: kebijakan perusahaan dan

administratif, supervisi, gaji, hubungan interpersonal, kondisi kerja, pekerjaan itu sendiri,

prestasi, pengenalan, tanggung jawab, dan kemajuan.

Sedangkan menurut Robbins (1996 : 181), paling tidak ada lima hal yang memengaruhi

kepuasan kerja, yakni:

1) Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan

untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas,

kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini

membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang

menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan

gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami

kesenangan dan kepuasan.

2) Ganjaran yang pantas

(17)

kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang

menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan

dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manautkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah

mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan.

3) Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk

memudahkan mengerjakan tugas. Sejumlah Studi memperlihatkan karyawan lebih menyukai

keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya,

kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).

4) Rekan kerja yang mendukung

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari

dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial.

Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan

mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seorang juga

merupakan determinan utama dari kepuasan. Beberapa studi menunjukkan bahwa kepuasan

karyawan ditingkatkan bila penyelia langsung bersifat ramah dan dapat memahami,

menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan

menunjukkan suatu minat pribadi pada mereka.

5) Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan

Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan

pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan

kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian

akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini,

mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam

kerja mereka.

Kemudian menurut Schermerhorn (1995 : 45), ada lima aspek yang dapat mempengaruhi

kepuasan kerja, antara lain:

(18)

b.

Penyelia (Supervision). Penyelia yang baik berarti mau menghargai pekerjaan

bawahannya. Bagi bawahan, penyelia sering dianggap sebagai figur ayah/ibu dan sekaligus

atasannya.

c.

Teman sekerja (Workers); merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial

sebagai pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang ama maupun yang

berbeda jenis pekerjaannya.

d.

Promosi (Promotion); merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya

kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.

e.

Gaji/Upah (Pay); merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap

layak atau tidak.

Sedangkan Harold Burt mengidentifikasi tiga faktor yang menimbulkan kepuasan kerja,

yaitu:

a. Faktor hubungan antar karyawan, yang meliputi: hubungan antara manajer dengan karyawan,

faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial diantara karyawan, sugesti dari teman sekerja,

emosi dan situasi kerja.

b. Faktor individual, mencakup: sikap terhadap pekerjaan, umur orang sewaktu bekerja, jenis

kelamin.

c. Faktor-faktor luar, yang meliputi: keadaan keluarga karyawan, rekreasi, pendidikan (Jerald

Greenberg and Robert A. Baron, 1997 : 182).

Bagi Megginson, Banfield, dan Matthews (2001 : 88), kepuasan individual dipengaruhi

oleh tujuan utama, pendelegasian, program kerja, diklat bagi pemula, fasilitas, umpan balik,

pemantauan, pengembangan, penilaian, kompensasi/imbalan dan rencana kerja individu.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja yang dapat dirasakan oleh karyawan

sendiri, misalnya kondisi kerja yang buruk, pekerjaan yang monoton, hubungan antar manusia

yang tidak serasi, tidak adanya pengakuan prestasi kerja dan tidak diperlakukan adil oleh

pimpinan.

Gambar

Gambar 3Model Umum Hubungan Antara Kepuasan Kerja
Respon Terhadap Ketidakpuasan Kerja Gambar 4(Robbins.2001)

Referensi

Dokumen terkait

Kata Kunci : Irama/ritme ketukan, Arduino, Piezoelectric, Relay, Solenoid door lock... vi

Akuntabiltas dan Transparansi sebuah kerjasama tidak hanya dalam penggunaan dana tetapi juga dalam implementasi kesepakatan´ (Pratikno, 2011 : 74). Transparansi dan

dilakukan anestesi spinal dapat terjadi efek pada sistem pembuluh darah,.. paru, sistem pencernaan, saluran kemih serta endokrin

It is human nature to think that what we do is more important than what others do, but that doesn’t work when you’re the manager.. It is not a balanced approach

Agar permainan ini lebih seru, Dek Makrit membuat aturan bahwa ikan yang mengambil makanan terakhir dari kantong makanan, harus keluar dari lingkaran, mengambil sebuah kantong makanan

Dengan berkonsentrasi pada kekuatan ritel modern tersebut, maka perusahaan dapat meningkatkan persentase tingkat keberhasilan peluncuran produk baru untuk obat herbal

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri.. Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya mengawasi, tetapi mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan, guru harus bisa menciptakan lingkungan