• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tuna Grahita Kelas V SLB Negeri 1 Palu Pada Pembelajaran IPS Melalui Penggunaan Media Gambar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tuna Grahita Kelas V SLB Negeri 1 Palu Pada Pembelajaran IPS Melalui Penggunaan Media Gambar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

33

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tuna Grahita Kelas V SLB

Negeri 1 Palu Pada Pembelajaran IPS Melalui Penggunaan

Media Gambar

Dewiyanti

Guru SLB Negeri 1 Palu, Sulawesi Tengah

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media gambar dalam meningkatkan prestasi belajaran IPS konsep menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia pada siswa kelas V semester I SLB Negeri 1 Palu Tahun Ajaran 2017/2018. Penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus tindakan. Subjek penelitian adalah siswa kelas V semester I SLB Negeri 1 Paluyang terdiri dari 6 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa Kelas V di SLB Negeri 1 Palu. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya dampak proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap tahapan tindakan pembelajaran yang dilakukan guru.

Kata Kunci: Prestasi belajar, media gambar.

I. PENDAHULUAN

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD/SDLB adalah mata pelajaran IPS. Hal ini termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 37 UU Sisdiknas tahun 2003 mengamanatkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat IPS yang merupakan ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Dengan demikian, maka implikasi dari maksud dan tujuan PIPS, maka kurikulum Pendidikan IPS berisikan garis-garis besar struktur disiplin ilmu dan model perilaku manusia yang tumbuh dalam masyarakat.

(2)

34 umumnya disebabkan oleh pendekatan yang digunakan guru kurang mendorong siswa untuk belajar secara kondusif. Penyajian materi pelajaran oleh guru cenderung

monoton, guru cenderung lebih banyak berceramah dan kurang variatif, pelajaran bersifat abstrak dan teoritis sehingga siswa tidak aktif dan menimbulkan kebosanan (Farhan & Retnawati, 2014). Oleh karena itu dalam proses belajar IPS di SD/SDLB perlu kiranya dirancang keterlibatan siswa secara aktif.

Berdasarkan identifikasi awal, bentuk kesulitan belajar yang dialami siswa Kelas IV SLB Negeri 1 Tahun Ajaran 2017/2018 berupa kesulitan dalam memahami fakta-fakta yang disampaikan guru. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami fakta-fakta sejarah yang disampaikan guru tidak terlepas dari rendahnya motivasi belajar siswa selama mengikuti pelajaran sejarah. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran, banyak siswa yang kelihatan mengantuk selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, dan kurangnya intensitas interaksi antara siswa dengan guru selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas. Padahal peran motivasi dalam belajar sangatlah penting (Mariani, Wiarta, & Suara, 2014).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah tampak aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran adalah sebanyak 2 orang siswa atau 33,33%, siswa yang cukup aktif sebanyak 2 orang atau 33,33%, dan siswa yang belum aktif sebanyak 2 orang atau

33,33%.

Hasil tes ulangan harian yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 6 orang siswa kelas V, hanya 2 siswa yang mencapai batas tuntas minimal sebesar 60, sementara ada 4 orang siswa atau 66,67% belum tuntas. Nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 54,17. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas V SLB Negeri 1 Palu Tahun Ajaran 2017/2018 belum mencapai batas tuntas minimal yang dipersyaratkan.

(3)

35 bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia pada siswa kelas V semester I SLB Negeri 1 Palu.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam khasanah penelitian pengajaran bagi guru-guru di SLB mengenai penggunaan media dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para guru tentang penggunaan media dalam pembelajaran sehingga siswa lebih berminat dalam mengikuti kegiatan belajar.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V Semester I SLB Negeri 1 Palu Tahun Ajaran 2017/2018. Alasan pemilihan lokasi adalah karena peneliti mengajar di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tindakan. Penelitian dilaksanakan dalam waktu 2 (tiga) bulan yaitu dari persiapan penelitian bulan Oktober 2017 sampai dengan penyusunan laporan penelitian bulan Desember 2017.

Subyek penelitian ini adalah siswa tunagrahita kelas V SLB Negeri 1 Palutahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa sebanyak 6 anak, yang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam dua siklus tindakan. Prosedur yang digunakan dalam penelitan ini mengikuti model alur yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin (Arikunto, 2002) yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Siklus I

(4)

36 Hasil tes ulangan harian diperoleh dari 6 orang siswa kelas V SLB Negeri 1 Palu tahun pelajaran 2017/2018. Hasil tes menunjukkan bahwa dari 6 siswa ternyata

masih ada sekitar 3 orang siswa atau 50,50% belum mencapai batas tuntas minimal sebesar 60. Nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar 60,00. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas V SLB Negeri 1 Palu tahun pelajaran 2017/2018 sudah mencapai batas tuntas minimal yang dipersyaratkan.

Gambar 1. Diagram Hasil Ketuntasan Minimal Siswa Siklus I

Berdasarkan hasil perolehan tes awal dan tes tindakan pembelajaran Siklus I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 54,17 pada tahap awal menjadi 60,00 pada akhir tindakan Siklus I. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa yang mencapai batas tuntas minimal pada Siklus I mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi awal. Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas minimal pada kondisi awal sebanyak 2 siswa atau 33,33% mengalami peningkatan menjadi 3 siswa atau 50,00% pada Siklus I.

(5)

37 disarankan guru dan kurang mau berusaha untuk mencari pengetahuan tentang konsep yang dipelajari dengan inisiatif sendiri; dan (c) interaksi antar siswa dalam

pembelajaran sudah cukup baik, tetapi interaksi tersebut hanya berkisar pada teknis penyusunan konsep bukannya pada substansi materi pokok bahasan yang dipelajari.

Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru. Perubahan pembelajaran yang berpusat pada siswa masih susah untuk dilakukan. Hal ini menyebabkan kemandirian belajar pada siswa masih rendah, siswa masih berharap pada bantuan teman atau guru dalam mencari pengetahuan. Selain itu, motivasi belajar siswa masih kurang karena apabila siswa menghadapi kesulitan siswa gampang menyerah dan tidak berusaha untuk menyelesaikannya. Guru sebagai sumber belajar juga belum dimanfaatkan secara optimal, salah satu penyebabnya adalah adanya rasa sungkan pada diri siswa untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami. Oleh karena itu, peneliti beranggapan bahwa pada siklus berikutnya: guru harus lebih mendorong siswa untuk terlibat dalam setiap tahap pembelajaran dan lebih percaya diri untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami.

Siklus II

Hasil pengamatan terhadap tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pada

tindakan siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut. Jumlah siswa yang sudah tampak aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran adalah sebanyak 3 orang siswa atau

50,00%, siswa yang cukup aktif sebanyak 2 orang atau 33,33%, dan siswa yang belum aktif sebanyak 1 orang atau 16,67%.

(6)

38

Gambar 2. Diagram Hasil Ketuntasan Minimal Siswa Siklus II

Berdasarkan hasil perolehan tes awal dan tes tindakan pembelajaran Siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 60,00 pada akhir tindakan siklus I menjadi 64,17 pada akhir tindakan Siklus II.

Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa yang mencapai batas

tuntas minimal pada Siklus II mengalami kenaikan dibandingkan dengan kondisi pada akhir tindakan Siklus I. Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas minimal pada

akhir tindakan Siklus I sebanyak 3 siswa atau 50,00% mengalami peningkatan menjadi 5 siswa atau 83,33% pada akhir tindakan Siklus II.

Refleksi:

1. Implementasi pembelajaran tindakan pada Siklus II berhasil meningkatkan dampak produk berupa peningkatan penguasaan kompetensi dasar siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa dari 60,00 pada akhir tindakan Siklus I menjadi 64,17 pada akhir tindakan Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak produk juga mengalami peningkatan, yaitu dari 50,00% pada kondisi awal menjadi 83,33%.

(7)

39 terlihat jelas. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya jumlah siswa yang belum terlibat aktif dalam pembelajaran hingga menjadi 10,34%.

3. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus II adalah: (a) pola pembelajaran yang berpusat pada guru sudah mulai berubah menjadi pola pembelajaran berpusat pada siswa; (b) dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal sudah tercapai, yaitu mencapai tingkat ketuntasan kelas > 70%.

Berdasarkan keterangan di atas dapat diidentifikasikan adanya hambatan untuk mencapai suasana kelas yang kondusif, yaitu: (a) situasi pembelajaran berpusat pada guru yang masih membekas pada diri siswa sudah mulai berkurang; (b) motivasi belajar semakin meningkat; (c) kemandirian belajar pada siswa mulai meningkat, siswa sudah mulai melakukan inisiatif dalam mencari pengetahuan; dan (d) guru sebagai sumber belajar mulai dimanfaatkan meskipun masih belum optimal.

Pembahasan

Dari hasil observasi dan tes yang dilakukan pada setiap tahapan kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran IPS pada siswa kelas V SLB Negeri 1 Palu dalam hal keaktifan dan kemandirian belajar siswa. Dampak produk dari penggunaan media

gambar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SLB Negeri 1 Palu adalah berupa meningkatnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran yang

disampaikan guru. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan dan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa.

(8)

40

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Per Tahap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil produk pembelajaran dengan menggunakan media gambar berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan salah satu dari aspek pengelolaan kelas. Langkah perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai hasil refleksi dari evaluasi tindakan pembelajaran pada siklus sebelumnya merupakan upaya guru untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Peningkatan hasil belajar menggunakan media gambar disebabkan karena siswa tidak hanya menggunakan indera pendengar dalam proses pembelajaran, tetapi juga menggunakan indera penglihatan. Hal ini memungkinkan siswa dapat melihat objek-objek yang dijelaskan di kelas. Ini tentu lebih membantu siswa dalam memahami materi dibandingkan hanya mendengar penjelasan dan membayangkan hal-hal yang dipelajari. Selain itu, dalam proses pembelajaran ini siswa juga dilatih untuk belajar lebih aktif. Jika dahulu pembelajaran seluruhnya dilakukan oleh guru, pada penelitian ini siswa dilatih untuk belajar dengan mandiri. Belajar dengan menemukan

sendiri solusi permasalahan tentu akan membuat siswa mengingat materi itu lebih lama.

VI. PENUTUP

Kesimpulan

(9)

41 V di SLB Negeri 1 Palutahun pelajaran 2017/2018. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada setiap tahapan

tindakan pembelajaran yang dilakukan guru. Jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar pada akhir tindakan Siklus I mengalami peningkatan menjadi 50,00% atau sudah mencapai 3 orang siswa. Jumlah siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan belajar pada akhir tindakan Siklus II mengalami peningkatan menjadi 83,33% atau sudah mencapai 5 siswa.

Saran

Bagi sekolah, diharapkan dapat mendorong para guru untuk mencoba berbagai pendekatan pembelajaran agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru diharapkan lebih bervariatif dalam mengaplikasikan pendekatan pembelajaran yang dilakukan sehingga kemampuan siswa semakin meningkat. Yang paling utama adalah siswa di sekolah yang kedudukannya sebagai obyek pendidikan hendaklah menyadari bahwa dirinya sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rhineka Cipta.

Farhan, M & Retnawati, H. (2014). Keefektifan PBL dan IBL ditinjau dari Prestasi Belajar, Kemampuan Representasi Matematis, dan Motivasi Belajar. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(2), 227-240. Doi: 10.21831/jrpm.v1i2.2678 Mariani, N, K, K., Wiarta, I, W., & Suara, I, M. (2014). Pengaruh Strategi

Gambar

Gambar 1. Diagram Hasil Ketuntasan Minimal Siswa Siklus I
Gambar 2. Diagram Hasil Ketuntasan Minimal Siswa Siklus II
Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Per Tahap

Referensi

Dokumen terkait

Pada siklus I, saat penerapan pen- dekatan multirepresentasi masih se- batas mode verbal, hasil penelitian menunjukkan perubahan yang tidak signifikan baik dari

SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG Jurnal Jurnal pembelian Jurnal pengeluaran kas Jurnal penjualan Jurnal penerimaan kas Jurnal umum Neraca Saldo Penyesuaian

Perbaikan rumpun bambu tali ( Gigantochloa apus Kurz.) yang rusak dapat meningkatkan produktivitas batang baik jumlah batang/rumpun, tinggi dan diameter batang.

Berdasarkan kecenderungan tipe habitat yang digunakan oleh burung, gambar diatas merupakan ilustrasi peta persebaran burung pada empat tipe habitat di bentang alam

1.) Require Data, beberapa atribut harus selalu mengandung nilai yang valid, dengan kata lain tidak boleh mengandung nilai null. 2.) Atribut Domain Constraint, setiap atribut

Menghitung fragmentasi menggunakan persamaan dari Kuz-Ram harus terlebih dahulu diketahui geometri peledakan yang digunakan, hasil geometri aktual di lapangan datat

Namun, jika dilihat dari elemennya, maka prosesi molonthalo harus memenuhi lima unsur, yaitu: pertama, unsur fardy (pribadi), kedua, unsur makani (tempat), ketiga, unsur zamani

(3) Nilai-nilai moral dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi adalah; Gus Jakfar menampilakan sikap untuk berprasangka baik kepada seseorang, Kang Kasanun