• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievment Division (STAD) dengan Media Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SD Ne

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievment Division (STAD) dengan Media Permainan Ular Tangga pada Siswa Kelas IV SD Ne"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6

Dalam kajian teori pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengertian matematika, model pembelajaran Students Teams Achievment Divisions (STAD), media permainan ular tangga, dan hasil belajar.

2.1.1 Matematika

2.1.1.1 Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari” sedang bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001:7). Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat.

Menurut R Soedjadi (2000:11) definisi atau pengertian tentang matematika: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

(2)

ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar (Ahmad Susanto, 2013:185).

Pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya memasuki semua cabang matematika, bahkan tidak jarang merupakan titik tolak suatu pengembangan struktur dalam matematika. Dengan demikian tidaklah salah orang mengatakan bahwa “berhitung” itu amat penting dan mendasar.

2.1.1.2 Karakteristik Matematika

Ada ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. beberapa karakteristik itu adalah:

a. memiliki objek kajian abstrak b. bertumpu pada kesepakatan c. berpola pikir deduktif

d. memiliki simbol yang kosong dari arti e. memperhatikan semesta pembicaraan f. konsisten dalam sistemnya

2.1.1.3 Tujuan Matematika

Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi SD/MI (2006:148), mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(3)

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.1.4 Pengertian Pembelajaran matematika

Menurut Muhsetyo (2011:26) pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan Matematika yang dipelajari.

Heruman (2013: 5) “selain belajar penemuan dan belajar bermakna, pada pembelajaran matematika harus terjadi pula belajar kontruktivisme. Dalam kontruktivisme, konstruksi pengetahuan dilakukan oleh siswa sendiri, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang kondusif.” Dari pernyataan Heruman diatas, mengartikan belajar matematika adalah menkontruktivismekan atau bahasa mudahnya adalah menyusun, menyusun ilmu pengetahuan tersebut disusun sendiri oleh siswa yang artinya bahwa siswa sendiri itulah yang paham akan cara belajarnya sendiri. Hingga nantinya guru ini tidak akan menjadi acuan yang utama dalam proses belajar mengajar, guru hanya akan memberikan fasilitas kepada siswa atau menjebatani temuan-temuan siswa yang baru dan disambungkan pada mata pelajaran matematika.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang dirancang untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk mengenal tidak hanya konsep, tetapi penerapannya melalui serangkaian kegiatan yang direncanakan oleh guru, sehingga siswa memperoleh kompetensi yang akan dipelajarinya.

2.1.1.5 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

(4)

diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.

Permendiknas No. 20 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Bilangan,

2. Geometri dan pengukuran, 3. Pengolahan data.

Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, transformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinator. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi). Di dalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah.

2.1.2 Model Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran

(5)

Brady dalam Aunurrahman (2011:146), mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru didalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.

Joyce & Weil dalam Rusman (2013:133), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran adalah perangkat rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perangkat rencana atau pola yang digunakan sebagai teknik untuk merancang mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.

2.1.2.2 Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran

(6)

2.1.2.3 Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Menurut Slavin (2007) dalam Rusman (2013:213) model Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa tinggi.

Dalam Students Teams Achievment Divisions (STAD), siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.

Sebuah tim dalam Students Teams Achievment Divisions (STAD) merupakan sebuah kelompok terdiri empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis kelamin Mohamad Nur dalam Fitriakha, (2011:7), menurut Nur (2005:20) Students Teams Achievment Divisions (STAD) terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis skor perbaikan individu dan penghargaan tim.

a. Presentasi Kelas

Pada kegiatan ini siswa harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas karena dengan begitu akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik. dan skor kuis yang merekaa peroleh akan menentukan skor timnya.

b. Kerja Tim

Dalam setiap kelompok terdiri dari empat atau lima yang heterogen berdasarkan prestasi belajar, jenis kelamin dan suku. setelah guru mempresentasikan materi, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari materi yang sudah diberikan dengan menggunakan lembar kerja. pada tahap kerja kelompok ini siswa secara bersama mendiskusijkan masalah dan membantu antar anggota dalam kelompoknya. kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesame tim membuat kesalahan.

c. Kuis

(7)

kuis, siswa harus bekerja secara individu sekalipun skor yang ia peroleh nanti dapat digunakan untuk menentukan skor bersama bagi tia kelompok.

d. Skor Perbaikan Individu

Berdasarkan skor awal setiap individu ditentukan skor peningkatan atau perkembangan. Rata-rata skor penigktan dari tiap individu suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan penghargaan bagi kelompok yag berprestasi.

e. Pengharga

an Tim

Kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila skor rata-rata yang didapat melampaui criteria tertentu.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division(STAD)

Menurut Ruhadi (2008) setiap penggunaan model pembelajaran, memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan penguunaan model pembelajaran kooperatif tipeStudent Team Achievement Division(STAD) yaitu:

1. aktivitas guru dan siswa selema kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi atau kerjasama.

2. Siswa cenderung aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain. 4. Kemampuan kerjasama siswa dapat terbangun.

5. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

Kekurangan dari model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) yaitu:

1. Karena siswa tidak terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) maka alokasi waktu tidak mencukupi.

(8)

3. Jika jumlah siswa terlalu banyak maka guru kurang maksimal mengamati kegiatan belajar kelompok.

Untuk mengatasi kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus benar-benar memperhatikan waktu dengan baik agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik tanpa mengganggu jam pelajaran selanjutnya. Kerjasama antara siswa dan guru harus terjalin dengan baik agar pembelajaran lebih menyenangkan dan terjalin suasana yang akrab. Persiapan pengaturan kelas yang digunakan untuk belajar kelompok harus disiapkan dengan rapi sebelum pelaksanaan pembelajaran, agar siswa tetap nyaman mengikuti pembelajaran.

2.1.3 Media Permainan Ular Tangga 2.1.3.1 Pengertian Media

Untuk menunjang pembelajaran maka dibutuhkan media sebagai alat bantu. Dengan adanya media maka ketidakjelasan materi yang akan disampaikan dapat dibantu dengan adanya media tersebut. Menurut Djamarah (2002:137) “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran”. Sadiman (2008:7) mengatakan bahwa “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Sedangkan menurut Rusman (2011:170) “media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran; media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat tentang media maka dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk membantu menyampaikan materi dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.1.3.2 Permainan Ular Tangga

(9)

berpendapat bahwa “jika guru dapat mengemas permainan sebagai media maupun pendekatan dalam belajar matematika bagi anak, maka anak akan senang belajar matematika sehingga menjadi efektif untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.”

Permainan yang digunakan dapat diadopsi dari permainan sehari-hari yang sudah dikenal oleh siswa. Tentu saja permainan yang dimaksud bukan sembarang permainan. Dengan kata lain permainan yang digunakan haruslah memiliki nilai edukatif. Ada berbagai jenis permainan edukatif yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Salah satunya adalah permainan ular tangga. Permainan ular tangga merupakan permainan kelompok yang melibatkan beberapa orang dan tidak dapat digunakan secara individu. Menurt Rifa (2012) ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru sebelum memulai permainan ini yaitu sebagai berikut: 1) membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, satu kelompok terdiri atas 4 – 5

orang,

2) membagikan satu set permainan ular tangga beserta kartu pertanyaan kepada masing-masing kelompok,

3) menyampaikan aturan permainan kepada siswa, 4) memberikan aba-aba permainan dimulai,

5) permainan selesai ketika salah satu pemain sudah sampai di garis akhir atau finish.

Dalam praktiknya di kelas, permainan ular tangga digunakan pada saat siswa memainkan turnamen akademik. Aturan permainan ular tangga dimodifikasi disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang dipelajari. Adapun aturan permainan secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Dua kelompok yang menang dalam pembelajaranStudents Teams Achievment Divisions (STAD) masing-masing kelompok pemain mendapat satu bidak. Bidak dijalankan sesuai dengan angka yang dikeluarkan dari kocokan dadu, 2. Sebelum mengocok dadu siswa harus mengambil kartu soal terlebih dahulu.

(10)

3. Siswa diberikan kesempatan menjawab dalam waktu tertentu (misalnya: 1 menit). Bagi yang tidak bisa menjawab dalam kurun waktu yang ditentukan maka soal dilempar pada teman disebelahnya.

4. Penentu jawaban benar atau tidak adalah anggota kelompok.

5. Permainan selesai ketika pemain yang telah menuju angka akhir yang ditentukan sudah habis.

6. Siswa akan mendapatkan 3 skor sebagai skor tambahan apabila bidaknya menempati posisi paling jauh diakhir permainan.

7. Skor untuk masing-masing soal yang dijawab benar adalah 3.

8. Pemenang adalah siswa yang berhasil mendapat skor tertinggi diakhir permainan.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1Pengertian Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto (2013: 5) Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar menurut K. Brahim (2007) dalam ahmad Susanto (2013:5) yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tersebut. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

(11)

dari proses belajar yang dilakukan. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh siswa, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung (Arikunto, 2001).

Berdasarkan pernyataan beberapa pakar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa dan akan tampak pada nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, keterampilan, emosional, hubungan sosial, jasmani dan etis setelah siswa menerima pengalaman belajar.

2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar (Baharudin dan Wahyuni, 2007).

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

a) Faktor fisiologis, adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yan sehat dan bugar akan memberikan berdampak baik terhadap kegiatan belajar individu. Kedua, kedua fungsi jasmani/fissologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaidra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

(12)

memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap,dan bakat.

2) Faktor eksogen/eksternal

Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi prose belajar siswa. Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

a) Lingkungan sosial

1. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.

2. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.

3. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keuarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat member dampak terhadap aktivitas belajar.

b) Lingkungan nonsosial meliputi:

1. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

2. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan.

3. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkrmbangan siswa, begitu juga dengan metode menngajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

2.1.5 Sintak Model Pembelajaran STAD dengan Media Permainan Ular Tangga

(13)

1) Guru menciptakan lingkungan yang positif.

2) Guru memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna.

3) Guru memberikan pernyataan yang memberi manfaat positif tentang pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit.

4) Guru membangkitkan rasa ingin tahu.

5) Guru mengajak siswa terlibat penuh sejak awal dengan membimbing berkomunikasi langsung dengan siswa selama pembelajaran.

b. Tahap penyampaian/kegiatan inti

1) Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari.

2) Guru memberikan suatu soal mengenai materi yang dipelajari pada hari itu 3) Guru akan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan masing-masing

kelompok akan mendapatkan lembar diskusi untuk memecahkan soal-soal yang sudah diberikan guru.

4) Guru membimbing dalam setiap penyelesaian yang dilakukan siswa untuk memecahkan soal-soal.

5) Setiap kelompok akan melakukan presentasi hasil diskusi.

6) Guru memberikan skor perkembangan individu, berdasarkan nilai awal siswa yang telah ditetapkan kemudian dilihat juga hasil tes individu.

7) Guru memberikan skor perkembangan individu kepada setiap siswa.

8) Dua kelompok yang skornya paling tinggi akan melakukan permainan ular tangga untuk mengetahui satu pemenang.

9) Guru akan memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai nilai tertinggi.

c. Tahap penampilan hasil/kegiatan penutup

1) Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang telah dipelajari. 3) Guru menutup pembelajaran.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

(14)

Penelitian yang dilakukan oleh Erlin Nopiani (2013) dengan skripsinya yang berjudul Model Pembelajaran TGT Berbantuan Media Permainan Ular Tangga Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Gugus VIII Sukawati.

Fifi Ari Susanti (2012) dengan skripsinya yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri Salatiga 06 Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 pada sub pokok bahasan materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif menyatakan terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Salatiga 06 Salatiga.

Sukardi (2013) dengan skripsinya yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV SDN Keputon 02 Semester I 2013/2014.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah diuraikan terdapat masalah pada hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri 2 Genuk Suran. Dalam proses pembelajaran Matematika pada materi bilangan romawi sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri 2 Genuk Suran mengalami kesulitan dalam menuliskan bilangan romawi. Siswa masih lemah dalam pemahaman bilangan romawi, yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah dilihat dari rata-rata ulangan harian siswa.

Dalam pembelajaran siswa masih malu bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga keaktifan siswa belum terlihat. Guru juga masih menggunakan pembelajaran konvensional dengan hanya berceramah dan kegiatan diskusi jarang dilakukan.

(15)

dengan media permainan ular tangga maka hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika akan meningkat. Model pembelajaran Students Teams Achievment Divisions (STAD) memiliki kelebihan yaitu aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi atau kerjasama. Siswa cenderung aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dapat mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain. Juga kemampuan kerjasama siswa dapat terbangun dan dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

Disamping kelebihan modelStudents Teams Achievment Divisions (STAD) juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari model tersebut yaitu karena siswa tidak terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievment Divisions (STAD) maka alokasi waktu tidak mencukupi. Guru juga dituntut untuk bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran seperti koreksi pekerjaan siswa, melakukan perubahan kelompok belajar. Dan jika jumlah siswa terlalu banyak maka guru kurang maksimal mengamati kegiatan belajar kelompok.

Media permainan ular tangga dalam pembelajaran juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam suasana yang aktif dan menyenangkan. Tentu saja hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahanam terhadap materi pelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Students Teams Achievment Divisions (STAD) dengan media permainan ular tangga diharapkan dapat menigkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Genuk Suran.

2.4 Hipotesis Tindakan

(16)

Referensi

Dokumen terkait

ROYKHATUL MUFIDAH NIM.. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar siswa pada mata

[r]

[r]

Selain itu, akad transaksi asuransi syariah mengandung kepastian dan kejelasan sehingga peserta asuransi menerima polis asuransi sesuai dengan apa yang dibayarkan (yang masuk

If the REIT Subsidiary receives interest income with respect to a mortgage loan that is secured by both real property and other property and the highest principal amount of the

Telah dilakukan penelitian tentang isolasi alkaloid dari daun Johar (Senna siamea) menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut etanol 96%.. Ekstrak etanol dan

penelitian dengan sebelumnya melakukan pemahaman secermat mungkin terhadap hasil penelitian yang relevan dan menetapkan tujuan penelitian; ketiga menentukan konsep

Arief Pujo Warsono RT.. Sentot