BOOK REVIEW Oleh: Gita Anggraini
Judul : Peta Gerakan Perempuan Islam Pasca Orde Baru
Penulis : Lies Markoes –Natsir., dkk Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : xvi + 386 halaman ISBN : 978-979-25-9114-9 A. Pendahuluan
Sejarah gerakan perempuan di Indonesia telah ada sejak zaman Belanda, kita mengenal R.A Kartini, Dewi sartika dan tokoh-tokoh perjuangan lain. tapi gerakan pada saat itu lebih pada gerakan individu belum menjadi sebuah gerakan yang terorganisir. Lahirnya Aisyiyah pada tahun 1917 merupakan tonggak baru perjuangan pergerakan perempuan, khususnya perempuan Islam.
Menurut Al Varez gerakan perempuan sebuah gerakan sosial dan politik yang anggotanya terdiri dari sebagian besar perempuan yang memperjuangkan keadilan gender. Sedangkan menurut Caroline Mosses gerakan perempuan (termasuk gerakan perempuan Islam) pada dasarnya didirikan untuk mengembangkan agenda yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis perempuan maupun memenuhi kebutuhan strategis mereka. Kebutuhan praktis adalah upaya organisasi untuk mencapai tujuan jangka pendek berupa pemenuhan kebutuhandasar, sedangkan kebutuhan strategis adalah upaya untuk mencapai perubahan dalam relasi penindasan yang disebabkan oleh kettimpangan gender. Buku yang akan saya review berikut membahas mengenai gerakan perempuan Islam pasca orde baru.
B. Isi Buku
Tujuan penelitian:
1. Memetakan kembali organisasi perempuan pasca-reformasi perempuan pasca reformasi (Aisyiyah, Fatayar NU, BK PKS, MHTI, Fahmina-institute) dan media yang digunakan dalam melakukan sosialisasi dan pemberdayaan kepada anggotanya;
2. Mengalisis dan membandingkan visi keislaman dan ideologi serta gagasan tentang kesetaraan perempuan di masing-masing organisasi tersebut;
3. Mengalisis tren wacana yang dikembangkan oleh masing-masing organisasi tersebut dan hubungannya dengan wacana-wacana mutakhir terkait dengan isu perempuan global dan tantangan yang mereka hadapi sebelum dan setelah reformasi.
Berikut dapat saya gambarkan secara ringkas tentang peta gerakan perempuan pasca orde baru berdasarkan buku yang saya review, tanda “-“ pada kolom berarti data tersebut tidak saya temukan dalam buku:
ORGANISA-SI/ KOMPONEN
AISYIYAH FATAYAT NU
BK PKS MUSLIMA H HTI
FAHMINA INSTUTUT
E BERDIRI 19 Mei 1917 24 April
1950
9 Agustus 1998
2007 Februari 2001
AFILIASI
Muhammadiyah Nahdlatul Ulama (NU)
Partai Keadilan Sejahtera
Hizbut Tahrir Indonesia
Independen
BASIS MASSA
Kader Perempuan Muhammadiyah (Usia Minimal 40 tahun)
Kaum Muda Perempuan NU (usia 20-40 tahun)
Kaum perempuan gerakan dakwah kampus (akhwat), kader perempuan PKS
Kalangan akademik, mubalighah, mahasiswa, remaja.
Intelektual pesantren dan masayarakat umum yang meyakini nilai-nilai yang sama
LATAR BELAKANG
PEMBENTU-KAN
Berawal dari kelompok pengajian sapa tresna yang diasuh ibu Ahmad Dahlan dan istri Nyai Walidah. Perhatiannya pada isu pendidikan
Keinginan para wanita muda NU untuk mempunyai wadah sendiri dalam mengembang kan kapasitas diri, serta mandiri dari
-Kebebasan berpolitik masa reformasi, sehingga memuncul-kan banyak partai baru -Peran
perempuan yang besar
Kebutuhan praktis untuk mewadahi perempuan aktivis HTI seperti halaqah dan aktivitas ta’lim dan untuk
merespon
isu-Kesadaran intelektual pesantren (berbasis di cerebon) untuk
perempuan yang didasari
semangat zamannya untuk melakukan pembebasan (respon terhadap diskminasi pendidikan yang diterapkan penjajah terhadap pribumi).
organisasi induk (NU) dan Muslimat NU.
dalam PKS isu
perempuan
kan tradisi intelektual dan etos sosial pesantren dalam merespon perkembanga n
kontemporer dan
perubahan sosial.
REKRUT-MEN
(KADERISA-SI)
- Melalui jalur pendidikan Muhammadiyah (SMA,
Pesantren Muhammadiyah ,
Perguruan Tinggi
Muhammadiyah )
- Jalur kultural (orang tua/ suami yang telah menjadi anggota/ kader muhammadiyah )
- Organisasi sayap
muhammadiyah lainnya (IMM, IPM, AMM, Nasyiatul Aisyiyah)
- Jalur
pendidikan NU
(Lembaga ma’arif, pesantren, sekolah, perguruan tinggi NU) - Jalur kultural
(orang tua/ suami NU) - Jalur
organisasi yang secara kultural lekat dengan NU (IPPNU, PMII)
-Melalui Lembaga Dakwah Kampus (LDK) -Majelis
Ta’lim (ibu-ibu) -Membuat
jaringan dengan organisasi lain.
- Melalui Majelis ta’lim dan halaqah -
Masjid-masjid kampus dengan pemberian doktrin HTI yang didsarkan kitab-kitab karangan pendirinya, Syaikh Taqiyyudin An-nabhani.
Tidak berorientasi pada kader tetapi
menyebarkan nilai. Untuk kepentingan itu fahmina menggunakan berbagai media dan mendirikan perguruan tinggi.
ORIENTASI GERAKAN
- Beorientasi pada pendidikan (mendirikan banyak BA/ TK,Sekolah SD-SMA,
Perguruan Tinggi)
- Gerakan sosial - Pasca reformasi,
gerakan Aisyiah
Berorientasi pada sosial Penghapusan segala bentuk kekerasan, ketidakadilan , dan
kemiskinan dalam masyarakat dengan
Politik (menjaring pemilih)
Politik (mendirikan Khilafah Islamiyah)
juga melebar sampai ke ranah politik.
mengembang kan wacana kehidupan sosial yang konstruktif, demokratis dan
berkeadilan gender (sosial).
MEDIA YANG
DIGUNA-KAN
- Medi cetak: majalah (suara aisyiyah) - Media
elektronik. Website aisyiyah.co.id
- Media cetak: Penerbitan buku, modul (mengenai kesetaraan gender perspektif Islam dan kebijakan organisasi), booklet, brosur dan poster leaflet (informasi singkat dan spesifik), Buletin Suara Fatayat dan Newsletter - Media
elektronik: Mailing List, Website dan group Blackberry Masangger
-Berjejaring dengan media -Buletin
- Buletin mingguan (al-Islam), Buletin Dwi Mingguan (Tabloid Media umat), bulanan (majalah al-Wa’ie) - Website hizbut-tahrir.or.id dan Streaming
- Media elektronik (website, Facebook, milis)
- Media cetak (majalah blakasuta, tanasul, warkah al-Basyar, Jurnal Fikih rakyat, buku, tabloid, poster, kalender. Leaflet, lain) - Media audio
(kaset, talkshow radio) - Media
auidovisual (Talkshow di TV, film singkat, dll) - Media seni
budaya (kanjeng sunan)
PROGRAM Fokus program aisyiyah pada bidang pendidikan: - Merintis
pendidikan untuk bumi putera - Mengatasi
- Advokasi terhadap perempuan yang mengalami ketidakadilan gender baik karena faktor agama dan
Menyusun Kegiatan yang berbasis: -Sadar agama -Sadar
pendidikan -Sadar
kesehatan
Melakukan gerakan penyadaran umat dengan misi:
1. Mengokoh kan ketahan keluarga
- Pendidikan publik dan pembangunan kesadaran masyarakat atas hak dasarnya. - Peningkatan
kebodohan dan memberantas pratik agama yang jumud. - Pemberantasan
buta huruf arab - Memprakarsai
organisasi federasi perempuan. - Mendirikan
banyak sekolah terutama TK (BA), SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi Pada bidang Kesehatan dengan mendirikan banyak rumah sakit dan penyadaran terhadap reproduksi perempuan.
sosial budaya - Memperjuan
gkan hak perempuan sampai ke level negara (mengawal pembentukan UU PKDRT, UU Politik, UU
Kesehatan, UU anti trafficking, dll.)
- Memperjuan gkan hak perempuan ke level internasional (kerjasama dengan UNICEF, kerjasama dengan jaringan perempuan Internasional )
lingkungan -Sadar gizi
keluarga -Sadar
ekonomi -Sadar sosial
politik
muslim 2. Melahirka
n generasi berkualita s pejuang 3. Muslimah
berkarakte r kuat dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar 4. Perempua
n sebagai mitra laki-laki dalam rumah tangga dan masyaraka t
masyarakat pesantren - Advokasi
kebijakan publik yang telah
mempengaruh i pemenuhan hak
masyarakat - Publikasi
wacana kritis fahmina - Pendirian
perguruan tinggi
- Pembentukan jaringan koordinasi kekuatan civil society
WACANA DAN AGENDA
- Aisyah selalu berprinsip fastabiqul khairat dengan mengedepankan prinsip “sedikit bicara banyak bekerja”.
- Aisyiyah sangat rensponsip dengan isu-isu perempuan khususnya berhubungan dengan agama seperti
poligami, KB, perempuan sebgai
pemimpin dan
Banyak memberikan wacana mengenai isu-isu perempuan dan
kesetaraan gender dalm perspektif Islam
-Menjadikan politik sebagai kendaraan agar ajaran Islam dapat diterapkan di Indonesia -Gender Uqity
dan ibuisme -Pendekatan
tekstualitas dalam memahami isu-isu perempuan dalam al-Qur’an (Poligami, kepemimpin
- Menerapkan Khilafah Islamiyah di Indonesia - MHTI sangat
menentang wacana kesetaraan gender yang mereka anggap salah kaprah. - Pemberdaya
an
perempuan dianggap sebagai perebut sumber ekonomi bagi
Memiliki wacana dan pemikiran kritis tentang: - Islam dan
Demokrasi - Islam dan
gender - Islam dan
Otonomi Komunitas - Mendakwahk
an
imam dll. - Mendorong
partisifasi perempuan dalam politik.
an
perempuan, kepemimpin an keluarga, dll)
laki-laki. - Penerapan
ekonomi Islam
- Ibuisme dan pengatur rumah tangga
TANTA-NGAN
Dilema natara program dan agenda organisasi dengan pandangan agama dan organisasi induknya.
Orde Baru: - Tantangan dari intenal Nu yang masih sangat patriarkhi - Kebijakan
negara yang masih bias gender - Keragaman
akses yang dimiliki pengurusnya sehingga menyebabka n perbedaan respon terhadap persoalan perempuan. Reformasi: Masih banyak Masalah-masalah perempuan yang belum teratasi
-Karena partai polik, maka bergeraknya pada ranah politik tidak seluwes ormas perempuan lain. -Regulasi
parpol
- Kapitalisme - Liberalisme - Islam
Moderat
-C. Kekurangan dan Kelebihan Kekurangan:
saya tidak menemukan tujuan ini terejawantahkan. Seharusnya sebagai penelitian kolaborasi (tim), analisis dapat lebih tajam bukan sekedar kesimpulan dari data.
Ketika membaca judul buku dan tujuan penelitian, saya mengharapkan menemukan pemetaan gerakan yang komprehensip terhadap gerakan perempuan Islam di Indonesia. Pada Bab laporan hasil penelitian saya belum menemukan peta yang jelas dari gerakan tersebut. Jika perspektif gerakan feminis Islam, organisasi Fatayat NU, misalnya masuk dalam kategori seperti apa? Saya masih berharap menemukan hal tersebut dalam analisis penelitian, sayangnya hal tersebut tidak saya temukan. Sebenarnya teori tentang polarisasi gerakan perempuan Muslim sempat disinggung penulis pada Bab V ketika membedah gerakan BK PKS. Penulis mengutip pendekatan Asma Asfaruddin dalam bukunya hermeutic and Honor: Negotiating Famele Public Space In Islamic Societies yang memetakan gerakan perempuan ke dalam tiga kategori yaitu gerakan fundamentalis, Islamis, dan modernis.
Gerakan fundamentalis mengadvokasikan pengikutnya untuk menjalankan prinsip-prinsip keagaaman sebagaimana kehidupan Rasul dan memandang konstruksi politik keagamaan monoliktik untuk meng-counter wacana dan ideologi barat. Gerakan Islamis hampir sama dengan fundamentalis bedanya pengikut gerakan iini terlibat aktif dalam kehidupan politik praktis dan dalam bebarap kasus mereka juga melakukan intrepetasi terhadap ajaran-ajaran Islam. Gerakan modernis memiliki kecenderungan untuk menekankan fleksibelitas untuk melakukan interpretasi terhadap ajaran Islam sesuai dengan tuntutan zaman dan dalam kerangka dialog yang positif dengan salah satu atau beragam ideologi Barat. Menggunakan perspektif tersebut ditarik kesimpulan bahwa BK PKS adalah feminis Islamis (halaman. 224-225). Sayangnya kerangka teori tersebut tidak digunakan dalam menarik kesimpulan dari kelima organisasi yang coba dipetakan dalam buku ini.
Kekurangan ketiga adalah struktur dan isi (data) tulisan yang berbeda pada tiap organisasi yang diteliti. Misalnya pada BK PKS terdapat analisis gerakan, namun pada organisasi lain tidak. Pertanyaan penelitian yang diajukan pada BAB I buku ini juga banyak yang tidak terjawab pada penyajian atau analisis data.
Buku ini cukup memberikan gambaran bagaimana pergeseran nilai dan isu yang dialami oleh organisasi gerakan perempuan Islam di Indonesia sebelum dan sesudah reformasi (khususnya organisasi yang lahir jauh sebelum reformasi seperti Aisyiyah dan Fatayat NU). Selain itu, buku ini juga memberikan data yang cukup komprehensip mengenai kelima organisasi yang diteliti.
D. Refleksi Menuju Perubahan Cara Pandang
1. Banyak tantangan yang dihadapi gerakan perempuan di Indonesia untuk mewujudkan keadilan gender dan keberpihakan terhadap perempuan. Sacara garis besar tantangan yang dihadapi bersumber dari masih suburnya budaya patriarkhi di Indonesia. Suburnya budaya patriarkhi dipengaruhi oleh penafsiran teks suci agama serta budaya kolonial.
2. Walaupun semua organisasi perempuan di atas sepakat tentang pentingnya peran perempuan dalam ranah publik (walau tidak semua bidang) namun tidak semua sepakat dengan konsep kesetaraan gender.