Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif. Tujuan utama pendidikan inklusif adalah mendidik anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti anak yang berkelainan
fisik, mental, dan sosial atau sering disebut Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK), di kelas regular bersama-sama dengan anak-anak lain yang normal dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya di sekolah yang ada di lingkungan rumahnya. Pada masa lalu mendidik anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus di luar kelas regular dilakukan di sekolah segregasi berupa sekolah khusus atau sekolah luar biasa.Namun sekarang sekolah harus melakukan segala upaya untuk memberikan inklusi untuk anak-anak
yang memiliki keterbatasan. (Friend,2006; Lewis &
Doorslag,2006).
Bangsa-bangsa (PBB) yang diadakan tahun1989, telah mendeklarasikan hak anak-anak, dan ditegaskan bahwa
semua anak berhak memperoleh pendidikan tanpa
diskriminasi dalam bentuk apapun.Deklarasi tersebut
dilanjutkan dengan The Salamanca Statement and Framework
for Action on Special Needs Education yang memberikan
kewajiban bagi sekolah untuk mengakomodasi semua anak
termasuk anak-anak yang memiliki kelainan fisik,
intelektual,sosial, emosional,linguistik maupun kelainan
lainnya.
Di Indonesia hak memperoleh belajar tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 1 sd 4 yang menegaskan bahwa: 1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; 2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus; 3)Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus; 4)Warga negara yang memiliki potensial kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Secara khusus, berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun 2009 Pasal 1
disebutkan bahwa Pendidikan Inklusif adalah sistim
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu
seluas-luasnya dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman kemampuan siswa dan tidak diskriminatif.
Sejak tahun 1979, di berbagai negarasudah ada sekolah umum yang menerima ABK untuk belajar bersama-sama anak-anak normal lainnya karena orang tua menginginkan anak mereka mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah umum bukan di sekolah luar biasa (SLB). Searah dengan perkembangan pendidikan baik di luar maupun di dalam negeri, pada tahun 2003 Dirjen Dikdasmen menerbitkan Surat EdaranNomor 380/C.C6/MN/2003 tanggal 20 Januari 2003
tentang pendidikan inklusif yang menyatakan bahwa
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan inklusif di setiap kabupaten/kota sekurang-kurangnya empat sekolah yang terdiri dari SD,SMP,SMA dan SMK. (Suyanto & Mudjito, 2012)
Saat ini seluruh sekolah inklusif di Indonesia dari tingkat SD hingga SMA dapat menerima anak berkebutuhan khusus di sekolah biasa dengan program khusus.Mereka dapat mengikuti kelas biasa namun di sisi lain merekapun harus mengikuti program khusus sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas mereka. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum biasa, namun dengan penerapan yang disesuaikan kemampuan mereka.
Dukuh 2 dan SD Sidorejo Kidul. Sedangkan untuk program Cerdas Istimewa (CI) dan Bakat Istimewa (BI) sudah dilaksanakan di SD Lab UKSW Salatiga. Sementara dua SMP Negeri yang telah uji coba program ini khusus CIBI, adalah SMP Negeri 2 dan SMP Kristen 2 Salatiga.
Dari beberapa sekolah inklusif di atas, penulis tertarik untuk meneliti salah satu sekolah inklusif di Salatiga ini yaitu SDNegeri Pulutan 02 Kecamatan Sidorejo Salatiga.Sekolah ini
telah ditunjuk sebagai sekolah inklusif di Salatiga
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga No: 420/0241.a/101 pada tanggal 24 januari 2012. Jumlah murid di sekolah ini hanya sedikit yaitu sekitar 80 siswa tetapi di setiap kelas ada anak berkebutuhan
khusus(ABK), bahkan ada kelas yang jumlah siswa
berkebutuhan khususnya setengah dari jumlah siswa di kelasnya.Dari data Laporan Hasil Tes Psikologis siswa SD Negeri Pulutan 02 Salatiga, hampir semua siswa ABK di sekolah ini adalah siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) dibawah rata-rata sehingga inklusi di sekolah ini lebih banyak menangani siswa lambat belajar atau slow learner.
Pilihan SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
menyelenggarakan pendidikan inklusi khususnya bagi siswa
slow learner tentu perlu mendapat perhatian penting baik dalam hal penyelenggaraan pendidikan dasar dan juga dalam
melihat latar belakang sekolah sehingga berani
mendedikasikan dirinya sebagai sekolah yang melayani pendidikan inklusif bagi siswa slow learner.
Negeri Pulutan 02 Salatiga jumlahnya selalu menurun setiap tahun ajaran. Hal ini akan menyebabkan sekolah terancam tidak bisa menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sendiri dengan bergabung dengan sekolah dasar lain yang
direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan. Kedua,
meningkatnya jumlah siswa dan calon siswa slow learneryang
tersebar di Kota Salatiga. Siswa-siswa ini kebanyakan di tolak di sekolah dasar lain, atausiswa pindahan sekolah karena ketidakmampuan mengikuti pelajaran di sekolah asal disebabkanmereka masuk dalam kategori siswaberkebutuhan
khusus.Ketiga, adanya peluang bagi sekolah untuk
mendapatkan siswa dengan melayani kebutuhan pendidikan inklusif bagi siswa berkebutuhan khusus serta dengan kemampuan ekonomi orang tua yang kekurangan.
Tiga alasan mendasar itulah yang menjadikan motivasi Kepala Sekolah serta guru-guru sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga untuk tetap bertahan dan berkembang.SD Negeri Pulutan 02 Salatiga kemudianmengubah visi dan misi sekolah mereka menjadi sekolah yang mendidik dan menolong para siswanya baik yang ABK maupun yang normal agar mendapatkan pelayanan pendidikan yang terbaik.
Meskipun demikian berdasarkan observasi awal peneliti, menunjukkan bahwa ada berbagai permasalahan mendasar dari pelaksanaan pendidikan inklusif di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga sejak ditetapkan sebagai salah satu sekolah inklusi.
Bebeberapa masalah tersebut adalah pertama, SD Negeri
alasan yang mendasari belum dijalankan evaluasi menyeluruh program pendidikan inklusif, salah satunya adalah belum tersedianya waktu dan instrumen evaluasi untuk melihat
perkembangan sekolah. Kedua,mengenali kemampuan
beradaptasi sekolah dalam memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pendidikan inklusif yang telah ditetapkan. Keraguan utama justru pada kemampuan sekolah menyelenggarakan sekolah inklusi bukan pada kemampuan siswa didik. Kemampuan adaptasi sekolah yang sudah
“mapan” menjalankan pendekatan pendidikan sebagaimana
kebanyakan sekolah dasar, tentu menjadi kelemahan sekaligus kekuatan sekolah yang perlu diteliti lebih lanjut.
Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pendidikan inklusif di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Pertanyaan utama yang dikembangkan adalah apakahprogram pendidikan inklusif sudah berjalan dengan semestinya sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh sekolah. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu dilakukan evaluasi terhadap program pendidikan inklusif yang diselenggaran oleh SD
Negeri Pulutan 02 Salatiga.Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat mutu atau kondisi pendidikan inklusif di SD Negeri Pulutan 02 sebagai hasil pelaksanaan program pendidikan inklusif dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu.Peneliti menggunakan pendekatan evaluasi model evaluasi kesenjangan (Discrepancy Model Evaluation)
pendidikan inklusif adalah kesenjangan antara program yang dilaksanakan dibandingkan dengan standar program yang telah ditetapkan sebagai acuan.
Aspek dan dimensi obyek yang akan dievaluasi adalah evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi output. Obyek sasaran evaluasi program model kesenjangan ini memiliki 4 tahap.Pertama,tahap Desain adalah rancangan kegiatan atau
program kerja.Fokus kegiatan pada tahap ini
adalahmerumuskan tujuan, proses atau aktifitas, serta pengalokasian sumberdaya untuk melakukan aktifitas dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.Kedua,tahap Instalasi yaitu penyediaan perangkat dan perlengkapan yang
dibutuhkan program.Evaluasi pada tahapan iniadalah
ketepatan berbagai sumber daya, perangkat dan perlengkapan yang tersedia untuk pelaksanaan program.Ketiga,tahap Proses yaitu proses dalam pelaksanaan program. Evaluasi pada tahapan ini adalah keterkaitan antara sumber daya,
perangkat dan perlengkapan dengan kegiatan
proses.Keempat,tahap Produk yaitu hasil program.Evaluasi pada tahapan iniadalahhasil akhir/tujuan program.
Jika ditemukan kesenjangan pada keempat bagian tersebut diatas, maka akan diteliti pula mengapa ada kesenjangan, upaya apa yang mungkin dilakukan dan rekomendasi yang dibutuhkan.Prinsip utama dari hasil penelitian ini adalah bagaimana menghasilkan laporan penelitian yang dapat digunakan untuk perbaikan program pendidikan inklusif di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kesenjangan desainProgram Pendidikan
Inklusifslow learner di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga?
2. Bagaimanakah kesenjangan instalasi pelaksanaan
Program Pendidikan Inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga?
3. Bagaimanakah kesenjangan proses pelaksanaan
Program Pendidikan Inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga?
4. Bagaimanakah kesenjangan produk Program Pendidikan
Inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Evaluasi Program Pendidikan Inklusif
slow learner ini adalah:
1. Mendeskripsikan kesenjangan desain Program
Pendidikan Inklusif slow learnerdi SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.
2. Mendeskripsikan kesenjangan instalasi pelaksanaan
program Pendidikan Inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
3. Mendeskripsikan kesenjangan proses pelaksanaan
Program Pendidikan Inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.
4. Mendeskripsikan produk Program Pendidikan Inklusif
slow learner di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.
Pertama, manfaat dari penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan tentang evaluasi program pendidikan
inklusif slow learner dengan model evaluasi
kesenjangan/discrepancy evaluation model.
Kedua, disamping itu melalui penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau kontribusi rekomendasi dalam penyelenggaraan program pendidikan inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga guna perbaikan dan peningkatan pelayanan pendidikan inklusif slow learner di sekolah ini.
Ketiga, hasil penelitian ini menjadi salah satu model
pendekatan evaluasi bagi sekolah-sekolah lain yang
menetapkan dirinya sebagai sekolah inklusi maupun pada level kebijakan pengelolaan sekolah inklusi ditingkat kota Salatiga.