• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Cabai Rawit - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Cabai Rawit Di Pasar Ngablak, Kabupaten Magelang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Cabai Rawit - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Cabai Rawit Di Pasar Ngablak, Kabupaten Magelang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Cabai Rawit

Cabai merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu. Tanaman ini berakar tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Batangnya tidak berbulu, tetapi banyak cabang, daunnya panjang dengan ujung runcing. Ada dua golongan tanaman cabai yang terkenal yaitu cabai besar (Capsicum annum L.) dan cabai kecil (Capsicum frutescens L.). Cabai yang termasuk golongan cabai kecil adalah cabai rawit, cabai cengek, cabai hias (Sunarjono, 2004).

Menurut Rukmana dan Yuniarsih (1998) cabai rawit merupa-kan jenis tanaman yang tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi (200 m di atas permukaan laut). Cabai rawit dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24-27oC dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabai rawit dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang berstruktur gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan 0-10o, serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi, pH tanah yang optimal 5,5-7. Cabai rawit dipanen pada umur 85-90 hari setelah pindah tanam dengan memetik buah warna kuning sampai warna merah. Tanaman cabai rawit dapat dipanen setiap 2-5 hari sekali tergantung dari luas penanaman. Cabai rawit dapat dipanen terus menerus hingga berumur 6-7 bulan atau 20-25 kali panen, tergantung kondisi tanamnya. Secara umum, produksi cabai berkisar 10-15 ton ha-1.

Cabai rawit memiliki harga jual yang tidak bisa ditebak, kadang tinggi dan kadang terjun bebas. Meskipun turun naik, permintaan akan cabai tidak pernah surut. Oleh karena itu, cabai rawit merupakan peluang bisnis yang menggiurkan (Syukur, 2012).

2.2. Harga

(2)

Harga menurut Djaslim (2001) adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa, sedangkan menurut Dharmesta dan Irawan (2005, lihat Lubis, 2014) harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Menurut Buchari (2004) harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen sebagai alat ganti atau tukar untuk mendapatkan sejumlah barang atau manfaat serta pelayanan dari produk atau jasa yang akan didapat oleh konsumen tersebut. Harga juga dapat dikatakan sebagai penentu nilai suatu produk atau jasa.

Dalam penelitian Silfinda (2011) fluktuasi harga yaitu ketidakstabilan harga yang mengalami penurunan ataupun kenaikan harga. Fluktuasi harga dari suatu barang sangat ditentukan oleh fluktuasi jumlahproduksi dan juga fluktuasi tingkat konsumsi masyakat terhadap barang tersebut.

Menurut Saidi (2013) fluktuasi harga terjadi pada komoditas cabai rawit merupakan fenomena dari komoditas hortikultura. Fluktuasi harga cabai rawit cukup besar, sehingga harga cabai rawit tidak memiliki kepastian harga.

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga

Harga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: (1) saluran distribusi; (2) harga komoditas pengganti (substitusi); (3) permintaan konsumen terhadap cabai rawit.

1. Saluran Distribusi

Saluran distribusi menurut Nuryanti (2003) adalah suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan menyalurkan produk-produk kepada pembeli. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) mengemukakan bahwa saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.

(3)

dimaksud yaitu pedagang perantara. Pada dasarnya, pedagang perantara bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya atau dengan kata lain pedagang mempunyai hak atas kepemilikan barang. Ada dua kelompok yang termasuk dalam pedagang perantara, yaitu: pedagang besar dan pengecer. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai pedagang, karena selain membuat barang juga memperdagangkannya.

Menurut Sutrisno (2010) pelaku atau pedagang perantara yang ikut terlibat dalam proses distribusi komoditas pertanian dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) tengkulak adalah pihak yang membeli hasil pertanian pada waktu panen, aktif mendatangi petani produsen untuk membeli hasil pertanian dengan harga tertentu, (2) pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani dan tengkulak, (3) pedagang besar adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dalam jumlah besar dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani dan (4) pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani atau tengkulak dan pedagang pengumpul kemudian dijual kepada konsumen akhir (rumah tangga). Pengecer biasanya berupa toko-toko kecil atau pedagang kecil di pasar.

Harga komoditas cabai rawit yang terbentuk pada tingkat akhir atau konsumen sangat tergantung pada panjang pendeknya saluran distribusi. Semakin panjang saluran distribusinya maka harga komoditas semakin meningkat begitupun sebaliknya (Prastowo dkk., 2011). Menurut Wijaya dan Sutapa (2013) panjangnya saluran distribusi juga dapat mengakibatkan tingginya kerusakan sehingga harga cabai menjadi tinggi.

Berdasarkan paparan di atas diduga saluran distribusi berpengaruh terhadap harga cabai rawit.

2. Harga Komoditas Pengganti (Substitusi)

(4)

menyebabkan penurunan permintaan barang substitusi. Barang substitusi adalah barang yang bisa bertindak sebagai pengganti satu sama lain.

Sudarman (2000) menyatakan harga yang tinggi dapat menyebabkan konsumen/pembeli akan mencari produk lain sebagai pengganti barang yang harganya mahal. Suatu barang dikatakan sebagai barang pengganti (substitusi) barang lain apabila barang tersebut dapat menggantikan fungsi dari barang tersebut. Selain itu, harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya.

Menurut Sukirno (2005) kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga.

Apabila harga komoditas utama meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah komoditas pengganti yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari komoditas utama ke komoditas pengganti yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah (Palar dkk., 2016).

Cabai merah keriting dianggap sebagai barang pengganti (substitusi) cabai rawit karena pada dasarnya komoditi ini mempunyai fungsi yang hampir sama dengan cabai rawit yaitu sebagai bumbu masakan. Kedua cabai ini mempunyai kandungan senyawa capsaicin yang memberikan unsur pedas. Selain itu, kandungan gizi pada cabai merah keriting hampir sama. Adanya kesamaan tersebut menyebabkan konsumen mempunyai alternatif pemilihan dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila harga komoditas suatu jenis barang naik, misal harga cabai rawit maka cabai merah keriting sebagai barang pengganti (Dewi, 2009).

Berdasarkan paparan di atas diduga harga komoditas pengganti (substitusi) berpengaruh terhadap harga cabai rawit.

3. Permintaan Konsumen Terhadap Cabai Rawit

(5)

dan jasa yang diminta (mampu dibeli) seseorang atau individu dalam waktu tertentu pada berbagai tingkat harga.

Sukirno (2005) menyatakan dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

Hal ini dikarenakan pembeli ingin mencari kepuasan (keuntungan) sebesar-besarnya dari harga yang ada. Apabila harga terlalu tinggi maka pembeli akan membeli sedikit karena uang yang dimiliki terbatas, namun bagi penjual dengan tingginya harga ia akan mencoba memperbanyak barang yang dijual agar keuntungan yang didapat semakin besar (Palar dkk., 2016).

Berdasarkan paparan di atas diduga permintaan konsumen terhadap cabai rawit berpengaruh terhadap harga cabai rawit.

2.4. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu terkait dengan topik yang diteliti disajikan pada Tabel 2.4.

Tabe1 2.4. Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Alat Analisis dan

Variabel Hasil Penelitian X3 memiliki hubungan positif. Koefisien regresi untuk X1 yaitu 1,185, X2 yaitu -0,180, X3 yaitu 0,902 dan X4 yaitu -0,129. Namun, yang sangat signifikan berpengaruh adalah permintaan terhadap cabai itu

sendiri dan harga komoditas

substitusi.

(6)

Indonesia

dan cenderung meningkat. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga riil bawang merah di Indonesia adalah selisih jumlah penawaran bawang merah di Indonesia tahun t dengan t-1, lag jumlah konsumsi bawang merah di Indonesia, selisih harga riil bawang merah internasional tahun t dengan t-1, dan lag harga riil bawang merah di Indonesia. regresi untuk X1 yaitu 0,004, X2 yaitu -0,398, X3 yaitu0,653, dan X4 yaitu 350,804. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap harga bawang merah adalah pertambahan jumlah penduduk, dan harga bawang merah sebelumnya.

2.5. Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 2.4.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran modelling merupakan strategi yang menggunakan model pembelajaran aktif (active learning). Metode ini memberi kesempatan kepada peserta didik

Model yang dibuat terdiri dari model perhitungan kebutuhan bahan, model penugasan mesin, dan model penjadwalan untuk semua workstation yang ada, sedang pengujian

Nilai MSD diperoleh dari tabel atribut semua poligon setiap peta tanah hasil suatu metode, sedangkan nilai ASD diperoleh dengan merata- ratakan seluruh ukuran

Sementara untuk tujuan makalah ini adalah merancang Sinkronisasi dan CS pada audio watermarking, menganalisis kualitas audio yang sudah disisipkan watermark dibandingkan

9 Berdasarkan uraian tersebut di atas serta dengan pertimbangan bahwa miskonsepsi dapat terjadi dalam semua lingkup bidang pendidikan fisika dan semua orang baik

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh temperatur dalam proses pembakaran dalam proses pembentukan unsur karbon (C ) dan jari ± jari

Metode yang digunakan adalah metode riset, yang dalam pengembangannya dapat menghasilkan produk berupa software sistem informasi keuangan desa berbasis web yang