BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Tugas Perencanaan Mesin ini merupaan Tugas yang diberikan guna melengkapi nilai tugas mahasiswa pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Induatri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, pada Jenjang Sarjana. Selain itu bahwa dalam tugas ini berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa Teknik Mesin terutama dibidang Teknik.
Dalam Perencanaan Mesin kali ini, mencoba mengangkat permasalahan tentang Gearbox. Gearbox merupakan suatu komponen dari suatu mesin yang berupa rumah untuk roda gigi. Komponen ini harus memiliki konstruksi yang tepat agar dapat menempatkan poros-poros roda gigi pada sumbu yang benar sehingga roda gigi dapat berputar dengan baik dengan sedikit mungkin gesekan yang terjadi.
Selain harus memiliki konstruksi yang tepat, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh komponen ini yaitu dapat meredam getaran yang timbul akibat perputaran dan gesekan antar roda gigi.
Dari kesulitan konstruksi yang disyaratkan dan pemenuhan kriteria yang dibutuhkan, maka kami bermaksud membuat produk tersebut sebagai objek pembuatan Tugas Perencanaan Elemen Mesin. Pembuatan produk tersebut dengan memperhatikan spesifikasi yang diinginkan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Disamping untuk memenuhi kurikulum S1 Jurusan Teknik Mesin ITATS,tugas ini juga dimaksudkan :
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan pada perencanaan Gearbox, seperti gaya-gaya pada roda gigi reaksi pada poros dan yang lainnya.
c. Menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengupayakan penggunaan Gearbox untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik.
1.3. Batasan Masalah.
Karena dalam masalah perencanaan roda gigi adalah sangat luas, menyangkut berbagai macam disiplin ilmu, maka dilakukan pembatasan permasalahan. Permasalahan yang akan dibahas pada perencanaan elemen mesin tentang roda gigi transmisi ini antara lain:
1.4. Sistematika Penulisan.
Dalam penulisan perencanaan Gear Box disajikan dalam bentuk Bab per Bab yang kemudian diuraikan dalam sub Bab. Adapun Bab-bab yang ada secara garis besar adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentag latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode pengambilan data dan sistematika penulisan.
BAB II : DASAR TEORI
Berisi tentang jenis-jenis roda gigi, rumus dasar roda gigi, poros, bahan dasar poros, pasak, bantalan dan systempelumasan.
BAB III : MEKANISME SISTEM TRANSMISI Berisi tentang gambar sket perencanaan sistem transmisi
BAB IV : PEMBAHASAN SISTEM TRANSMISI
Berisi tentang perhitungan perencanaan sistem transmisi perhitungan pertencanaan poros, perhitungan pertencanaan pasak, perhitungan pertencanaan bantalan dan perhitungan pertencanaan pelumasan.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan hasil perencanaan sistem transmisi dan saran.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Roda Gigi
Pada dasarnya sistem transmisi roda gigi merupakan pemindahan gerakan putaran dari satu poros ke poros yang lain hampir terjadi disemua mesin. Roda gigi merupakan salah satu yang terbaik antara sarana yang ada untuk memindahkan suatu gerakan. Roda gigi dikelompokkan menurut letak poros putaran atau berbentuk dari jalur gigi yang ada. Keuntungan dari penggunaan sistem transmisi diantaranya :
1. Dapat dipakai untuk putaran tinggi maupun rendah 2. Kemungkinan terjadinya slip kecil
3. Tidak menimbulkan kebisingan
Adapun klasifikasi dari roda gigi antara lain :
2.1.1. Roda Gigi Lurus (Spur gear)
ft/menit. Ini tidak mutlak, spur gear dapat juga dipakai pada kecepatan diatas batas-batas tersebut.
Gambar 2.1. Roga Gigi Lurus
2.1.2. Roda Gigi Miring (Helical gear)
Roda gigi miring dipakai untuk memindahkan putaran antara poros-poros yang sejajar. Sudut kemiringan adalah sama pada setiap roda gigi, tetapi satu roda gigi harus mempunyai kimiringan ke sebelah kanan dan yang lain ke kiri. Roda gigi ini mampu memindahkan putaran lebih dari 3600 rpm dan kecepatan keliling lebih dari 5000 ft/menit.
2.1.3. Roda Gigi Cacing (Worm gear)
Roda gigi cacing dipakai untuk memindahkan putaran antara poros yang tegak lurus bersilang. Susunan roda gigi cacing biasanya mempunyai penutup tunggal atau ganda, suatu susuna roda gigi berpenutup tunggal adalah sesuatu dimana roda gigi dibungkus penuh atau sebagian oleh gigi cacing, sebuah roda gigi dimana setiap elemen ditutup sebagian oleh yang lain adalah susunan roda gigi cacing berpenutup ganda.
Gambar 2.3. Roda Gigi Cacing
2.1.4 Roda Gigi Kerucut (Bevel gear)
Roda gigi kerucut dipakai untuk memindahkan gerakan atau putaran antara poros yang berpotongan. Walaupun roda-roda gigi kerucut biasanya dibuat untuk sudut poros 90, roda-roda gigi ini biasanya untuk
Gambar 2.4. Bevel Gear
2.1.5. Screw Gear
Jenis roda gigi ini trediri dari dua buah helical gear wheel yang merupakan kombinasi sederhana untuk memindahkan gaya maupun torsi poros yang membentuk sudut-sudut tertentu.
Gambar 2.5. Screw Gear
2.1.6 Hypoid Gear
Gambar 2.6. Hipoid Gear
2.2. Rumus Dasar Roda Gigi
Dalam perencanaan ini saya menggunakan jenis roda gigi lurus karena ada beberapa pertimbangan yaitu :
# Dilihat dari poros, karena sejajar maka yang paling cocok dipergunakan adalah roda gigi lurus.
# Karena daya dan putaran relative rendah, maka lebih cocok bila menggunakan roda gigi lurus.
Adapun rumus dasar yang berhubungan dengan perencanaan roda gigi antara lain sebagai berikut :
a. Diameter Pitch Circle (P)
Rumus dari buku deutschman (hal 521)
P = Nt/d (in) ( 1 )
Dimana :
P = Diametral pitch
b. Perbandingan Kecepatan (rv) Rumus dari buku deutschman hal 525
rv = W2/W1 = NtP/Ntg = d1/d2 = n2/n1 ( 2 )
Dimana :
N1,n2 = putaran roda gigi ( rpm )
Nt1,Nt2 = jumlah gigi ( buah )
d1,d2 = diameter roda gigi ( inch )
c. Jarak Poros (C)
Rumus dari buku deutschman hal 528
C = d1+d2 (in) ( 3 )
2 Dimana :
C = jarak poros antara dua roda gigi d = diameter roda gigi
d. Kecepatan Pitch Line / Garis Kontak (Vp) Rumus dari buku deutschman hal 563
Vp = .d.n (ft/mnt) ( 4 )
12 Dimana :
e. Torsi yang Bekerja
T = 63000.N daya ( 5 )
n Dimana :
T = torsi yang bekerja N = daya motor n = putaran input
f. Gaya-gaya pada Roda Gigi
Gambar 2.7. Gaya-Gaya pada Roda Gigi
Gaya radial (Fr)
Fr = Fn.Sin = Fn.Cos ( 6 )
Gaya tangensial (Ft)
Ft = 2T ( 7 )
D
Gaya dinamis (Fd)
Fd = 600+Vp . Ft ( 8 )
600
Untuk 0 < Vp ≤ 2000 ft/menit Fd = 1200+Vp .Fp
1200
Untuk 2000 < Vp ≤ 4000 ft/menit Fd = 78+ Vp .Ft
78
Untuk Vp > 4000 ft/min dimana Fw ≥Fd dan Fb ≥ Fd
Dimana :
g. Lebar Gigi (b)
Rumus dari buku deutschman hal 584
b = Fd ( 9 )
d1.Q K
Q= 2.d2 d1+d2 Dimana :
b = Lebar gigi (in) Fd = Gaya dinamis (in) d1 = diameter pinion
d2 =diameter gear
Q = Perbandingan roda gigi K = Faktor pembebanan
h. Syarat Keamanan Roda Gigi 9 ≤ b ≤ 13
p p
i. Evaluasi Kekuatan Gigi (Persamaan AGMA)
Sad = Sat.Kl ( 10 )
t = Ft.Ko.P.Ks.Km ; Sad >t (syarat aman ) ( 11 )
Kv.b.j Dimana :
Sat = Tegangan ijin Material Kl = Faktor umur
Kt = Faktor temperature Kr = Faktor keamanan
σ t = Tegangan bending pada kaki gigi Ko = Faktor koreksi beban lebih Km = Koreksi distribusi beban Kv = Faktor dinamis
J = Faktor bentuk geometris
j. Menentukan Gaya bending Pada Pinion dan Gear (Fb) Rumus dari buku deutschman hal 551
Fb
=
So
.
b
.
Y
P
( 12 )
Dimana :
Fb = Gaya bending
So = Kekuatan permukaan gigi
Y = Faktor bentuk Lewis
b = diameter pitch
k. Menentukan Panjang Garis Kontak Gigi
l. Menentukan Perbandingan Kontak (kontak ratio)
Sad
=
ρ
.cos
AB
θ
( 14 )
Dimana :
AB = Panjang garis kontak CR = Kontak ratio
M. Standart Ukuran Roda Gigi
Tabel 2.1. Standart Ukuran Roda Gigi
Nama
φ
=
14
1
2
°20° 20° dipotong 25°
Addendum (A)
Tinggi kontak (d)
2
Gambar 2.8. Bagian-bagian pada Roda Gigi
2.2. Poros
berupa gabungan satu dengan yang lainnya. Definisi yang pasti dari poros adalah sesuai dengan penggunaan dan tujuan penggunaan.
Dibawah ini terdapat beberapa definisi dari poros :
a. Shaf adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke mekanisme yang digunakan.
Gambar 2.9. shaf
b. Axle adalah poros yang tetap dan mekanismenya yang berputar pada poros tersebut, juga berfungsi sebagai pendukung.
Gambar 2.10. Axle
c. Spindle adalah poros yang terpendek terdapat pada mesin perkakas dan mampu atau sangat aman terhadap momen bending.
d. Line Shaft adalah poros yang langsung berhubungan dengan mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan daya dari motor penggerak ke mekanisme tersebut.
Gambar 2.12. Line Shaft
e. Jack Shaft adalah poros yang pendek, biasanya dipakai untuk dongkrak “JACK” mobil.
Gambar 2.13. Jack Shaft
Gambar 2.14. Flaxible
Poros pada umumnya dibuat dari baja yang telah diheattreatment. Poros yang dipakai untuk meneruskan daya dan putaran tinggi umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
Poros dapat dibedakan menjadi 2 macam : a. Poros Lurus
Adalah sebatang logam yang berpenampang lingkaran berfungsi memindahkan putaran atau mendukung beban-beban yang didukung pada poros ini adalah beban puntir dan bending.
b. Poros Bintang
Adalah sebatang logam yang berpenampang lingakaran dan terdapat sirip yang menyerupai bintang. Poros dihubungkan dengan roda gigi tanpa menggunakan pasak.
Persamaan yang digunakan pada poros bintang : a) Tegangan geser maksimum ( max )
max =
0,5
x
Syp
Dimana:
max = tegangan geser maksimum ( Psi )
N = faktor keamanan
Syp = yield posisi dari material b) Diameter poros
d =
√
16
x
√
MB
2+
T
2π x
0,5
x
Syp
N
Dimana:
d = diameter poros (inch)
MB = momen bending yang diterima poros (lb. in) T = momen torsi myang diterima poros
Poros pada umumnya dibuat dari baja yang telah di heatreatment. Poros yang dipakai pada untuk meneruskan daya dan putaran tinggi umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerjaan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
2.3. Pasak ( Keys )
Pasak digunakan untuk menyambung poros dan roda gigi, roda pulley, sprocket, cams, lever, impeller dan sebagainya.
1. Untuk beban torsi yang konstan ( torque stedy ). >> N = 1.5 2. Untuk beban yang mengalami kejut rendah. >> N = 2.5 3. Untuk beban kejut besar terutama beban bolak balik >> N = 4.5 Adapun macam – macam pasak yaitu :
1. Pasak datar segi empat ( Standart square key ).
Gambar 2.15. Pasak data segiempat
2. Pasak datar standar ( Standart flat key ).
3. Pasak tirus ( Tepered key ).
Gambar 2.17. Pasak tirus 4. Pasak bidang lingkaran ( Wood ruff key ).
5. Pasak bintang (Splines ).
Gambar 2.19. Pasak bintang 6. Pasak bintanng lurus ( Straight splines ).
Gambar 2.20. Pasak bintanng lurus 7. Pasak bintang involute ( involute spline ).
Adapun berbagai macam pasak, namun yang dibahas adalah pasak standar ( Standart flat key ). Pemasangan pasak pada poros maupun roda yang disambungkan dan dibuat alur pasak yang disesuaikan dengan ukuran pasak.
Keterangan :
F = Gaya yang bekerja. h = Tinggi pasak.
A = Pasak. b = Lebar pasak
B = Poros. l = Panjang pasak.
2.3.1. Rumus Dasar Pasak
Ukuran lebar dan tinggi pasak ada dalam table yang disesuaikan dengan kebutuhan atau tergantung pada diameter poros.
a. Panjang pasak sesuai dengan kebutuhan dan dimensinya. W = Lebar pasak.
H = Tinggi pasak. L = Panjang pasak.
Ss = Tegangan geser.
Gaya (F)
F
=
2
D
T
dimana
T
=
F
D
2
( 15 )
Ss
=
F
A
dimana
A
=
L
.
W
( 16) Tegangan kompresi (c)
T
=
Ss
.
W
2
.
L
.
D
( 17 )
Pada perhitungan ini dipergunakan faktor keamanan dengan asumsi sebagai berikut :
1. Untuk beban torsi yang konstan ( torque stedy ). >> N = 1.5
2. Untuk beban yang mengalami kejut rendah. >> N = 2.5
3. Untuk beban kejut besar terutama beban bolak balik. >> N = 4.5
b. Tegangan geser yang diijinkan.
Ssyp
N
=
0.58
N
Syp
( 18 )c. Tegangan kompresi yang diijinkan.
Sc
=
L
.
4 .
W
T
.
D
( 19 )
Sc
=
L
.
4 .
W
T
.
D
≤
Ssyp
N
( 20 )
e. Tinjauan terhadap kompresi.
L
=
Sc
4.
.
W
T
.
D
( 21 )
f. Syarat yang harus dipenuhi supaya pasak aman ( geser ).
Ss
=
L
.
2.
W
T
.
D
≤
Ssyp
N
( 22 )
g. Tinjauan terhadap geser.
L
=
Ss
2.
.
W
T
.
D
( 23 )
2.4. Bantalan ( Bearing )
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan umur pakai panjang. Agar elemen mesin dapat bekerja dengan baik maka bantalan harus dipasang cukup kokoh.
2.4.1. Klasifikasi Bantalan
1. Berdasarkan gerakan terhadap poros
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
Gambar 2.22. Bantalan Luncur
Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding.
Bantalan radial
Setiap arah beban yang ditumpu oleh bantalan ini tegak lurus terhadap sumbu poros.
Bantalan aksial
Setiap arah beban yang ditumpu oleh bantalan itu sejajar dengan sumbu poros.
Bantalan gelinding halus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang sejajar dan tegak lurus terhadp poros.
2.4.2. Macam – macam bantalan luncur
1. Bantalan radial berbentuk silinder, silinder elip 2. Bantalan aksial yang berbentuk engsel
3. Bantalan khusus yang berbentuk bola
Gambar 2.25. Bantalan Luncur Radial dan Aksial
2.4.3. Rumus Dasar Bantalan
Rumus yang digunakan pada saat perencanaan bantalan yaitu :
Umur bantalan (L10h)
Rumus dari buku deutschman hal 485
L
10h
=
(
C
P
)
b
x
10
6
60.
n
( 23 ) Beban equivalen (P)
P = Fs ( X.V.Fr.y.Fa ) ( 24 ) dimana :
b = Konstanta
= 3.0 ( untuk ball bearing ) = 10/3 ( untuk roll bearing ) V = Faktor putaran
= 1 ( untuk ring dalam berputar ) = 1.2 ( untuk ring luar berputar ) L10h = Umur bantalan (jam )
P = Beban ekuivalen ( lb )
Fs = Konstanta beban ( beban shock/lanjut ) Fr = Beban radial ( lb )
Fa = Beban aksial ( lb ) X = Konstanta radial Y = Konstanta aksial n = Putaran ( rpm )
2.5. Pelumasan
Dalam sistem transmisi pada mesin – mesin yang bergerak, diperlukan suatu sistem pelumasan guna mengurangi hubungan kontak dari dua bagian yang bergerak. Apabila tidak ada pelumasan maka akan mempercepat terjadinya kerusakan pada komponen mesin tersebut.
2.5.1. Klasifikasi Pelumasan
Sistem pelumasan dalam dunia permesinan dapat dikellompokkan menjadi dua jenis yaitu :
1. Pelumasan menurut bentuknya
Pelumasan padat
Pelumasan semi padat
Pelumasan cair
Pelumasan tangan : Dipakai untuk beban yang ringan dan kerja yang tidak kontinyu.
Pelumasan tetes : Minyak diteteskan dengan jumlah yang teratur melalui sebuah katup jarum.
Pelumasan sumbu : Pelumasan dengan menggunakan sumbu untuk menghisap minyak.
Pelumasan percik : Minyak dari bak penampung dipercikkan dan biasanya digunakan dalam pelumasan torak, silinder motor yang mempunyai putaran tinggi.
Pelumasan cincin : Pelumasan ini dengan menggunakan cincin yang digantung pada poros sehingga ikut berputar bersama poros dan mengangkat minyak dari bawah.
Pelumasan pompa : Disini pompa digunakan untuk mengalirkan minyak ke bantalan karena sifat minyak yang kental.
Pelimasan gravitasi : Dari sebuah tangki di atas bantalan minyak dialirkan oleh gaya beratnya sendiri.
2.5.2. Tujuan dan Fungsi Pelumasan
1. Mengurangi daya energi pada bagian – bagian mesin yang saling bergesekan.
3. Membuang kotoran – kotoran yang diakkibatkan oleh pergesekan antara koponen yang bergerak
2.5.3. Rumus Dasar Pelumasan
a. Perencanaan viskositas absolute dari pelumas
Z
=
ρt
(
0.22
S
−
180
S
)
( 25 )
t = ∞ - 0.0035 ( T – 60 ) Dimana :
Z = Absolute viscositas ( cp )
ρt
= Spesific gravity pada temperature test ( t )S = Saybelt universal second = 120 Kp = 1.45 x 10-7 Reynold
Sehingga dari grafik didapat harga SAE dengan persamaan :
S
1=
r
.
c
f
.
.
p
ηn
( 26 )
Dimana :
S1 = Angka karakteristik bantalan
µ = Viskositas minyak pelumas c = Radial cleareance ( in )
Gambar 2.26. Dimensi Pelumasan Bantalan b. Tebal minimum minyak pelumas dari grafik
h
oc
=
0.19
( 27 )c. Koefisien gesek ( f ) dari grafik
rf
.
f
c
=
15
( 28 )
d. Daya yang dihitung
Fhp
=
63000
Tf
.
n
( 29 )
Q
rf
.
c
.
n
.
l
( 30 )f. Kapasitas minyak pelumas yang keluar dari bantalan setiap saat ( Qs ) dari grafik
Q
.
S
Q
0.88
( 31 )BAB III
MEKANISME SISTEM TRANSMISI
3.1 Input Data
Data data yang diketahui :
- Daya putaran motor (N input) = 30 HP - Putaran input (N input) = 2400 rpm - Putaran output (N1) = 600 rpm
3.1.1. Pertimbangan Menggunakan Roda Gigi
Dalam perencanaan ini menggunakan roda gigi lurus karena beberapa pertimbangan, yaitu :
Dilihat dari poros, karena porosnya sejajar maka roda gigi yang paling sesuai adalah menggunakan roda gigi lurus.
Karena daya dan putaran rtelatif rendah maka lebih cocok menggunakan roda gigi lurus.
3.1.2. Pertimbangan Dalam Menggunakan Poros
Untuk menentukan diameter poros tergantung pada perhitungan yang akan dilakukan, tetapi untuk menentukan bahan dari poros digunakan pertimbangan sebagai berikut :
Poros sebaiknya menggunakan bahan Alloy Stell
Poros yang akan digunakan sebaiknya harus mampu menahan beban putar yang memadai
3.2. Sket Gear Box
3.2.1. gambar sket gear box
input
output
gambar 3.1 sket gear box
Keterangan Gambar :
SIMBOL ARTI KETERANGAN
1,3,5,7 Pinion Roda gigi yang lebih kecil pada dua roda gigi yang bersinggungan, disebut juga roda gigi penggerak. 2,4,6,8 Gear Roda gigi yang didesain lebih besar dari pada pinion
yang berfungsi sebagai roda gigi yang digerakkan. 9 Revers Roda gigi tambahan yang digunakan untuk
membalikkan arah putaran pada poros (b)
a,b,c Poros Bagian dari mesin yang berfungsi untuk meneruskan tenaga dari mesin
Dan
Arah putaran
Arah pergerakan roda gigi danh poros
Bantalan Bagian mesin yang digunakan untuk menumpu poros sehingga putaran mesin bisa berlangsung secara halus.
3.3. gambar sket gear box disetiap tingkatan kecepatan
Gambar 3.2 tingkat kecepatan 1
Pada tingkat kecepatan 1 (n1) roda gigi 1 dan 2 saling berhubungan sehingga terjadi tingkat kecepatan 1 (n1) = 600 rpm
3.3.2. tingkat kecepatan 2 (n) = 1500 rpm
Gambar 3.3 tingkat kecepatan 2
3.3.3. tingkat kecepatan 3 (n3) = 2400 rpm
Gambar 3.4 tingkat kecepatan 3
3.3.4. tingkat kecepatan revers (nr) = 1000 rpm
Gambar 3.5 tingkat kecepatan revers (nr)
BAB IV
PEMBAHASAN SISTEM TRANSMISI
Diketahui data-data sebagai berikut :
- Daya putaran motor (N input) = 30 HP - Putaran input (N input) = 2400 rpm - Putaran output (N1) = 600 rpm
- Putaran output (N2) = 1500 rpm
- Putaran output (N3) = 2400 rpm
- Putaran output (Nreves) = 1000 rpm
Asumsi
- C (JARAK POROS) = 5 in
- Sudut tekan ( θ ) = 25º - Diameterial pitch = 6 inchi
Data-data sebagai berikut :
Diameter Pitch : 6”
a. Perbandingan Kecepatan
rV =
b. Jumlah roda gigi Nt1 = P . d1
= 6 . 2 = 12 buah Nt2 = 6 . 8 = 48 buah
c. Addendum, dedendum, tinggi gigi, celah
Clearen =
0
,
25
P
=
0
,
6
25
= 0,042"Working Depth =
2
Tinggi gigi =
d. Kecepatan Pitch Line
VP1 =
e. Torsi yang terjadi
T = 63000
- Gaya tangensial
5024
=197.05 lbin (arahnya berlawanan) - Gaya normal Untuk 0< Vp <2000Fd = g. Menentukan Lebar gigi
- cek lebar gigi
Dari tabel 10.2 didapat :
Y1 = 0.277 (untuk Nt1 = 12 gigi)
Y2 = 0.473 (untuk Nt1 = 48 gigi)
- bahan stell SAE 1045 mempunyai So = 32.000 psi (Tabel 10.3)
Fb1 =
32.000
x
1.68
x
0.277
6
= 2481.92 psi- bahan stell SAE 1040 mempunyai So = 25.000 psi (Tabel 10.3)
Fb2 =
25000
x
1.68
x
0.277
6
= 3311 psii. Tegangan ijin maksimum
Sad =
Kt = 1 (temperatur pelumasan kurang dari 250 *F)
Kr = 1,33
Sat = 40000 (BHN 300) tabel 10-7
40.000 . 1
4.1.2 Perhitungan roda gigi 3 dan 4
Data-data sebagai berikut : Daya Motor : 30 Hp
Diameter Pitch : 6”
a. Perbandingan Kecepatan
10" =2.6 d1 d3 = 3.84"
D4 = 10" - 3.84” = 6.16"
b. Jumlah roda gigi Nt3 = P . d1
= 6 . 3.84 = 23 buah Nt4 = 6 . 6.16 = 37 buah
c. Addendum, dedendum, tinggi gigi, celah
Clearen =
0
,
25
P
=
0
,
6
25
= 0,042"Working Depth =
2
d. Kecepatan Pitch Line
=
3
,
14 . 6.16 . 2400
12
= 3868,48 Ft/mine. Torsi yang terjadi
T = 63000
f. Gaya yang terjadi - Gaya tangensial
Ft3 =
Fd = g. Menentukan Lebar gigi
b = K = 242 (stell BHN 300) tabel 10.11
- cek lebar gigi
Dari tabel 10.2 didapat :
Y3 = 0.39 (untuk Nt3 = 23 gigi)
Y4 = 0.449 (untuk Nt4 = 37 gigi)
- bahan stell SAE 1040 mempunyai So = 25.000 psi (Tabel 10.3)
Fb1 = i. Tegangan ijin maksimum
Ks = 1 (spur gear)
Km = 1,3 (tabel 10-5)
J = 0.340 (untuk pinion)
Kv = 1
Kl = 1
Kt = 1 (temperatur pelumasan kurang dari 250 *F)
Kr = 1,33
Sat = 19000 (BHN 140) tabel 10-7
19.000 . 1
1 . 1
,
33
>410
,
1 . 1,8 . 0
52 . 1 . 6 . 1 . 1,3
,
335
4.1.3 Perhitungan roda gigi 5 dan 6
Data-data sebagai berikut : Daya Motor : 30 Hp
Diameter Pitch : 6”
a. Perbandingan Kecepatan
10" = 2 d5 d5 = 5"
d6 = 10" - 5” = 5"
b. Jumlah roda gigi Nt5 = P . d5
= 6 . 5 = 30 buah Nt6 = 6 . 5 = 30 buah
c. Addendum, dedendum, tinggi gigi, celah
Clearen =
0
,
25
P
=
0
,
6
25
= 0,042"Working Depth =
2
d. Kecepatan Pitch Line
=
3
,
14 . 5 . 2400
12
= 3140 Ft/mine. Torsi yang terjadi
T = 63000
f. Gaya yang terjadi - Gaya tangensial
Ft5 =
3140
=315,26 lbin (arahnya berlawanan) - Gaya normalFd = g. Menentukan Lebar gigi
b =
Fd
d
p.
Q
.
K
=1140
5 . 1 . 127
,
19
= 1.79 in dimana :K = 127 (stell BHN 225) tabel 10.11
- cek lebar gigi
Dari tabel 10.2 didapat :
Y5 = 0.425 (untuk Nt5 = 30 gigi)
Y6 = 0.425 (untuk Nt6 = 30 gigi)
- bahan stell SAE 2320 mempunyai So = 25.000 psi (Tabel 10.3)
Fb5 =
i. Tegangan ijin maksimum
J = 0.340 (untuk pinion)
Kv = 1
Kl = 1
Kt = 1 (temperatur pelumasan kurang dari 250 *F)
Kr = 1,33
Sat = 11000 (BHN 140) tabel 10-7
19.000 . 1
1 . 1
,
33
>315
1 . 1
,
26 . 1 . 6 . 1 . 1,3
,
79 . 0
,
335
4.1.4 Perhitungan roda gigi 7 , 8 dan 9
Data-data sebagai berikut : Daya Motor : 30 Hp Putaran Input : 2400 Rpm Putran Output : 1000 Rpm
Asumsi :
Sudut kontak : 25o
Jarak Poro : 5”
Diameter Pitch : 6”
a. Perbandingan Kecepatan
rV =
Nout
Nin
=
d
7d
8=
1000
2400
=
d8 = 2,4 d7
Jarak poros c=3”, untuk roda gigi 7 dan 8
c = 3”, maka C =
d
7+
d
82
3" =
d
7+
2,4
d
72
6" = d7 + 2,4d7
d7 = 1,76"
d8 = 6" – d7
= 6" – 1,76” = 4,24”
Jarak poros c=3”, untuk roda gigi 8 dan 9
c = 4”, maka C =
d
8+
d
92
4" =
4
,
24``+```d rSub { size 8{9} } } over {2} } `} {
¿¿¿
8" = 4,24”+ d9d9 = 3,76"
Jadi :
d7 = 1,76”
d8 = 4,24”
b. Jumlah roda gigi
c. Clearen, Working Depth, Tinggi Gigi
Clearen =
0
,
25
P
= 0,042"
Working Depth =
d. Kecepatan Pitch Line
e. Torsi yang terjadi
= 1050 lbin
T9= 63000
30
600
= 3150 lbin f. Gaya yang terjadi
- Gaya tangensial
Fd = g. Menentukan Lebar gigi
Fb =
SoxbxY
p
Dari tabel 10.2 didapat :
Y7 = 0.259 ( untuk Nt9 = 11 gigi )
Y8 = 0.402 ( untuk Nt10 = 25 gigi )
Y9 = 0.39 ( untuk Nt11 = 23 gigi )
- bahan stell SAE 2320 mempunyai So = 50.000 psi (Tabel 10.3)
Fb7 =
50.000
x
2
,
11
x
0.259
6
= 4554,08 psi
- bahan stell SAE 2320 mempunyai So = 50.000 psi (Tabel 10.3)
Fb8 = i. Tegangan ijin maksimum
J = 0.335 (untuk pinion)
Kv = 1
Kl = 1
Kt = 1 (temperatur pelumasan kurang dari 250 *F)
Kr = 1,33 ( normal design )
Sat = 19000 (BHN 140) tabel 10-7
19.000 . 1
1 . 1
,
33
>895
1 . 2
,
7. 1 . 6 . 1 . 1,3
,
11 . 0
,
335
RBV
Gaya yang terjadi
Ft1 = 788,21 lb Fr1 = 367,54 lbFn1 = 869,69 lb
Ft3 = 410,52 lb Fr3= 191,42 lb Fn3 = 452,95 lb
Ft5 = 315,26 lb Fr5= 147,00 lbFn5 = 347,85 lb
Ft7= 895,70 lb Fr7 = 417,66 lb Fn7 = 988,29 lb
a. Perencanaan Poros I kondisi 1
Data-data yang diketahui :
Ft1 = 788,21 lb
Fr1 = 367,54 lb
A B
1.5 in 11.5 in
RA RB
C Fn
1
Analisa Momen Banding
Reaksi di A dan B
MA = 0
Fn1 × 1.5 – RB × 13 = 0
RB
=
13
Fn
1×
1,5
=
13
869,69
x
1,5
=
100
,
34
lb
MB = 0
RA – Fn1
+
RB = 0RA = Fn1 – RB
RA = 869,69– 100,34 = 769,34 lb
Momen bending yang terjadi pada poros I kondisi 1 MC = RA . 1,5
1154 lbin
Gambar 4.1. Diagram momen poros I kondisi 1
b. Perencanaan poros I kondisi 3
Data-data yang diketahui :
Ft3 = 410,52 lb
Fr3 = 191,42 lb
Fn3 = 452,95 lb
1332,67 lbin
Reaksi di A dan B
MA = 0
Fn3 × 4.5 – RB × 13 = 0
RB
=
13
Fn
3
×
1,5
=
452,95
13
x
4,5
=
156
,
79
lb MB = 0
RA – Fn3
+
RB = 0RA = Fn3 – RB
RA = 452,95 – 156,79 = 296,15 lb
Momen bending yang terjadi pada poros daerah AC MC = 296,15 × 4,5
= 1332,67 lbin
8,5 in
c. Perencanaan poros I kondisi 5
Data-data yang diketahui :
Fn5 = 347,85 lb
Analisa momen bending
1023,40 lbin
Ft7 Fn7
RA
11,5 in
1,5 in
A
B F
RBV RBH
RB RAH
RAV
Fr7
RA = Fn5 – RB
RA = 347,85 – 227,44 = 120,40
Momen bending yang terjadi pada poros I kondisi 5 M5 = 120,40 × 8,5
= 1023,48 lbin
Gambar 4.3. Diagram momen poros I kondisi 5
Fn
7
A B
1,5 in 11,5 in
RA RB
F
Data-data yang diketahui :
Fn7 = 988,29 lb
Analisa momen bending
Reaksi di A dan B
MA = 0
Fn7 × 11,5 – RB × 13 = 0
RB
−
13
Fn
7×
8,5
=
13
988,29
×
11
,
5
=
874
,
25
lb
MB = 0
RA – Fn7
+
RB = 0RA = Fn7 – RB
RA = 988,29– 874,25 = 114,03 lb
Momen bending yang terjadi di poros I roda gigi 7 M7 = 114,03 × 11,5
1311,38 lbin
Gambar 4.4. Diagram momen poros I kondisi 7
4.2.1.1. Perencanaan diameter poros I
Momen yang terjadi :
Kondisi 1 : 1154,01 lbin Kondisi 3 : 1332,67 lbin Kondisi 5 : 1023,48 lbin Kondisi 7 : 1311,38 lbin Dimana :
M max = 1332,67 lbin T = 787,5 lbin
Bahan poros yang digunakan adalah AISI 52100 NR dengan Syp = 139.000 psi (tabel A-2 Apendix 2) dengan angka keamanan Ak = 3.
Rumus dari Deutschman hal 339
=
√
316
π
×
3
Tegangan maximum yang diijinkan dari bahan (Ss) :
Tegangan geser yang terjadi pada poros (
τ
max
=
√
(
2
σx
)
2+
τ
2=
√
(
2
42752
,
96
)
2+ (
14464
,
6
)
2=
25810
,
43
psi
Karena
max < Ssyp maka perencanaan diameter poros I aman. 4.2.1.2. Perencanaan Poros Bintang pada Poros IData-data yang diketahui :
Diameter poros D = 0,66” T = 630 lbin
Jumlah Spline n = 6 ( table 7-9 )
Lebar Spline W = 0,16”
Tinggi Spline h = 0,032”
Diameter poros bintang d = 0,576”
Panjang poros L = 13”
Syp ( AISI 52100 Nr ) = 139.000 Psi
rm = ( D+d)/4
= (0,66+0,576) / 4 = 0,304
Torsi moment persamaan kapasitas torsi of strength T = 1000.n.rm.h.L
= 1000 . 6. 0,304. 0,032 . 13 = 758,8 lb.in
= 2. 630/ 6.0.64 = 328,125 lb
Ditinjau dari tegangan geser τs = F / A
= F / W.L
= 328,125 / 0,16.13 = 157,8 Psi
Ditinjau dari tegangan tekan τc = F / A
= F / 0,5 H.L
= 328,125 / 0,5. 0,032. 13 = 1577,5 Psi
Ditinjau dari yield point strength of the material in shear Sssyp = 0,58 Syp / Ak
= 0,58 . 139000 / 3 = 26873,3 Psi
Karena τs dan τc < Ssyp maka perencanaan roda gigi aman.
4.2.2. Perencanaan poros II Data yang diketahui:
Daya input (Nin) = 30 hp
Putaran input (nin) = 2400 rpm
Sudut kontak () = 25 o
Gaya yang terjadi :
A B
a. Perencanaan poros II kondisi 1
Analisa momen bending
-368,56 lb
Diagram momen poros II kondisi 1
b. Perencanaan poros II kondisi 2
Analisa momen bending
-1256,22 lbin
MB = 0
Fn4 + Fn9 = RA + RB = 0
282,36 + 462,6 = RA + 400,86 RA = 400,86 – 680,02 = - 279,16 lb
Momen bending yang terjadi pada poros II kondisi 1 M = RA x 1,5 = -279,16 x 4,5 = -1256,22 lbin
Diagram momen poros II kondisi 2
4.2.2.1. Perencanaan Poros II Pada kondisi 3
RBV
A RAV
R
8,5 in
4,5 in
B E
RBH
R L
RAH Fn6
Fr6
A B
Analisa momen bending
Reaksi di A dan B
Momen bending yang terjadi pada poros II kondisi 1 M = RA x 8,5 = -422,88 x 8,5 = -3594,48 lbin
Diagram momen poros II kondisi 3 c. Perencanaan poros II kondisi 4
Fn9
A B
1,5 in 11,5in
RA RB
F
587,11 lbin
Analisa momen bending
Reaksi di A dan B
MA = 0
Fn9 × 11,5 – RB × 13 = 0
RB
=
13
462
,
6
x
11
,
5
=
409
,
22
lb MB = 0
RA – Fn9+ RB = 0
RA = 462,6 – 409,22 = 53,37 lb
Momen bending yang terjadi pada poros II kondisi 1 M = RA x 11,5 = 53,37 x 11,5 = 587,11 lbin
4.2.2.2. Perencanaan diameter poros II Momen yang terjadi :
Kondisi 1 : -368,56 lbin Kondisi 2 : -1256,22 lbin Kondisi 3 : -3594,48 lbin Kondisi 4 : 587,14 lbin
Dimana: M max = 587,14 lbin T = 787,5 lbin
Bahan poros yang digunakan adalah AISI 52100 HR dengan Syp = 139.000 psi (tabel A-2 Apendix A) dengan angka keamanan Ak = 3.
τ
max
=
0
,
58
Ak
Sp
≥
16
diameter poros diambil 0,65 inPengecekan kekuatan poros
Tegangan geser maximum yang diijinkan dari bahan (Ss)
A E B
Karena
max < Syp maka perencanaan diameter poros I aman.4.3.1. Perencanaan poros III
Analisa momen bending
346,95 lbin
Reaksi di A dan B
MA = 0
Fn9 × 1,5 – RB × 3 = 0
RB
=
Fn
9×
3
1,5
=
462
,
6
3
×
1,5
=
231
,
3
lb
MB = 0
RA – Fn9
+
RB = 0RA = Fn9 – RB
RA = 462,6 – 231,3 = 231,3 lb
Momen bending yang terjadi pada poros daerah AE ME = 231,3 × 1,5 = 346,95 lbin
Diagram momen poros III
4.3.1.1 Perencanaan diameter poros III Momen yang terjadi :
M max = 346,95 lbin T = 787,5 lbin
Bahan poros yang digunakan adalah AISI 52100 HR dengan Syp = 139.000 psi (tabel A-2 Apendix A) dengan angka keamanan Ak = 3.
τ
max
=
0
,
58
Ak
Sp
≥
16
πD
3√
(Mb
max
)2
Diameter poros III diameter poros diambil 0,54 in
Pengecekan kekuatan poros
Tegangan geser yang terjadi maximum yang diijinkan dari bahan (Ss)
0,58 Syp
τ
max
=
√
(
2
σx
)
2+
τ
2=
√
(
12125
2
,
5
)
2+ (
25483
,
53
)
2=
26194
,
79
psi
Karena
max < Syp maka perencanaan diameter poros I aman. 4.3. Perencanaan pasaka. Perencanaan pasak pada poros II Data yang diketahui :
Bahan pasak AISI 1010 HR Syp = 42000 psi (tabel A-2 Appendix)
Angka keamanan (Ak) = 3
Diameter poros (D) = 0,57 in
Tinggi pasak = 0,125
Lebar pasak = 0,1875
Torsi (T) = 787,5 lbin.
Jumlah Spinel = 6
a. Gaya yang bekerja pada pasak
F =
2 .
T
n
.
D
=
2 . 787
6. 0
,
57
,
5
=
452
,
58
lbb. Perhitungan panjang pasak
L
¿
c. Pengecekan kekuatan pasak
Ditinjau dari tegangan geser (L = b = 1 in)
τs
=
W
F
.
L
=
452
0
,
1875.1
,
58
=
2413
,
76
psi
Ditinjau dari tegangan tekan / kompresi
τ
c=
F
A
b. Perencanaan pasak pada poros III Data yang diketahui :
Bahan pasak AISI 1010 CD Syp = 68000 psi (tabel A-2 Appendix)
Angka keamanan (Ak) = 3
Diameter poros (D) = 0,54 in
Tinggi pasak = 0,125
Lebar pasak = 0,1875
Torsi (T) = 1050 lbin.
Jumlah Spinel = 6
d. Gaya yang bekerja pada pasak
F =
2 .
T
n
.
D
=
2 . 1050
6. 0
,
54
=
603
,
44
lbe. Perhitungan panjang pasak
L
¿
L
¿
603
,
44. 3
0
,
1875.68000
=
0.14
in
f. Pengecekan kekuatan pasak
Ditinjau dari tegangan geser (L = b = 1 in)
τ
s=
F
A
τs
=
W
F
.
L
=
603
0
,
1875.1
,
44
=
3218
,
346
psi
Ditinjau dari tegangan tekan / kompresi
τ
c=
F
A
4.4. perencanaan bantalan
4.4.1. Perencanaan Bantalan pada Poros I Data-data yang diketahui :
Data-data yang diketahui :
Roda gigi Fr (lb)
1 369,54
3 191,42
5 147
Kecepatan putaran (n input) = 2400 rpm
Diameter poros (D) = 0,69 in
Fr = 417,66 lb
Jenis bantalan double row notch ball dengan dimension series 32, C = 2534,25 lb (table 9-1)
Mencari Beban Equivalen P = Fs ( x . v . Fr + Y . Fa )
o Fs = 1 (tabel 9-8, uniform and steady load)
o Fa = 0 (tanpa gaya aksial)
Perhitungan umur bantalan dimana:
4.4.2. Perencanaan Bantalan pada Poros II Data-data yang diketahui :
Roda gigi Fr (lb)
2 91,88
4 119,33
6 147
9 (rivers) 195,5
Kecepatan putaran (n input) = 2400 rpm
Diameter poros (D) = 0,57 in
Fr = 195,5 lb
Jenis bantalan double row notch ball dengan dimension series 32, C = 1993,25 lb (table 9-1)
Mencari Beban Equivalen P = Fs ( x . v . Fr + Y . Fa )
o Fs = 1 (tabel 9-8, uniform and steady load)
o Fa = 0 (tanpa gaya aksial)
Perhitungan umur bantalan dimana:
=
(
4.4.3. Perencanaan Bantalan pada Poros III Data-data yang diketahui :
Roda gigi Fr (lb)
8 179,36
Kecepatan putaran (n input) = 2400 rpm
Diameter poros (D) = 0,54 in
Fr = 179,36 lb
Jenis bantalan double row notch ball dengan dimension series 32, C = 1940 lb (table 9-1)
Mencari Beban Equivalen P = Fs ( x . v . Fr + Y . Fa )
o Fs = 1 (tabel 9-8, uniform and steady load)
o Fa = 0 (tanpa gaya aksial)
Perhitungan umur bantalan dimana:
L
10=
(
C
P
)
Data-data yang diketahui :o Putaran ( n input ) = 2400 rpm
o Temperatur operasi = 150 o F
o D x n = 25 x 2400 = 60.000 (temperatur kerja 150 o F)
o Minyak pelumas dengan viskositas 120 SUS pada temperatur 150 o F
Viskositas Absolut ( Z )
Z
=
ρt
×
[
0
,
22 ..
S
−
180
S
]
Dimana :
Z = Viskositas absolute pada temperature f dalam centi point ( cp )
ρt
= ‘spesipik gravity’ pelumas pada temperature f= 0,86 x 24,9 = 21,41 Cp
Dimana :
1 cp = 0,145 x
10
−6 reyns viskositas absolute dalam reyns :
μ
=
Z
(
0
,
145
x
10
−6)
μ
=
21
,
376
(
0
,
145
x
10
−6)
μ
=
3
,
104
x
10
−6 reynsViskositas kinematik :
Vt
=
Z
ρ
=
21
,
41
0
,
86
= 24,894 csDari hasil perhitungan didapat, viskositas absolute (
μ
=
3
,
104 . 10
−6 reyns)dengan temperatur
ker
ja
150
0F
maka dari grafik ( 8-13 ) dapat diketahuiBAB V
KESIMPULAN
Secara umum diketahui, bahwa untuk merencanakan suatu element mesin diperlukan ketelitian yang sangat tinggi dan dengan pertimbangan matang agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang direncanakan.
Perhitungan dan pemilihan material untuk mendapatkan dimensi yang direncanakan tetap berpandangan bahwa suatu desain direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan ukuran. Serta memenuhi syarat keamanan yang diinginkan dan memilih faktor ekonomi yang murah dengan hasil sebaik-baiknya.
Maka analisa data yang ada dapat diambil kesimpulan ukuran / dimensi dari semua komponen yang dihitung.
5.1. Roda gigi a. Roda gigi 1
- Diameter = 2" = 50,8 mm
- Lebar = 1,68" = 41,148 mm
h. Roda gigi 8
- Digunakan type poros bintang
c. Poros III
- Bahan poros = AISI 52100 HRN Syp 139.000 Psi - Diameter poros = 0,54" = 12,7 mm
- Panjang poros = 13" = 330,2 mm
5.3. Pasak
a. Pasak Poros II
- Digunakan type pasak standart flat key
- Bahan pasak = AISI 1010 HR Syp 42.000 Psi - Diameter poros = 0,57" = 13,462 mm - Lebar pasak = 0,1875” = 4,7625 mm - Tinggi pasak = 0,125“ = 3,175 mm
- panjang pasak = 0,17“ = 2,6162 mm
b. Pasak Poros III
- Digunakan type pasak standart flat key
5.4. Bantalan a. Poros I
- Jenis bantalan single-row deep drove ball bearing
- Diameter Poros = 0,69” = 16,256 mm
- Diameter Luar Bantalan = 1,85" = 46,99 mm
- Lebar Bantalan = 0,55” = 13,97 mm
- Umur Bantalan = 12411,01 jam
b. Poros II
- Jenis bantalan single-row deep drove ball bearing
- Diameter Poros = 0,57” = 13,462
- Diameter luar bantalan = 1,65" = 41,91 mm
- Lebar Bantalan = 0,5118” = 12,99 mm
- Umur Bantalan = 58880,6 jam
c. Poros III
- Jenis bantalan single-row deep drove ball bearing
- Diameter Poros = 0,54” = 12,7 mm
- Diameter lubang bantalan = 1,55" = 39,37 mm
- Lebar Bantalan = 0,4851” = 12,321 mm
5.5. Pelumasan
- Spesifik Gravity = 0,86
- Viscosias absolute = 21,41 Cp
- Viscositas absolute dalam Reyns = 3,104 . 10-6 reyns
- Viscositas kinematik (Vt) = 24,894 cs
- jenis pelumas SAE 20 – 30 pada system pelumasan rendam
- Volume pelumasan = 6 liter
DAFTAR PUSTAKA
1. Deutsman, A.D, Walter J. Michels, Charles E. Wilson, Machine Design Theory and Practice, Coller Macmillan International, Macmillan Publishing Co. Inc. 1975.
SARAN
Pemilihan jenis material dan factor keamanan adalah suatu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan Gear Box, serta dibutuhkannya suatu rakitan atau rangkaian roda gigi yang praktis, sehingga efisien tempat dan biaya dalam pembuatan Gear Box dapat ditentukan seminimal mungkin.