TUGAS DESAIN ELEMEN MESIN II
Disusun Oleh :
Nama
:
M.YOKI AL MAHIR
Nim
:
110401159
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Teknik
Departemen Teknik Mesin
Medan
1. Rancang ulang roda gigi(redesign) yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103 kW pada n = 6300 rpn,untuk Honda New Civic atau sejenisnya(roda gigi m
iring(,dengan ketentuan sudut miring = 20°,ɸ = 30°.Jarak sumbu poros 100 mm.Lukiskan:
(a) Gambar skematik pembuatan gigi pada roda gigi ini.
(b) Gambar skematik rangkaian roda gigi.
2. (a) Hitunglah ukuran-ukuran roda gigi yang dimaksudkan.
(b) Gambar teknik.
PENYELESAIAN:
Perancangan roda gigi yang digunakan untuk mentransmisikan daya sebesar 103 kW dengan putaran 6300rpm.roda gigi yang dirancang adalah roda gigi miring.
Roda gigi miring (helical gears) adalah roda gigi yang memiliki jalur gigi yang berbentuk ulir. Pada silinder jarak, jarak bagi jumlah pasangan gigi yang saling kontak secara serentak lebih besar dari roda gigi lurus, sehingga pemindahan momen putar berlangsung dengan baik.
Roda Gigi Miring
PERENCANAAN POROS
Perhitungan Poros Penggerak
Jenis poros yang direncanakan adalah poros yang digunakan pada kenderaan Roda Empat dengan daya yang ditransmisikan adalah : P = 103 kW dan Putaran : n = 6300 rpm.
Daya rencana adalah :
Pd = P.fc
Dimana :
Pd = Daya rencana
P = Daya yang diketahui
fc = Faktor koreksi
Tabel.1. factor koreksi
Daya yang ditransmisikan factor koreksi
Daya rata-rata 1,2 - 2.0
Daya maksimum 0,8 - 1,2
Daya normal 1,0 - 1,5
(Sumber: Joseph E. Shigley, Larry D. Mitchell dan Gandhi Harahap (penerjemah), Perencanaan Teknik Mesin, Edisi Keempat, Jilid 1. Erlangga : Jakarta, 1991)
Untuk momen torsi yang aman terhadap puntiran, maka factor kareksi yang dipakai adalah daya maksimum, yaitu : fc = 1
Sehingga daya rencana (Pd) adalah :
Pd = P . fc .
= 103 . 1
= 103 kW
Mt = 9,74.10 5 ¿
Untuk bahan poros dipilih baja Carbon S45C, sangat baik untuk poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan daya besar.
Baja Carbon S45C mempunyai kekuatan tarik :
σb
¿
= 58
Kg
mm2 .
Sehingga tegangan geser yang diizinkan (g) adalah :
τg
¿ =sf
1
σ b
×
sf
2
Dimana :
Sf 1 = Faktor keamanan kelelahan, untuk bahan S-C ; Sf = 6,0.
Sf2 = Faktor keamanan pengaruh konsentrasi tegangan, kekerasan permukaan, besarnya : 1,3 –3
, karena bahan poros S – C : Sf2 dipilih 1,5.
Maka :
τg
¿ =58
6×1,5
= 6,44 Kgmm2Untuk menghitung diameter poros , ditentukan dengan persamaan :
ds = (
5,1
σ g
¿
Kt
×
Cb
×
Mt
) 13Kt = Faktor kareksi akibat momen puntir
Cb = Faktor akibat beban lentur
Tabel 2. Harga Kt
Jenis Pembebanan Kt
Beban yang diberikan halus 1,0
Beban yang diberikan sedikit kejutan 1,0 – 1,5
Beban yang diberikan kejutan besar 1,5 – 3,0
Sumber: Buku design of machine elements, M. F. Spotts, halaman 141
Tabel 3. Harga Cb
Beban yang terjadi Cb
Tidak terjadi beban lentur 1,0
Terjadi beban lentur 1,2 – 2,3
Sumber: Buku design of machine elements, M. F. Spotts, halaman 141
Untuk menjaga agar poros aman terhadap beban lentur, diambil harga Cb = 1,75. Untuk harga Kt diambil harganya 1,25, karena pada poros terjadi beban kejut, sehingga :
ds = (
5,1
6
,
44
¿
1
,
25
×
1
,
75
×
59241,12698
) 13= 45 mm
Kekuatan Poros Input
g =
Poros akan aman jika tegangan geser yang diizinkan lebih besar dari tegangan geser yang timbul
:
τg
¿
g .
Dari perhitungan diperoleh :
τg
¿
Maka poros yang dipilih aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
PERENCANAAN RODA GIGI
Dalam rancangan ini digunakan Roda gigi miring ynag berfungsi mentransmisikan daya dn putaran dari poros input ke poros output. Daya yang ditransmisikan sebesar 103 kW dan putaran 6300 rpm. Sistem transmisi ini mempunyai 5 tingkat kecepatan maju dan satu kecepatan mundur, dengan perbandingan kecepatan sebagai berikut :
Kecepatan (Speed) Perbandingan putaran
I 1 : 3,142
II 1 : 1,750
III 1 : 1,241
IV 1 : 0,969
V 1 : 0,805
Jika perputaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (rpm) pada poros penggerak
dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter jarak bagi d1 dan d2 dalam mm dan jumlah
gigi z1 dan z2, maka perbandingan putaran adalah :
u
=
n
n
2Dimana i adalah perbandingan jumlah gigi pada roda gigi 2 (digerakkan) terhadap roda gigi 1 (penggerak / pinyon)
Pada roda gigi lurus standar i = 4 ÷ 5 atau hingga 7 jika dengan perubahan kepala. Pada roda gigi miring dan miring ganda dapat mencapai 10. Roda gigi dipakai untuk reduksi jika u < 1 atau i > 1 dan juga menaikkan putaran jika u > 1 atau i < 1.
Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2 dalam mm dapat
dinyatakan sebagai berikut:
a
=
d
2
1+
d
2=
m
2
(
z
1+
z
2)
d
1=
2
1
+
a
i
d
2=
2
1
+
a i
i
Pada perencanaan ini terlebih dahulu kita harus menentukan perbandingan roda
gigi/perbandingan transmisi (perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi yang digerakkan
dengan roda gigi penggerak) dengan simbol i dan menentukan jarak antara kedua poros a yang
besarnya ditetapkan adalah a = 100 mm. Sedangkan untuk perbandingan reduksi ditetapkan sebesar 1,5.
Maka diameter jarak bagi sementara (d’) dari kedua roda gigi dapat dicari dengan menggunakan persamaan
dimana dB’ = diameter jarak bagi sementara roda gigi perantara
z
A=
d
m
A'
=
80
4
= 25 buah
z
B=
d
m
B'
=
120
4
= 30 buah
Selanjutnya akan dihitung kecepatan keliling dari roda gigi, yang diketahui melalui hubungan :
V =
Besarnya gaya tangensial (Wt) yang dialami roda gigi adalah :
W
t=
102 .
V
Pd
=
102.103
26
,
376
=398
,
31
kg
Besarnya beban lentur izin persatuan panjang sisi dapat diperoleh dari rumus :
Tabel 4. Tegangan lentur diijinkan pada bahan roda gigi
Perunggu 18 85 5
Logam delta 35 ÷ 60 - 10 ÷ 20
Tabel 5. Faktor dinamis fV
Kecepatan rendah V = 0,5 ÷ 10 m/s
f
V=
3
3
Kecepatan sedang V = 5 ÷ 20 m/s
f
V=
6
6
+
V
Kecepatan tinggi V = 20 ÷ 50 m/s
f
V=
5,5
5,5
+
√
V
Sumber : Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Sularso dan Kiyokatsu Suga. Halaman 240
Tabel 6. Faktor bentuk gigi
Jumlah gigi
Y Jumlah gigi Y
z Z
10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,371
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,421
18 0,308 75 0,434
19 0,314 100 0,446
20 0,320 150 0,459
21 0,327 300 0,471
23 0,333 Batang gigi 0,484
Sumber : Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,
Sularso dan Kiyokatsu Suga. Halaman 240
Nilai fv diperoleh dari Lamp.4 dengan memilih rumus ketiga karena kendaraan akan lebih sering
dipacu dengan kecepatan tinggi. Maka :
konstruksi mesin jenis S45C mempunyai tegangan lentur a sebesar 30 kg/mm2 (300MPa).
Sehingga dengan rumus
Fb’ = a. m . Y . fv
Diperoleh besarnya beban lentur, yaitu
Fb’ = 30 . 4 . 0,349 . 0,51
= 21,35 kg.
Untuk poros perantara
Pada poros perantara diketahui jumlah gigi (z) adalah 30. Maka dari tabel diperoleh Y = 0,358. Dengan jenis bahan yang sama maka akan diperoleh besarnya beban lentur yang terjadi adalah
Fb’ = a. m . Y . fv
= 30 . 4 . 0,358 . 0,51
= 21,9096 kg
Sedangkan beban permukaan yang diijinkan persatuan lebar sisi (FH’) dapat dicari dengan rumus:
F
H'
=
f
v.
k
H.
d
A.
(
2
Z
AZ
A+
Z
B)
dimana kh = faktor tegangan kontak, dilihat pada Lamp 3. Dipilih pinyon jenis baja (500) dan
roda gigi besar (350) yang besar kh = 0,226
Sehingga
F
H'
=
0
,
51 .0
,
226 .80 .
(
25
2.25
+
30
)
= 8,38 kg/mm
Tabel 7. Faktor tegangan kontak pada bahan roda gigi
Bahan roda gigi (Kekerasan HB)
kH
(kg/mm2) Bahan roda gigi (Kekerasan H
B)
kH
Pinyon Roda gigi besar Pinyon Roda gigi besar
Baja 150 Baja 150 0,027 Baja 400 Baja 400 0,311
Baja 200 Baja 150 0,039 Baja 500 Baja 400 0,329
Baja 250 Baja 150 0,053 Baja 600 Baja 400 0,348
Baja 200 Baja 200 0,053 Baja 500 Baja 500 0,389
Baja 250 Baja 200 0,069 Baja 600 Baja 600 0,569
Baja 300 Baja 200 0,086 Baja 150 Besi cor 0,039
Baja 250 Baja 250 0,086 Baja 200 Besi cor 0,079
Baja 300 Baja 250 0,107 Baja 250 Besi cor 0,130
Baja 350 Baja 250 0,130 Baja 300 Besi Cor 0,139
Baja 300 Baja 300 0,130 Baja 150 Perunggu fosfor 0,041
Baja 350 Baja 300 0,154 Baja 200 Perunggu fosfor 0,082
Baja 400 Baja 300 0,168 Baja 250 Perunggu
fosfor 0,135
Baja 350 Baja 350 0,182 Besi cor Besi cor 0,188
Baja 400 Baja 350 0,210 Besi cor nikel Besi cor nikel 0,186
Baja 500 Baja 350 0,226 Besi cor
nikel
Perunggu
fosfor 0,155
Sumber: Dasar Pemilihan dan Perancangan Elemen Mesin, Sularso & Kiyokatsu Suga, Hal. 243
Lebar sisi (F) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
F
=
F
F
tH
'
=
398
,
31
8
,
38
=
47
,
53
mm
Untuk memeriksa apakah modul yang dipakai sesuai atau tidak, maka nilai b/m harus berada pada range 6 – 10. Maka
b
Jelas bahwa nilai b/m masih berada pada interval di atas sehingga dapat dikatakan rancangan ini cukup aman.
Berdasarkan modul (m) = 4 dapat ditentukan spesifikasi roda gigi sebagai berikut
Modul (m) = 4
Jumlah gigi pinyon = 25 buah
Jumlah gigi roda gigi perantara = 30 buah
Diameter jarak bagi (dA) = 80 mm
Diameter jarak bagi (dB) = 120 mm
Diameter luar (dk), dkA = (ZA+ 2) . m = (25 + 2) . 4 = 108 mm
dkB = (ZB + 2) . m = (30 + 2) . 4 = 128 mm
Kelonggaran puncak (Ck) = 0,25 . m = 0,25 . 4 = 1 mm
Tinggi gigi (l) = (2.m) + Ck = (2.4) + 1 = 9 mm
Adendum (hk)/tinggi kepala = m = 4 mm
Dedendum (hf)/tinggi kaki = m + Ck = 4 + 1 = 5 mm
Diameter dalam (dfA) = dkA – 2H = 108 – (2.9) = 90 mm
(dfB) = dkB – 2H = 128 – (2.9) = 110 mm
Lebar gigi (F) = 47,53 mm