• Tidak ada hasil yang ditemukan

desain dan elemen dan mesin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "desain dan elemen dan mesin"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM DESAIN ELEMEN MESIN 3

PERENCANAAN RODA GIGI PADA MIXER PENGADUK BAHAN TEGEL CANGKANG KELAPA

Oleh :

ADHA FADHIL MOCHAMMAD NIM : 2113131067

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ii

Fakultas Teknik Unjani

PERENCANAAN RODA GIGI PADA MIXER PENGADUK BAHAN TEGEL CANGKANG KELAPA

Diajukan untuk menempuh salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Desain Elemen Mesin 3

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unjani

Oleh :

ADHA FADHIL MOCHAMMAD NIM : 2113131067

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

(3)

iii

Fakultas Teknik Unjani

HALAMAN PENGESAHAN

PERENCANAAN RODA GIGI PADA MIXER PENGADUK BAHAN TEGEL CANGKANG KELAPA

Oleh :

ADHA FADHIL MOCHAMMAD NIM : 2113131067

Jurusan Teknik Mesin

Universitas Jenderal Achmad Yani

Tim Pembimbing

Bandung,

Mengetahui, Menyetujui,

Koordinator Pembimbing

(War'an Rosihan, ST., MT) (Aji Gumilar, ST., MT)

(4)

iv

Fakultas Teknik Unjani

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan akhir Praktikum

Desain Elemen Mesin 3. Penulisan laporan Praktikum Desain Elemen Mesin 3 ini

dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Desain Elemen

Mesin 3 dengan judul “PERENCANAAN RODA GIGI PADA MIXER PENGADUK BAHAN TEGEL CANGKANG KELAPA.”

Dalam penulisan laporan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada orang tua, yang selalu secara tulus memberikan doa dan

dorongan semangat kepada penulis.

2. Bapak War’an Rosihan ST., MT., selaku Dosen Desain Elemen Mesin 2 yang selalu dengan tekun dan gigih memberikan materi

pembelajaran.

3. Bapak Aji Gumilar ST., MT., selaku Pembimbing yang sangat

membantu dalam segala hal untuk penyusunan Laporan Akhir

Praktikum Desain Elemen Mesin 3 ini.

4. Teman-teman satu angkatan yang selalu memberikan semangat bagi

penulis.

5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan

akhir ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam Penulisan Laporan Akhir ini masih

banyak kesalahan dan kekurangannya serta dapat dikatakan jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan serta saran yang

bersifat membangun dan bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi para

pembaca umumnya.

Bandung, 19 April 2016

(5)

v

Fakultas Teknik Unjani

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Adha Fadhil Mochammad

NIM : 2113131067

Jurusan : Teknik Mesin

Fakultas : Teknik

Judul Laporan : PERENCANAAN RODA GIGI PADA MIXER

PENGADUK BAHAN TEGEL CANGKANG

KELAPA

Dengan ini saya persembahkan sepenuhnya hasil Perencanaan Roda Gigi

Pada Mixer Pengaduk Bahan Tegel Cangkang Kelapa ini kepada Fakultas Teknik

Universitas Jenderal Achmad Yani dengan persetujuan Hak Bebas Royalti

Non-Eksklusif.

Sepanjang penyusunan laporan akhir ini ada beberapa materi dan

permasalahan yang telah ditulis oleh orang lain serta buku-buku referensi yang

disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandung, 19 April 2016 Yang Menyatakan,

(Adha Fadhil Mochammad)

(6)

vi

Fakultas Teknik Unjani

ABSTRAK

Mixer pengaduk adonan tegel dari limbah cangkang kelapa adalah mixer

yang dibuat dengan tujuan untuk mengaduk adonan tegel yang terbuat dari limbah

cangkang kelapa, tujuan pembuatan mixer ini adalah agar membantu pembuatan

tegel yang mana tujuan utama pembuatan tegel dari cangkang kelapa ini adalah

untuk memanfaatkan cangkang kelapa agar berguna di bandingkan di bakar yang

akan menimbulkan polusi udara. Mixer memiliki sistem transmisi menggunakan

roda gigi miring yang harus di rancang dengan metode perencanaan. Dalam

metode perencanaan di dapat angka yang tepat untuk roda gigi yang akan di pakai.

(7)

vii

Fakultas Teknik Unjani

DAFTAR ISI

PERENCANAAN RODA GIGI PADA MIXER PENGADUK BAHAN TEGEL

CANGKANG KELAPA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... 9

DAFTAR TABEL ... 10

1 BAB I. PENDAHULUAN ... 11

1.1 Tujuan Perencanaan ... 11

1.2 Permasalahan ... 12

1.3 Batasan Permasalahan... 12

1.4 Sistematika Penulisan ... 12

1.5 Cara Kerja Mixer... 13

2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Roda gigi... 14

2.1.1 Prinsip Roda Gigi ... 15

2.1.2 Profil Roda Gigi... 15

2.1.3 Klasifikasi roda gigi berdasarkan posisi sumbu ... 19

2.2 Roda gigi Lurus ... 21

2.3 Roda Gigi Miring ... 21

2.4 Roda Gigi Cacing. ... 23

(8)

viii

Fakultas Teknik Unjani

2.5.1 Roda Gigi Kerucut Gigi Lurus ... 26

2.5.2 Roda Gigi Kerucut Gigi Miring... 27

2.5.3 Roda Gigi Kerucut Zerol... 28

2.5.4 Roda Gigi Kerucut Hypoid. ... 28

2.6 Poros ... 28

2.6.1 Macam-Macam Poros ... 29

2.6.2 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros ... 29

2.7 Bantalan ... 30

2.8 Pasak ... 30

2.9 Rumus Dasar ... 30

3 BAB III. METODE PERENCANAAN SISTEM RODA GIGI ... 42

3.1 Langkah-langkah Perencanaan ... 42

3.2 Langkah-langkah Perhitungan... 44

4 BAB IV. PERHITUNGAN PERENCAAN RODA GIGI KERUCUT DAN PEMBAHASAN ... 52

5 BAB V.SIMPULAN DAN SARAN ... 58

6 Daftar Pustaka ... 61

7 LAMPIRAN 1 SLIDE PRESENTASI ... 62

(9)

9

Fakultas Teknik Unjani

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi kurva evolvent ... 16

Gambar 2.2 Kurva sikloida ... 17

Gambar 2.3 Kurva Sikloida ... 17

Gambar 2.4 Kurva Sikloida ... 18

Gambar 2.5 Profil equidistanta ... 19

Gambar 2.6 Profil equidistanta ... 19

Gambar 2.7 Roda Gigi Lurus ... 21

Gambar 2.8 Gambar Puturan Roda Gigi Miring ... 22

Gambar 2.9 Roda Gigi Cacing ... 23

Gambar 2.10 Roda Gigi Cacing silindrik ... 24

Gambar 2.11 Roda Gigi Cacing Glogoid... 24

Gambar 2.12 Pasangan roda Gigi ... 24

Gambar 2.13 Roda Gigi Pasangan ... 25

Gambar 2.14 Plain Bevel ... 26

Gambar 2.15 Roda gigi kerucut lurus ... 27

Gambar 2.16 Roda Gigi Payung Gigi Miring... 27

Gambar 2.17 Roda Gigi Payung Zerol... 28

Gambar 2.18 Roda Gigi Payung Hypoid ... 28

Gambar 2.19 Gaya pada gigi ... 31

Gambar 2.20 Gigi pandangan bentuk balok penopang (cantilever) dengan ... 34

Gambar 3.3.1 Tahapan perencanaan sistem roda gigi... 43

Gambar 3.2 Tahapan perhitungan perencanaan roda gigi ... 49

Gambar 3.3 Lanjutan tahapan perhitungan perencanaan roda gigiGambar 3.4 Tahapan perhitungan perencanaan roda gigi ... 49

Gambar 3.5 Lanjutan tahapan perhitungan perencanaan roda gigi ... 50

(10)

10

Fakultas Teknik Unjani

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kalsifikasi Roda Gigi (Sularso & Suga, 2013) ... 14

Tabel 2.2 Klasifikasi Roda Gigi ... 20

Tabel 2.3 Harga modul standar (JIS B 1701-1973) (Sularso & Suga, 2013) ... 32

Tabel 2.4 Faktor bentuk gigi(Sularso & Suga, 2013) ... 35

Tabel 2.5 Faktor Dinamis(Sularso & Suga, 2013) ... 36

Tabel 2.6 Tegangan lentur yang diizinkan σa pada bahan roda gigi (Sularso & Suga, 2013) ... 36

Tabel 2.7 Faktor tegangan kontak pada bahan roda gigi (Sularso & Suga, 2013) ... 37

Tabel 2.8 Harga K standar (Sularso & Suga, 2013) ... 38

Tabel 2.9 Batang baja karbon difinis dingin ... 39

Tabel 2.10 Beban, bahan dan cara perlakuan panasnya... 39

(11)

11

Fakultas Teknik Unjani

1

BAB I. PENDAHULUAN

Di seluruh dunia belakangan ini sering dielu-elukan mengenai kampanye

global warming atau menjaga lingkungan hal itu karena bumi yang kita tempati ini

sudah mulai rusak, tidak sehat, dan apabila di biarkan akan semakin parah hingga

akhirnya bumi ini tidak layak di tempati lagi, guna mencegah hal itu maka

masyarakat dunia sering mengadakan kampanye mengenai menjaga lingkungan.

Hal yang berkaitan antara menjaga lingkungan dengan laporan desain elemen mesin

3 yaitu adalah penulis merencanakan membuat perencanaan mengenai pembuatan

mixer yang ramah lingkungan untuk mengolah bahan yang ramah lingkungan pula

yaitu cangkang kelapa, kita ketahui bahwa buah kelapa hampir semua bagiannya

bisa digunakan untuk berbagai keperluan, contoh nya adalah cangkang nya,

cangkang kelapa kerap difungsikan menjadi aksesori pemanis rumah, gayung,

mangkuk dan jaman sekarang ini kebanyakan di gunakan sebagai arang pembakar,

yang tentu saja tidak ramah lingkungan. Namun kini cangkang kelapa dapat di ubah

menjadi ubin atau tegel yang tentu saja tidak akan menimbulkan kerusakan

lingkungan, dan yang menjadi persoalan adalah mengenai pengaduk bahannya,

pengaduk bahan tegel ini terbuat dari besi dan cara mengoperasikan nya

menggunakan tenaga manual atau tenaga manusia, agar sesuai dengan tujuan awal

yaitu menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak menggunakan sumber daya

alam sebagai energi, operator pengaduk hanya cukup memutarkan tuas yang

tersambung dengan poros yang di ujung nya memiliki roda gigi yang terhubung

dengan roda gigi pemutar pisau pengaduk.

1.1 Tujuan Perencanaan

Tujuan yang akan disampaikan dari tugas perencanaan elemen mesin ini

adalah sebagai berikut :

1. Dapat memahami dari sistem kerja roda gigi dan berbagai jenis roda gigi

yang sering digunakan pada dunia industri dan kehidupan sehari-hari.

(12)

12

Fakultas Teknik Unjani 3. Dapat mengetahui efisiensi daya untuk memutar kan mixer bahn tegel.

4. Dapat mengetahui mengenai merancang mixer yang benar.

1.2 Permasalahan

Merancang Roda gigi kerucut untuk Mixer.

1.3 Batasan Permasalahan

Batasan yang diambil penulis adalah tentang penguraian teori dasar dan cara

kerja dari roda gigi dengan cara dapat memperkirakan dari:  Berat beban mixer setelah di isi bahan tegel.  Gaya yang terjadi pada roda gigi mixer.

 Menentukan ukuran roda gigi agar didapat efisiensi nya.  Daya angkut dari mixer.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan yang disusun dengan menggunakan 5 bab yang

saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang tujuan perencanaan, permasalahan, batasan

permasalahan, sistematika penulisan, sistematika penulisan dan

cara kerja mixer.

BAB II : Tinjauan pustaka

Berisi tentang materi yang berhubungan dengan tugas dari

perencanaan ini termasuk rumus-rumus sebagai bahan referensi.

BAB III : Metode Perencanaan

Berisi tentang tahapan-tahapan perencanaan dan rumus-rumus

yang telah ditentukan untuk digunakan dalam proses perhitungan.

BAB IV : Perhitungan Perencanaan dan pembahasan

Berisi tentang data-data dimensi yang didapatkan dari proses

identifikasi langsung dari lapangan dan memasukan data dimensi

tersebut kedalam rumus.

(13)

13

Fakultas Teknik Unjani Berisi tentang data hasil perhitungan serta pembahasan

masing-masing dari hasil perhitungan tersebut.

BAB VI : Simpulan Dan Saran

Berisi tentang gagasan dari hasil perhitungan yang telah dicapai.

1.5 Cara Kerja Mixer

Mixer yang telah di isi bahan tegel, akan diputar oleh tuas pemutar yang di

gerakan oleh operator dan pisau di dalam mixer akan memutar dan mengaduk bahan

(14)

14

Fakultas Teknik Unjani

2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Mixer merupakan sebuah alat untuk mengaduk dan mencampur bahan yang

biasa nya akan di buat suatu benda, mixer memiliki lengan pengaduk yang memiliki

variasi bentuk, lengan pengaduk tersebut memiliki poros yang terhubung dengan

roda gigi yang di gerakan oleh motor atau pun oleh tenaga manusia.

Mesin mixer dapat berupa mesin statis, semi mobile, maupun full mobile,

pengertianya adalah :

 Mixer statis adalah mixer yang diam di tempat dan sulit di pindahkan

biasanya memiliki kaki yang di ikat pada pijakan menggunakan baut.  Mixer semi mobile adalah mixer yang dapat berpindah menggunakan

pendorong dan bisa di kunci pada pijakan sehingga meski bisa di pindahkan

mixer ini tetap kuat saat mesin berputar tidak mengalami perpindahan.  Mixer full mobile mixer yang dapat bekerja sambil berpindah tempat, misal

nya adalah mixer truck atau yang biasa di sebut truk molen, mixer ini dapat

bekerja sambil bergerak kemanapun mixer di butuhkan.

Mixer yang akan digunakan dalam praktikum desain elemen mesin 3 adalah

mixer pengaduk bahan tegel, mixer ini adalah tipe mixer statis, mixer ini

menggunakan penggerak manual atau dengan tenaga manusia, tenaga putaran yang

dikeluarkan akan ditransmisikan oleh poros roda gigi payung yang terhubung

dengan sudut 90° ke pisau pengaduk.

2.1 Roda gigi

Roda gigi adalah salah satu jenis elemen transmisi yang penting untuk suatu

pemindahan gerak (terutama putaran), daya, atau tenaga pada suatu sistem transmisi

antara penggerak dengan yang digerakkan. Suatu konstruksi roda gigi digunakan

pula untuk suatu sistem pengatur pada pemindah putaran, atau untuk merubah gerak

lurus menjadi gerak putar atau sebaliknya. Oleh karena itu penggunaan roda gigi

sangat luas pada konstruksi mekanik yang memerlukan gerak yang

menkombinasikan beberapa komponen alat yang tergabung. Pembuatan roda gigi

cukup rumit dan kompleks karena pembuatan profil roda giginya yang khusus,

(15)

15

Fakultas Teknik Unjani dengan berbagai ukuran dan keakuratan tergantung dari peran dari roda gigi itu

sendiri pada suatu gabungan komponen mesin.

2.1.1 Prinsip Roda Gigi

Konstruksi roda gigi mempunyai prinsip kerja berdasarkan pasangan

gerak.Bentuk gigi dibuat untuk menghilangkan keadaan slip, putar dan daya dapat

berlangsung dengan baik. Selain itu dapat dicapai kecepatan keliling- (Vc) yang

sama pada lingkaran singgung sepasang roda gigi. Lingkaran singgung ini disebut

lingkaran pitch atau lingkaran tusuk yang merupakan lingkaran khayal pada

pasangan roda gigi, tapi berperan penting dalam perencanaan konstruksi roda gigi.

Pada sepasang roda gigi maka perlu diperhatikan, bahwa jarak lengkung antara dua

gigi yang berdekatan (disebut "pictch") pada kedua roda gigi harus sama, sehingga

kaitan antara gigi dapat berlangsung dengan baik. Bentuk lengkung pada suatu

profil gigi, tidak dapat dibuat semaunya, melainkan mengikuti kurva-kurva tertentu

yang dapat menjamin terjadinya kontak gigi dengan baik.

2.1.2 Profil Roda Gigi

Untuk mendapatkan keadaan transmisi gerak dan daya yang baik, maka profil

gigi harus mempunyai bentuk yang teratur sehingga kontak gigi berlangsung

(16)

16

Fakultas Teknik Unjani tertentu, agar perbandingan kecepatan sudut antara pasangan roda gigi harus

selalu sama. Agar memenuhi hat tersebut dikenal 3 jenis konstruksi profil gigi,

yaitu :

1. Konstruksi kurva evolvent

Gambar 2.1 Konstruksi kurva evolvent

Adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik yang terletak pada sebuah

garis lurus yang bergulir pada suatu silinder atau kurva yang dibentuk oleh

satu titik pada sebuah tali yang direntangkan dari suatu gulungan pada

silinder.

Keuntungan kurva evolvent.

Pembuatan profil gigi mudah dan tepat, karena menggunakan sisi cutter

(pisau potong) yang lurus.

Ketepatan jarak sumbu roda gigi berpasangan tidak perlu presisi sekali. Jika ada perubahan kepala gigi atau konstruksi gigi pada suatu

pengkonstruksian perubahan dapat dilakukan dengan sutler (pisau

pemotong).

Dengan modul yang sama, walaupun jumlah giginya berbeda, maka

pasangan dapat dipertukarkan.

(17)

17

Fakultas Teknik Unjani Gambar 2.3 Kurva Sikloida

2. Konstruksi kurva sikloida

Profil sikloida digunakan karena cara kerja sepasang roda gigi sikloida sama

seperti dua lingkaran yang saling menggelinding antara yang satu dengan

pasangannya.

Kurva sikloida adalah kurva yang dibentuk oleh sebuah titik pada sebuah lingkaran

yang menggelinding pada sebuah jalur gelinding. Dari keadaan konstruksi

(18)

18

Fakultas Teknik Unjani Gambar 2.4 Kurva Sikloida

a. Orthosikloida, lingkaran mengge- linding pada jalur berupa garis lurus.

b. Episikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding gelinding berupa sisi

luar lingkaran.

c. Hiposikloida, lingkaran menggelinding pada jalur gelinding berupa sisi dalam

lingkaran.

Profil sikloida bekerja berpasangan dan dengan jarak sumbu yang presisi,

sehingga tidak dapat dipertukarkan dengan mudah, kecuali yang dibuat

berpasangan yang sama.

Keuntungan penggunaan profil sikloida :

Mampu menerima beban yang lebih besar. Keausan dan tekan yang terjadi lebih kecil. Cocok digunakan untuk penggunaan presisi. Jumlah gigi dapat dibuat lebih sedikit ( ).

Pada proses pembuatannya menggunakan roda gelinding berpasangan

(generating method) yaitu :

Roda gelinding 1 (cutter) digunakan untuk membentuk profil roda gigi 2,

dan sebaliknya, roda gelinding 2 sebagai pasangan roda gelinding 1,

(19)

19

Fakultas Teknik Unjani Gambar 2.5 Profil equidistanta

Gambar 2.6 Profil equidistanta 3. Profil equidistanta

Kurva dari jarak yang sama terbadap sikloida yang dibentuk oleh roda

gelinding 2 terhadap jalur gelinding pasangannya.

Profil ini dipakai konstruksi pasangan antara roda gigi profil dengan roda pena

(pasangannya bukan berupa gigi, tapi berupa yang berjarak teratur melingkar pada

suatu roda). Dan lebih umum lagi digunakan pada hubungan gigi dan rantai.

Konstruksi profil gigi ini digunakan pada suatu hubungan transmisi dengan

rasio yang besar misalnya ; untuk pemutar derek dan pasangan konstruksi bukan

berupa dua roda gigi, tapi satu roda gigi dengan satu roda pena atau rantai.

2.1.3 Klasifikasi roda gigi berdasarkan posisi sumbu

Klasifikasi roda gigi dapat ditentukan berdasarkan posisi sumbu pada

(20)

20

Fakultas Teknik Unjani Tabel 2.2 Klasifikasi Roda Gigi

1. Sumbu Sejajar 2. Sumbu Berpotongan 3. Sumbu Bersilang

a. Roda Gigi lurus

a. Roda Gigi cacing

(worm gear)

WORM

b. Roda Gigi miring

(helical spur gear)

HELICAL SPUR

b. Roda Gigi payung spi-

ral (Spiral bevel gear)

SPIRAL BEVEL

b. Roda Gigi payung

(hypoid bevel gear)

HYPOID

(21)

21

Fakultas Teknik Unjani ganda (herringbone)

HERRINGBONE

2.2 Roda gigi Lurus

Rodagigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel. Dibandingkan

dengan jenis rodagigi yang lain rodagigi lurus ini paling mudah dalam proses

pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah. Rodagigi lurus ini

cocok digunakan pada sistim transmisi yang gaya kelilingnya besar, karena tidak

menimbulkan gaya aksial.

Gambar 2.7 Roda Gigi Lurus

Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh seplain (spline) dan gerigi

(serration) yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengn jumlah

gigi yang sama pada naf dan saling terkait yang satu dengan yang lainnya.

2.3 Roda Gigi Miring

Bentuk dasar geometrisnya sama dengan roda gigi lurus, tetapi arah alur

profil giginya mempunyai kemiringan terhadap sumbu putar. Selain untuk

posisi sumbu yang sejajar, Roda Gigi miring dapat digunakan pula untuk

(22)

22

Fakultas Teknik Unjani perbandingan kontak yang terjadi jauh lebih besar dibanding Roda gigi lurus

yang seukuran, sehingga pemindahan putaran maupun beban pada

gigi-giginya berlangsung lebih halus. Sifat ini sangat baik untuk penggunaan

pada putaran tinggi dan beban besar.

Gambar 2.8 Gambar Puturan Roda Gigi Miring

(Perhatikan posisi sumbu putar pada gambar Roda gigi diatas.)

Selain itu, dengan adanya sudut kemiringan (...) juga mengakibatkan

terjadinya gaya aksial yang hams di tahan oleh tumpuan bantalan pada

porosnya. Sistim pelumasan harus diperhatikan dengan cermat untuk

meningkatkan umur pakai dari gigi yang saling bergesekan.

Khusus untuk penggunaan dalam posisi sumbu sejajar, serta untuk

menetralisir gaya aksial yang terjadi, dibuat roda gigi miring atau lebig

populer disebut Roda gigi"Herring bone", yaitu dengan dibuat dua alur

profil gigi dengan posisi sudut kemiringan saling berlawanan.

Roda gigi Herring bone dapat dibuat dalam lisa macam, yaitu :

a. Herring bone dengan gigi V setangkup

b. Herring bone dengan gigi V bersilang -

(23)

23

Fakultas Teknik Unjani

2.4 Roda Gigi Cacing.

Roda gigi cacing di gunakan untuk posisi sumbu bersilangan dan

pengtransmisian putaran selalu berupa reduksi.Pada sepasang roda gigi

cacing terdiri dari batang cacing yang selalu sebagai penggerak dan Roda

gigi cacing sebagai pengikut.Bahan batang cacing umumnya lebih kuat dari

pada roda cacingnya,selain itu batang cacing umumnya di buat berupa

kontruksi terpadu,dimana bentuk alur cacingnya berupa spiral. seperti ulir

dengan penampang profil gigi seperti jenis Roda gigi lainnya, Selain sebagai

sistim transmisi saja. Roda Gigi cacmg soring juga difungsikan sebagai

pengunci transmisi, misalnya pada peralatan angkat. Dari bentuk konstruksi

berpasangan terdapat dua jenis konstruksi Roda cacing, yaitu :

1. Roda Gigi Cacing Silmdrik.

2. Roda Gigi Cacing Glogoid (Cone-drive).

Perbedaan dan kedua jenis ini terdapat pada bentuknya. Sedangkan untuk

profil gigi mempunyai kurva yang tetap sama, sehingga dalam

penggunaannva dapat salmg bervariasi antara Batang Cacing dengan Roda

Cacingnya

(24)

24

Fakultas Teknik Unjani Gambar 2.10 Roda Gigi Cacing silindrik

Pada Roda gigi cacing silindrik, bentuk luar batang cacing maupun Roda

Cacing berupa siUnder sedang pada jenis glogoid, baik batang maupun

Roda Cacingnya saling mengikuti bentuk pasangannya.

Gambar 2.12 Pasangan roda Gigi

a. Pasangan Roda caring dengan batang cacing silindrik.

b. Pasangan Roda cacing silindrik dengan batang cacing Glogoid.

c. Pasangan Roda dan Batang cacing Glogoid.

Konstruksi batang cacing pada umumnya dibuat terpadu, tetapi untuk

(25)

25

Fakultas Teknik Unjani poros.

Batang Cacing duduk pada poros dengan di bantu elemen pengikat.

Sedangkan Roda Cacing urnumnya dibuat berupa.

Gambar 2.13 Roda Gigi Pasangan

Bahan untuk Roda gigi^cing dengan batang cacing, disyaratkan vang

mempunyai koefesien gesek yang kecil sekali, karena pada

pengtranmisiannya, banyak terjadi gesekan. Umumnya bahan batang cacing

lebih keras dari Roda Cacing, hal ini untuk memudahkan dalam pembuatan

keamanan terhadap beban. Sedangkan elemen transmisi putar, pasangan

Roda cacing selalu digunakan sebagai Roda gigi pengurang (Reduksi Gear).

Rasio putaran (i) dari i = 5 sampai dengan sekitar i = 50-60 . Denoan

konstruksi yang lebih baik dapat dicapai i = 100. Jumlah gigi pada batang

cacing dapat dibuat majemuk (lebih dari satu eigi) yang dibuat seperti ulir

majemuk.

2.5 Roda Gigi Payung

Roda gigi payung adalah roda gigi yang biasanya di gunakan untuk

menghubungkan sumbu input dan sumbu output yang memiliki sudut 90°. Contoh

penggunaan roda gigi ini misalnya pada : drill chuck, jalur vertikal pada mesin

planning, mekanisme pengatur langkah pada mesin sekrap dan pengatur arah pada

mesin bor pekerjaan berat. Pada umumnya pasangan roda gigi payung membentuk

sudut 90° namun dalam hal tertentu dapat dibuat pasangan roda gigi payung dengan

(26)

26

Fakultas Teknik Unjani Pemakaian roda gigi payung (Bevel gear) adalah untuk memindahkan

putaran (daya putar) dari suatu poros yang lainnya dengan berbagai macam posisi

menyudut dan berbagai macam perbandingan putaran.

Berbagai macam sudut tersebut dapat kita katagorikan menjadi 3 macam

yaitu :

a. Besar sudut sama dengan 90°

b. Besar sudut lebih kecil dari 90°

c. Besar sudut lebih besar dari 90°

Jika dilihat dari sistem pembentukan profil gigi dari dasar-dasar

pengukurannya, roda gighi payung ini sama halnya dengan roda-roda gigi lainnya,

yaitu dibentuk dengan 2 sistem :

a. Menurut sistem metrik (MM)

b. Menurut sistem Diametral Pitch (DP)

Dalam pembuatan roda gigi payung ini pada perencanaanya adalah harus

selalu berpasanagan, karena antara yang saatu dengan lainnya itu, baik dari bentuk

maupun ukurannya adalah akan saling berpengaruh. Atau tegasnya apabila

sepasang roda gigi payung telah direncanakan untuk suatu pemindahan tenaga atau

putaran dengan suatu perbandingan tertentu dan dengan besar sudut antara kedua

porosnya sudah tertentu pula, maka kedua roda gigi tersebut tidak bisa dipakai

untuk perbandingan ataupun besar sudut yang lainnya.

2.5.1 Roda Gigi Kerucut Gigi Lurus

Untuk jenis ini mempunyai konstruksi yang sederhana dibandins jenis roda

gigi payung laiinya. Pembuatannya relatip mudah dan penggunaannya untuk

konstruksi umum yang sederhana sampai sedang, baik dalam menerima beban

(27)

27

Fakultas Teknik Unjani - Roda Gigi payung Gigi lurus menyudut. Bentuk gigi pada penampang potong,

menyudut ke titik pusat kerucutnya.

- Roda Gigi payung Gigi lurus sejajar. Bentuk gigi penampang potong sejajar

dengan sumbu kerucutnya.

2.5.2 Roda Gigi Kerucut Gigi Miring.

Disebut juga Spiral bevel gear. Perbendaan antara Bentuk gigi lurus dengan

bentuk gigi miring pada Roda Gigi payung ini, kurang lebih seperti perbedaan yang

terdapat pada Roda gigi lurus dengan Roda gigi miring (Spur Gear), dimana dengan

adanya kemiringan tersebut akan meningkan kemampuan menerima beban,

mengurangi kebisingan sehingga dapat digunakan pada putaran yang lebih tinggi

dibanding dengan Roda Gigi payung gigi lurus pada ukuran geometris yang sama. Gambar 2.16 Roda Gigi Payung Gigi Miring

(28)

28

Fakultas Teknik Unjani

2.5.3 Roda Gigi Kerucut Zerol.

Bentuk gigi berupa lengkung spiral

dengan sudut spiral nol derajat,

sehingga secara sepintas tampak

seperti Roda gigi lurus dengan gigi

melengkung. Kemampuan Roda Gigi

Payung Zerol ini kurang lebih sama

seperti Roda Gigi payung gigi miring

(Spiral), hanya pembuatannya lebih

sulit dan bekerja lebih tenang serta tahan lama.

2.5.4 Roda Gigi Kerucut Hypoid.

Jenis Roda Gigi payung ini lebih

populer digu- nakan pada, kendaraan

bermotor saja, tapi untuk konstruksi

general, mekanik yang memerlukan

putaran tinggi serta beban besar yang

dinamis dapat menggunakan jenis

Roda gigi payung ini. Bentuk alur

giginya berupa lengkung hypoid,

sehingga posisi sumbu tidak tegak lurus berpotongan, tetapi

bersilangan, sehingga akan memudahkan pemasangan tumpuan

bantalan pada kedua Roda giginya.

2.6 Poros

Poros (Shaft) adalah suatu bagian stasioneri yang berputar, biasanya

berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi, pulli, roda

gila (fly wheel), engkol, gigi jentera (sprooket) dan elemen pemindahan daya Gambar 2.17 Roda Gigi

Payung Zerol

(29)

29

Fakultas Teknik Unjani lainnya. Poros bisa menerima beban-beban lenturan , tarikan, tekan, atau puntiran,

yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.

2.6.1 Macam-Macam Poros

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya

sebagai berikut :

- Poros transmisi

Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya

ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau

sprooket rantai dan lain-lain.

- Spindel

Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,

dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syaratnya adalah

deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

- Bandar

Poros ini tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh

berputar, hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh

penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga

 macam diferensial

 untuk putaran dalam dua arah  untuk putaran dalam dua arah

2.6.2 Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros

Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.

- kekuatan poros

- kekakuan poros

- putaran kritis

- korosi

(30)

30

Fakultas Teknik Unjani

2.7 Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya, dapat berlangsung secara halus, aman, dan

panjang umur.

Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin

lainnya bekerja dengan baik, jika tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh

sistem akan menurun.

Hal-hal penting dalam perencanaan bantalan radial. Dalam merencanakan

bantalan, hal-hal yang harus diperhatikan :

- kekuatan bantalan

- pemilihan panjang bentalan dan tebal bantalan

- tekanan bantalan

- harga faktor tekanan maksimum yang diizinkan

- tebal minimum selaput minyak

- kenaikan temperatur selaput minyak dan minyak pengisi

2.8 Pasak

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan

bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling dan lain-lain. Pada poros,

momen diteruskan dari poros kenaf atau dari naf ke poros.

2.9 Rumus Dasar

Dalam perencanaan ini penulis menggunakan jenis roda kerucut lurus dengan beberapa pertimbangan yang akan dijelaskan sebagai berikut :

 Dalam kontruksi yang direncanakan menggunakan poros yang tegak lurus, maka lebih cocok untuk menggunakan roda gigi kerucut.  Dalam penggunaannya tidak memerlukan daya yang sangat besar

dan dapat dikatakan dengan relative rendah.

(31)

31

Fakultas Teknik Unjani

A. Daya rencana Pd (kW)

Pd = fcP

= 1 x kW = kW

Dimana : Pd = Daya rencana, kW

Fc = Faktor koreksi

P = Daya yang ditransmisikan, kW

B. Gaya Tangensial (Ft)

Untuk perhitungan lenturan dengan perbandingan kontak sebesar 1 atau lebih. Demi keamanan, perhitungan harus dilakukan atas dasar anggapan beban penuh dikenakan pada titik perpotongan antaraA dianatara garis tekan dan garis hubung pusat yang dapat dilihat pada Gambar 2.18

Apabila tekanan normal permokaan gigi dinyatakan

dengan Fn, sehingga Fkt merupakan gaya yang tegak lurus

terhadap OA dalam arah keliling atau tangensial pada titik A adalah Fkt =

Fn cos, maka apabila gaya tangensial dinyatakan dengan Ftyang bekerja

dalam arah putaran roda gigi pada titik jarak bagi dan b adalah sudut tekan

kerja, maka persamaannya menjadi:

Ft= Fn cos αb(Sularso & Suga, 2013)

Gambar 2.19 Gaya pada gigi

(2.1)

(32)

32

Fakultas Teknik Unjani Diameter Sementara Lingkaran Jarak Bagi (d`P dan d`G)

d`P = 2a/(1 + i ) (Sularso & Suga, 2013) dapat dilihat pada Lampiran, atau dengan rumus sebagai berikut :

m = d/z (Shigley & Mitchell, 1983)

Dimana : m = Modul, mm

d = Diameter sementara jarak bagi, mm

z = Jumlah gigi, buah

D. Perbandingan Gigi (i)

i = ZG/ ZP (Sularso & Suga, 2013)

Dimana : XP = Jumlah gigi pinion, buah

ZG = Jumlah gigi besar atau gear, buah

Tabel 2.3 Harga modul standar (JIS B 1701-1973) (Sularso & Suga, 2013)

(2.4) (2.3) (2.5)

(33)

33

Fakultas Teknik Unjani

E. Diameter Lingkaran Jarak Bagi Roda Gigi Standar (dP dan dG)

dP = m x ZP(Sularso & Suga, 2013)

dG = m x ZG(Sularso & Suga, 2013)

Dimana :

dP = Diameter lingkaran jarak bagi roda gigi pinion standar, mm

dG = Diameter lingkaran jarak bagi roda gigi besar atau gear standar, mm

F. Jarak Sumbu Poros (ao)

ao = (dP + dG)/2(Sularso & Suga, 2013)

G. Kelonggaran Puncak (ck)

Roda gigi dapat dibentuk dan dikerjakan dengan carapemegang yang berputar serta pahat yang berbentuk batang gigi. sehingga lingkaran jarak bagi roda gigi tersebut dapat menggelinding pada garis jarak bagi atau datumpahat. Profil batang gigi standar

mempunyai tebal gigi m/2 (mm), tinggi kepala hk =

k.m(mm), tinggi kaki hf = k.m + ck (mm), dengan sudut kemiringan gigi 20o (pada gigi kuno 14,5o atau 15o). Agar profil pahat dapat

memotong kelonggaran puncak yang harus dipertinggi dapat menggunakan ck= 0,25 x m, maka tinggi kepala pahat menjadi

hkc= hk + (ck = 0,25 x m).(Sularso & Suga, 2013)

Dimana : k = Faktor tinggi kepala yang besarnya 0,8; 1; 1,2 dsb.

Ck = Kelonggaran puncak.

Hk = myang merupakan batang gigi dengan tinggi kepala. Hf = Tinggi kaki dengan besaran 1,25 m.

H. Diameter Kepala (dkP dan dkG)

dkP = (zP + 2)m (Sularso & Suga, 2013)

dkG = (zG + 2)m (Sularso & Suga, 2013)

(34)

34

Fakultas Teknik Unjani dfG = (zG - 2)m – (ck x 2)(Sularso & Suga, 2013)

Dimana : dkP = Diameter kaki roda gigi pinion, mm

dkG = Diameter kaki roda gigi besar atau gear, mm

J. Kedalaman pemotongan (H)

H = 2m x ck (Sularso & Suga, 2013)

K.

Faktor Bentuk Gigi (Y)

Pada Gambar, bentuk penampang gigi yang akan

dipakai untuk dasar perhitungan kekuatan lenturnya yang

didekati denganbentuk parabola pada puncak titik A dan B, C

merupakan dasar dengantitik singgung antara parabola dengan

profil kaki gigi.

Apabila b(mm) merupakan lebar sisi, BC =

h(mm), dan AE = l (mm), sehingga tegangan lentur 𝝈b (kg/mm2)

pada titik B dan C yang dimana ukuran penampangnya adalah b x

h, jadi persamaannya adalah sebagai berikut :

σb = Ft / bh26 (Sularso & Suga, 2013)

∴Ft = σbb (h2/61) (Sularso & Suga, 2013)

Dengan besarnya (h2/61) yang ditentukan dari

ukuran dan bentuk gigi dengan kata lain bahwa besaran

tersebut mempunyai ukuran panjang, jika dinyatakan dengan

perkalian antara factor bentuk gigi Y dan modul m yang disebut dengan “persamaan Lewis” dengan harga

-Gambar 2.20 Gigi pandangan bentuk balok penopang (cantilever) dengan

(2.14)

(2.15) (2.16)

(2.17)

(35)

35

Fakultas Teknik Unjani hargayang dapat dilihat pada Tabel 2.3 untuk profil roda gigi standar

dengan menggunakan sudut tekan 20o, maka :

(h2/61)= mY (Sularso & Suga, 2013)

∴Y = (h2/6lm) (Sularso & Suga, 2013)

Ft = σbbmY (Sularso & Suga, 2013)

Tabel 2.4 Faktor bentuk gigi(Sularso & Suga, 2013)

L. Kecepatan Keliling (v)

v = π x dP x n/(60 x 1000)(Sularso & Suga, 2013)

Dimana : n = Putaran poros penggerak, rpm

M.Faktor Dinamis (v)

Pernyataan antara kecepatan keliling roda gigi dengan

pernyataan bahwa semakin tingginya kecepatan maka semakin besar

pulavariasi beban atau tumbukan yang ditimbulkan, karena pengaruh

dari factor kecepatan yang dinyatakan dalam bentuk “factor dinamis” fv yang tergantung pada kecepatan keliling dan ketelitian yang dapat

dilihat pada Tabel 2.4.

(2.20) (2.19)

(36)

36

Fakultas Teknik Unjani Tabel 2.5 Faktor Dinamis(Sularso & Suga, 2013)

N. Bahan Gigi dan Perlakuan Panasnya

Tegangan lentur yang diizinkan a (kg/mm2) dengan harga

yang tergantung material serta perlakuan panasnya yang dapat

dilihat pada Tabel 2.5, dengan bahan lentur yang diijinkan per satuan

lebar F`b(kg/mm) yang dapat dihitung dari modul m, jumlah gigi

z, factor bentuk gigi Ydengan memiliki sudut tekan sebesar 20o.

Maka persamaan dari farktor dinamis dan lebar sisi b adalah sebagai

berikut :

F`b = σbmYfv (Sularso & Suga, 2013)

b = Ft/ F`min

Tabel 2.6 Tegangan lentur yang diizinkan σa pada bahan roda gigi (Sularso & Suga, 2013)

(37)

37

Fakultas Teknik Unjani Untuk menetapkan harga pada umumnya ditetapkan antara

(6-10)m (mm), serta untuk daya yang besar ditetapkan

antara(10-16)m(mm). Roda gigi dengan bantalan pada satu ujung poros dapat

mempunyai lebar sisi b ≦0,75 dP dan roda gigi dengan bantalan

pada kedua ujung poros mempunyai b ≦1,2 dP, Faktor tegangan

kontak kH mempunyai hubungan erat dengan material, sudut tekan

kerja, dan kekerasan permukaan gigi. Dengan berbagai gabungan

serta kekerasan dapat dilihat pada Tabel 2.6 yang merupakan harga

rata-rata dari harga yang tertera pada Tabel 2.5. Dengan aplikasi kH

dikalikan dengan factor dinamis sebagai berikut :

Ft = fVkHbdo1(2z2 / z1+ z2)(Sularso & Suga, 2013)

Serta dapat dihitung dengan harga Kdari persamaan sebagai berikut:

K = 2fvkH

∴Ft = Kbdo1(i / 1 + i)(Sularso & Suga, 2013)

Dimana Kmerupakan tegangan kontak yang diizinkan dapat

diperoleh dari Tabel 2.7. Maka beban permukaan yang diizinkan per

satuan lebar F`H(kg/mm)dapat diperoleh dengan persamaan

sebagai berikut :

Tabel 2.7 Faktor tegangan kontak pada bahan roda gigi(Sularso & Suga, 2013)

(2.23)

(38)

38

Fakultas Teknik Unjani F`H = fvkHbdo1(2z2/ z1+ z2)(Sularso & Suga, 2013)

Tabel 2.8 Harga K standar(Sularso & Suga, 2013)

O.

Bahan Poros

Poros untuk penggunaan mesin secara umum biasanya

menggunakan material yang berbentuk baja batang yang ditarik

dingin dan difinishing dapat dilihat pada Tabel 2.8, tetapi apabila

poros-poros yang digunakan untuk meneruskan putaran tinggi

dan beban yang berat, umumnya dibuat dari baja paduan dengan

pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan, beberapa

diantaranya dapat dilihat pada Tabel 2.9 untuk mengetahui cara

perlakuan panasnya.

(39)

39

Fakultas Teknik Unjani Tabel 2.9 Batang baja karbon difinis dingin

(40)

40

Fakultas Teknik Unjani Apabila telak diketahiu jenis material yang akan digunakan, maka

harus menentukan tegangan geser yang diijinkan 𝜏a(kg/mm2)

dengan memasukan pengaruh dari safety factor sfdengan harga

sebesar 1,3-3. dan σb yang merupakan ekuatan tarik (kg/mm2) maka persamaannya sebagai berikut :

𝜏a = σb/(sf1 x sf2)(Sularso & Suga, 2013)

Jika momen puntir disebut dengan momen rencana adalah T

(kg.mm), dengan keadaan momen punter harus ditinjau dari factor

koreksi yang dianjurkan ASME dengan dinyatakan Kt yang sebesar

1 untuk beban yang dikenakan secara halus, 1-1,5 apabila terjadi

sedikit kejutan, dan 1,5-3 jika beban yang dikenakan dengan kejutan

atau tumbukan besar, maka

T = 9,74 x 105(Pd/n)(Sularso & Suga, 2013)

Jika diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan beban lentur maka

dapat dipertimbangkan pemakaian factor lenturan Cb yang

harganya antara 1,2-2,3. Tetapi, apabila diperkirakan tidak akan

terjadi pembebanan lentur maka factor lenturan Cb diambil 1. Maka

diameter poros ds(mm) dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut :

ds = [(5,1/a) Kt Cb T](Sularso & Suga, 2013)

P. Menentukan Ukuran Pasak

Untuk pemilihan ukuran pasak dapat mempergunakan Tabel

2.10, dari dalam tabel tersebut kita akan mendapatkan

beberapaharga untuk notasi dari pasak yang dibutuhkan untuk

mengunci roda gigiterhadap poros, dan tebal antara dasar alur pasak

dan dasar kaki gigi Sk,dengan ketentuan dasar alur pasak pada roda

gigi dan dasar kaki gigi adalah

Sk ≧2,2. Sk1= (df1/2)-[(ds1/2)+t2](Sularso & Suga, 2013)

(2.26)

(2.27)

(2.28)

(41)

41

(42)

42

Fakultas Teknik Unjani

3

BAB III.

METODE PERENCANAAN SISTEM RODA GIGI

Sebuah metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode analitis

dan studi pustaka, dimana perancangan dilakukan berdasarkan perhitungan dari

awal yang telah diketahui serta menggunakan beberapa referensi-referensi yang

terkait dengan perancangan tersebut. Dalam proses perancangan ini subjek yang

akan dirancang adalah sebuah sistem roda gigi payung pada mixer pengaduk bahan

tegel.

3.1 Langkah-langkah Perencanaan

Langakah yang diambil dalam melakukan proses perencanaan tersebut adalah

sebuah rangkaian atau tahapan proses dengan cara merumuskan masalah yang

diambil, dengan tujuan yang akan dicapai serta menggunakan beberapa tahapan

yang harus disusun sedemikian rupa sehingga akan mendapatkan tujuan yang akan

dicapai. Diagram alir langkah-langkah perencanaan sistem roda gigi ini dapat

dilihat pada gambar 3.1, dan keterangan dari diagram alirnya adalah sebagai berikut

:

1. Perumusan masalah

Dalam perancangan ini, penulis akan merumuskan masalah-masalah

berkaitan erat dengan suatu sistem dari roda gigi, yaitu untuk

mendapatkan sebuah dimensi semua rangkaian sistem dari roda gigi

tersebut.

2. Tujuan

Dari penentuan permasalahan yang telah dibahas, tujuan dari

permasalahan tersebut adalah untuk melakukan perancangan dengan

jelas agar dapat mengetahui ukuran-ukuran utama dari sistem roda gigi

yang akan dirancang.

3. Pengumpulan data-data

Proses pengumpulan data-data merupakan sebuah proses yang berawal

dari masalah yang didapatkan dengan tujuan tertentu, maka data yang

(43)

43

Fakultas Teknik Unjani objek-objek tertentu dalam sistem roda gigi tersebut untuk menyusun

perhitungannya.

4. Perhitungan

Pengolahan data merupakan tahapan dari sebuah perhitungan, dengan

cara menuangkan semua data-data yang telah dikumpulkan dan

merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses perancangan,

apakah hasil dari perancangan tersebut dapat memenuhi tujuan yang

sebelumnya telah di rencanakan atau tidak, maka apabila tidak sesuai

dengan tujuan yang diharapkan diharuskan melakukan pengumpulan

data kembali, dapat dengan cara menambahkan data atau bahkan

pengurangan dari data yang telah didapatkan sebelumnya, setelah

kembali lagi ke pengumpulan data maka dilakukan langkah pengolahan

data kembali hingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Dan

apabila hasil pengolahan data telah memenuhi semua yang diharapkan,

maka dapat terus melanjutkan dengan langkah berikutnya..

6. Hasil dan pembahasan

Hasil dan pembahasan merupakan penjelasan dari masing-masing data

yang telah di dapatkan dari proses penuangan data-data kedalam proses

perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya.

7. Simpulan dan saran

Simpulan dan saran merupakan gagasan yang tercapai serta pendapat

untuk serta dipertimbangkan dari semua rangkaian proses analisis

PERUMUSAN MASALAH

TUJUAN

a

(44)

44

Gambar 3.1 Tahapan perencanaan sistem roda gigi (lanjutan a)

3.2 Langkah-langkah Perhitungan

Kumpulan data merupakan hasil dari serangkaian proses pengumpulan data,

dan pada kumpulan data ini terdapat beberapa data spesifikasi roda gigi dan

rumus-rumus yang terstruktur untuk digunakan dalam perhitungan perancangan, dengan

tujuan agar mempermudah dalam melakukan tabulasi data perhitungan. Sebelum

melakkan perhitungan untuk spesifikasi roda gigi,kita harus mengetahui daya yang

akan ditransmisikan dengan langkah-lagkah sebagai berikut:

Volume material yang akan di aduk

V =A .t

=[1/4π(dluar penampang-ddalam penampang)] .t

Gaya pada pengaduk tempurung kelapa

W =(𝜌𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢𝑟𝑢𝑛𝑔+ 𝜌𝑎𝑖𝑟) 𝑉

2

Dimana: 𝜌𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢𝑟𝑢𝑛𝑔= 350 kg/m3

Ρair = 1000kg/m3

(45)

45

Fakultas Teknik Unjani Torsi yang bekerja pada mesin pengaduk tempurung kelapa

T =F .rlengan pengaduk

Langkah-langkah pada perhitungan roda gigi ini dapat dilihat pada gambar ...

Kumpulan data yang telah didapatkan dari berbagai sumber referensi, yaitu :

1. Data spesifikasi untuk perencanaan roda gigi kerucut pada mixer limbah

kelapa pembuat tegel.

Perbandingan reduksi,i : 3

2. Daya rencana Pd (kW)

Pd = 𝑇 .𝑛

9.74 𝑥 100000 (Sularso & Suga, 2013)

3. Sudut kerucut jarak bagi δ1, δ2 (°) (Sularso & Suga, 2013)

δ1= tan-1 (1/3)= (°)

δ2=90°- δ1 = (°)

4. Diameter lingkaran jarak bagi ujung luar (Sularso & Suga, 2013)

d1 = 2 x 80 sin δ1 = mm

d2 = 2 x 80 sin δ2= mm

5. Modul m (mm) sudut tekanan αo (°) (Sularso & Suga, 2013)

m = 25.4/P αo = (20°)

6. Jumlah gigi (Sularso & Suga, 2013)

Z1 = d1/m = …buah

Z2 = d2/m= …buah

(2.30)

(2.31)

(46)

46

Fakultas Teknik Unjani 7. Perbandingan gigi

i= 𝑍2

𝑍1 = buah (Sularso & Suga, 2013)

8. Sudut kerucut jarak bagi (roda gigi standar) δ1, δ2 (°) (Sularso & Suga, 2013)

δ1= tan-1 (Z1/Z2)= (°)

δ2=90°- δ1= (°)

9. Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) (Sularso & Suga,

2013)

d1 = 2 x 80 sin δ1= mm

d2 = 2 x 80 sin δ2= mm

10.Kecepatan keliling

v= 𝜋𝑥d1𝑥 𝑛

60𝑥1000= m/s (Sularso & Suga, 2013)

11.Gaya tangensial

Ft= 102𝑥𝑃𝑑

𝑉 = (kg) (Sularso & Suga, 2013)

12.Kelonggaran puncak

ck=0.25x m =( mm) (Sularso & Suga, 2013)

13.kelonggaran belakang

Co = 0

14.Factor perubahan kepala (Sularso & Suga, 2013)

x1 = 0.46 [1-(Z1/Z2)]2 =

x2 = -(X1)

15.Tinggi kepala (Sularso & Suga, 2013)

(47)

47

Fakultas Teknik Unjani 16.Tinggi kaki (Sularso & Suga, 2013)

hf1 =(1- X1 ) x m + ck = mm

hf2 =(1+ X1 ) x m + ck= mm

17.Kedalaman gigi penuh (Sularso & Suga, 2013)

H = 2x m + ck = mm

18.Sudut kepala (Sularso & Suga, 2013)

Ɵk1 =tan-1 (hk1/80) = (°)

Ɵk2 =tan-1 (hk2/80) =(°)

19.Sudut kaki (Sularso & Suga, 2013)

Ɵf1= tan-1 (hf1/80) = (°)

Ɵf2= tan-1 (hf2/80) = (°)

20.Sudut kerucut kepala (Sularso & Suga, 2013)

δk1 = δ1 + Ɵk1=(°)

δk2 = δ2 + Ɵk2=(°)

21.Sudut kerucut kaki (Sularso & Suga, 2013)

δf1 = δ1 - Ɵf1 =(°)

δf2 = δ2 - Ɵf2 = (°)

22.Diameter lingkaran kepala (Sularso & Suga, 2013)

dk1 = d1 + 2 x 3.88 x cos δ1 = ( mm)

dk2 = d2 + 2 x 1.61 x cos δ2 = (mm)

23.Jarak dari puncak sampai puncak gigi luar (Sularso & Suga, 2013)

(48)

48

Fakultas Teknik Unjani X2 = (50.58/2)- hk2 sin δ2 = (mm)

24.Tebal lingkar gigi (Sularso & Suga, 2013)

s1 =(0.5π+2x (x1)tan αo )x m =( mm)

s2 =(0.5π-2x (x1)tan αo )x m = (mm)

25.Factor dinamis (kv), dilihat dari table … 26.Factor beban lebih,(ko) , dilihat dari table … 27.Factor ukuran,ks= ∜m/2.54 =

28.Factor distribusi beban (km) , dilihat dari table … 29.Factor geometri J1, J2 , dilihat dari table …

30.Beban lentur yang di izinkan (Sularso & Suga, 2013)

F’b1 = 5.3 x m x 𝑘𝑣 .𝑗1

jika b/m=hasilnya<10,maka artinya baik digunakan.

Dari data-data yang telah diperoleh , maka proses selanjutnya dapat dengan

cara memasukan nilai untuk dapat melakukan perhitungan sehingga akan

didapatkan harga yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang akan dicapai. (2.48)

(49)

49

Fakultas Teknik Unjani Gambar 3.2 Tahapan perhitungan perencanaan roda gigi

(50)

50

Fakultas Teknik Unjani Gambar 3.5 Lanjutan tahapan perhitungan perencanaan roda gigi

(51)

51

Fakultas Teknik Unjani Ta

Tb Ra

Rb = w1 + w2 + wporos = 2,9kg

W2 = 1,3 kg

W1 = 1,3 kg

B A

(52)

52

Fakultas Teknik Unjani

4 BAB IV. PERHITUNGAN PERENCAAN RODA GIGI KERUCUT DAN

PEMBAHASAN

4.1 Langkah Perhitungan

Langkah-langkah perhitungan merupakan tahapan yang didalaya berisi tentang

beberapa dat dan rumus-rumus terstruktur untuk digunakan dalam tahapan proses

perhitungan yang didapatkan dari proses pengumpulan data yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Untuk menentukan daya sendiri didapat dari pehitungan awal tentang

gaya yang terjadi pada penampang pengaduk dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

Volume material yang akan di aduk

V =A .t

=[1/4π(dluar penampang-ddalam penampang)] .t

=[1/4π(0.8 m-0.4 m)] . 0.1 = 0.314 m3

Gaya pada pengaduk tempurung kelapa

W =(𝜌𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢𝑟𝑢𝑛𝑔+ 𝜌𝑎𝑖𝑟) 𝑉

Torsi yang bekerja pada mesin pengaduk tempurung kelapa

T =F .rlengan pengaduk

(53)

53

Langkah-langkah pada perhitungan roda gigi kerucut adalah sebagai berikut:

1. Data spesifikasi untuk perencanaan roda gigi kerucut pada mixer

limbah kelapa pembuat tegel.

Daya,P : 0.8 Kw

Diameter lingkaran jarak bagi ujung luar ,dapat dilihat dari persamaan …..

d1 = 2 x 80 sin18.43 = 45.67 mm

d2 = 2 x 80 sin 71.61= 144.41 mm

4. Modul, ,dapat dilihat dari persamaan ….. m = 25.4/9 = 2.82, αo = 20°

(54)

54

Fakultas Teknik Unjani Z1 = 45.67/2.82 =16.607 ≈ 17 buah

Z2= 144.41/2.82 = 51.2 ≈ 51 buah

Perbandingan gigi ,dapat dilihat dari persamaan ….. i= 51

17= 3

6. Sudut kerucut jarak bagi (roda gigi standar) δ1, δ2 (°) ,dapat dilihat dari

persamaan …..δ1= tan-1 (17/51)=20.48°

δ2=90°- 20.48° = 69.52 °

Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) ,dapat dilihat dari persamaan …..

d1 = 2 x 80 sin20.48 = 50.58 mm

d2 = 2 x 80 sin 69.52= 142.009 mm

7. Kecepatan keliling ,dapat dilihat dari persamaan …..

v= 𝜋𝑥50.58𝑥120

60𝑥120 = 2.64 m/s

Gaya tangensial ,dapat dilihat dari persamaan …..

Ft= 102𝑥0.8

2.64 = 30.909 kg

8. Kelonggaran puncak,dapat dilihat dari persamaan ….. ck=0.25x2.82=0.705 mm

kelonggaran belakang

Co = 0

9. Factor perubahan kepala,dapat dilihat dari persamaan …..

x1 = 0.46 [1-(17/51)]2 =0.408

(55)

55

Fakultas Teknik Unjani 10.Tinggi kepala ,dapat dilihat dari persamaan …..

hk1 =(1+ 0.408 ) x2.82=3.97 mm

hk2 =(1- 0.408 ) x2.82= 1.66 mm

Tinggi kaki,dapat dilihat dari persamaan ….. hf1 =(1- 0.408 ) x2.82 + 0.705= 2.36 mm

hf1 =(1+ 0.408 ) x2.82 + 0.707= 4.67mm

Kedalaman gigi penuh,dapat dilihat dari persamaan ….. H = 2x 2.82 +0.705 =6.34 mm

11.Sudut kepala,dapat dilihat dari persamaan ….. Ɵk1 =tan-1 (3.97/80) = 3.15°

Ɵk2 =tan-1 (1.66/80) = 1.32°

Sudut kaki,dapat dilihat dari persamaan ….. Ɵf1= tan-1 (2.36/80) = 1.87°

Ɵf2= tan-1 (4.67/80) = 3.7°

Sudut kerucut kepala ,dapat dilihat dari persamaan ….. δk1 = 20.48 +3.15 =23.63°

δk2 = 69.52 +1.32 =70.84 °

Sudut kerucut kaki,dapat dilihat dari persamaan ….. δf1 = 20.48 -1.87 =22.35°

δf2 = 69.52 -3.7= 73.22°

12.Diameter lingkaran kepala ,dapat dilihat dari persamaan ….. dk1 = 50.58 +2 x 3.88 x cos 20.48 =57.94 mm

(56)

56

Fakultas Teknik Unjani Jarak dari puncak sampai ouncak gigi luar ,dapat dilihat dari

persamaan …..

X1 = (142.01/2)-3.97 sin 20.48 = 69.75 mm

X2 = (50.58/2)-1.66 sin 69.52 = 23.81 mm

Tebal lingkar gigi,dapat dilihat dari persamaan ….. s1 =(0.5π+2x0.408 tan 20°)x 2.82 =5.17 mm

s2 =(0.5π-2x0.408 tan 20°)x 2.82 =3.68 mm

13.Bahan roda gigi

Bahan pinion S45C dan bahan gear S35C

Kekuatan tarik σBP, σBG (kg/mm2), dapat dilihat pada Tabel …

σBP = 58 kg/mm2 σBG = 52 kg/mm2

Kekerasan permukaan gigi HBP, HBG, dapat dilihat pada Tabel …

HBP = 200

HBG = 175

Tegangan lentur yang diizinkan σaP, σaG (kg/mm2), dapat dilihat pada

Tabel …..

σaP = 30 kg/mm2

σaG = 26 kg/mm2

14.Factor dinamis ,kv = 0.90 ( dapat dilihat pada Tabel …..)

Factor beban lebih,ko= 1.25 ( dapat dilihat pada Tabel …..)

Factor ukuran,ks= ∜2.75/2.54 = 0.506 ( dapat dilihat pada Tabel …..)

Factor distribusi beban ,km = 1.35 ( dapat dilihat pada Tabel …..)

(57)

57

Fakultas Teknik Unjani Tabel …..)

15.Beban lentur yang di izinkan ,dapat dilihat dari persamaan …..

F’b1 =5.3 x 2.82 x1.25𝑥0.578𝑥1.350.9𝑥0.19 =2.62 kg/mm

F’b1 =3.1 x 2.82 x1.25𝑥0.506𝑥1.350.9𝑥0.19 =1.53 kg/mm

16.Beban permukaan yang diizinkan per satuan lebar pada penampang

rata-rata, ,dapat dilihat dari persamaan ….. F’H=49x250.58

3552x

0.7𝑥0.079

1.25𝑥1.3𝑥1=1.16 kg/mm

b>= 30.909/1.16 = 26.64=27

17. 27/2.82=9.57<10,artinya baik . ,dapat dilihat dari persamaan ….. 18.DP =9(m=2.82 mm) , αo = 20°, δ1= 18.43°,δ2= 71.61 °,b=27, d1 =

45.67 mm,

d2 = 144.41 mm, X1 = 69.75 mm,X2 = 23.81 mm,δk1 =23.63°,δk2 =70.84

°,δf1 =22.35°,

(58)

58

Fakultas Teknik Unjani

5 BAB V.SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan perhitungan, maka data yang telah didapatkan dan dituangkan

kedalam rangkaian rumus, di dapatkanlah dimensi dari rem cakram dengan data

hasil perhitungan sebagai berikut :

1. Daya,P = 0.8 Kw

9. Diameter lingkaran jarak bagi ujung luar

d1= 45.67 mm

14.Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar)

d1 = 50.58 mm

d2 = 142.009 mm

15.Kecepatan keliling V = 2.64 m/s

16.Gaya tangensial Ft = 30.909 kg

(59)

59

Fakultas Teknik Unjani 18.kelonggaran belakang Co = 0

19.Factor perubahan kepala

x1 = 0.408

25.Sudut kerucut kepala δk1 = 23.63°

δk2 = 70.84 °

26.Sudut kerucut kaki δf1 = 22.35°

δf2 = 73.22°

27.Diameter lingkaran kepala

dk1 = 57.94 mm

dk2 = 143.49 mm

28.Jarak dari puncak sampai ouncak gigi luar

X1 = 69.75 mm

X2 = 23.81 mm

29.Tebal lingkar gigi

s1 = 5.17 mm

(60)

60

Fakultas Teknik Unjani Dari semua tahapan perhitungan yang telah dilaksanakan, maka dapat

dikatakan sepasang roda gigi dan pinionnya baik untuk digunakan dengan daya 0,8

kW dan putaran 1000rpm . Dengan pembuktian sebagai berikut :

 b/m = 27/2.82 = 9.57 (baik), karena ada diantara angka (6-10), dapat

dilihat pada sub bab 2.4.

 SkP/m = 17/8 = 2,2 (baik), dalam artian pasak masih dapat digunakan

dengan ukuran tersebut tetapi dalam posisi kritis, karena 2,2 = 2,2 yang seharusnya

≧ 2,2 sangat baik untuk digunakan. Pada poros terdapat hasil yang sangat kecil dan tidak mungkin untuk diaplikasikan dalam bentuk nyata, maka dipilihlah diameter

yang sangat jauh dari hasil perhitungan yang didapatkan, dengan kata lain, Agar

didapatkannya sebuah perancangan yang lebih baik dan dapat dijadikan sebuah

acuan utama kedepannya,penulis mempunyai saran yaitu sebagai berikut :

1. Diharapkan adanya sebuah perancangan yang dapat melakukan sebuah

penelitian atau pengujian untuk pengumpulan data-data.

2. Diharapkan dapat melengkapi kekurangan dari perancangan yang telah

disusun, dan penjelasan desain yang lebih terperinci dari rangkaian

(61)

61

Fakultas Teknik Unjani

6 Daftar Pustaka

Shigley, J. E., & Mitchell, L. D. (1983). Perencanaan Teknik Mesin (4th ed.). (G. Harahap, Penerj.) Jakarta: Erlangga.

Sularso, & Suga, K. (2013). Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin (13th ed.). Jakarta: PT. Pradaya Paramita.

(62)

62

Fakultas Teknik Unjani

(63)

63

(64)

64

(65)

65

(66)

66

(67)

67

(68)

68

(69)

69

Fakultas Teknik Unjani

Gambar

Gambar 2.1 Konstruksi kurva evolvent
Gambar 2.2 Kurva sikloida
Gambar 2.4 Kurva Sikloida
Gambar 2.5 Profil equidistanta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kedua poros yang paralel dan co-planer dihubungkan oleh roda gigi, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2. Roda-roda gigi tersebut disebut sebagai spur gears atau roda gigi lurus,

Dari gaya-gaya pada roda gigi yang teijadi pada poros beserta perietakan bantaian-bantalan yang digunakan (gambar 4.3), maka dengan analisa gaya seperti pada poros 1

Bantalan aksi gesekan harus dipakai untuk menerima beban aksial, karena beban ini lebih besar dibanding pada roda gigi kerucut lurus. Perbandingan muka-persinggungan (face contact

Adalah jalur yang dibentuk oleh titik pada lingkaran pitch, dari awal sampai dengan akhir dari hubungan pasangan roda gigi.. Busur kontak tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu

Roda gigi lurus dipakai untuk memindahkan gerakan putaran antara poros-poros yang sejajar.. Yang biasanya berbentuk silindris dan gigi-giginya adalah lurus dan

Poros dengan beban puntir dan lentur dapat terjadi pada puli atau roda gigi pada mesin Poros dengan beban puntir dan lentur dapat terjadi pada puli atau roda gigi pada mesin untuk

Pada external gearing, roda gigi dari kedua poros berhubungan secara eksternal satu sama lain, seperti Gambar 4.a. Roda yang besar disebut sebagai gear dan roda yang lebih

Pokok Bahasan Transmisi: sabuk, rantai, power screw, friction disk, gears sistem, geometri, roda gigi lurus, miring, kerucut, dll., Bantalan gelinding, luncur, Pelumasan, Standard dan