• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN DAN MANAJEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN DAN MANAJEMEN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN

DAN MANAJEMEN RISIKO

Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl:

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS TEKARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya perlu

diperhatikan, salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup penting

adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan,

maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya tersedia dan

berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau dan bermutu.

Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Puskesmas

Tekarang telah menyusun Pedoman Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko Klinis

sebagai pedoman dalam melaksanakan upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin

terjadi di Puskesmas Tekarang.

Kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak atas

sumbangan pikirannya sehingga tersusunlah Pedoman Keselamatan Pasien dan Manajemen

Resiko ini. Semoga pedoman ini akan bermanfaat dan Tuhan Yang Maha Esa akan selalu

melimpahkan hidayah-Nya.

Penyusunan pedoman ini dirasakan masih belum sempurna betul sehubungan dengan

adanya keterbatasan-keterbatasan. Saran yang konstruktif sangatlah diharapkan demi

penyempurnaan di masa yang akan datang.

Tekarang, 2017

Kepala UPT

Pukesmas Tekarang,

H.URAYSUKARDI,S.Pd I

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak aman dan

berisiko terjadinya kejadian yang tidak diharapkan , baik dari dari ruang lingkup yang paling

kecil bahkan sampai dengan Rumah sakit sekalipun.

Risiko mungkin saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam sarana pelayanan

kesehatan mulai dari pasien atau pengunjung sarana kesehatan maupun petugas kesehatan

yang memberikan pelayanan kesehatan. Risiko atau kejadian yang tidah diharapkan terjadi

bukan arena ada unsur kesengajaan, tetapi karena rumitnya pelayanan kesehatan. Banyak

faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya risiko atau kejadian yang tidak diharapkan

sebagai contoh tidak tersdeianya sumber daya manusia yang kompeten, kondisi fasilitas,

maupun ketersediaan obat dan peralatan kesehatan yang tidak memenuhi standar.

Tidak hanya pelayan klinis saja yang berisiko terhadap pasien, pengunjung,

lingkungan, tetapi kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat

juga berisiko terhadap keselamatan sasaran kegiatan,masyarakat maupun lingkungan.

Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cedera atau kejadian yang tidak

diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahan pemberian obat, kesalahan identifikasi, kondisi

fasilitas pelayanan yang tidak aman, maupun akibat penyelenggaraan kegiatan pada upaya

kesehatan masyarakat yang tidak memperhatikan aspek keselamatan.

Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan kesehatan perlu diidentifikasi

dan dikelola dengan baik untuk mengupayakan keselamatan pasien,pengunjung dan

masyarakat yang dilayani.

b. Tujuan Pedoman

Pedoman ini disusun dengan tujuan menyediakan pedoman bagi Puskesmas Tekarang

dalam mengupayakan keselamatan pasien, pengunung dan masyarakat melalui penerapan

manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh puskesmas tekarang.

c. Sadaran Pedoman

Sasaran dari pedoman ini adalah semua petugas kesehatan yang ada dalam instansi

kesehatan di Kecamatan tekarang mulai dari Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa serta

Puskesmas Tekarang, Petugas pendaftaran, Petugas sanitasi, petugas farmasi, petugas

(4)

d. Batasan Operasional

1. Keselamatan pasien adalah upaya yang dirancang untuk mencegah terjadinya outcome

yang tidak diharapkan sebagai akibat tindkan yang tidak aman atau kondisi laten di sarana

pelayanan kesehatan.

2. Manajemen risiko adalah metode penangan sisetematis formal dimana dikonsetrasikan

pada mengindentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki

kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.

3. Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktifitas yang

dilakukan oleh manusia ( probalitas insiden ).

4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah cedera yang diakibatkan oleh tatakelola klinis

bukan karena latar belakang kondisi pasien.

5. Kejadian Tidak Cedear (KTC) adalah terjadi penanganan klinis yang tidak sesuai pada

pasien, tetapi tidak terjadi cedera.

6. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah kejadian atau situasi yang sebenarnya dapat

menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi karena secara kebetulan diketahui atau upaya

pencegahan segera dilakukan.

7. Kondisi berpotensi cedera (KPC) suatu keadaan yang mempunyai potensi menimbulkan

cedera.

(5)

BAB II

RUANG LINGKUP

a. Upaya Keselamatan Pasien di FKTP

Sesuai dengan standar akreditasi FKTP, upaya upaya keselamatan pasien yang perlu

dilakukan di FKTP antara lain adalah mengupayakan tercapainya sasaran keselamatan pasien,

penanganan dan tindak lanjut jika terjadi insiden keselamatan pasiem, penerapan manajemen

risiko kinis dalam pelayanan pasien, meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dalam

pelayanan obat, pelayanan laboratorium dan pelayanan penunjang yang lain, serta

pengendalian infeksi dalam pelayanan klinis.

1. Sasaran keselamatan pasien

Terdapat enam sasaran keselamatan pasien yang perlu diperhatikan dalam upaya

meningkatkan keselamatan pasien di FKTP, yaitu :

a. Tidak terjadinya salah identifkasi pasien.

b. Komunikasi efektif dalam pelayanan.

c. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat.

d. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan.

e. Pengurangan terjadinya risiko infeksi dalam pelayanan klinis.

f. Tidak terjadinya pasien jatuh.

b. Manajemen Risiko di FKTP

Manajemen resiko adalah upaya menanggulangi semua resiko yang mungkin

terjadi di sebuah instansi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen

resiko. Manajemen resiko merupakan metode penanganan sistematis formal dimana

dikonsentrasikan pada mengidentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang

memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan. Resiko adalah hal yang tidak akan

pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan manusia.

Di puskesmas Tekarang terdapat tiga kegiatan manajemen resiko yang menjadi

acuan sebagai dasar pencegahan terhadap resiko yang mungkin terjadi, yaitu ;

a) Manajemen resiko lingkungan

Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen

risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di

(6)

b) Manajemen resiko klinis

Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal

keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah

terjadinya risiko tersebut.

Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk

meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di

Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.

Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas

adalah untuk keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan manajemen risiko

layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Puskesmas.

c) Manajemen resiko pelaksanaan program

Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya

untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas

(7)

BAB III

TATALAKSANA

A.TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN

Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Wongsorejo diterapkan pada seluruh kegiatan

yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:

1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas

2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Ponkesdes dan Posyandu

3. Kegiatan pasien/pengujung Puskesmas

4. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas

Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan

a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas

- Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap tidak

bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta menggunakan

bahan bangunan yang tidak membahayakan

- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup, seluruh

ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.

- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu

darurat jika terjadi kecelakaan

- Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan jumlah

karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan 20 karyawan harus

ditambah I toilet dan 1 kamar mandi.

- Tata ruang

o Zona ruang dengan

 Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis

bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat,

ruang Akreditasi dan Musholla

 Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)

 Risiko tinggi: meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD dan tempat penampungan limbah/sampah medis

o Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan

b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan

Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:

(8)

o Kerusakan bangunan atau sarana prasarana

o Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis

tidak tersedia, toilet rusak, dll

2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb

3. Kebersihan ruangan dan fasilitas

4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah

pada lingkungan dll.

c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan

1. Toilet dan Kamar Mandi,

o Tersedia dalam keadaan bersih

o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

o Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan

o Tidak terdapat perindukan nyamuk

2. Pembuangan sampah,

o Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non organik di setiap

ruangan

o Tempat sampah tertutup

o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna hitam.

Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.

o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara

3. Penyediaan air minum dan air bersih,

o Tersedia air bersih

o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan

4. Hygiene dan sanitasi makanan

o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas

5. Pengolahan limbah

o Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas

6. Pengolahan limbah medis

o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box

o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan

kantong warna kuning

o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan sementara

untuk dikirim ke tepat pemusnahan

(9)

o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius

o Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi

o Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat pencucian

8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu

o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus

o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu

o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu

9. Dekontaminasi dan sterilisasi

o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi

dan sterilisasi

o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan,

sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi

10.Promosi hygiene dan sanitasi

o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah,

kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.

d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan

Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas

sanitasi

B.TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS

Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:

1. Identifikasi risiko

Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar risiko yang

berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:

- Hasil temuan pada audit internal

- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas

- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan

tersebut

(10)

Unit Layanan Risiko

Loket Pendaftaran dan

Rekam Medis

- Kesalahan pemberian identitas rekam medis

- Kesalahan pengambilan rekam medis

Poli umum, Poli Anak dan

UGD

- Kesalahan diagnosis

- Kesalahan identifikasi pasien/salah orang

- Kesalahan pemberian terapi

- Kesalahan pemberian resep

- Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan

- Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik

- Insiden tertusuk jarum bekas pakai

- Limbah medis berceceran

- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien

- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

- Menggunakan peralatan tidak steril

Laboratorium - Kegagalan pengambilan sampel sehingga menimbulkan

perlukaan

- Kesalahan pengambilan sampel

- Kesalahan pemberian label sampel laboratorium

- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan laboratorium

- Hasil pemeriksaan hilang

- Sampel rusak atau hilang

Kamar Obat - Kesalahan membaca resep

- Kesalahan pemberian obat

- Kesalahan dosis/formula obat

- Kesalahan edukasi cara minum/pemakaian obat

- Kesalahan identifikasi pasien

- Pemberian obat kadaluwarsa

(11)

Unit Layanan Risiko

- Pemberian obat rusak

- Kesalahan pengambilan obat

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen

risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.

2. Analisis risiko (Risk Assessment)

Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu.

Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko (severity

assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) seperti dalam

Formulir terlampir

3. Evaluasi risiko

Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan

risiko.Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar

Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan

perbaikan (treatment) ataukah tidak.

4. Tindakan atau perbaikan

Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana

tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.Setiap tindakan

perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada

petugas Puskesmas lainnya.

(12)

Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan

1. Identifikasi risiko

Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:

Program Risiko

Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi

- Kesalahan cara pemberian imunisasi

- Kesalahan jenis imunisasi

- Kesalahan dosis vaksin

- Insiden kegagalan pemberian imunisasi

- Insiden efek samping imunisasi

- Ceceran limbah medis

- Insiden petugas tertusuk jarum

- Insiden balita terluka pada proses penimbangan

menggunakan dacin

- Kesalahan cara penimbangan

- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan pemeriksaan

Posyandu Lansia - Kesalahan identifikasi

- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis

- Insiden perlukaan karena penggunaan alat periksa

- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium

- Insiden perlukaan karena pemeriksaan laboratorium

- Insiden tertusuk jarum

- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita

- Tidak menggunakan APD

- Kesalahan pemberian obat

- Kesalahan dosis obat

(13)

Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu.

Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko (severity

assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) seperti dalam

Formulir terlampir

3. Evaluasi risiko

Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA dan analisis penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis).Tingkat risiko yang memiliki nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas

4. Tindakan perbaikan

Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan

rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan perbaikan.

Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan

dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas lainnya

Identifikasi resiko dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan

jenis-jenisinsiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam tableberikut:

Error Kategori Hasil

No Error A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya

kesalahan (KPC)

Error,

No Harm

B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien

(KNC)

C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum atau

digunakan pasien tetapi tidak membahayakan pasien

(KTC)

D Terjadinya kesalahan sehingga monitoring ketat

harus dilakukan tetapi tidak membahayakan pasien

(14)

Error

Harm

E Terjadi kesalahan sehingga terapi dan intervensi lanjut

diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek yang

buruk yang sifatnya sementara (KTD)

F Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus

dirawat lebih lama di Puskesmas serta memberikan

efek buruk yang sifatnya sementara (KTD)

G Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk

yang bersifat permanen (KTD)

H Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa

pasien contoh shock anafilaktif (KTD)

Error

Death

I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia

(Sentinel)

1. ANALISA RESIKO

Analisa dilakukan dengan menentukan skore resiko atau insiden tersebut untuk

snentukan prioritas penanganan

a. Peluang

TINGKAT RESIKO DESKRIPSI PELUANG / FREKUENSI

1 Sangat jarang/rare( > 5 tahun / kali )

2 Jarang/unlikely ( >2-5 tahun / kali )

3 Mungkin/Possible1 - 2 tahun / kali )

4 Sering/likely ( beberapa kali /tahun )

5 Sangat sering / almost certain(tiap minggu /

(15)

b. Dampak

1 Tidak significant Tidak adacedera

2 Minor  Cedera ringan, mis iuka lecet

 Dapat diatasi dengan P3K

3 Moderat  Cedera sedang, mis Iuka robek

 Berkurangnya fungsi

motoric/sensorik/psikologis

/intelektual (reversible),tidak

berhubungan dengan penyakit)

 Setiap kasus yang

tidak berhubungan dengan

penyakit

5 Katatropik  Kematian yangtidak

berhubungandengan perjalanan

penyakit

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tatalaksana selanjutnya.

2. EVALUASI RESIKO

Resikoyang sudah dianalisa akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading

(16)

SKOR RESIKO = DAMPAK x PELUANG

LEVEL TOTAL SKOR

Rendah 1 -3

Sedang 4-6

Tinggi 8-12

Extreme 15-25

3. KELOLA RESIKO

LEVEL TINDAKAN

Ekstrem Memerlukan tindakan segera, paling lambat 2 x 24 jam

Tinggi Kaji dengan detail dan perlu tindakan segera, sampai 2 minggu

Sedang Dilakukan penelitian sederhana paling lama 2 minggu.

Sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya dan kelola resiko.

Traget waktu pengendalian sampai 6 minggu

Rendah Dilakukan penelitian sederhana paling lama 1 minggu,

diselesaikan dengan prosedur rutin. Target waktu pengendalian

sampai 12 minggu

Respon Manajemen

Setelah resiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa, tim manajerial akan

memulai memformulasikan strategi penanganan resiko yang tepat. Strategi ini didasarkan

kepada sifat dan dampak potensial dari resiko itu sendiri. Adapun tujuan dan strategi ini

adalah untuk memindahkan dampak potensial resiko sebanyak mungkin untuk meningkatkan

control terhadap resiko.

Ada lima strategi alternative untuk menangani resiko :

1. Menghindari resiko

2. Mencegah resiko dan mengurangi kerugian

3. Meretensi resiko

4. Mentransfer resiko

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada

Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cedera atau Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cedera atau kejadian tidak diharapkan terkait dengan

Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan mitra dalam proses pelayanan. Oleh karena itu, di rumah sakit

Ketepatan pasien perlu dipertimbangkan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien yang tidak memungkinkan penggunaan obat tersebut atau keadaan

2.1.5 Setiap petugas kesehatan di Puskesmas Cibungbulang yang berkewajiban melakukan identifikasi sebelum pemberian obat, infus, sebelum  pengambilan sampel darah atau

4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di ruang perawatan... TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN

Kesalahan pemberian obat injeksi. Pelatihan safety : komunikasi S-BAR adalah suatu proses sistematika pemberian materi pada perawat ruang rawat inap tentang keselamatan pasien

3.1.6.2 Format jadwal program komunikasi minimal memuat Jenis Komunikasi, PIC, dan Waktu Pelaksanaan 3.1.6.3 Prosedur dan/atau petunjuk kerja ditandatangani oleh Penanggung