• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah analisis transaksional ria indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah analisis transaksional ria indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eric Berne (1910-1970) kelahiran Montreal, Canada, adalah pelopor Analisis Transaksional (AT). Ia mulai mengembangkan AT ini sebagai terapi ketika ia bertugas dalam Dinas Militer Amerika Serikat dan diminta untuk membuka program terapi kelompok bagi para serdadu yang mendapat gangguan emosional sebagai akibat Perang Dunia ke-2.

Berne, pada mulanya adalah seorang pengikut Freud dan melakukan praktik Psikoanalisis dalam terapi. Sebab, saat itu psikoanalisis tengah mendapat perhatian yang luar biasa. Bahkan Berne sendiri pernah mendapat kuliah psikoanalisis di Yale Psychiatric Clinic (1936-1938) dan New York Psichoanalitical institute (1941-1943).

(2)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah : 1. Apakah Pengertian terapi Analisis Transaksional ?

2. Bagaimana Hakikat manusia dari terapi Analisis Transaksional ? 3. Bagaimana asumsi dasar dari Analisis Transaksional ?

4. Apa saja tujuan konseling dari Analisis Transaksional ? 5. Bagaimana peranan dan fungsi dari Analisis Transaksional ? 6. Bagaimana proses konseling dari Analisis Transaksional ? C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memecahkan atau menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan Pengertian terapi Analisis Ttransaksional

2. Menguraikan Hakikat manusia dari terapi Analisis Transaksional 3. Menguraikan asumsi dasar dari Analisis Transaksional

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Analisis Transaksional

Eric Berne (1910-1970) seorang psikiatris dan psikoanalisis, mendapatkan gelar M. D dari MCGill University di Montreal pada tahun 1953, dan menyelesaikan pendidikan spesialis psikiater di Yale university. Pada tahun 1964 buku pertamanya Games People Play (permainan yang dimainakn orang) menjadi buku terlaris seacara internasional. Pada saat yang sama pendekatan terapeutiknya yang baru, yang mencerminkan ditinggalkannya psikoanalisis secara radikal, menjadi popler secara luas di tahun) 1960an (corey, 1995: 373). Berne mengembangkan dasar teori ananalisis transaksional pada tahun 1950an. Penemuannya tentang status ego disadari sebagai fase pertama dari sejarah perkembangan analisis transaksional. Penemuan teori tersebut berdasarkan eksperimen-eksperimen neorulogi yang menyatakan bahwa status ego yang dialaimnya individu berbeda lewat stimulus.

Secara singkat Berne mendefinisikan pengertian dari analisis transaksi sebagai: “Ein Transaktions-Stimulus plus eine Transaktions-Reaktion” (Joines dalam Eschenmoser, 2008:23). Pernyataan ini berarti bahwa sebuah transaksi terdiri dari sebuah stimulus dan sebuah reaksi. Dengan kata lain, syarat terbentuknya sebuah transaksi adalah adanya hubungan timbal balik antara stimulus yang diungkapkan penutur dan respon yang diungkapkan oleh lawan bicaranya.

(4)

kelompok. Analisis transaksional berfokus pada keputusan – keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru.

Analisis Transaksional (AT) merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Analisis Transaksional berfokus pada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusankeputusan baru. Analisis Transactional menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadar sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan baru dan mengubah cara hidupnya. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan AT kliennya membuat perubahan signifikan dalam kehidupan mereka.

B. Hakikat Manusia

Analisis trasaksional berakar dari filosofi antideterministik. Iman ditempatkan dalam kapasitas seseorang untuk di atas pola kebiasaan dan untuk memilih sasaran dan perilaku baru. Ini tidak berarti bahwa mereka sama sekali tanpa ada hal yang mempengaruhinya bisa sampai pada penentuan hidup yang kritis. Analisis ini juga mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh harapan serta tuntutan oleh orang lain yang signifikan baginya, terutama oleh karena keputusan yang terlebih dahulu telah dibuat pada masa hidup mereka pada saat mereka sangat bergantung pada orang lain. tetapi keputusan dapat ditinjau kembali dan ditantang dan apabila keputusan yang telah diambil terdahulu tidak lagi cocok, bisa dibuat keputusan.

C. Asumsi Dasar

(5)

mempersamakan kedudukan konselor dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klie untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Pada dasarnya, analisis transaksional berasumsi bahwa manusia itu:

1. Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya (Manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihanya). Ada tiga hal yang membuat manusia selalu berubah, yaitu :

a. Manusia (klien) adalah orang yang telah cukup lama menderita” karena itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.

b. Ada kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan berkecukupan. Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.

c. Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang ya g pada mulanya tidak mau atau tidak tahu dengan perubahan, tetapi dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru yang membuka cakrawala barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan.

2. Manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemprograman awal (manusia dapat berubah asalkan ia mau). Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now ). Berbeda dengan psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana sesuatu yang terjadi pada manusia sekarang ditilik dari masa lalunya. Bagi T, manusia sekarang memiliki kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang adalah persoalan sekarang dan di sini. Kendatipun ada hubunganya dengan masa lalu, tapi bukan seluruhnya perilaku hari di ditentukan oleh pengalaman masa lalunya.

(6)

4. Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.

5. Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang-orang lain.

6. Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.

D. Teori Kepribadian

Analisis trasaksional dipandang sebagai sesuatu yang positif, karena manusia secar filosofis dapat ditingkatkan, dikembangnkan dan diubah secara langsung melalui proses yang aman, menggairahkan dan bahan menyenangkan. Secara keseluruhan dasar filosofinya bermula dari asumsi bahwa semuanya OK, artinya bahwa setiap individu perilakunya mempunyai dasar menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk berkembang, dan mengaktualisasikan diri.

(7)

1. Orang tua (Parent)

Bila seseorang merasa dan bertingkah laku seperti orang tua atau tokohtokoh terdahulu, maka ia dapatlah berada dalam status o orang tua. Setiap orang mendapatkan berbagai bentuk pengalaman, sikap, serta pendapat dari orang tuanya, maka dari itu berdasarkan pengalaman, sikap serta pendapatnya yang diperoleh dari orang tuanya masing-masing, setiap orang akan memiliki atau berada pada status ego orang tua.

(8)

Dapat dikatakan bahwa status ego orang tua dapat berbentuk langsung yaitu dengan menggunakan prot type, model, tipe, dari orang tua yang baik melalui verbal maupun non-verbal. Sedangkan dengan bentuk tidak langsung adalah merupaka petunjuk, aturan, norma, dan nilai-nilai yang pernah didenngar dari orang tua atau tokoh terdahulu pada masa kecil.

2. Dewasa (Adult)

Status ego dewasa adalah bentuk tindakan seseorang yang berdasarkan dasar pikiran yang logis, rasional, objektif, dan bertanggung jawab. Dewasa berfungsi untuk mengumpulkan berbagai informasi, memasukkan berbagai macam data ke dalam bank data, kem ian mempertimbangkan berbagai bentuk kemungkinan yang ada.

3. Anak (Child)

Status ego anak adalah suatu tindakan dari sesorang yang didasarkan pada rekasi emosional yang spontan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif. Bentuk status ego anak dapat berbentuk waja apabila terlhat bahwa tingkah lakunya pada masa anak-anak, yaitu adanya ketergantungan pada orang lain, spontan, bebas, agresi , tidak mau kompromi, impulsive, kreatif, ingin tahu, merasakan berbagai bentuk penemuan baru yang berbentuk status ego yang lain adalah pengaruh tertentu dari orang tuanya.

(9)

STROKE

Dalam teorinya, Eric Berne mengemukakan suatu istilah ang disebut stroke, yang dapat diterjemahkan dengan “tanda perhatian”. Menurutnya stroke dapat dibedakan menjadi :

1. Stroke Positif ( positive stroke)

Stroke positif adalah merupakan segala bentuk perhatian yan secara langsung dapat memperkuat motivasi dan kegairahan dala kehidupannya yang diperoleh seseorang dalam awal kehidupannya. Misalnya : belaian, ciuman, senyuman, tepukan, dll. Be tuk stroke yang lain yaitu seperti piagam atas suatu prestasi, ijazah, dll. Stroke ini dapat menyebabkan seseorang merasa dihargai dan diperhatikan.

2. Stroke Negatif ( Negative Stroke)

Stroke negative adalah suatu bentuk stroke yang menunjukkan pandangan yang mengecewakan atau menyesali, pukulan, tamparan yang menyakitkan, kata-kata yang keras,mengkritik, sikap acuh, memelas, dan lain-lain. Sedangkan stroke yang lebih formal adalah, tanda peringatan, surat teguran, nilai merah, dll. Stroke ini menyebabkan seseorang merasa tidak dihargai dan tiak berarti, dan secara langsung memungkinkan ses orang memiliki dan tumbuh sikap yang defensive untuk mempertahankan diri.

3. Stroke Bersyarat (Conditional stroke)

Stroke bersyarat dapat diartikan sebagai suatu tanda p rhatian yang diperoleh seseorang disebabkan ia telah melakukan sesuatu.Misalnya, “saya mau menemanimu berbelanja, asalkan kau mau membantu me bersihkan rumah.”

4. Stroke tidak bersayarat ( unconditional stroke)

Stroke tak bersyarat atau perhatian tak bersyarat, ada tanda perhatian yang diperoleh seseorang tanpa dikenakan persyaratan apapun. isalnya, “ Saya akan membantu anda dengan sebaik-baiknya.”

E. Tujuan Konseling

(10)

hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh keputusan-keputusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang mandul dan determistik. Inti dari konseling adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadaran, spontanitas, dan keakraban.

Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk menetukan arah hidup yang lebih baik. Inti terapi ini adalah mengganti kearah gaya hidup yang otonom yang memiliki cirri-ciri: kesadaran, spontan, intim, dengan menggunakan game dan naskah hidup. Individu juga belajar menulis kembali naskah hidup mereka sehingga mereka memiliki control atas hidup mereka (Corey, 1986,p 158, dalam Komalasari G, DKK. 2011). Adapun tujuan-tujuan khusus pendekatan ini adalah:

a. Konselor membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat.

b. Konseli dibantu untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri.

c. Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memiliki apa yang diinginkan.

d. Konseli dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran.

F. Peranan dan Fungsi Terapi

(11)

menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan perubahan denagn jalan mengambil keputusan yang lebih cocok.

Konseling analisis transaksional didesain untuk mendapatkan insight emosional dan intelektual, tetapi focus pada bagian rasional. Hal ini berimplikasi pada peran konselor dalam proses konseling yang lebih banyak didaktik dan focus pada pemikiran konseli. Menurut Harris, 1967 dalam Komalasari G, DKK. 2011) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamat dengan terlibat secara penuh dengan konseli. Sebagai guru, konselor menjelaskan teknik-teknik seperti analisis struktur ( structural analysis), analisis transaksi, analisis game.

G. Hubungan Konselor-Klien

Analisis Transaksional adalah suatu bentuk terapi yang berdasarkan kontrak. Suatu kontrak dalam Analisis Transaksional menyiratkan bahwa seseorang akan berubah. Kontrak haruslah spesifik, ditetapkan secara jelas, dan dinyatakan secara ringkas. Kontrak berisi tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis. Sebagai sesuatu yang dapat diubah-ubah, kontrak dapat dibuat secara bertahap. Konselor akan mendukung dan bekerja sesuai dengan kontrak.

Banyak klien yang memandang konselor sebagai sumber obat yang manjur untuk segala macam penyakit, sehingga mereka mengawali konseling dengan sikap pasif dan dependen. Salah satu kesulitan mereka adalah penghindaran dari kewajiban memikul tanggung jawab, dan mereka berusaha meneruskan gaya hidupnya dengan mengalihkan tanggung jawab kepada konselor. Pendekatan kontraktual Analisis Transaksional berlandaskan pengharapan bahwa para klien berfokus pada tujuan-tujuan mereka dan membuat suatu komitmen. Konselor menekankan pembagian tanggung jawab dan menyajikan suatu titik pemberangkat dan untuk bekerja.

(12)

tetapi, baik konselor maupun klien harus aktif dalam kegiatan konseling tersebut. Ada beberapa implikasi yang menyangkut hubungan konselor dan klien, yaitu:

1. Tidak ada jurang pengertian yang tidak bisa dijembatani di antara konselor dan klien. Konselor dan klien berbagi kata-kata dan konsepkonsep yang sama, dan keduanya memiliki pemahaman yang sama tentang situasi yang dihadapi. 2. Klien memiliki hak-hak yang sama dan penuh dalam konseling. Hal ini

berarti klien tidak bisa dipaksa untuk menyingkapkan hal-hal yang tidak ingin diungkapkannya. Selain itu pasti klien merasa bahwa dia tidak akan diamati atau direkam di luar pengetahuannya atau tanpa persetujuan darinya.

3. Kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan diantara konselor dan klien. Pada diri konselor, seorang klien harus menemukan

1. Berusaha meletakkan tanggung jawab pada klien. Karena pada hakekatnya setiap individu hendaknya bertanggung jawab atas kehidupannya, maka AT juga mengarahkan agar pada diri klien tumbuh rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk mengambil tang ung jawab atas kehidupannya. 2. Menyediakan lingkungan yang menunjang. Untuk mencapai perubahan

klien atau keseimbangan klien, konselor berusaha sebagai penyedia fasilitas yang mendorong terjadinya perubahan klien.

(13)

4. Melakukan Konfrontasi atas keanehan yang tampak. Keanehan atau keadaan ego state klien yang tidak seimbang dapat diperbaiki konselor dengan melakukan konfrontasi.Konselor hendaknya bisa m mbentuk dan merekonstruksi menjadi seimbang.

Jadi, dengan melihat peranan dan sikap konselor di atas memperlihatkan bahwa konselor dalam AT bersifat aktif dan lebih banyak menentukan jalannya konseling.

H. Proses Konseling

Proses Konseling/Terapi Analisis Transaksional ini dilakukan tiap transaksi yang dianalisis. Klien yang nampaknya mengelakkan tanggung jawab diarahkan untuk mau menerima tanggung jawab pada dirinya sehingga klien dapat menyeimbangkan Egogramnya, mendefinisikan kembali skriptnya, serta melakukan instrospeksi terhadap game yang dijalaninya.

Tahapan Proses Konseling Analis Transaksional.

1. Bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak d ngan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.

2. Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang egois tenya dengan diskusi bersama Klien.

3. Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis. Kontrak berbentuk pernyataan kl en – konselor untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk saling bertanggung jawab. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam kontrak, yaitu :

(14)

kedua yaitu, klien memberikan imbalan jas kepada konselor, dan menandatangani serta melaksanakan isi kontrak sesuai dengan waktu atau jadwal yang telah ditetapkan.

c. Kontrak memiliki pengertian sebagai suatu bentuk kompetensi anatara dua pihak, yaitu, konselor yang harus memiliki kecakapan untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya, dan klien harus cukup umur dan matang untuk memasuki suatu kontrak.

d. Tujuan dari kontrak haruslah sesuai dengan kode etik konseling.

4. Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.

I. Teknik-Teknik Konseling

Teknik-teknik konseling analisis transaksional banyak menggunakan teknik-teknik pendekatan gestalt. James jongeward (1971) mengkombinasikan konsep dan proses analisis transaksioanal dengan ekperimentasi Gestalt dan kombinasi ini memberikan hasil yang menjanjikan pada self-awareness dan autonomy (Corey, 1986,p 161, dalam Komalasari G, DKK. 2011).

a. Metode Didaktik (Didaktic Methods)

Prosedur belajar dan mengajar adalah dasar dari pendekatan ini. b. Kursi Kosong (Empty Chair)

(15)

c. Bermain Peran

Bermain peran (Role Play) biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli. Dalam kegiatan ini konseli berlatih dengan anggota kelompok yang bertingkah laku sesuai dengan apa yang akan diuji coba di dunia nyata. Variasi lain dapat dilakukan dengan melebihkan karakteristik ego state tertentu untuk melihat reaksi tingkah laku saat ini terhadap ego state tertentu (Corey, 1986,p 164, dalam Komalasari G, DKK. 2011).

d. Penokohan Keluarga ( Family Modeling)

Family Modeling adalah pendekatan untuk melakukan structural analysis, yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parents, constant adult, constant child. Konseli diminta untuk membayangkan episode yang berisi orang-orang yang penting baginya di masa lalu. Konseli bertindak sebagai sutradara, produser, dan actor. Konseli mendefenisikan situasi dan menggunakan anggota kelompok sebagai pengganti anggota keluarganya. Konseli menempatkan mereka sehingga mengingat situasinya. Berdasarkan hasil drama ini konseli dan konselor mendiskusikan, bertindak, dan mengevaluasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran tentang situasi yang spesifik dan makna personal yang masih dipegang teguh oleh konseli. (Corey, 1986,p 164, dalam Komalasari G, DKK. 2011).

e. Analysis Ritual dan Waktu Luang (Analysis of Rituals and Pastime)

(16)

kemungkinan mengalami kekurangan stroke dan kurang instimasi dalam bertransaksi dengan orang lain.

J. Studi Kasus

Dalam studi kasus ini, kami gunakan huruf miring untuk menyoroti konsep Analisis transaksional dan metode yang telah digambarkan di bagian sebelumnya. Terapisnya bernama Tony Tilney.

KLIEN

Celia datang dan duduk dengan tegak dan kaku seolah-olah berpikir bagaimana duduk yang baik. Ia menoleh kepada saya sambil tersenyum seperti anak yang sedang gugup. Kesan yang langsung saya tangkap adalah seorang anak yang mencoba menjadi dewasa. Ia seorang wanita professional di pertengahan empat puluhan yang sudah senior dalam pekerjaan yang menuntut tanggung jawab yang sangat tinggi. Ia menampilkan dirinya sebagai seorang yang penuh keyakinan diri dan agak angkuh. Dalam dirinya, ia tampak cemas, tidak aman dan punya harga diri rendah. Dengan teman-teman dan mitranya, ia sering berubah-ubah antara pemarah dan berusaha menyenangkan orang lain.

ANALISIS NASKAH

Celia tidak jelas dengan yang diinginkannya dari terapi ini. Saya menjelaskan pentingnya naskah kehidupan, seperangkat keputusan yang dibuat di masa kanak-kanak yang menetukan apa yang kita lakukan bagaimana kita memandang dunia. Kita membuat kontrak dengan analisis naskah untuk empat sesi dan kemudian meninjau kembali hasil yang kita tuju.

(17)

Kami memulai analisis naskah dengan melakukan kuisioner naskah, suatu cara bertanya sistematik untuk menelusuri riwayat klien, terutama terkait pengaruh masa kecil, relasi dengan orangtua dan situasi dan situasi keluarga. Di sini kami juga menemukan petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana klien bereaksi dan keputusan masa kanak-kanak yang telah di buatnya.

Awalnya Celia menggambarkan ibunya sebagai sosok ‘penyeyang’. Ia sering memberitahu Celia betapa ia sangat mencintai Celia. Sebagai imbalan kasih itu, ia menuntut Celia untuk membuat ibunya bahagia, tugas yang mustahil karena ibunya yang sangat depresi dengan menarik diri dan emosi yang meledak-ledak. Sebagai anak sulung, Celia harus menyatukan keluarga, mengerjakan tugas rumah, menenangkan ibunya yang meledak-ledak atau meredakan depresi ibunya ketika mengancam bunuh diri. Ayahnya menarik diri dari keluarga, menghabiskan waktunya dengan bekerja dan minum-minum dengan temannya.

Celia berjuang dengan tugas menjadi ibu kecil dan membuat ibunya tetap hidup, sehingga ia menjadi sangat kompoten. Ketika ia menginjak remaja, ia mulai memberontak melawan peran ini, dan menuntut waktu untuk dirinya. Tak lama, ayahnya meninggalkan keluarga dan ibunya bunuh diri.

(18)

ibunya bunuh diri. Dari keadaan ego Orangtua, ia masih menerima pesan yang memberitahunya bahwa ia belum melakukan hal besar atau belum cukup memberikan dirinya.

Kita sekarang bias menggambar diagram yang disebut ‘matriks naskah’, yang menunjukkan pesan naskah dari orangtuanya dan keputusan yang dibuatnya di masa kanak-kanak yang sekarang sangat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilakunya. Kami mengidentifikasi injungsi yang snagat kuat: Jangan Merasa, Jangan Menjadi Dirimu, Jangan Menjadi Penting dan Jangan Ada dari ayahnya.

Kami juga bias memahami perilaku ibunya dengan menggunakan istilah dari aliran Kateksis AT yang disebut simbiosis. Ibunya mencoba membuat Celia menggunakan keadaan ego Anak Celia dan keadaan ego Orangtua dan Dewasa dihidangkan.

(19)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Corey. Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama

Gantina Komalasari, dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks

http://www.ericberne.com/transactional_analysis_description.html

https://www.google.com/search?q=materi+analisis+transaksional&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=

Rizky Putri Asridha S. Hutagalung. Psikologi Konseling. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Stephen Palmer. 2010. Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Dari hasil yang ada siswa lebih bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang ada, mereka mampu menyelesaikannya secara mandiri, hal ini terbukti dengan hasil

Yang saya rasa aneh adalah pengantin perempuan tidak boleh ikut dalam upacara ini, hanya ayah pengantin laki-laki dan saudara laki-laki dari kedua pengantin. Sesudah selesai,

a) Dengan adanya anggaran kas maka sasaran usaha yang akan dicapai perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu yang akan menjadi jelas, baik dalam kualitas maupun

[r]

Raungkaewmanee S, Tangjitgamol S, Manusirivithaya S, Srijaipracharoen S, Thavaramara T, Platelet to lymphocyte ratio as a prognostic factor for epithelial ovarian cancer,

[r]

Empat artikel penelitian terdiri atas masing-masing satu artikel studi tentang peranan probiotik pada penderita gagal ginjal kronik terminal;satu artikel tentang