• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR SI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR SI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR SIRIP DAN LAJU

ALIRAN TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR PADA ALAT

PENUKAR KALOR PIPA GANDA BERSIRIP ENAM JARUM

DENGAN ALIRAN LAWAN ARAH

Khoirudin

Prodi. Teknik mesin, FT, UTA’45 Jakarta

Kampus UTA 45, Jl. Sunter Permai Raya No. 1, Jakarta Utara , Tlp/ Fax 021 64715666

ABSTRACK

This study presents an experimental investigation of the effect of variation distance

between the fins of six pin, variation inside flow rates, variation outside flow rates against heat transfer coefficient of a counter flow heat exchanger.

This study uses double pipes are used for the inside of the copper pipe size 1/2 inch of hot water is flowing and the outside using a 1-inch aluminum pipe that fed cold water. The sample used in

this study is a six-pin finned pipe with variation distance between the fin 10mm, 15mm, and 20mm. The variation inside flow rates used 0,06 lt/s, 0,08 lt/s, and 0,1 lt/s. Outside flow rates used 0,07 lt/s,

0,1 lt/s, and 0,13 lt/s.

The result showed differences in the value of heat transfer coefficient from the variation of the

distance between the fins of six pin, the inside flow rates, and outside flow rates which the smallest heat transfer coefficient is the pipe without the fins,the inside flow rates of 0,06 lt/s and the outside

flow rates 0,07 lt/s with heat transfer coefficient 890,74 W/m2˚C and the optimal heat transfer coefficient is the pipe with distance between the fins 15mm, the inside flow rates of 0,1 lt/s and the outside flow rates 0,13 lt/s with heat transfer coefficient 1784,84 W/m2˚C.

Keywords: Double pipe heat exchanger, Variation distance between the fins, Pin finned tube, Counter flow.

PENDAHULUAN

Alat penukar kalor merupakan salah satu alat yang cukup banyak diaplikasikan baik dalam dunia industri maupun lingkungan sekitar.Banyak peralatan industri yang menggunakan alat penukar kalor menjadikan laju perpindahan kalor dalam suatu alat penukar kalor menjadi pertimbangan penting

karena berhubungan langsung dengan ukuran dan biaya operasional.

Beberapa metode telah digunakan untuk meningkatkan laju perpindahan kalor seperti

(2)

laju aliran pipa luar sebesar 0,13 lt/s, 0,1 lt/s, 0,07 lt/s (TB)(Hastuti,2010), penambahan sirip jarum dengan variasi jumlah 2, 4, dan 6, menggunakan variasi laju aliran pipa dalam 0,06 lt/s, 0,08 lt/s, 0,1 lt/s dan laju aliran pipa luar sebesar 0,13 lt/s, 0,1 lt/s, 0,07 lt/s (SJ)(Widowati,2010).

DW memiliki kelebihan koefisien perpindahan kalor total terbesar adalah variasi jumlah sirip 6 dengan jarak antar sirip 10 cm (6/10) menggunakan pipa tembaga dengan nilai koefisien perpindahan sebesar 1186.567 (W/m2C) sedangkan koefisien perpindahan kalor terkecil pada variasi jumlah sirip 4 dengan jarak antar sirip 20 cm (4/20) menggunakan pipa stainless steel sebesar 468.019 (W/m2C),TB memiliki kelebihan koefisien perpindahan kalor optimal adalah pada bentuk sirip tanpa lengkung, laju aliran dalam 0,08 lt/s dan laju aliran luar 0,13 lt/s yaitu sebesar 0,04867,sedangkan perpindahan kalor terkecil pada interaksi bentuk sirip dua lengkung, laju aliran dalam 0,06 lt/s dan laju aliran luar 0,07 lt/s yaitu sebesar 0,03357. SJ memiliki kelebihan koefisien perpindahan kalor tinggi adalah pada sirip 6 jarum,sedangkan koefisien perpindahan kalor yang rendah pada sirip 2 jarum untuk semua variasi laju aliran.

Dari Metode DW dapat disimpulkan variasi jarak sirip penukar kalor berpengaruh terhadap koefisien perpindahan kalor dan bahan tembaga mempunyai konduktifitas termal lebih baik dibanding alumunium dan stainless steel.Dari metode TB dapat disimpulkan sirip tanpa lengkung memiliki koefisien perpindahan kalor lebih baik daripada sirip 2 lengkung.Dari metode SJ dapat disimpulkan sirip 6 jarum mempunyai koefisien perpindahan kalor paling tinggi dibanding sirip 2 jarum dan 4 jarum.

Dari data diatas maka penulis akan mencoba menggunakan metode gabungan yaitu menggunakan pipa tembaga sebagai pipa dalam dengan 6 sirip jarum tanpa lengkung dengan variasi jarak 10 mm,15 mm,dan 20 mm menggunakan variasi laju aliran pipa dalam 0,06 lt/s, 0,08 lt/s, 0,1 lt/s dan laju aliran pipa luar sebesar 0,13 lt/s, 0,1 lt/s, 0,07 lt/s.Dengan metode ini diharapkan dapat menghasilkan alat penukar kalor yang memiliki koefisien perpindahan kalor menyeluruh tinggi.

LANDASAN TEORI

Penukar kalor (heat exchanger) adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida lainnya. Penukar kalor mempunyai banyak jenis. Berdasarkan fluidanya penukar kalor dibedakan menjadi tiga macam, yaitu aliran sejajar (paralel flow), aliran lawan arah (counter flow), dan aliran silang (crossflow). Pada penelitian ini yang digunakan adalah penukar kalor lawan

arah (counter flow)

Dalam usaha untuk mendapatkan laju perpindahan panas yang lebih besar dan meningkatkan nilai efektifitas penukar kalor, salah satu metode yang digunakan adalah dengan cara menambah luas penampang yang memungkinkan terjadinya perpindahan panas lebih besar, sesuai dengan persamaan umum penukar kalor di bawah ini :

(3)

Dengan ΔT yang konstan, maka laju perpindahan kalor (Q) akan meningkat bila luasan perpindahan kalor (A) ditambah.

Koefisien perpindahan panas total untuk silinder berlubang yang terkena lingkungan konveksi di permukaan bagian dalam dan luarnya, analogi tahanan listriknya sama dengan:

=

( ) (2)

Besaran A1 merupakan luas penampang dalam dari pipa dan A0 adalah luas penampang luar dari

pipa. Koefisien perpindahan panas total dapat dinyatakan dengan persamaan:

= (3)

Koefisien perpindahan kalor pada masing-masing proses perpindahan kalor dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Koefisien perpindahan kalor konveksi pipa bagian dalam (hi)

(4) Dh = Diameter hidrolis (m)

(5)

2. Koefisien perpindahan kalor konveksi pada bagian luar (ho)

(6)

Dh = Diameter hidrolis (m)

= 4 ( )

( ) (7)

(4)

∆ = ( ) ( )

[( ) ( )] (10)

Untuk menunjukkan efektivitas sirip dalam memindahkan sejumlah kalor tertentu, dirumuskan suatu parameter baru yang disebut efisiensi sirip (finefficiency)

= 1− (1− ) (11)

Bila ada fluida mengalir sepanjang suatu permukaan, baik laminer atau turbulen, maka gerakan partikel di dekat permukaan akan diperlambat oleh gaya viskos. Pengaruh gaya viskos ini akan mempengaruhi fluida secara umum. Untuk mengetahui pengaruh gaya viskos ini, digunakan suatu besaran tanpa dimensi yang disebut bilangan Reynolds (Reynolds Number). Bilangan Reynolds merupakan perbandingan antara gaya-gaya kelembaman terhadap gaya-gaya viskos.

= . . (12)

Bilangan Prandtl merupakan bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan antara viskositas kinematik fluida dengan difusivitas termalnya dan dinyatakan sebagai:

= (13)

Bilangan Nusselt untuk aliran dalam tabung didapatkan dengan persamaan sebagai berikut :

= (14)

METODE PENELITIAN

Bahan penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah air sebagai fluida cair. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pipa Tembaga

a. Pipa lurus tanpa sirip dengan diameter 12,7 mm dan panjang 750mm.

b. Pipa lurus dengan sirip enam jarum yang memiliki variasi jarak antar sirip 10 mm, 15 mm, 20 mm.

2. Heater, sebagai pemanas air

3. Pompa, digunakan untuk mengalirkan air

4. Tangki, digunakan untuk tempat penyimpanan air yang dipanaskan dan air yang dingin. 5. Kran, digunakan untuk membuka dan menutup aliran air.

6. Flowmeter, digunakan untuk mengukur laju aliran air.

7. Termometer, digunakan untuk mengukur temperatur air masuk, temperatur air keluar.

(5)

Gambar 1. Desain Eksperimen Alat Penukar Kalor

Gambar 2. Pipa Tembaga Dengan Sirip Enam Jarum

(6)

JALANNYA PENELITIAN

Peralatan yang diperlukan selama proses pengujian dipersiapkan dan disusun seperti terlihat pada gambar 1.

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: 1. Memasang pipa polos kedalam pipa alumunium.

2. Sebelum pengujian, terlebih dahulu menghidupkan alat pemanas air.

3. Air dipanaskan hingga mencapai suhu 60 C dan suhu dijaga agar tetap konstan dengan termocontrol.

4. Mengalirkan air panas ke pipa tembaga dengan laju aliran 0,1 lt/s dengan menghidupkan pompa. 5. Mengalirkan air dingin ke pipa alumunium dengan laju aliran 0,13 lt/s.

6. Setelah mencapai kondisi tunak, maka dilakukan pengambilan data-data yang diperlukan, yaitu temperatur air panas masuk, temperatur air panas keluar, temperatur air dingin masuk, dan temperatur air dingin keluar.

7. Mengulangi langkah pengujian nomor 4 untuk laju aliran air dingin 0,1 lt/s dan 0,07 lt/s dengan laju aliran air panas tetap 0,1 lt/s.

8. Mengulangi langkah pengujian nomor 3 s/d 5 diulangi untuk laju aliran air panas 0,08 lt/s dan 0,06 lt/s.

9. Mengulangi langkah pengujian nomor 1 s/d 7 untuk pipa bersirip enam jarum dengan jarak antar sirip 10mm, 15mm, dan 20mm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini dapat dilihat adanya pengaruh variasi jarak antar sirip, laju aliran dalam dan laju aliran luar terhadap koefisien perpindahan kalor:

(7)

Gambar 5. Pengaruh Variasi Jarak antar Sirip pada Laju Aliran Dalam 0,08 lt/s terhadap koefisien perpindahan panas.

Gambar 6. Pengaruh Variasi Jarak antar Sirip, Laju Aliran Dalam 0,1 lt/s terhadap koefisien perpindahan panas.

Gambar 4, 5, dan 6 dapat diamati bahwa dengan adanya penambahan sirip jarum dapat meningkatkan koefisien perpindahan kalor. Penambahan sirip jarum dimaksudkan untuk memperluas penampang perpindahan kalor, akan tetapi kerapatan jarak antar sirip justru mengurangi koefisien perpindahan kalor. Holman J.P (1995:44), mengemukakan bahwa “Efisiensi sirip mencapai nilai maksimumnya untuk kasus trivial dimana L=0, yaitu jika tidak ada sirip sama sekali”. Sirip jarum dengan jarak antar sirip 10mm memiliki penampang yang paling luas, akan tetapi memiliki koefisien perpindahan kalor lebih rendah jika dibandingkan sirip 15mm.

(8)

Tabel 1. Rerata Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Kalor

Faktor B Laju aliran dalam

Aliran Dalam 0,06 lt/s Aliran Dalam 0,08 lt/s Aliran Dalam 0,1 lt/s

Faktor C Laju Aliran Luar (lt/s) Faktor C Laju Aliran Luar (lt/s) Faktor C Laju aliran Luar (lt/s)

0.07 0.1 0.13 0.07 0.1 0.13 0.07 0.1 0.13

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan diuraikan pada bab IV didapat bahwa dengan mengacu pada perumusan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Penambahan sirip pada alat penukar kalor pipa ganda berpengaruh terhadap koefisien perpindahan kalor.

b. Laju aliran dalam berbanding lurus terhadap koefisien perpindahan kalor. c. Laju aliran luar berbanding lurus terhadap koefisien perpindahan kalor

d. Pengaruh bersama (interaksi) antara variasi jarak antar sirip, laju aliran dalam dan laju aliran luar yang menghasilkan koefisien perpindahan kalor paling tinggi terjadi pada interaksi jarak antar sirip 15 mm, laju aliran dalam 0,1 lt/s dan laju aliran luar 0,13 lt/s yaitu sebesar 1784,84 W/m2˚C.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan koefisien perpindahan kalor dapat dilakukan dengan memperhatikan jumlah sirip, kerapatan jarak antar sirip, laju aliran fluida.

b. Untuk penelitian selanjutnya yang sejenis sangat baik apabila dianalisis faktor-faktor atau variabel-variabel lain seperti pressure drop pada alat penukar kalor pipa ganda.

UCAPAN TERIMAKASIH

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Awwaludin, Muhammad. (2007). Analisis Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger Pipa Ganda dengan Sirip Berbentuk Delta Wing. Skripsi, Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Fakultas Teknik.

Cengel, Yunus A. (2007). Heat Transfer A Practical Approach (2 ed). New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Hastuti, Martina. E. T. (2010). Analisis Perpindahan Kalor Pada Alat Penukar Kalor Pipa Ganda Dengan Sirip Tegak Beralur. Skripsi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Holman, J. P. (1995). Perpindahan Kalor (6 ed). Alih Bahasa E. Jasjfi. Jakarta: Erlangga. Kern, Donald Q. (1965). Process Heat Transfer. Singapore: McGraw-Hill Co.

Kreith, Frank. (1986). Prinsip-prinsip Perpindahan Panas.(3 ed).Alih Bahasa Arko Prijono.

Jakarta: Erlangga.

Nabati, Hamid. (2008). Optimal Pin Fin Heat Exchanger Surface. Thesis. Vasteras: Malardalen University Sweden. Development of Society and Technology

Wicaksono,A.J(2013) Analisis Perpindahan Kalor Pada Alat Penukar Kalor Pipa Ganda Bersirip Enam Jarum. Skripsi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan.

Widowati, I.R. (2010). Analisis Perpindahan Kalor Pada Alat Penukar Kalor Pipa Ganda Dengan Sirip Berbentuk Jarum (Pin Fins). Skripsi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Gambar

Gambar 4. Pengaruh Variasi Jarak antar Sirip pada Laju Aliran Dalam 0,06 lt/s terhadap koefisien perpindahan panas
Gambar 5. Pengaruh Variasi Jarak antar Sirip pada Laju Aliran Dalam 0,08 lt/s terhadap koefisien
Tabel 1. Rerata Hasil Perhitungan Koefisien Perpindahan Kalor

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan bimbingan praktis kepada pihak manajemen bagaimana menggunakan dan memanfaatkan sistem implementasi pembelian dan penjulaan komputer ini sehingga dapat

Pemberian diet dengan penambahan ikan teri (Engraulis encrasicolus) dapat dilakukan studi lanjutan pada hewan uji dengan model gangguan kognitif seperti model gangguan

"O ka moolelo no ka aina kekahi ike i makemake ia; malaila no e akaka ai ke ola ame ka noho ana o na kanaka ame ka lakou mau hana, ua like ka moolelo me ke aniani la e hoike

Adalah produk Asuransi Tambahan untuk Asuransi Jiwa Unit Link berbasis Syariah yang utamanya menyediakan santunan harian atas perawatan yang dilalui Peserta untuk

Dalam kerangka dasar juga dijelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, yakni: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

Berdasarkan hal tersebut maka untuk menciptakan nilai tambah dari produksi minyak sawit perusahaan perkebunan, sudah saatnya membangun industri hilir minyak sawit yang

Identifikasi masalah yang diambil dalam penulisan skripsi ini mengenai perancangan aplikasi client-sever untuk pengiriman data antara dua komputer ( Client- Server )

Koneksi jaringan antara kantor pusat dengan kantor cabang, PDAM Tirta Musi Palembang mengunakan koneksi wireless yang terpasang disetiap kantor cabang, serta kantor pusat