Malaria pada Anak di Bawah Umur Lima Tahun
Ira Indriaty Paskalita Bule Sopi*, Yona Patanduk
Loka Litbang P2B2 Waikabubak, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Jln. Basuki Rahmat Km. 5 Puuweri, Waikabubak, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
INFO ARTIKEL
Kata Kunci: malaria, anak-anak,
di bawah lima tahun, Indonesia
Article History: Received: 30 Oct. 2015 Revised: 8 Dec. 2015 Accepted: 11 Dec. 2015
*Alamat Korespondensi : email : irasopi@yahoo.com
Malaria in Children under Five Years Old
Keywords: malaria, children,
under five years old, Indonesia
One of the WHO priority in malaria eradication program is to decrease malaria case in children under five years old. It was reported that from 2000 to 2012 there were 45% death because of malaria where 51% death were occurred in children under five years old. WHO aims to decrease death caused by malaria in children under five years old by 63%. The objective of this article was to give description about malaria in children under five years old. Literatures review from various journals was conducted. Malaria in children under five years old can cause severe malaria because the lack of immunity against malaria that can lead to dead. Health education regarding the effect of malaria for children is needed. The health education can be in form of games and parental guidance.
A B S T R A C T / A B S T R A K
Penurunan kejadian malaria pada anak di bawah usia lima tahun masih menjadi salah satu proiritas WHO dalam pemberatasan malaria. Pada tahun 2000 sampai 2012 dilaporkan dari 45% kematian akibat malaria, 51% pada anak berumur di bawah lima tahun. Pada tahun 2015 WHO menargetkan penurunan angka kematian pada anak di bawah lima tahun akibat malaria sebesar 63%. Kejadian malaria pada anak menjadi indikator penyebaran malaria yang bersifat lokal. Tujuan penulisan untuk memberikan gambaran mengenai malaria pada anak di bawah umur lima tahun. Metode kajian melalui studi literatur dari berbagai jurnal dalam dan luar negeri berdasarkan studi kepustakaan. Malaria pada anak di bawah umur lima tahun dapat menyebabkan malaria berat karena kurangnya imunitas dan belum terbentuknya kekebalan terhadap malaria dalam tubuhnya serta dapat menyebabkan kematian. Perlu adanya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat akan dampak malaria pada anak di bawah umur lima tahun melalui metode bermain dan disertai pendampingan oleh orang tua.
© 2015 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved
PENDAHULUAN
Malaria adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium, ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina dan tidak
dapat bertransmisi secara langsung dari satu
1,2
orang ke orang lain. Malaria hampir terdapat di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan sub tropis. Lebih dari setengah penduduk masih hidup di daerah endemis malaria s e h i n g g a b e r i s i ko t e r t u l a r m a l a r i a . Berdasarkan laporan, malaria endemis maupun sporadis di daerah Jawa-Bali dengan
angka kesakitan dan kematian masih tinggi dibandingkan daerah luar Jawa dan Bali
3
prevalensi malaria di atas angka nasional, yang sebagian besar berada di Indonesia Timur. Provinsi di Jawa-Bali merupakan daerah dengan prevalensi malaria lebih
4
rendah dibanding provinsi lain.
Malaria dapat mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga merupakan salah satu
5
masalah kesehatan masyarakat yang utama. Malaria dapat pula menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu
6
bayi, anak balita, dan ibu hamil. Malaria sebagian besar terjadi pada daerah endemis seperti di Afrika dan Asia. Berdasarkan data
Word Health Organization (WHO) pada tahun 2010, secara global estimisasi kematian yang diakibatkan oleh malaria sebesar 655.000 kasus di seluruh dunia dan bahkan kematian terbesar 91% terjadi pada anak di bawah umur lima tahun, yang sebagian besar
7
kematian terjadi pada anak-anak Afrika. Setiap orang mempunyai risiko untuk terkena malaria, wanita hamil dan anak di bawah umur lima tahun merupakan kelompok
8
yang rawan. Penduduk yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular malaria adalah
9
pada kelompok umur 1-5 tahun. Kematian anak di bawah umur lima tahun akibat malaria di ASEAN sebesar 1% pada tahun 2010 dan
10
menempati urutan kedua setelah Afrika. Berdasarkan WHO (2013), antara tahun 2000 dan 2012 angka kematian akibat malaria sebesar 45% pada semua kelompok umur dan
11
51% pada anak dibawah lima tahun. Sekitar tiga juta (90%) kematian akibat malaria di tahun 2001 hingga tahun 2012 berasal dari anak-anak di bawah lima tahun. Pada tahun 2015 ditargetkan penurunan angka kematian akibat malaria pada anak dibawah lima tahun sebesar 63%.
Indonesia menduduki urutan ketiga terburuk di ASEAN setelah Timor Leste dan Kamboja dengan kasus malaria pada tahun 2010 sebesar 229.819 kasus dan persentase kematian anak balita akibat malaria cenderung meningkat dari 1% pada tahun
10
2000 menjadi 2% pada tahun 2010. Malaria menjadi sasaran prioritas komitmen global
dalam Millenium Development Goals (MDGs)
yang dideklarasikan oleh 189 negara anggota
PBB pada tahun 2000. World Health Assembly
(WHA) pada tahun 2005 menargetkan penurunan angka kesakitan dan kematian malaria sebanyak lebih dari 50% pada tahun 2010 dan lebih dari 75% pada tahun 2015.
Berbagai upaya pengendalian malaria dilakukan dalam rangka eliminasi malaria di
12
Indonesia. Eliminasi malaria di Indonesia dimulai sejak tahun 2004 dengan intervensi kelambu berinsektisida untuk penduduk berisiko, pengobatan yang tepat untuk subjek
terinfeksi malaria dengan Artemisinin-based
Combination Therapy (ACT), penyemprotan rumah dengan insektisida dan pengobatan
4
pencegahan pada ibu hamil. Walaupun telah dilakukan upaya tersebut, penularan malaria masih terus terjadi dari tahun ke tahun. Angka kesakitan penyakit ini relatif cukup tinggi sekitar 70 juta atau 35 permil tinggal di daerah berisiko tertular malaria terutama di kawasan
13,14
timur Indonesia.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan sejak tahun 2008-2012 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/1.000.000 kelahiran hidup. Adanya infeksi penyakit menular dapat mempengaruhi AKB yang salah satunya
adalah infeksi oleh Plasmodium penyebab
15
malaria.
Angka kejadian malaria juga dipengaruhi oleh pemahaman dan informasi mengenai m a l a r i a s e r t a b a g a i m a n a u s a h a pencegahannya. Anak-anak adalah golongan yang rentan dengan malaria. Pada Riskesdas 2007 diperoleh proporsi penyebab kematian karena malaria pada anak umur kurang dari
13
lima tahun (29 hari–4 tahun) sebanyak 2,9%. Adanya angka kasus baru malaria pada kelompok umur <1 tahun merupakan indikator terjadinya penularan malaria di dalam rumah atau di sekitar rumah. Riskesdas Tahun 2013 prevalensi malaria di Indonesia sebesar 6,0%. Terdapat kasus kematian akibat malaria pada anak, yaitu pada pengobatan efektif penderita malaria positif satu bulan terakhir menurut karakteristik umur diperoleh pada umur <1 tahun (4,20%), usia
4
1-4 tahun (23,90%).
2015 meliputi 1 per 1.000 penduduk dari
baseline tahun 1990 sebesar 4,7 per 1.000 penduduk. Indikator lain adalah target MDGs yaitu angka kematian malaria dan proporsi balita yang tidur menggunakan kelambu berinsektisida dan proporsi balita yang
16
diobati. Anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.
Malaria pada anak khususnya di bawah umur lima tahun menimbulkan berbagai dampak terhadap kesehatan anak yang akan mempengaruhi pula terhadap pertumbuhan
17
dan perkembangan anak. Apabila tidak terdeteksi dini dan terlambat ditangani akan berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan
1 8
a n a k . K a j i a n i n i b e r t u j u a n u n t u k memberikan gambaran mengenai malaria pada anak dibawah umur lima tahun.
BAHAN DAN METODE
Penulisan review ini dilakukan dengan penelusuran dan pengumpulan data dari berbagai jurnal dalam dan luar negeri
berdasarkan studi kepustakaan dan browsing
internet. Bahan atau artikel yang dicari melalui studi kepustakaan berupa artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel popular yang ditulis dalam majalah atau jurnal ilmiah atau ilmiah populer, laporan hasil penelitian dan survei terkait malaria khususnya malaria pada anak.
Bahan yang diperoleh melalui browsing
internet diupayakan untuk memperoleh naskah lengkapnya. Bahan yang diperoleh tersebut dilakukan kajian melalui metode review artikel yang bertujuan untuk menggambarkan kejadian malaria pada anak dibawah umur lima tahun.
HASIL
Malaria pada anak di bawah umur lima tahun dengan gejala malaria yang khas pada anak ditunjukkan oleh sikap yang tidak normal, yang dapat menjadi pertanda telah terjadinya kerusakan cukup parah pada jaringan sehingga dapat berlanjut menjadi anemia akut selama perkembangan usia anak tersebut. Gejala awal malaria pada anak yaitu gula dalam darah sangat rendah, demam
disertai kejang-kejang menyebabkan tubuh melengkung ke belakang, batuk, koma, lubang hidung membesar, pendarahan, pernapasan dangkal dan cepat. Malaria berat disebabkan
oleh Plasmodium falciparum.
Pada penelitian di Afrika menunjukkan bahwa 7–10% bayi baru lahir membawa
20
parasit malaria dalam peredaran darahnya. Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi Loka Litbang P2B2 Waikabubak menemukan bahwa hasil pemeriksaan parasit malaria terdapat P. falciparum stadium ring dan gamet pada penderita di bawah umur lima
21
tahun. Pada penelitian yang dilakukan di Badan Rumah Sakit Daerah (BRSD) Luwuk, Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011 sampai 2013 menemukan bahwa paling banyak penderita malaria yang dirawat pada golongan umur di bawah lima tahun
2 2
s e b e s a r 3 4 , 7 % . P e n e l i t i a n l a i n nya menemukan pula sebanyak 67% anak di bawah umur lima tahun menderita malaria
vivax dan sebanyak 33% menderita malaria
23 falciparum.
P e n e l i t i a n H a k i m d i K a b u p a t e n
Pangandaran menemukan Parasite Rate (PR)
paling tinggi pada kelompok umur dibawah
24
lima tahun dengan PR sebesar 100,00%. Berdasarkan hasil penelitian Sari dkk di P rov i n s i B e n gku l u m e n e m u ka n p u l a penderita malaria lebih banyak pada
anak-25
anak sebesar 20,75%. Begitu pula pada penelitian Darnindr dkk, diperoleh sebanyak 50% pasien dengan malaria falciparum yang dirawat paling banyak pada usia dibawah lima tahun, dengan komplikasi dominan anemia
26
berat sebesar 44,8%.
Pa d a R i s k e s d a s 2 0 1 3 d a n 2 0 1 0 ditemukan bahwa cakupan pengobatan ACT pada balita di Indonesia paling tinggi terjadi pada tahun 2013 sebanyak 31% dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 16,5%. Sedangkan cakupan pemakaian kelambu berinsektisida paling tinggi tahun 2013 pada u m u r 1 – 4 t a h u n s e b a n y a k 3 2 . 6 % ,
4,13
dibandingkan tahun 2010 sebanyak 23,9%.
PEMBAHASAN
Sumber infeksi bagi manusia adalah manusia lain yang menderita malaria dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Menurut
Susana dkk. dan Sembel, penularan malaria dapat ditularkan secara alami melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Insiden dan
prevalensi malaria pada anak di bawah umur lima tahun paling tinggi pada anak umur 1–4 tahun kemungkinan disebabkan oleh karena pada anak-anak dan ibu hamil di daerah endemis malaria mempunyai risiko tinggi menderita malaria berat bila dibandingkan dengan dewasa muda karena kurangnya
29
imunitas.
Pada daerah endemis anak-anak yang terkena malaria belum terbentuk kekebalan terhadap malaria dalam tubuhnya apabila dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga tingkat keparahan malaria akan lebih berat. Sebaiknya di daerah dengan endemisitas rendah, orang dewasa tidak memiliki imunitas adaptif sehingga mereka akan memiliki kepekaan dan keparahan sama seperti anak-anak serta pendatang dari daerah non
30
endemis malaria.
Malaria pada anak umur kurang dari satu tahun dapat terjadi dengan cara transfusi darah, atau secara kongenital antara ibu dan janin melalui tali pusat pada bayi karena ibunya menderita malaria. Menurut Halim, anak-anak yang berusia dibawah lima tahun mempunyai risiko mendapatkan malaria berat, hal ini disebabkan oleh karena imunitas yang dimiliki relatif rendah serta terjadi penurunan imunitas yang diperoleh secara
31
pasif.
Kajian ini sesuai dengan hasil Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa malaria tertinggi pada anak golongan umur di bawah
13
lima tahun. Sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan malaria berat umumnya diderita anak-anak umur 1-4 tahun atau lima tahun. Hal ini mungkin disebabkan respon imun terhadap malaria pada anak terbentuk lebih
22
lama.
Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat malaria pada anak khususnya di bawah umur lima tahun, yaitu menurunkan status nutrisi anak. Status nutrisi anak tergantung pada status nutrisi anak sebelum sakit, terjadinya infeksi, lamanya infeksi dan asupan makanan selama masa penyembuhan. Penelitian di Nigeria menemukan bahwa
adanya pengaruh malaria falciparum akut
27,28
terhadap perubahan berat badan anak dan m e m p e n g a r u h i p e r t u m b u h a n a n a k . Penelitian yang dilakukan di Linggasari, Banjarnegara menemukan pula terjadinya penurunan berat badan anak balita pada saat
32
insiden malaria tinggi. Penelitian lainnya di Kabupaten Sikka menemukan adanya
hubungan antara malaria falciparum pada
33
anak dengan status gizi kurang. Menurut UNICEF, bahwa seorang anak akan berisiko
34
meninggal bila mengalami gizi buruk. Malaria pada anak di bawah umur lima tahun dapat menimbulkan anemia. Pada hasil menunjukkan bahwa komplikasi dominan yang diderita oleh anak di bawah umur lima tahun yaitu anemia. Anemia merupakan salah satu komplikasi yang terjadi terutama pada penderita dengan infeksi malaria berat di wilayah endemis malaria dan penyebab utama dari angka kesakitan dan kematian pada anak di bawah umur lima tahun. Anemia adalah salah satu dampak dari infeksi berulang malaria yang selain menimbulkan malnutrisi, pembesaran limpa dan juga tubuh lesu (debilitasi). Hal ini terjadi sebagai akibat kadar haemoglobin yang rendah dari kisaran normal. Anemia merupakan manifestasi umum dari seluruh jenis malaria pada
anak-17
anak. Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang
33
tidak terinfeksi. Menurut Ernawati, anemia berat terutama disebabkan eritrolisis akibat
35
parasitemia.
Usia anak merupakan prediktor yang signifikan untuk densitas kekambuhan parasitemia. Berdasarkan dari beberapa studi yang pernah dilakukan, diperoleh bahwa hampir sebagian besar malaria pada anak di bawah umur lima tahun adalah malaria
falciparum. Menurut Djauhari, malaria yang berbahaya pada anak di bawah umur lima
tahun adalah yang disebabkan oleh P.
falciparum karena dapat menginfeksi semua jenis sel darah merah sehingga anemia ini
36
dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Sejalan dengan hasil Riskesdas tahun 2010, spesies parasit malaria yang ditemukan
adalah P. falciparum (86,4%) sedangkan
malaria pada penduduk >1 tahun dengan
infeksi P. falciparum ditemukan paling banyak
dibandingkan dengan spesies lainnya.
Berdasarkan pemeriksaan Rapid Diagnostic
Test (RDT) sebesar angka kesakitannya adalah
4,13
1,3%.
Malaria berat adalah malaria yang
disebabkan oleh P. falciparum stadium
aseksual dan komplikasi berat yang dialami adalah malnutrisi dan anemia. Anak di bawah umur lima tahun yang telah sembuh dari malaria, bisa mengalami kerusakan otak dan
3 7
anemia. Eritrosit yang terinfeksi P.
f a l c i p a r u m a k a n m e n g a l a m i p r o s e s sekuestrasi yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat
dalam tubuh. Berbeda halnya dengan P. vivax
dan P. ovale yang hanya menginfeksi sel darah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh
jumlah sel darah merah. Plasmodium malariae
menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah sehingga dalam keadaan kronis, anemia disebabkan oleh P. vivax, ovale dan
38 malariae.
Kejadian malaria pada anak dibawah umur lima tahun dapat dipengaruhi oleh riwayat kehamilan ibu atau yang dikenal dengan malaria congenital. Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di Afrika. Pada daerah endemis malaria ibu
hamil diharapkan memperoleh Intermittent
preventive treatment for pregnancy (IPTp)
pada pelayanan Ante Natal Care (ANC).
Penggunaan kelambu berinsektisida pada anak di bawah umur lima tahun pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, walaupun cakupan penggunaan kelambu berinsektisida belum mencapai 100% namun pencegahan malaria melalui cara tersebut dapat menurunkan prevalensi malaria pada anak di bawah umur
4
lima tahun. Indonesia sebagai salah satu negara endemis malaria hingga tahun 2012 tercatat hanya 40% dari populasi yang berisiko tinggi malaria menggunakan
11
kelambu. Thandar dkk menyatakan selain
faktor imunitas malaria pada anak juga erat kaitannya dengan pendidikan ibu, tingkat ekonomi keluarga, lingkungan tempat tinggal, perilaku pencegahan malaria dan perilaku
3 7
dalam mencari pengobatan. Faktor
lingkungan yang menjadi faktor risiko penularan malaria adalah adanya genangan a i r y a n g d a p a t m e n j a d i h a b i t a t
perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp,
adanya semak rimbun di sekitar tempat tingal penduduk dan dekat dengan habitat
perkembangbiakan Anopheles spp, ventilasi
rumah tidak ditutup kain kasa, tidak memiliki langit-langit rumah, dan dinding rumah tidak
24
rapat.
Upaya pencegahan malaria dapat mengurangi kematian anak di bawah umur lima tahun antara lain penyemprotan residual di dalam ruangan (IRS) dan penggunaan
38
kelambu berinsektisida (ITN). Menurut Kementerian Kesehatan RI, intervensi pencegahan malaria yang dilakukan dengan menganjurkan anak di bawah lima tahun tidur menggunakan kelambu berinsektisida serta menyediakan obat malaria yang sesuai
39
dengan umur balita. Selain itu perlu juga
upaya pengenalan terhadap gejala klinis khas oleh petugas kesehatan terutama di daerah endemis malaria yang merupakan salah satu cara dalam penanganan malaria secara cepat, tepat dan rasional, yang berguna dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas
18
malaria. Menurut Sawir, pengobatan dan pencegahan kejadian penyakit menular harus
dilaksanakan dengan baik. Plasmodium yang
terdapat dalam darah manusia dapat melalui pengobatan dan secara bersamaan populasi nyamuk sebagai vektor penular harus
40
dikendalikan.
KESIMPULAN
Malaria pada anak di bawah umur lima tahun dapat menyebabkan malaria berat karena kurangnya imunitas dan belum terbentuknya kekebalan terhadap malaria dalam tubuhnya dan dapat menyebabkan kematian. Malaria yang berbahaya adalah
yang disebabkan oleh P. falciparum dengan
kebiasaan anak bermain di luar rumah, kebiasaan tidak menggunakan kelambu atau
repellent pada saat tidur, ventilasi rumah tidak tertutup kain kasa, tidak memiliki langit-langit rumah dan dinding rumah tidak rapat. Pencegahan yang dilakukan meliputi penggunaan kelambu berisektisida (ITN), menggunakan repellent atau obat nyamuk bakar pada saat tidur, memasang kawat kasa, dan memakai penutup tubuh lengkap pada saat beraktifitas di luar rumah.
SARAN
Upaya pencegahan malaria perlu disosialisasikan kepada masyarakat secara optimal terutama pada keluarga melalui peran tenaga kesehatan maupun tokoh m a s ya ra k a t . Pe m b e r i a n p e ny u l u h a n kesehatan tentang dampak malaria pada anak di bawah umur lima tahun dianjurkan melalui metode bermain dan disertai pendampingan orang tua.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. W H O . M a l a r i a . 2 0 1 2 . http://www.wpro.who.int/health_tropics/m alaria/overview.html. Accessed January 13, 2015.
2. Sinaga RS., Affandi B. Efektivitas insecticide treated nets (ITNS) dan Intermitten preventive treatment (IPT) pada pencegahan malaria dalam kehamilan. Maj Obstet Ginekol Indones. 2009;33(1):28-34.
3. WHO. Global Report on Anti Malarial Efficacy Ad Drug Resistence 2000-2010: Public Health Promotive and Preventive. Geneva: WHO; 2011.
4. Balitbangkes RI. Laporan Nasional Riskesdas 2013. Jakarta; 2013.
5. Nurdin E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Tambang Emas Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. 2011.
6. Kementerian Kesehatan RI. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Bul Jendela Data dan Inf Kesehat. 2011.
7. United For Children. World Malaria World Malaria Day. Invest in the Future?: Defeat Malaria. New York; 2013.
8. Anonim. Lima Penyakit Berbahaya Akibat Gigitan Nyamuk. 2012. www.hokkyabadi.com. Accessed November 5, 2014
9. Hakim L, Sugianto. Prevalensi Malaria Asymtomatic Pada Kelompok Penduduk Paling Bersiko Tertular di Kecamatan Kalipucang Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Aspirator. 2009;1(1):4-10.
10. WHO. World Health Statistic 2012. France; 2012.
11. WHO. Malaria Report. Geneva; 2013.
12. Kementerian Kesehatan RI. Eliminasi Malaria Di Indonesia. Jakarta; 2009.
13. Balitbangkes RI. Laporan Nasional Riskesdas 2010. Jakarta; 2010.
14. Cahyo. Daun Kapur Obat Alami Malaria. 2013. http://artikel.co/627/daun-kapur-obat-alami-malaria.html. Accessed February 11, 2014.
15. Willa R., Majematang M. Determinan Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara T i m u r. B u l P e n e l i t S i s t K e s e h a t. 2014;17(3):249-256.
16. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta; 2011.
17. Sitorus H, Reni O, Lasbudi P, Ambarita. Malaria Pada Anak di Desa Pagar Desa (Pemukiman Suku Anak Dalam) di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Media Litbang Kesehat. 2011;21(1):10-17.
18. Lambok S. Malaria Pada Anak Usia Sekolah di Kabupaten Nias Selatan. CDK 188. 2011;38(7). 19. A n o n i m . G e j a l a M a l a r i a . 2 0 1 3 .
http://www.nurfalah.com/2013/06/gejala-malaria.html. Accessed January 13, 2015. 20. D'Alessandro U, Ubben D, Hamed K, Ceesay S,
Okebe J, Taal M. Malaria in infants aged less than six months - is it an area of unmet medical n e e d ? J M a l a r . 2 0 1 2 . http://www.pubmedcentral.nih.gov/articler ender.fcgi?artid=3529680&tool=pmcentrez& rendertype=abstract. Accessed November 7, 2013.
21. Willa R. Situasi Malaria di Kecamatan Wanakaka Kabupaten Sumba Barat. J Penyakit Bersumber Binatang. 2013;1(34-44).
2014;2(1):1-7.
23. Willa R. Faktor Risiko Kejadian Malaria Pada Balita Di Kecamatan Laura Kabupaten Sumba Barat Daya.; 2010.
24. Hakim L. Faktor Risiko Penularan Malaria di Desa Pamotan Kabupaten Pangandaran.
Aspirator. 2013;5(2):45-54.
25. Sari M, Lasbudi P, Ambarita. Karakteristik Masyarakat Penderita Malaria di Provinsi Bengkulu. Bul Spirakel. 2012:41-49.
26. Darnindro N, Yohanes H, Sajuni. Studi Retrospekstif pada Pasien Falciparum dengan Kompliksi pada Rumah Sakit Umum Bethesda Serukam Periode Tahun 2007-2008. Maj Kedokt. 2010;60(1):22-26.
27. Susana, Dewi, Sembiring, Terang U.
E n t o m o l o g i Ke s e h a t a n ( A n t r o p o l o g i Pengganggu Kesehatan Dan Parasit Yang D i ka n d u n g ny a ). J a k a r t a : U n ive r s i t a s Indonesia Press; 2011.
28. S e m b e l D . E n t o m o l o g i Ke d o k t e r a n .
Yogyakarta: C.V Andi Offset; 2009.
29. Ladhani S, Aibara R, Riordan F, Shingadia D. Imported Malaria in Children: a review of clinical studies. Lancet Infect Dis. 2007;7. 30. Das R, Khan PN, Amir A. Epidemiologi
Asessment of The Tren of Malaria in Rural Western U'P. Indian J Community Med. 2004;29(3):134-135.
31. Halim I, Rampengan N, Edwin J, Rampengan T. Malaria Berat Pada anak Yang Mendapat Pengobatan Kombinasi Kina dan Primakuin.
Maj Kedokt Indones. 2006;56(2):51-55. 32. Zakiah W. Tinjauan Pustaka Malaria. 2011.
www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456 789/35528/4/capter 11.pdf. Accessed
August 27, 2014.
33. Limanto T. Hubungan Antara Status Gizi dan Malaria falciparum Berat di Ruang Rawat Inap Anak RS. St. Elisabeth Lela, Kabupaten Sikka, Flores. NTT. Sari Pediatr. 2010;11(5):363-366.
34. United For Children. Indonesia (Laporan Tahunan) 2012. Jakarta
35. Ernawati K, Budhi S, Artha D, Rifqatussa'adah. Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah Dengan Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Indonesia 2010. Makara Kesehat. 2011;15(2):51-57.
36. Djauhari A. Manajemen Terpadu Balita Sakit (Penilaian Dan Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun). Modul 2. Program Studi Pendidikan Dokter. Universitas Jambi; 2011.
37. Thandar. Caregivers' treatment-seeking behaviour for children under age five in malaria-endemic areas of rural Myanmar: a cross-sectional study. Malar J. 2015;14(1). 38. Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat.
Multiple Indicator Cluster Survey Kabupaten Terpilih di Papua dan Papua Barat. In: Seminar Desiminasi. Papua; 2012.
39. Kementerian Kesehatan RI. Epidemilogi Malaria di Indonesia. Bul Jendela Data dan Inf Kesehat. 2011.