PENGARUH LATIHAN ABCRUNNINGTERHADAPPOWER TUNGKAI PESERTA DIDIK EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI
Wardianto, Victor Simanjuntak dan Mimi Haetami Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP Untan Pontianak
Email : [email protected]
Abstract
The problem in this study is whether Acceleration Balance Coordination (ABC) Running affects the power of leg muscles of students in extracurricular MAN 1 Pontianak. The purpose of this study was to determine the effect of ABC training running on the strength of leg muscle power in jumping smash of extracurricular volleyball game MAN 1 Pontianak The population in this study were 12 people. By taking samples using saturated sample techniques, the number of samples is 12 people. The method used is an experiment with pre-experimental design. Data analysis techniques use the t-test formula. Based on the results of this t-test, obtained t count itung (>) t table, namely the value of t count 1.52 and t table 2.89 with a significant rate of 5%. Then Ho is refused and Ha is accepted. This means that there is an influence on the 12.44% running ABC coordination (ABC) running, on the extracurricular leg muscle power of MAN 1 Pontianak.
Keywords: Exercise, ABC running, Power, Volleyball.
PENDAHULUAN
Peningkatan prestasi olahraga perlu dilakukan pembinaan sedini mungkin melalui pencarian dan pembentukan bakat, pendidikan, serta pelatihan olahraga. Pendidikan jasmani yang ada di sekolah memiliki tujuan untuk membangun kesehatan, sportivitas, disiplin, ketahanan dan jiwa yang kuat dalam upaya membangun manusia yang unggul dan berdaya saing. Oleh karena itu, olahraga harus diberdayakan baik itu di instansi-instansi, masyarakat luas maupun di lingkungan pendidikan. Menurut WHO (dalam Rahayu, 2003: 7) pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselengarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera rohani (melalui kegiatan jasmani) yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.
& Jonhson (dalam Suharjana, 2013: 144) menyatakan bahwa power adalah kemampuan sekelompok otot tungkai untuk melakukan lompatan secara eksplosif yang dinyatakan dalam satuan Kg. Power otot tungkai dapat dimaksimalkan melalui ekstrakurikuler yang merupakan suatu kegiatan yang sering diadakan di luar jam sekolah. Peningkatan prestasi olahraga perlu dilakukan pembinaan sedini mungkin melalui pencarian dan pembentukan bakat, pendidikan, serta pelatihan olahraga. Pendidikan jasmani yang ada di sekolah memiliki tujuan untuk membangun kesehatan, sportivitas, disiplin, ketahanan dan jiwa yang kuat dalam upaya membangun manusia yang unggul dan berdaya saing. Oleh karena itu, olahraga harus diberdayakan baik itu di instansi-instansi, masyarakat luas maupun di lingkungan pendidikan. Menurut WHO (dalam Rahayu, 2003: 7) pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselengarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan.
Jadi pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera rohani (melalui kegiatan jasmani) yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani. Pendidikan jasmani sebagai wahana dalam peningkatan kebugaran jasmani yang akan berdampak pada fisik sehingga mendapatkan tubuh yang sehat dan mudah melakukan aktivitas sehari-hari. Contoh seperti bekerja, berjalan, berlari, dan lain-lain. Menurut Howley & Franks (dalam Suharjana, 2013: 2) mendefinisikan Physical Fitness: optimal physical quality of life, including obtaining criterion levels of physical fitness test scores, and low risk of develoving health problems. Dalam konteks sederhana kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan fisik yang optimal dalam hidup seseorang yang ditandai oleh pencapai nilai tes kebugaran jasmani dalam tingkat tertentu dan terhindarkan dari masalah-masalah kesehatan. Dengan demikian, kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang untuk menjalankan hidup sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki kemampuan untuk mengisi pekerjaan ringan lainnya. Dengan itu untuk
ranah jasmani merupakan ranah yang akan diperlukan sehari-hari, maka dari itu jasmani juga mempunyai berbagi komponen, seperti kekuatan, kecepatan, power, daya tahan kelenturan dan masih banyak yang lainya oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari juga memerlukan power dalam melakukan kegiatan agar lebih semangat dalam menjalankan aktivitas. Daya ledak (power) adalah hasil kali dari kekuatan dan kecepatan. Para ahli mengemukakan power Kirkendal, Gruber, & Jonhson (dalam Suharjana, 2013: 144) menyatakan bahwa power adalah kemampuan sekelompok otot tungkai untuk melakukan lompatan secara eksplosif yang dinyatakan dalam satuan Kg. Power otot tungkai dapat dimaksimalkan melalui ekstrakurikuler yang merupakan suatu kegiatan yang sering diadakan di luar jam sekolah. Dari kegiatan ekstrakurikuler ini akan membentuk kekuatan dari berbagai komponen.
Maka dari itu ada beberapa komponen fisik menurut Harsono (2017: 40) antara lain: (1) kekuatan otot, (2) daya tahan, (3) daya ledak, (4) kecepatan, (5) kelenturan, (6) keseimbangan, (7) kelincahan, (9) daya ledak otot, (10) daya tahan kardiovaskular. Dari berbagai komponen tersebut akan di kupas tentang power tungkai. Power otot tungkai merupakan hasil dari perkalian antara kekuatan dan kecepatan. Kekuatan yang baik didukung oleh kecepatan yang baik dan akan dapat menghasilkan daya ledak (power) yang baik pula. Beberapa definisi power/daya ledak. Daya ledak (muscular power) adalah kemampuan otot untuk melakukan pekerjaan yang kuat dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Indrati dkk, 2010: 28). Kirkendal, Gruber, & Jonhson (dalam Suharjana, 2002: 144) mengartikan power adalah kemampuan sekelompok otot tungkai untuk melakukan lompatan secara eksplosif yang dinyatakan dalam satuan Kg.
jika perpaduan kekuatan dan kecepatan sama-sama baik. Komponen yang dapat meningkatkan power adalah kekuatan dan kecepatan. Dari komponen tersebut dapat meningkatkan power otot tungkai. Kecepatan (speed), Kecepatan merupakan yang sangat penting dalam peningkatan power. Maka dari itu kecepatan adalah kemampuan berpindah dari satu tempat lain dalam waktu yang sangat singkat (Bardianto dkk, 2013: 41). Kecepatan adalah kemampuan untuk menghasilkan gerak secara berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat mungkin (Indrati dkk, 2010: 29). Kecepatan adalah jarak yang ditempuh dalam satuan waktu tertentu (Harsono, 2004: 47). Jadi kecepatan adalah kemampuan gerak yang dapat dilakukan dengan secepat mungkin dalam jarak tertentu dan waktu yang sangat singkat. Sedangkanpower juga memiliki satu komponen lagi yaitu kekuatan yang dapat membantu peningkatan power menjadi lebih baik. Kekuatan (streght), Kekuatan merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap daya ledak (power). Sehingga kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan (Irianto, 2002 : 66).
Kekuatan adalah kemampuan otot melakukan kontraksi guna membangkitkan ketegangan terhadap suatu tekanan (Bardianto dkk, 2013: 40). Kekuatan adalah komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik seseorang secara menyeluruh (Tengkudung & Puspitorini, 2012: 68). Juliantine (2007: 3.5) mengartikan kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna dapat membangkitkan otot. Jadi kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang sesuai dengan fungsi-fungsinya untuk menahan beban/tekanan yang berasal dalam diri sendiri maupun dari luar untuk membangkitkan otot-otot tersebut. Oleh karena itu kekuatan dan kecepatan sama-sama baik maka akan menghasilkanpower yang baik juga. Maka dari itu akan terdapat beberapa komponenpower. Komponen-komponenpowertungkai
Kedua komponen fisik ini mampu meningkatkan power tungkai menjadi lebih baik. Akan tetapi yang di diketahui tidak hanya komponen fisik saja, tetapi harus mengetahui komponen otot tungkai yang ada dalam komponen otot dan mengetahui latihan otot tungkai tersebut.Untuk melatih power otot tungkai sebaiknya yang harus diketahui adalah komponen otot-otot
tungkai. Semua insertiomelekat pada kaki dan jari-jari kaki dengan perantara urut-urut panjang yang diikat semua kuku kaki. Menurut Kaswari (2007: 65) otot-otot tersebut menjadi empat komponen meliputi: Golongan depan dibentuk oleh m. tibialis interiors (otot tulang kering depan) dan m. haliccis longus (otot kedang jari kaki). Golongan terletak di bagian luar, yaitum. fibularis (otot betis) yang menggerakan kaki keluar di dalam sendi tulang loncat bawah (os tolus). Yang melekat pada tumit dengan perantara urut (tendon) misal otot betis berkepala dua (m. gastrocnemius).
pinggul. Lengan berlawanan dengan kaki diangkat dan ditekuk 90 derajat di siku kaki, dan ayunan ke depan dan kembali seperti awalnya, bahu sendi bertindak sebagai titik tumpu, lengan yang berlawanan juga bergerak secara bersamaan dalam arah yang berlawanan. Kedua tangan harus rileks pada sendi pergelangan. Penekanannya adalah pada mengemudi di ayunan kaki, yang memulai angkat lutut kaki lainnya.
Menurut Kaswari (2007: 81-84) latihan olahraga yang rutin dan teratur menyebabkan perubahan tetap yang bersifat meningkat baik susunan maupun fungsi otot, antara lain: Serabut-serabut otot menjadi besar, kuat dan elestis otot meningkat sehingga daya otot menjadi lebih lincah.Kemampuan otot menerima dan menanggapi rangsangan menjadi lebih peka dan refleksi otot meningkat. Kapilarisasi pembuluh darah pada otot yang terlatih menjadi banyak sehingga bagian otot menjadi lebih lancar, sirkulasi darah lancar pada otot yang bekerja mempunyai arti yang sangat penting, karena dengan lancaran peredaran darah akan mempermudah pembakaran (glucose, oksigen dan hormon). Dengan sirkulasi darah yang lancar pada otot yang bekerja menjamin pembuangan sampah pembakaran diangkut menuju alat-alat exercise. Demikian otot yang berlatih akan meningkatkan daya tahan, bekerja tahan lama dan tidak mudah leleh. Bila dikaitkan dengan alat kerja vegetatif, misal alat pernapasan (paru-paru), alat peredaran darah (jantung dan pembuluh darah) vebtilasi udara paru-paru pada orang terlatih menjadi baik, pernapasan longgar dan mendalam. Kapisitas vital menjadi besar dan baik, pada orang terlatih baik, kemampuan jantung dalam memompa darah juga baik disebabkan volume sekuncup jantung besar sehingga volume semenit jantung menjadi besar. Dalam hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa latihan-latihan olahraga teratur dan rutin kerja otot menjadi efisien, efektif dan tidak lekas lelah. Contoh saat kita melakukan latihan banyak sekali mengeluarkan energi badan menjadi sakit. Jumlah massa otot 40%-50% dari massa tubuh pada otot seran lintang yang bisa diperintahkan. Bila seseorang berlatih dengan teratur massa otot akan bertambah besar. Pembesaran otot ini dikenal dengan nama hipertrobi otot, artinya sel otot bertambah besar, bukan sel ototnya bertambah banyak. Otot seran lintang terdiri dari: Serabut
otot merah (slow twicth fibre): otot ini kontrasinya lambat, powernya tidak begitu besar, tahan lama dan memiliki banyak pembuluh darah.
Serabut otot putih (fast twicth fibre): otot ini kontraksi cepat,powernya besar, tidak tahan lama dan tidak banyak pembuluh darah. Macam-macam pacu (rangsangan) otot Baik otot polos, jantung dan seran lintang dalam berkontraksi memerlukan pacu dari luar itu berupa: Mekanis : pijatan, pukulan dan tusukan Thermis: panas, dingin Kimia : asam basa, amonia, dan senyawa lain. Listrik : aliran listrik Syaraf : rangsangan dari saraf pusat. Kontraksi otot. mempunyai tiga fase kontraksi ototFase latent ialah fase antara saat pacu sampai otot memulai kerut Fase ini berkisar 0,01 detik. Fase kontraksi ialah fase dimana otot melakukan kerut dan fase ini berkisar 0,04 detik. Fase rileksasi ialah fase kembali otot setelah mengkerut ke bentuk semula dan lama fase ini berkisar 0,05 detik. Kontraksi otot ada tiga fase, yaitu : Kontraksiisotonis ialah kontraksi dimana tegangan otot dalam kontraksinya relatif tetap. Contoh berjalan, mengangkat benda yang bisa terangkat. Kontraksi isometris ialah kontraksi otot dimana bentuk otot selama berkontraksi relatif tetap. Contoh seorang binaragawan melihatkan otot-ototnya atau mendorong tembok. Kontraksi isokenetis ialah kontraksi dimana kecepatan bergeraknya sendi relatif tetap, contoh menekan alat yang memakai “shock adsorber” seperti pintu memakai alat peredam. Kontraksi isotonis terdiri dan kontraksi isotonis yang konsentris dan eksentris.
Kekuatan biasanya diukur dengan alat dinamometer, dapat mengukur kekuatan otot maksimal. Kecepatan seberapa otot berkontraksi.
Power/daya ledak kemampuan kerja otot dari satu waktu , power merupakan hasil kekuatan kali kecepatan. Daya tahan/endurence merupakan kualitas otot dimana dihubungkan dari satu waktu antara lain ada dua daya tahan : Daya tahan aerobik, ialah daya tahan otot dalam keadaan aerob, dimana faktor O2 relatif sagat diperlukan sekali selama otot melakukan aktivitasnya. Contoh lari jarak jauh. Daya tahan anaerobik ialah daya tahan otot dalam keadaan anaerob diman faktor O2 relatif tidak diperlukan sama sekali melakukan aktivitas, contoh lari 100 meter, lompat jauh dan lain-lain. Koordinasi (otot + syaraf). Agility ialah kelincahan tubuh melakukan gerak bermacam-macam dengan gerakan cepat.Flexibilityialah kelenturan tubuh melakukan gerak pada sendinya, contoh: forward flexion/ sitanrice. Dengan adanya
kesenambungan antara otot-otot dan latihan yang akan dilakukan dengan baik, maka akan menghasilkan kekuatan danpower otot tungkai yang sangat baik.
Penelitian yang Relevan ada beberapa penelitian yang relevan yang akan dikemukan sebagai berikut:Berdasarkan relavansi pada penelitian Edy (2016) dengan judul peningkatan lari 60 meter dengan ABC running di SDN 18 Tanjung Tapang Melawi. Pada penelitian Edy terdapat peningkan signifikan yaitu 50%.
Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut. Latihan otot tungkai untuk meningkatkatsmash bola voli dengan latihan ABC running sangat menarik minat siswa khususnya siswa SMA/MA untuk mempelajari cara meningkatkan power otot tungkai pada permainan bola voli. Pengunaan latihan ABCrunning ini sagat tepat untuk menambah power tungkai siswa yang mengikuti ekstrakulikuler di MAN 1 Pontianak. Penggunaan latihan ABC
running ini dengan perlakuannya menggunakan jarak 20 meter dalam pelaksanaannya latihan meningkatkan power otot tungkai dalam melakukan lompatan smash bola voli. Latihan ABC running ini digunakan melatih lompatan/loncatan pada saat melakukan smash. Secara lebih rinci media jenis-jenis tersebut
dijabarkan dalam program latihan tiap-tiap pertemuan yang ada pada tabel 3.2. Diharapkan dengan diberikan latihan ABC running dapat meningkatkan kemampuan power otot tungkai siswa. Sehingga dapat mendorong kemampuan siswa untuk melakukan lompatan yang lebih maksimal agar dapat melakukan smash yang maksimal pula.
HipotesisMenurut Sugiyono (2016:96) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian dimana rumusan masalah penelitian terbentuk dalam kalimat tanya. Untuk memberikan arah penelitian, maka disusun suatu hipotesis yang perlu diuji kebenaranya. Hipotesis tersebut ada kemungkinan ditolak dan ada juga diterima. Hal ini tergantung dari perhitungan statistik untuk
menjawabnya.Menurut Arikunto (2010: 110) kata hipotesis berasal dari dua penggalan kata “hypo” artinya “di bawah” dan “thesa” artinya “kebenaran”. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, dari katahupo dan tesis. Hupo artinya sementara dan tesis artinya pernyaan atau teori hipotesis adalah pertanyaan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya (Husain Usman, 2009:110). Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan
(conjectural) tentang hubungan dua atau lebih variabel (Nasehudin, 2012:88). Maka hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh latihan ABCrunningterhadap powerotot tungkai pada peserta didik ekstrakulikuler MAN 1 Pontianak”.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen, “penelitian ini sangat dekat hubungannya dengan sebab dan akibat (Bambang Prasetyo, 2012:158). Menurut Sugiyono (2009:72), penelitian eksperimen
post-test (Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, 2012:161)Populasi menururt Babbie (dalam
Sukardi, 2003:53) tidak lain elemen dari penelitian yang hidup dan tinggalyang akan menjadi target penelitian. Sedangkan menurut Martono (2011:74) populasi merupakan keseluruhan objek dan subjek yang berada di tempat atau wilayah sesuai dengan syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Nazir (dalam Nasehudin dan Gozali, 2012:120) mendefinisikan populasi merupakan semua kumpulan individu beserta ciri-ciri yang ada pada setiap manusia. Dalam rencana penelitian ini, jumlah populasi siswa putra ekstrakulikuler bola voli MAN 1 Pontianak berjumlah 12 siswa.
Dikarenakan penelitian ini jumlah anggota populasi sedikit 12 siswa jadi populasi dalam penelitian ini digunakan semua sebagai sampelMenurut Martono (2011:74) sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri khas tertentu berkaitan dengan permasalahan penelitian. Menurut Haryono(1998:194) sampel adalah merupakan anggota yang diambil dengan menggunakan teknik yang tertentu yang disebut dengan teknik sampling. Menurut Azwar (2016:79) sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Jadi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah semua populasi dari MAN 1 Pontianak yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli berjumlah dua belas orang. Lapangan, digunakan untuk melakukan latihan ABC running. Peluit, digunakan untuk memberikan aba-aba dan perintah pada siswa. Kun, digunakan untuk memberikan batas pada saat melakukan latihan. Kamera, digunakan untuk dokumentasi serta membantu evaluasi gerak uji praktek siswa. Papan Vertikal Jump,
digunakan untuk mengetahui hasil yang dicapai saat melakukan uji tes. Formulir tes dan alat tulis tes, digunakan untuk mencatat hasil yang dicapai dalam pelaksanaan uji tes. Bubuk kapur, digunakan sebagai tanda ukuran tingginya loncatan.Meteran, untuk mengukur jarak lapangan yang akan digunakan pada saat latihan. Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pretest merupakan tes yang akan diberikan pada siswa sebelum diberkan perlakuan, yang mana pretest
merupakan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam melakukan
vertikal power jump.
Cara melaksanakannya adalah sebagai berikut Siswa berbaris melakukan pemanasan sebelum tes dimulai. Siswa dipanggil satu-persatu sesuai dengan urutan absen. Siswa melakukan tes vertikal jump diberikan sebanyak tiga (3) kali pengulangan.Hasil dicatat dan diambil lompatan tertinggi. Para ahli olahraga berpendapat atlet yang melakukan program latihan secara intensif selama 6-10 minggu akan memiliki stamina dan kekuatan yang lebih baik dari sebelumnya dibandingkan atlet yang hanya melakukan 1-2 minggu saja sebelum musim latihan (James Tengkudung & Puspitirini 2012:67). Sedangkan menurut Juliantine, Yudiana, dan Subarjah (2007:3.5) pelaksnaan latihan dapat dilakukan dengan frekuensi latihan 3 hari/minggu. Sedangkan lamanya latihan paling sedikit 4-6 minggu. Dari pendapat para ahli di atas maka penelitian yang dilaksanakan dengan waktu 4 minggu (satu bulan) dengan setiap minggunya dilakukan 3 kali pertemuan. Seluruhnya 12 pertemuan, satu kali melakukan
pretest dan satu kali posttest, dan 10 kali pemberian perlakuan.
Posttestmerupakan tes yang akan diberikan pada siswa, yaitu setelah siswa diberi perlakuan dimana posttest merupakan untuk mengetahui siswa dalam melakukan aktivitas vertikalpower jump. Adapun tata cara untu melaksanakannya sebagai berikut: Siswa dibariskan dan melakukan pemanasan terlebih dahulu, sebelum tes dilakukan. Siswa dipanggil satu-persatu sesuai dengan urutan absennya. Siswa melakukan tes vertikalpower jump diberikan 3 kali kesempatan setiap individu dan diukur hasil lompatannya. Hasil lompatan tersebut dicatat dan diambil nilai tertinggi/lompatan tertinggi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskriptif Data Hasil Penelitian
Pelaksaan penelitian ini dilakukan di MAN 1 Pontianak. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
analisis uji pengaruh. Maka hasil analisis data dibandingkan dan diambil kesimpulan untuk mengetahui hasil dari penelitian untuk menjadi jawaban dari masalah penelitian ini. Data yang diproleh adalah sebagai berikut : Deskripsi Data
Hasil Penelitian Dari hasil data yang diproleh dalam penelitian ini melalui tes awal atau pretest dan tes akhirnya adalah posttest.Hasil Pretest dan Posttest Dari deskriptif data hasil pretest dan posttest sebagai berikut :
Tabel 1. Diskripsi datapretestdanposttest
Deskripsi datapretest hasil lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak berdasarkan tabel 4.1 menunjukan dari 12 sampel menyatakan hasil yang diproleh untuk rata-ratapretest 38,17 danposttest 42,5, dengan persetase pretest 38,17% dan posttest 42,5%, skor tertinggi 42, skor terendah 23 dengan simpang baku 10,44. Sedangkan untuk hasil
posttest pada hasil lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak menunjukan 12 sampel tersebut, maka hasil yang diproleh untuk rata-rata 42,92, skor tertinggi 58,
skor terendah 29 dengan simpangan baku 10,62. Berdasarkan analisis data deskriptif datapretest danposttestpada tabel 4.1. Maka hasil rata-rata lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak pada pretest adalah 38,17 sedangkan padaposttestadalah 42,92.
Hasil Analisis Data
Pada saat melakukan analisis data harus melakukan dahulu uji disribusi kenormalan. Uji normalitas ini mengunakan data chi kuadrat ( ). Maka dari itu uji normalitas data yang dilakukan pada pretest dan posttest sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Dalam perhitungan ditemukan Chi Kuadrat hitung (pretest) = 2,836 dan chi kuadrat hitung (posttest) = 2,351, kemudian dibandingkan dengan chi kuadrat tabel dengan dk ( derajat kebebasan) jumblah kelas – (5-3=2). Berdasarkan tabel chi kuadrat (x2) dapat diketahui apabila dk = 2 dan kesalahan 5%, maka harga chi kuadrat tabel = 2,919. Karena chi kuadrat hitung untuk
pretest= 2,836 dan posttest = 2,351 lebih kecil dari pada chi kuadrat tabel (2,919), maka distribusi dari data statistik 12 siswa tersebur dapat dinyatakan berdistribusi normal.Uji homogenitas adalah untuk mengetahui kesamaan varians antara kelompok 1 dan kelompok 2. Dari hasil uji homogenitas yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel sebagi berikut :
Perlakuan
Rata-rata
Persen (%)
Skor Terendah
Skor Tertinggi
Simpangan Baku
Metode ABCRunning Pretest 38,17 38,17% 23 42 10,44
Posttest 42,5 42,5% 29 58 10,62
Tes N Mean X2hitung X2tabel 5% Ket
Pretest 12 38,17 2,836
2,919 Normal
Tabel 3. Uji Homogenitas
Harga F dibandingkan dengan F tabel dengan
dk pembilang sama, kebetulan jumlah N sama yaitu 12 (dk pembilang dan dk penyebut sama), jadi berdasarkan tabel F, maka F hitung lebih kecil
dari F tabel 1,026< 2,89 untuk F tabel 5% , dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan di analisis homogen. Dalam uji t ini dapat diketahui jika t hitung> t
tabelmaka perlakuanyang diberikan mempunyai pengaruh, namun jika thitung< ttabelmaka
perlakuan yang dilakukan tidak mempunyai pengaruh. Pengujian dengan uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat signifikan yang digunakan adalah 5%. Kriteria pengujian adalah diterima apabila hasil perhitungan diperoleh nilai thitung lebih dari nilai derajat kepercayaan.
Tabel 4. Data hasil uji tpretestdanposttest
Dari perhitungan rata-rata untuk tes lompatan powertungkai di peroleh thitungsebesar 1,52 dan dibandingkan dengan ttabeldengan db = N-1 taraf signifikan 5% sebesar 2,89, maka pada rata-rata tes lompatan smash siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak diproleh thitung >ttabel.
Pembahasan
Menurut Bompa (dalam Tite Juliantine, 2007: 2.29) memperkirakan ratio sebagai berikut : untukan kekuatan membutuhkan waktu dari minggu ke minggu. Sehingga dari penelitian ini terdapat hasil lompat karena terdapat perubahan yang begitu signifikan daripretestdikatagorikan cukup menjadi posttest menjadi sedang. Terbukti pada kemampuan rata-rata pretest adalah 38,17, sedangkan pada posttest adalah 42,92 (meningkat 4,75). Dipersentasekan mengunakan rumus berdasarkan perhitungan peningkatan hasil lompatan maka hasil yang diperoleh sebesar 12,44%.Selain dari aspek kemampuan lompatan smash, peningkatan juga terjadi pada partisipasi siswa secara menyeluruh. Pada saat menungu giliran siswa juga bersemagat saat menyaksikan dan melakukan kegiatan latihan. Keadaan seperti ini
dikarenakan model dalam ABC running sagat beragam dan baru di kalangan siswa. Sehingga dengan pemberian bentuk latihan ABCrunning ini dapat menjadi ilmu dan inspirasi bagi siswa untuk melatih power tungkainya masing-masing.Berdasarkan relavansi pada penelitian Edy (2016) dengan judul peningkatan lari 60 meter dengan ABCrunningdi SDN 18 Tanjung Tapang Melawi. Pada penelitian Edy terdapat peningkan signifikan yaitu 50%. Sedangkan pada penelitian ini juga terdapat pengaruh latihan power tungkai, mengunakan metode ABC running terdapat peningkatan lompatan smash siswa ekstrakurikuler MAN 1 Pontianak sebesar 12,44%. Berdasarkan hasil tes lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontinak, dapat dilihat dari hasil peningkatan lompatan siswa. Tes kemampuan awal yang dilakukan sebelum pemberian tidakan menunjukan kemampuan siswa masih rata-rata katagori cukup. Setelah dilakukan pemberian perlakuan mengalami peningkatan tes awal rata-rata meningkat menjadi sedang. Perbandingan persentase lompatan siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontinak, hipotesis penelitian ini
Tes N Varians F hitung F tabel Ket
Pretest 12 9,03 1,026 2,89 Homogenitas Posttest 12 8,8
Uraian Rata-rata
Lompatan Atlet
thitung d.b ttabel Taraf signifikan
Pretest 38,17 1,52 11 2,89 5%
dapat diterima dan terbukti latihan ABCrunning terdapat pengaruh padapowertungkai.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut, dengan jumlah siswanya 12 orang, maka dapat disimpulkan bahwa latihan power dengan mengunakan metode ABCrunningdapat meningkatkan lompatan smash. hasil penelitian ini, sebelum diberikan perlakuan. Selisih lompatan pada siswa ekstrakurikuler MAN 1 Pontianak selisih terendah 23 dan tertingginya 52 dengan rata-rata tesebut 38,17. Setelah itu
siswa ekstrakurikuler bola voli MAN 1 Pontianak yang telah diberikan perlakuan dari selisih yang didapat peningkat menjadi terendahnya ialah 29 dan tertingginya 58 dengan rata-rata 42,92. Dengan demikian terdapatlah pengaruh latihanpower dengan 12 orang siswa yang mengunakan metode ABC running terdapat kekuatan lompatan power ekstrakurikuler MAN 1 Pontianak sebesar 12,44 %.
Saran
dengan mengunakan hasil penelitian ini menyarankan :Bagi guru olahraga untuk memberikan latihan yang lebih berverisias. upaya untuk meningkatkan power tungkai. Perlunya ditindak lanjuti penelitian ini pada skripsi ini masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya’ oleh karena itu peneliti selanjutnyameneliti dan mengembangkanya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. (2016). Metode Penelitian.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Bardiyanto, Agus dkk. (2013). Pendidikan
Jasmani Olahraga. Semarang: Viva
Pakarindo.
Haryono, Amirul . (1998). Metode Penelitian
Pendidikan.Bandung: CV Pustaka Setia.
Harsono. (2004). Perencanaan Program
Latihan.Bandung: UPI.
(2015). Kepelatihan Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Idrarti. Surjadji. (2010). Kesehatan Olahraga. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Sekreteriat Jendral Kementrian Pendidikan Nasional.
Juliantine, Tite. (2007). Modul Mata Kuliah
Teori Latihan. Bandung. Depertemen
Pendidikan Indonesia.
Kaswari. (2007). Anatomi. Pontianak: Univesitas Tanjungpura.
Kirana, Candra dkk. (2013). Pendidikan
Jasmani Olahraga. Semarang: Viva
Pakarindo.
Martono, Nanang. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Nasehudin, Gozali. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif.Jakarta: Rineka Cipta.
Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Metode
Penelitian Kuantatif. Yogyakarta: BPFE.
Presetiyo, Bambang, Jannah, Miftahul, & Lina. (2012). Metode Penelitian Kuantitaf. Jakarta: PT Rajagrafindo Perseda.
Rahardian, Berta dkk. (2013). Pendidikan
Jasmani Olahraga. Semarang : Viva
Pakarindo..
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
(2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharjana (2013). Kebugaran Jesmani. Yogyakarta: Jogja Global Media.
Tangkudung, James, Puspitorini, & Wahnugtyas. (2012). Kepelatihan