MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 2
Modul Ekonomi Islam Silver 1 (Edisi Revisi)
Penyusun :
Ismail Saleh ( Manajemen 2008 ) Rizky Syahfandy ( Akuntansi 2008 ) Faqiatul Mariya Waharini ( Akuntansi 2008 )
Dosen Pembimbing :
Siti Mutmainah (Dosen FEB UNDIP) Adityawarman (Dosen FEB UNDIP) Arif Pujiyono (Dosen FEB UNDIP)
Cover :
Indra Wahyu Pradana ( Akuntansi 2008 )
Penerbit :
KSEI Mizan FEB UNDIP
Sekretariat : Jln. Tlogo Sari no. 26 Kel. Bulusan Kec. Tembalang Selatan
Blog ksei:www.kseiundip.blogspot.com, Blog kseirs: www.kseirsundip.wordpress.com FB: KSEIUNDIP, Twitter: @ksei,
E-mail:kseimizan.feundip@gmailcom
MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 3
Kata Pengantar
Presiden KSEI Mizan FEB UNDIP
Pertama-tama dan yang paling utama tak henti-hentinya marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia kenikmatan dan kebagaiaan kepada kita semua, terutama nikmat iman dan islam. Dengan kehendak-Nya, saat ini kita semua dapat menikmati sajian bacaan referensi ekonomi islam dalam bentuk buku ―Modul Ekonomi Islam Silver 1 (Edisi Revisi)‖. Kemudian tidak lupa, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada tauladan umat manusia, pembawa cahaya ilahi, Nabi Besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir jaman.
Pada saat ini sudah mulai banyak buku-buku ekonomi islam yang diterbitkan. KSEI sebagai organisasi mahasiswa yang berfokus dalam pengkajian dan penelitian ekonomi islam merasa berkewajiban juga untuk berkontribusi secara riil dalam perkembangan ekonomi islam di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan membuat modul pembelajaran ekonomi islam. Modul ini merupakan edisi revisi pertama dari modul ekonomi islam terbitan tahun 2006. Modul ini sebenarnya lebih dikhususkan untuk buku pegangan teman-teman di KSEI Mizan FEB Undip dalam Halaqah Ekonomi Islam Silver 1. Namun tidak menutup kemungkinan juga untuk digunakan oleh kalangan diluar KSEI Mizan FEB Undip.
Dalam modul edisi revisi ini ada beberapa penambahan dan penghilangan bab. Bab yang ditambahnkan adalah Aqidah, syariah, dan akhlak dalam ekonomi islam, Akad dan Transaksi Dalam Ekonomi Islam, serta Identifikasi Transaksi Terlarang. Sedangkan bab yang dihilangkan adalah akuntasnis syariah yang menurut hemat kami lebih tepat dimasukkan pada materi modul ekonomi islam jilid 2 dan bab-bab yang menerangkan tentang berbagai macam akad kami ringkas menjadi satu dalam bab Akad dan Transaksi. Selain penambahan dan pengurangan bab, ada juga rangkuman, dan rubrik Do You Know ? yang kami adakan untuk semakin memudahkan dalam memahami teori serta praktek dari tiap bab.
Mudah-mudahan dengan membaca buku ini, teman-teman KSEI Mizan FEB Undip dapat semakin mudah dalam memahami ekonomi islam, dapat membantu dalam menyampaikan ekonomi islam ke masyarakat umum, dan yang paling penting dapat membantu dalam menerapkan kegiatan ekonomi islam di kehidupan sehari-hari.
Akhir kata, saya selaku Presiden KSEI Mizan FEB Undip periode 2010-2011 mengucapkan terima kasih kepada team revisi modul dan para dosen FEB UNDIP yang telah membantu dalam proses pembuatan modul ini. Selamat Membaca dan semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Semarang, Agustus 2011 Presiden KSEI Mizan FEB Undip
MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 4
Daftar Isi
Hal 3 Kata Pengantar
Presiden KSEI MIzan FEB Undip Hal 5 - 12
Aqidah, Syariah, dan Akhlak Dalam Ekonomi Islam Hal 13 - 27
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Hal 28 - 33
Rancang Bangun Ekonomi Islam Hal 34 - 47
Kritik Islam Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalis Hal 48 - 56
Harta dan Kepemilikan Dalam Islam Hal 57 - 63
Uang Dalam Ekonomi Islam Hal 64 - 80
Riba dan Bunga Hal 81 - 93
Akad dan Transaksi Dalam Ekonomi Islam Hal 94 - 99
Identifikasi Transaksi Terlarang Hal 100
MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 5
BAB 1
AQIDAH, SYARIAH, DAN AKHLAK DALAM EKONOMI ISLAM
1. Pendahuluan
Saat membahas masalah ekonomi islam, ada dua domain yang harus dikaji secara mendalam. Domain pertama adalah yang berkaitan dengan Islam dan kedua adalah domain yang menjabarkan tentang ekonomi. Pada bab pertama ini, akan dibahas terlebih dahulu mengenai islam itu sendiri karena islam merupakan sumber dari ekonomi islam sehingga pembelajaran ekonomi Islam tidak dapat dilakukan secara parsial.
Islam secara umum dibagi menjadi 3 unsur pokok yaitu aqidah, syariah, dan akhlak (ikhsan). Dasarnya adalah hadits berikut ini :
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah
Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad
Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji
apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas
berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada
Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena
sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa‟ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab,
“Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun
gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”
Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim).
Untuk ketiga unsur tersebut dibahas lebih rinci dalam bab ini.
2. Aqidah
Aqidah secara etimologi dari asal kata ‘aqada –ya‘qidu yang bermakna mengikat sesuatu. Jika seseorang mengatakan (aku ber‘itiqad begini) artinya saya mengikat hati dan dhamir terhadap hal tersebut. Dengan demikian kata aqidah secara terminologi bermakna : sesuatu yang diyakini seseorang, diimani dan dibenarkan dengan hatinya baik hak ataupun batil.
Sedangkan makna aqidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk.
Allah berfirman yang artinya:
MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 6 Konsekuensi seseorang memeluk Islam adalah menjadikan aqidah Islam sebagai standar berpikir dan standar berperilaku, terikat pula seluruh perbuatannya dengan hukum syaraâ atau syariâat Islam (hukum Islam). Dia juga memahami Islam sebagai agama yang dapat memecahkan seluruh problem kehidupan sehingga mempunyai keyakinan Islam merupakan sistem kehidupan, sebagai sebuah mabda (ideologi) yang menjadi way of life. Dia memahami Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, mengetahui segala sesuatu yang menimpa manusia di dunia sehingga hanya Allah-lah yang dapat memberikan solusinya (termasuk masalah –masalah ekonomi) yakni Islam. Hanya dengan mengikuti kehendak Allah SWT, maka manusia dapat selamat hidup di dunia dan akhirat.
2.1Tujuan Hidup di Dunia
Tujuan hidup seorang muslim di dunia ini adalah beribadah kepada Allah dengan semata-mata mengharap keridhoaan-Nya.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(QS. Adz Dzariyat: 56).
Pengertian ibadah di sini adalah menyangkut seluruh aspek perbuatan manusia dalam rangka menjalankan perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Jadi ibadah tidak terbatas hanya pada ibadah yang sifatnya individu seperti shalat, puasa, zakat, haji, tetapi juga meliputi perbuatan-perbuatan mengajak orang kembali kepada Islam, upaya menegakkan syariat Islam, jihad, menjalin hubungan sesama manusia dengan berdasarkan aturan-aturan Islam.
2.2Masuk ke dalam Islam Secara Kaffah
Orang yang mengaku Islam, harus meyakini Islam sebagai satu-satunya jalan yang memecahkan seluruh masalah kehidupan. Namun hal ini hanya bisa terjadi jika orang tersebut masuk ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh).
Allah SWT memperingatkan kepada kita semua:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan.Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kalian.• (QS. Al Baqarah: 208).
Jadi masuk ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan) merupakan hal mutlak yang harus dilakukan sebagai bukti keimanan kita kepada Allah SWT. Ibnu Katsir menyatakan bahwa semua orang beriman diperintahkan untuk melaksanakan seluruh cabang iman dan hukum-hukum Islam. Kita semua harus masuk ke dalam syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW dan tidak boleh mengabaikan syariat walau sedikitpun.
Menurut Buya Hamka, syariat Islam harus diterapkan dalam setiap individu, masyarakat dan negara dan jangan sampai kita meyakini bahwa ada satu peraturan yang lebih baik dari syariat Islam (lihat Tafsir Al Azhar Djuzu).
Firman Allah: Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan (QS. An Nisa: 65). Menurut ayat ini seseorang belum dianggap beriman jika belum menjadikan syariat Islam yang dibawa Nabi sebagai sistem hukum atau peraturan dalam kehidupan yang diterapkan bagi manusia. Allah juga menegaskan bahwa hanya Allah-lah yang berhak membuat dan menetapkan hukum bukannya manusia seperti yang berlaku dalam demokrasi ataupun sistem ekonomi kapitalis. (Hak untuk) menetapkan hukum itu (hanyalah) hak Allah (QS. Al Anam: 57).
MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 7 Allah telah menetapkan Islam sebagai satu-satunya jalan yang harus ditempuh dalam kehidupan ini, sehingga jalan selain Islam merupakan jalannya syaithan. Jadi sistem ekonomi lain seperti sistem ekonomi kapitalis dan sosialis sangat tidak dianjurkan untuk diikuti karena sudah jelas bertentangan dengan Islam. Ekonomi Islam adalah suatu konsep yang diidekan oleh Allah SWT sedangkan sistem ekonomi konvensional berasal dari ide dan study empiris dari manusia yang tingkat kebenarannya masih bersifat relatif.
2.4Tinggalkan Pembangkangan terhadap Allah
Melaksanakan perintah Allah di bidang ibadah ritual yang sifatnya individu saja dan meninggalkan syariat Islam lainnya, sama saja menentang perintah Allah. Padahal jika hal tersebut dilakukan akan membawa konsekuensi yang berat dari sisi aqidah. Perkara aqidah merupakan perkara yang harus diyakini sepenuhnya. Apabila keyakinan dalam diri manusia kurang sedikit saja maka itu berdampak pada kekufuran.
Meyakini bahwa Islam tidak memiliki sistem yang mengatur kehidupan bernegara, politik, ekonomi, sosial, budaya, uqubat (sanksi), merupakan keyakinan yang sangat keliru. Keyakinan seperti ini sama saja dengan menganggap Islam sebagai agama yang tidak sempurna. Pemikiran seperti ini merupakan pemikiran yang sekuler yang bertentangan dengan Islam. Padahal Allah telah jelas menyebutkan dalam QS. Al Maidah ayat 3: Hari ini telah aku sempurnakan bagi kalian dien (agama, sistem hidup) kalian, dan telah Aku sempurnakan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhoi Islam sebagai dien kalian.
Allah menyebut orang yang tidak menjadikan Islam sebagai solusi atas seluruh aspek kehidupan dengan menjadikan sistem yang lain sebagai solusi, maka Allah menyebut orang tersebut sebagai orang yang kafir, zhalim, fasik. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir. (QS. Al Maidah: 44).
3. Syariah
Syari‘at Islam adalah hukum-hukum (peraturan-peraturan) yang diturunkan Allah SWT untuk umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Aturan-aturan tersebut berupa Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.
Syariah terdiri dari dua bagian besar. Pertama adalah ibadah mahdhah yang aturan dan pelaksanaannya secara rinci telah dijelaskan dalam Al Quran dan As Sunnah. Bagian kedua adalah muamallah, yang prinsip dasarnya telah diungkapkan dalam Al Quran dan As Sunnah. Sedangkan untuk implementasi dan pelaksanaanya diserahkan kepada ijtihad para ahli sesuai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.
Menurut Al-Ghazali: ―Tujuan dari Syariah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh manusia, yang terletak pada perlindungan keimanan (dien) mereka, manusia (nafs), akal mereka (aqal), keturunan mereka (nasl), dan kekayaan mereka (maal).‖ Kelima hal di atas merupakan maqhasid syariah dan merupakan fokus dari semua upaya-upaya manusia termasuk kegiatan perekonomian.
Tujuan-tujuan syariat atau maqhasid syariah mengandung semua yang diperlukan manusia untuk merealisasikan falah dan hayatan thayyibah dalam batas-batas syariah. Imam Ghazali meletakkan iman pada urutan pertama karena dalam perspektif Islam iman adalah isi yang sangat penting bagi kebahagian manusia. Iman yang meletakkan hubungan-hubungan kemanusian pada fondasi yang benar dan memungkinkan umat manusia untuk berinteraksi satu sama lain dalam mencapai kebahagian bersama.
MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 8 keimanan juga menjadi standar moral serta membuka cakrawala berfikir manusia agar tidak hanya memikirkan kepentingan dunia tapi juga akhirat.
Jiwa manusia, akal, dan keturunan berhubungan dengan manusia itu sendiri yang merupakan tujuan utama dari syariah yaitu kesejahteraan. Segala sesuatu yang diperlukan untuk memperkaya tiga tujuan tersebut adalah kebutuhan bagi semua umat manusia. Begitu pula bagi semua hal yang dapat menjamin kebutuhan primer, sekunder, dan tersier dari setiap umat manusia. Pemenuhan kebutuhan ini akan menjamin generasi sekarang dan yang akan datang dalam kedamaian, kenyamanan, sehat dan efisien serta mampu memberikan kontribusi baik bagi realisasi dan kelanggengan falah dan hayatan thayyibah.
Harta atau kekayaan berada dalam urutan terakhir karena harta bukanlah tujuan. Meskipun merupakan hal yang penting untuk merealisasikan kebahagian manusia, harta hanya berperan sebagai perantara. Harta tidak dapat mengantarkan pada tujuan-tujuan tersebut kecuali bila dialokasikan dan didistribusikan secara merata.
Seperti telah disebutkan, moral merupakan filter utama untuk menikmati kekayaan. Keimanan akan menimbulkan disiplin bagi manusia dalam hal mencari dan membelanjakan harta. Apabila harta atau kekayaan menjadi tujuan hidup, maka akan mengakibatkan ketidakmerataan, ketidakseimbangan, dan perusakan lingkungan. Pada akhirnya akan mengurangi kebahagian anggota masyarakat di masa sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Realisasi maqhasid menjadi mutlak bagi negara-negara muslim untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat baik di dunia maupun di akhirat.
Ekonomi Islam mempunyai maqhasid syariah, yang merupakan tujuan akhir dari sistem ekonomi Islam. Tujuan akhir adalah kesejahteraan yang melindungi keimanan (dien)
mereka, manusia (nafs), akal mereka (aqal), keturunan mereka (nasl), dan kekayaan mereka
(maal). Maqhasid merupakan fokus dari segala kegiatan manusia, sehingga semua yang lakukan semata-mata uintuk merealisasikan maqhasid syariah.
4. Akhlak
4.1Pengertian Akhlak
Menurut bahasa, akhlak berasal dari al-akhlaaku yaitu kata jama dari al-khuluqu yang berarti tabiat, kelakuan, perangai, tingkah laku, matuah, adat kebiasaan, bahkan bisa juga berarti agama itu sendiri. Sementara perkataan al-khalqu berarti kejadian, ciptaan, dan juga bermaksud kejadian yang indah dan baik.
Menurut istilah, akhlak berarti sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian dan paksaan.
Menurut Imam Ghazali akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, maka perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila perbuatan yang buruk, maka dinamakan akhlak yang buruk.
Jadi, Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Diakukan berulang-ulang sehingga hamper menjadi suatu kebiasaan.
2. Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu.
4.2 Skop dan Ruang Lingkup Akhlak dalam Islam
MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 9 Apakah yang dimaksudkan dengan baik dan buruk, betul dan salah, benar dan palsu itu? Apakah alat pengukur yang menentukan sesuatu perbuatan itu baik atau buruk, betul atau salah, benar atau palsu? Persoalan-persoalan inilah yang akan dijawab oleh ilmu akhlak.
Setiap manusia memiliki tujuan hidup yang berbeda. Ada yang bertujuan mencari harta, kekuasaan, kemasyuran, maupun ilmu pengetahuan dan ada pula golongan yang memandang remeh terhadap kehidupan tersebut. Sebaliknya, ada pula yang bersifat zuhud di dunia, memadai dengan kehidupan yang sederhana, lebih menumpukan pada peningkatan rohaniyyah serta lebih mementingkan persoalan akhirat.
Perbedaan pandangan menyebabkan timbulnya beberapa aliran di dalam memahami akhlak. Semua pandangan ini apabila diteliti dengan saksama, tidak dapat dijadikan sebagai tujuan terakhir atau tertinggi yang seharusnya dicapai oleh manusia. Oleh sebab itu, di balik pandangan atau perbedaan tersebut seharusnya ada satu tujuan hakiki yang wajib dituntut oleh manusia.
Persoalan yang menjadi skop perbahasan ilmu akhlak, yaitu ilmu yang menerangkan tentang baik dan buruk, dan juga menerangkan sesuatu yang sepatutnya dilakukan oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya di dunia ini. Ilmu tersebut mencoba menerangkan tujuan yang seharusnya dimiliki oleh semua manusia dan juga menggariskan jalan-jalan yang seharusnya dilalui dalam hidup ini.
Jadi fungsi akhlak adalah mengkaji dan meneliti aspek perilaku dan perbuatan manusia. Akhlak menilai dari segi baik atau buruknya perbuatan, perbuatan yang patut dan yang tidak patut dilakukan oleh seseorang.
Segala tindakan manusia yang dilakukan secara sadar dan dengan ikhtiar, serta adanya hubungan dengan Allah, sesama manusia, alam sekitar, dan dengan diri sendiri mengandung nilai akhlak. Selain itu, tindakan manusia yang sifatnya pribadi maupun bersifat social juga mengandung nilai akhlak
Jadi bidang akhlak itu hanya meliputi perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia yang dilakukan dalam kondisi sebagai berikut:
a. Dilakukan dengan sedar dan niat. b. Dilakukan dengan ikhtiar sendiri.
c. Melakukannya dengan sengaja, tidak dalam keadaan lupa atau bersalah.
4.3Perbedaan antara Akhlak dan Moral
Akhlak sering disamakan dengan kesusilaan atau sopan santun. Bahkan agar kedengarannya lebih modern atau mendunia, akhlak sering diganti dengan kata moral atau etika. Penggantian itu sah-sah saja dilakukan, asalkan harus diketahui dan dipahami perbedaan istilah-istilah tersebut.
Menurut istilah, moral berasal dari bahasa latin moralis atau mores yaitu bentuk jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan, perbuatan, budi pekerti dan perangai. Dalam Dictionary of Education disebutkan bahwa moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menetukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan. Dalam Ensiklopedi Pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.
MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 10 diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedang etika lebih bersifat teoritis. Moral bersifat local, etika bersifat umum (regional).
Akhlak Islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat terutama dari sumber untuk menentukan yang baik mana yang buruk.
Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat, serta bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai dan norma masyarakat, dan merugikan masyarakat dan diri sendiri. Dalam Islam yang menentukan baik atau buruk suatu sikap, perilaku, atau perbuatan manusia di dalam agama islam adalah Al Qur‘an dan As sunnah. Sedangkan yang menetukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat, pada suatu tempat, dan di suatu masa.
Dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu tempat tertentu.
Jadi akhlak Islam bersifat mutlak sedangkan moral dan etika bersifat relatif. Perbedaan pengertian ini harus dipahami agar dapat membedakan sifat dan isi akhlak, moral dan etika.
4.4Akhlak Yang Agung
Bagi seorang Muslim, akhlak yang terbaik adalah seperti yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW karena sifat yang terdapat pada beliau adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (tauladan) terbaik bagi seluruh kaum Muslimin. Allah SAW memuji akhlak Nabi Muhammad SAW di dalam Al-Quran:
Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak agung. (Al-Qalam:4)
Dasar akhlak Islamiyyah terkandung di dalam risalah yang dibawa oleh Rasulullah. Risalah itu bersumberkan Al-Quran dan As-Sunnah yang dimanifestasikan oleh perbuatan dan cara hidup Rasulullah. Perilaku dan cara hidup Rasulullah itu menjadi tauladan untuk kesempurnaan hidup manusia baik jasmani maupun rohani.
Untuk mencapai tahap kesempurnaan pribadi yang mulia itu, Allah telah membekali manusia dengan naluri dan akal fikiran serta berbagai ilmu pengetahuan. Oleh karena kelemahan akal dan keterbatasan dalam menjangkau aspek alam, baik alam realiti maupun alam ghaib, Allah menurunkan Al Qur‘an sebagai hidayah mutlak untuk digunakan manusia dalam membina kehidupan dan tamadun serasi dengan nilai-nilai akhlak yang mulia. Di sinilah letaknya peranan risalah yang dibawa melalui Rasulullah yaitu untuk membentuk satu dasar akhlak yang mulia dan bersifat mutlak untuk keperluan seluruh manusia.
5. Do You Know ?
Kejayaan Ekonomi Pada Masa Khilafah Islamiyah Oleh : KH. M. Shiddiq al-Jawi
Pada kesempatan ini akan disajikan "potret" kejayaan ekonomi pada masa Khilafah Islamiyah yang telah lalu. Salah satu fragmen sejarah yang gemilang perlu diketahui, yaitu pada masa Khalifah Umar bin Khaththab (13-23 H/634-644 M). Tujuannya agar kita lebih menyadari bahwa ekonomi Islam sesungguhnya bukan konsep baru sama sekali apalagi utopia, melainkan sebuah konsep praktis yang prestasi dan kesuksesannya telah
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 11 budaya, dan lain-lain (Al-Qaradhawi, 1995).
Sebab sistem kehidupan Islam itu bersifat integral dan saling melengkapi. Islam tidak menerima pemilah-milahan ajaran sebagaimana dogma sekularisme yang kufur, di mana sebagian sistem Islam diamalkan dan sebagian lainnya dibuang ke tong sampah peradaban.
Maka jika ekonomi Islam diterapkan secara sepotong-sepotong dalam masyarakat yang menganut konsep ekonomi kafir dari penjajah, yakni kapitalisme, ia tidak mungkin efektif. Allah SWT memerintahkan kita untuk menghormati persyaratan mutlak ini, yakni penerapan Islam secara komprehensif, sesuai firman Allah SWT :
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara wilayah (propinsi) yang menerapkan islam dengan baik, kaum muslimin menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Kesejehteraan merata ke segenap penjuru. Buktinya, tidak ditemukan seorang miskin pun oleh Muadz bin Jabal di wilayah Yaman. Muadz adalah staf Rasulullah SAW yang diutus untuk memungut zakat di Yaman. Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, Muadz terus bertugas di sana. Abu Ubaid menuturkan dalam kitabnya Al-Amwal hal. 596, bahwa Muadz pada masa Umar pernah mengirimkan sepertiga hasil zakat itu, Umar kembali menolaknya dan berkata,
"Saya tidak mengutusmu sebagai kolektor upeti, tetapi saya mengutusmu untuk memungut zakat dari orang-orang kaya di sana dan membagikannya kepada kaum miskin dari kalangan mereka juga." Muadz menjawab,"Kalau saya menjumpai orang miskin di sana, tentu saya tidak akan mengirimkan apa pun kepadamu."
Pada tahun kedua, Muadz mengirimkan separuh hasil zakat yang dipungutnya kepada Umar, tetapi Umar mengembalikannya. Pada tahun ketiga, Muadz mengirimkan semua hasil zakat yang dipungutnya, yang juga dikembalikan Umar. Muadz berkata,"Saya tidak menjumpai seorang pun yang berhak menerima bagian zakat yang saya pungut."
(Al-Qaradhawi, 1995)
Meski rakyatnya sejahtera, Umar tetap hidup sederhana. Umar mendapatkan tunjangan (ta‟widh) dari Baitul Mal sebesar 16.000 dirham (setara Rp 200 juta) per tahun, atau hanya sekitar Rp 17 juta per bulan (Muhammad, 2002). Ini berkebalikan dengan sistem kapitalisme-demokrasi sekarang, yang membolehkan penguasa berfoya-foya --dengan uang rakyat-- padahal pada waktu yang sama banyak sekali rakyat yang melarat dan bahkan sekarat.
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 12
6. Rangkuman
Secara umum, ajaran islam memiliki tiga komponen pokok, yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah berkaitan dengan keyakinan, keimanan, dan paradigma berpikir yang akan menentukan visi dan misi hidup untuk senantiasa berbuat dan bertindak sejalan dengan ketentuan Allah SWT dalam semua dimensi kehidupan. Syariah berkaitan dengan implementasi dan pelaksanaan ajaran islam dalam rangka menata kekuatan hubungan dengan Allah SWT secara vertical dan penguatan hubungan sesama manusia secara horizontal. Syariah terdiri dari dua bagian besar, yaitu ibadah mahdhah, yang atran elaksanaannya secara rinci telah dijelaskan dalam Al Quran dan As Sunnah, serta muamallah, yang prinsip dasarnya diungkapkan dalam Al Quran dan As Sunnah, sedangkan implementasi dan pelaksanaanya diserahkan kepada ijtihad para ahli sesuai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Kegiatan ekonomi adalah bagian dari muamallah. Sedangkan akhlak adalah hasil perpaduan antara aqidah dan syariah di atas dalam bentuk perilaku yang indah yang dapat sinikmati oleh siapapun juga. Akhlak inilah yang melahirkan rahmatan lil alamin.
Ketiga Unsur ajaran islam diatas merupakan sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan, ibarat sebatang pohon yang terdiri dari akar, batang tubuh dan daun serta buah. Islam tidak mengenal pemisahan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Karena itu, ekonomi islam tidak dapat dipisahkan dari aqidah, syariah, dan akhlak islam. Ia bukanlah semata-mata transaksi bisnis yang bebas dari unsur aqidah, syariah dan akhlak islam. Ia adalah sebuah system dan ilmu yang dibangun di atas unsure pokok ajaran islam.
7. Pertanyaan
1. Islam, Sosialisme, dan Kapitalisme adalah sebuah ideology. Apa arti dari ideology ? 2. Apa sajakah pengaruh ideology bagi kehidupan individu dan bagi kehidupan
bermasyarakat serta bernegara ? tunjukkan perbedaan pengaruhnya !
3. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia namun masih banyak praktek-praktek keseharian masyarakat yang tidak sesuai dengan syariat islam. Mengapa fenomena tersebut bisa terjadi ?
4. Apakah ideology pancasila sudah sesuai dengan syariat islam ? jelaskan !
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 13
BAB 2
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM
1. Pendahuluan
Islamic econimic is not capitalism minus interest. Islamic economic is not sosialism minus free enterprise. But islamic economic should stand on its own feets. Ekonomi Islam itu punya landasan yang jelas dan bukti–bukti sejarah yang kuat. Peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar pemikiran ekonomi islam terjadi pada saat masa keemasannya. Pada saat yang bersamaan dunia barat sedang mengalami krisis ilmu ekonomi sehingga berlangsung 500 tahun dan disebut the Dark Ages atau masa kegelapan. Namun masa tersebut tidak diakui oleh peradaban barat.
Patut diketahui bahwa pemikiran – pemikiran tentang ekonomi Islam muncul sebelum bapak ilmu ekonomi Adam Smith membuat buku yang berjudul The wealth of nations. Bahkan dalam bukunya tersebut ia mengakui bahwa perekonomian yang paling maju adalah perekonomian bangsa Arab, yaitu perekonomian yang dipimpin oleh Muhammed and His Immediiate Successcor atau lebih lebih tepat nya Rosulloh SAW dan Khulafaur Rosyidin. Dan perlu diketahui pula bahwa dalam menulis bukunya itu Adam Smith banyak merujuk pada kitab Al Amwal karangan Abu Ubayd. The Wealth of Nation itu sendiri asalnya dari kata – kata Al Amwal yang artinya kesejahteraan. Waktu penulisan buku itu adalah tahun 1776 pada saat ini Adam Smith sedang menjadi atase perdagangan yang melaksanakan tugasnya di perancis di mana banyak beredar buku – buku terjemahan karya Ronom Muslim.
Hal di atas adalah salah satu bukti bahwa keberadaan ekonomi Islam lebih dahulu ada daripada ekonomi konvensional. Selain itu ada bukti-bukti yang kuat antara lain ditemukannya sebuah tulisan dari sebuah buku di perpustakaan Hardvard University yang menceritakan bahwa pada tahun 774 M, Raja Offa yang berkuasa di Inggris ketika itu mencetak koin emas yang merupakan jiplakan dari dinar Islam. Dalam jiplakan tersebut dibubuhi tulisan arab berupa syahadat dan salinan ayat Al quran tentang kerasulan Muhammad saw, tetapi disisi lain koin emas tersebut juga dibubuhi salib dan Offa Bex. Hal ini menunujukkan bahwa dinar Islam saat itu merupakan mata uang terkenal di dunia. Selain itu perekonomian umat Islam jauh lebih maju dibandingkan dengan perekonmian di Eropa saat itu dan juga menunujukkan bahwa perdagangan internasional yang dilakukan para pedagang Islam menjangkau sampai ke Eropa Utara.
Bukti lain adalah adanya praktik-praktik ekonomi pada zaman Rosululloh dan Khulafaur Rosyidin. Kebijakan moneter dan fiskal sudah dijalankan pada masa itu dan tentu saja berdasarkan nilai-nilai keislaman. Selain itu adanya praktik perbankan pada zaman abbasiyah walaupun masih dilakukan secara perorangan. Praktik ekonomi Islam mulai berkembang pada zaman Muawiyah II (661-680 M), pada masa itu sudah dikenal adanya
sakk (cek) sebagai media pembayaran. Bahkan peranan bankir telah meliputi tiga aspek yakni menerima deposit, menyalurkan dan mentransfer uang.
2. Mutiara Ilmu itu Perlahan Mulai Kembali
Para ekonom muslim mengetahui bahwa mereka banyak membaca dan dipengaruhi tulisan-tulisan Aristoteles sebagai filsuf yang banyak menulis masalah ekonomi. Namun mereka tetap menjadikan Al Qur'an dan hadits sebagai rujukan utama dalam menulis teori-teori ekonomi.
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 14 tengah. Mereka belajar bahasa arab dan melakukan studi serta membawa ilmu-ilmu baru ke Eropa. Raymond Lily (1223-1315) yang telah melakukan perjalanan ke negara-negara Arab mendirikan lima universitas yang mengajarkan bahasa arab sehingga banyak yang kemudian menterjemahkan karya-karya ekonomi islam.
Permasalahannya adalah pemikir-pemikir barat tersebut telah menjiplak karya para ekonom Islam tanpa mencantumkan sumbernya, sehingga seolah-olah teori tersebut adalah hasil pemikiran mereka. Hal itu menjadi penipuan keilmuan terbesar dalam sejarah karena kontribusi ekonom Islam tidak diakui. Mereka dengan seenaknya melakukan penyimpangan terhadap ilmu tersebut sehingga jauh dari nilai-nilai moral dan keadilan. Bukti dan sejarah saat ini mulai berbicara dan secara perlahan mulai menguak. Ekonomi Islam adalah ilmu yang memiliki pertumbuhan yang cukup pesat, bahkan ekonom yang berfikir objektif mulai mengakui keberadaan ekonomi Islam.
3. Pemikiran-Pemikiran Ekonom Klasik
Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW ditunjuk sebagai seorang Rosul. Rosululoh SAW mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, yaitu tentang hukum (fiqih), politik (siyasah), dan perniagaan atau ekonomi (muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rosululloh SAW karena merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rosululloh SAW menjadi pedoman para Khalifah dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Qur‘an dan Al-Hadist digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah dan para pengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara. Perkembangan pemikiran-pemikiran pada masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :
3.1 Perekonomian di Masa Rosululloh SAW (571-632 M)
Rosululloh diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam pada umur 40 tahun. Pada masa Rosululloh SAW, tidak ada tentara formal. Semua muslim yang mampu boleh jadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari harta rampasan perang. Rampasan tersebut meliputi senjata, kuda, unta, domba, dan barang-barang bergerak lainnya yang didapatkan dari perang. Situasi berubah setealah turunnya QS Al-Anfal ayat 41 : ―Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Alloh, Rosul, Kerabat Rosul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Alloh dan kepada yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Rosululloh SAW biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang tersebut menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk beliau dan keluarganya, bagian kedua untuk kerabatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang sedang membutuhkan dan orang yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima bagian yang lain dibagikan kepada prajurit yang ikut perang. Dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak ikut serta dalam perang juga mendapat bagian. Sedangkan untuk penunggang kuda mendapat dua bagian yaitu untuk dirinya sendiri dan kudanya.
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 15 tanah-tanah yang tidak bertuan. Kebijakan ini tidak hanya mambantu mempertahankan kesinambungan kehidupan administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang dikuasai, melainkan juga mendorong keadilan antar generasi dan mewujudkan sikap egaliter.
Pada tahun kedua setelah hijrah, shodaqoh ini kemudian dengan Zakat Fitrah yang dibayarkan setiap kali setahun sekali pada bulan ramadhan. Besarya satu sha kurma, gandum, tepung keju, atau kisimis, setengah sha gandum untuk setiap muslim, budak atau orang bebas, laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum Shalat Idul Fitri.
Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shodaqoh fitrah pada tahun ke-2 hijrah. Akan tetapi ahli hadist memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 hijrah ketika Maulana Abdul Hasa berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum.
a Sumber Pendapatan Primer
Pendapatan utama negara pada masa Rosululloh SAW adalah zakat (memiliki karakteristik yang sama dengan pajak, tetapi secara dasar berorientasi pada agama) dan ushr (iuran untuk tanah produksi). Keduanya berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat dan ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar Islam. Pengeluaran untuk keduanya sudah diuraikan secara jelas dalam Surat At-Taubah (9) ayat 60 : “
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orag fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakannya) budak orang-orang yang berhutang, untuk jalan Alloh dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Alloh dan Alloh Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana”.
Pada masa Rosululloh SAW, zakat dikenakan pada hal-hal berikut :
1. Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk lainnya
2. Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk lainnya,
3. Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing
4. Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan 5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan
6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan mush 7. Barang temuan
bSumber Pendapatan Sekunder
Diantara sumber-sumber pendapat sekunder yang memberikan hasil adalah : 1. Uang tebusan untuk para tawanan perang
2. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukkan kota Mekkah untuk pembayaran uang pembebasan kaum muslimin dari Judhayma atau sebelum pertempuran Hawazin 30.000 dirham (20.000 dirham menurut Bukhari) dari Abdullah bin Rabia dan meminjam beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin Umaiyah.
3. Khusmus atau Rikaz harta karun temuan pada periode sebelum Islam
4. Amwal fadhla, berasal dari harta benda kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris atau berasal dari barang-barang orang muslim yang meninggalkan negerinya
5. Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat Islam yang disebabkan Alloh dan pendapatannya akan didepositokan ke Baitul Maal,
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 16 7. Zakat fitrah, zakat yang ditarik di bulan suci Ramadhan, dan dibagi sebelum sholat
Ied,
8. Bentuk dan shodaqoh lainnya seperti kurban dan Kuffarat adalah dende atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada acara keagamaan, seperti berburu pada musim haji.
Pencatatan seluruh penerimaan negara pada masa Rosululloh SAW tidak ada, karena beberapa alasan :
1. Jumlah orang Islam yang bisa membaca, menulis dan mengenal aritmatika sedikit 2. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana baik yang
didistribusikan maupun yang diterima
3. Sebagian besar dari zakat hanya didistribusikan secara lokal
4. Bukti-bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum digunakan 5. Pada kebanyakan kasus, ghanimah (harta yang didapatkan dari kemenangan
perang)digunakan dan didistribusikan setelah terjadi peperangan tertentu.
Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa Rosululloh SAW juga tidak tersedia, tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa sistem keuangan yang ada tidak dijalankan sebagaimana semestinya. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan pada pengumpul zakat dan setiap orang pada umunya terlatih dalam masalah pengumpulan zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan dan diperiksa sendiri oleh Rosululloh SAW. Beliau juga memberikan nasihat kepada pengumpulan zakat mengenai hadiah yang ia terima. Rosul SAW berperan sebagai eksekuitf, legislatif, dan yudikatif, namun beliau tidak segan bertanya kepada sahabat dan bertukar pikiran dengan orang-orang beriman dalam urusan mereka.
3.2 Perekonomian Di Masa Khulafaurrasyidin
a Abu Bakar As-Sidiq (51 SH – 13 H / 537 – 634 M)
Sebelum menjadi khalifah Abu Bakar tinggal di pinggiran kota Madinah. Setelah 6 bulan, Abu Bakar pindah ke Madinah dan bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun. Sejak menjadi khalifah, kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Menurut beberapa keterangan beliau diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap harinya dari Baitul Mal dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan menurut keterangan 6000 dirham per tahun.
Khalifah Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat. Beliau juga mengambil langkah-langkah yang tegas untuk mengumpulkan zakat dari semua umat Islam termasuk Badui yang kembali memperlihatkan tanda-tanda pembangkangan sepeninggal Rosululloh SAW.
b Umar bin Khattab (40SH – 23H / 584 – 644 M)
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 17 Pada masa beliau dibangun Institusi Administrasi dan Baitul Mal yang reguler dan permanen di Ibu Kota, yang kemudian berkembang dan didirikan pula Baitul Mal cabang di ibu kota propinsi. Baitul Mal secara tidak langsung berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam. Harta Baitul Mal dipergunakan mulai untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yatim, serta anak-anak terlantar, membiaya penguburan orang-orang miskin, membayarkan utang orang-orang yang bangkrut, membayar uang diyat untuk kasus-kasus tertentu, sampai pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial. Bersamaan dengan reorganisasi Baitul Mal, Umar mendirikan Diwan Islam yang disebut Al-Divan. Al- Divan adalah kantor yang mengurusi pembayaran tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta tujangan lainnya secara reguler dan tepat. Khalifah Umar juga membentuk komite yang terdiri dari Nassab ternama untuk membuat laporan sensus penduduk Madinah sesuai dengan tingkat kepentingan dan kelasnya.
Khalifah Umar menetapkan beberapa peraturan sebagai berikut:
1. Wilayah Irak yang ditaklukan menjadi muslim, sedangkan bagian yang berada dibawah perjanjian damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikannya tersebut dapat dalihkan
2. Kharaj (pajak yang dibayarkan oleh pemilik-pemilik tanah negara taklukan),dibebankan pada semua tanah yang termasuk kategori pertama, meskipun pemilik tersebut kemudian memeluk Islam dengan demikian tanah seperti itu tidak daat dikonversi menjadi tanah ushr
3. Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan, sepanjang mereka memberikharaj dan jizyah (pajak yang dikenakan bagi penduduk non muslim sebagai jaminan perlindungan oleh negara)
4. Sisa tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang diklaim kembali bila ditanami oleh muslim diperlakukan sebagai tanah ushr.
5. Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar saaau dirham atau satu rafiz (satu ukuran lokal) gandum dan barley (sejenis gandum) dengan ngapan tanah tersebut dapat dilalui air. Harga yang lebih tinggi dikenakan kepada ratbah(rempah atau cengkih) dan perkebunan, 6. Di Mesir, menurut sebuah perjanjian Amar, dibebankan dua dinar, bahkan hingga
tiga irdabb gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan madu dan rancangan ini telah disetujui Khalifah
7. Perjanjian Damaskus ( Syiria ) menetapkan pembayaran tunai, pembagian tanah dengan muslim. Beban per kepala sebesar satu dinar dan beban satujarib ( unit berat ) yang diproduksi per jarib (ukuran) tanah.
c Ustman bin Affan ( 47 SH – 35H / 577 – 656 M )
Khalifah Ustman mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Umar. Pada enam tahun pertama, Balkh, Kabul, Ghazni Kerman, dan Sistan ditaklukan. Kemudian tindakan efektif dilakukan untuk pengembangan sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon-pohon ditanam untuk diambil buah dan hasilnya dan kebijakan di bidang keamanan perdagangan dilaksanakan dengan pembentukan organisasi kepolisian tetap.
Usman mengurangi jumlah zakat dari pensiun. Tabri menyebutkan ketika khalifah Ustman menaikkan pensiun sebesar seratus dirham, tetapi tidak ada rinciannya.Beliau menambahkan santunan dengan pakaian. Selain itu ia memperkenalkan kebiasaan membagikan makanan di masjid untuk orang-orang miskin dan musafir.
Pada masa Ustman, sumber pendapatan pemerintah berasal dari zakat, ushr, kharaj, fay, dan ghanimah. Zakat ditetapkan 2,5 persen dari modal aset. Ushr ditetapkan 10 persen iuran tanah-tanah pertanian sebagaiman barang-barang dagangan yang diimpor dari luar negeri.
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 18 lebih tinggi dari ushr. Ghanimah yang didapatkan dibagi 4/5 kepada para prajurit yang ikut andil dalam perang, sedangkan 1/5-nya disimpan sebagai kas negara.
d Ali bin Abi Thalib ( 23H – 40H / 600 – 661 M )
Pada masa pemerintahan Ali, beliau mendistribusikan seluruh pendapatan provinsi yang ada di Baitul Mal Madinah , Busra, dan Kuffah. Ali ingin mendistribusikan sawad, namun ia menahan diri untuk menghindari terjadi perselisihan. Secara umum, banyak kebijakan dari khalifah Ustman yang masih diterapkan, seperti alokasi penegeluaran yang tetap sama. Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambahkan jumlahnya pada masa Ustman hampir dihilangkan seluruhnya.
Khalifah Ali mempunyai konsep yang jelas mengenai pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannnya seperti mendiskripsikan tugas dan kewajiban dan tanggung jawab penguasa, menyusun dispensasi terhadap keadilan, kontrol atas pejabat tinggi dan staf, menjelaskan kebaikan dan kekurangan jaksa, hakim dan abdi hukum, menguraikan pendapatan pegawai administratif dan pengadaan bendahara.
3.3 Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pasca Khulafaurrasyidin
Siddiqi menguraikan sejarah pemikiran ekonomi Islam dalam tiga fase, yaitu: fase dasar-dasar ekonomi Islam, fase kemajuan dan fase stagnasi:
a. Fase Dasar-Dasar Ekonomi Islam
Fase pertama merupakan fase abad pertama hingga kelima Hijriyah (abad ke-11 Masehi). Pemikiran ekonomi dirintis oleh para fuqaha, sufi dan filosof. Pemikiran fuqaha terfokus pada manfaat (maslahah) yang dianjurkan dan kerugian (mafsadah) bila melaksanakan sesuatu yang dilarang agama, bersifat normatif berwawasan positif dan cenderung mikroekonomi. Kontribusi para sufi terletak pada keajegannya dalam mendorong kemitraan yang saling menguntungkan, tidak rakus dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan Allah SWT dan secara tetap menolak penempatan tuntutan kekayaan dunia yang terlalu tinggi, bersifat normatif berwawasan positif dan cenderung mikroekonomi. Fokus pembahasan filosof tertuju pada konsep kebahagiaan (sa‟adah) dalam arti luas, pendekatannya global dan rasional serta metodologinya syarat dengan analisis ekonomi positif dan cenderung makroekonomi. Beberapa tokoh fase pertama diantaranya :
1. Zaid bin Ali (wafat pada 80 H/738 M), fokus pemikirannya adalah keabsahan jual beli secara tangguh dengan harga yang lebih tinggi daripada jual beli secara tunai. 2. Abu Hanifah(wafat pada 150 H/767 M), fokus pemikirannya adalah Jual beli
salam dan pembelaan hak-hak ekonomi kaum lemah
3. Abu Yusuf (wafat pada 182 H/ 798 M), fokus pemikirannya adalah Keuangan public serta pembentukan dan pengendalian harga
Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekholifahan Harun Ar Rasyid dan merupakan ekonom pertama yang menulis secara khusus tentang kebijakan dalam kitabnya yaitu Al Khoroj yang menjelaskan tanggung jawab ekonomi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Buku ini ditulis berdasarkan permintaan kholifah untuk digunakan sebagai panduan manual perpajakan. Abu Yusuf sangat menentang adanya pajak atas tanah pertanian dan menyarankan diganti dengan zakat pertanian yang dikaitkan dengan jumlah hasil panennya. Abu Yusuf membuat rincian bagaimana membiayai pembangunan jembatan, bendungan dan irigasi. Dan selain itu Abu Yusuf juga mengemukakan hubungan antara peningkatan dan menurunan produksi dengan perubahan harga.
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 19 ada batasan tertentu tentang murah dan mahalnya yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya, principnya tidak ada yang mengetahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal bukan berarti karena kelangkaan makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. Kadang – kadang makanan berlimpah tetapi tetap mahal dan kadang – kadang makanan sangat sedikit tetapi murah.
Dari pernyataan tersebut tampaknya Abu Yusuf menyangkal pendapat umum mengenai hubungan terbalik antara penawaran dan harga. Pada kenyataannya harga tidak bergantung pada penawaran saja tetapi juga bergantung pada kebutuhan permintaan.
4. Asy-Syaibani (wafat pada 189 H/804 M) fokus pemikirannya adalah pada konsep kerja, perilaku konsumen dan produsen, spesialisai dan distribusi pekerjaan. 5. Ibn Miskawaih (wafat pada 421 H/1030 M), fokus pemikiran pada konsep uang.
b. Fase Kedua (Kemajuan)
Fase kedua dimulai pada abad ke-11 sampai dengan ke-15 Masehi. Fase kedua dikenal sebagai fase yang cemerlang karena meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya. Realitas politik ditandai oleh dua hal, yakni:
a.Disintegrasi pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah dan terbaginya kerajaan ke dalam beberapa kekuatan regional yang mayoritas didasarkan pada kekuatan daripada kehendak rakyat.
b.Merebaknya korupsi di kalangan para penguasa diiringi dengan dekadensi moral di kalangan masyarakat yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan yang semakin lebar antara si kaya dengan si miskin.
Beberapa tokoh fase kedua diantaranya:
1. Al-Ghazali (wafat pada 505 H/1111 M)
Uang ibarat cermin yang tidak mempunyai warna tetapi dapat merefleksikan semua warna. Artinya uang tidak mempunyai harga tetapi merefleksikan harga semua barang. (ihya' ulumuddin). Atau dalam istilah ekonomi klasik dikatakan uang tidak memberikan kegunaan langsung (dirrect utility function). Hanya bila uang itu digunakan untuk membeli barang maka barang itu akan memberi kegunaan. Dalam teori ekonomi klasik dikatakan kegunaan uang timbul dari daya belinya. Hal tersebut adalah salah satu ide dari Al Ghozali tentang ekonomi. Beliau juga menegaskan bahwa dalam perekonmian barter pun uang dibutuhkan sebagai nilai ukuran nilai suatu barang.
Merujuk pada Al Qur'an Alghozali mengecam orang yang menimbun uang. Terlebih lagi orang yang melebur dirham dan dirham menjadi perhiasan emas dan perak. Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara dari peredaran sedangkan melebur berarti menarik dari peredaran selamanya. Dalam teori moneter modern penimbunan uang berarti memperlambat peredaran uang. Ini berarti memperkecil terjadinya transaksi sehingga perekomian lesu. Sedangkan peleburan uang akan mengurangi penawaran uang.
Al Ghozali membolehkan peredaran uang yang sama sekali tidak mengandung emas dan perak asalkan pemerintah menyatakannya sebagai alat bayar resmi. (ihya' ulumddin). Menurut beliau perdagangan uang berarti memenjarakan fungsi uang. Makin banyak uang yang diperdagangkan makin sedikit yang berfungsi sebagai alat tukar. Inilah yang terjadi saat ini dimana sebagian besar yang digunakan untuk diperdagangkan. Sehingga keseimbangan antara sektor riil dan moneter tidak terjadi. Sektor moneter terus berkembang dengan cepat tetapi sektor riil jauh tertinggal. Sehingga percepatan sektor moneter tidak menggambarkan percepatan sektor riil.
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 20 perdagangan barter yang sangat sulit untuk direalisasikan. Karena permasalahan itulah muncul yang mempertemukan antara orang yang membutuhkan barang dan orang yang ingin menjual barangnya. Beliu juga menjelaskan bahwa pemerintah berperan penting dalam menjamin keamanan jalur perdagangan dan demi kelancaran perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.
Pemikiran paling fenomenal adalah pernyataan beliau tentang teori penawaran dan permintaan serta elastisitasnya. Walaupun tidak dijelaskan secara terminologi modern beberapa pemikirannya menggambarkan bentuk kurva penawaran dan permintaan. Untuk kurva penawaran yang naik dari kiri bawah ke atas kanan dinyatakan dengan ―jika petani tidak mendapatkan pembeli dan barangnya maka ia akan menjual pada harga yang lebih murah.‖ Sementara untuk kurva permintaan yang turun dari kiri atas ke kanan bawah dinyatakan dengan ―harga dapat diturunkan dengan mengurangi permintaan‖. Elastisitas permintaan dijelaskan sebagai berikut; mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan.beliau mengidentifiksi produk makanan sebagai komoditas dengan kurva permintaan yang inelastis. Karena makanan adalah kebutuhan pokok, pedagang makanan harus seminimal mungkin didorong oleh motif mencari keuntungan untuk menghindari eksploitasi melalui pengenaan harga yang tinggi dan keuntungan yang besar. Keuntungan semacam ini seyogyanya dicari dari barang – barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.
a. Perilaku konsumen b. Evolusi pasar c. Konsep Uang d. Pajak.
2. Ibnu Taimiyah (wafat 728 H/1328 M)
Ibnu Taymiyyah lahir besar dan wafat di zaman pemerintahan Bani Mamluk. Ketika itu harga-harga dinyatakan dan dibayar dalam dirham yang merupakan peninggalan Bani Ayyubi. Namun karena desakan kebutuhan masyarakat akan mata uang pecahan yang lebih kecil, maka Sultan Kamil Ayyubi memperkenalkan mata uang baru dari lembaga yang disebut fulus. Karena bahan pembuatan fulus mudah didapatkan, maka pencetakan uang baru terus dilakukan. Pencetakan besar-besaran terjadi pada masa Sultan Kitbagha dan Zahir Barquq. Bahkan didirikan pabrik pencetakan fulus di Kairo dan Alexanderia. Fulus digunakan secara meluas di masyarakat, dinar dan dirham yang terbuat dari emas dan perak menghilang dari peredaran. Fenomena ini dirumuskan oleh Ibnu Taymiyyah bahwa yang dengan kualitas rendah (fulus) akan menendang keluar uang yang berkualitas baik (dirham dan dinar). Rumusan ini lebih dikenal dalam ekonomi konvensional sebagai Good money always drive out bad money yang dinyatakan oleh Thomas Gresham (1857). jadi 500 tahun sebelumnya Ibnu Tayniyyah sudah lebih dahulu menyatakan teori tersebut.
Pada zaman Ibnu Taymiyyah tersebut untuk mencetak fulus pemerintah mengimpor tembaga. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan dari pencetakan tersebut. Dalam istilah finansial disebut seniorage yaitu selisih biaya pencetakan dengan nilai nominal yang yang dicetak. Ibnu Taymiyyah mengomentari pengimporan tembaga merupakan bagian dari bisnis uang. Padahal uang bukanlah barang komoditi tetapi hanya serana untuk memperoleh komoditi. Secara garis besar beliau mengemukakan lima poin penting ;
Pertama perdagangan uang akab memicu inflasi. Kedua hilangnya kepercayaan orang akan stabilitas nilai uang akan mencegah orang melakukan kontrak jangka panjang dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai. Ketiga
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 21 perdagangan internasional akan menurun. Kelima logam berharga akan mengalir keluar dari negara.
Selain pemikirannya tentang masalah uang, Ibnu Taymiyyah juga membahas mengenai pasar yang sehat terutama yang berhubungan dengan masalah harga. Dengan tegas beliau menyatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Beliau menyakatkan bahwa naik dan turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat dalam transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi produksi, penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan pasar. Karena itu jika permintaan terhadap barang meningkat sementara penawaran menurun harga barang itu akan naik dan begitu pula sebaiknya.
Menurut beliau penawaran bisa datang dari produksi domestik dan impor. Perubahan dalam jumlah penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunana dalam jumlah barang yang ditawarkan, besar kecilnya kenaikan harga bergantung pada besarnya perubahan penawaran dan permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, maka perubahan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah. Dibedakan pula dua faktor penyebab pergeseran penawaran dan permintaan yaitu tekanan pasar yang otomatis dan perbutan melanggar hukum dari penjual misalnya penimbunan. Adapun faktor lain yang mempengaruhi penawaran dan permintaan adalah intensitas dan besarnya permintaan, kelangkaan dan melimpahnya barang, kondisi kepercayaan, dan diskonto dari pembayaran tunai.
a. Konsep Harga b. Hisbah
c. Keuangan Negara d. Konsep Uang
3. Ibnu Khaldun (wafat 808 H/1406 M),
Ibnu Khaldun berbicara tentang teori produksi dan uang. Ia menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut, tetapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif. Bisa saja suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal itu bukan merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sektor produksi. Maka uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan kerja, dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya. Pendapat ini menunjukkan pula bahwa perdagangan internasional telah menjadi bahasan utama para ulama' ketika itu. Negara yang telah mengekspor berarti mempunyai kemampuan berproduksi lebih besar dari kebutuhan domestiknya sekaligus menunjukkan bahwa negara tersebut lebih efisien dalam produksinya.
Bagi dunia Islam Ibnu Khaldun adalah seorang ulama ternama sedangkan bagi para ekonom ia dikenal sebagai salah seorang bapak ilmu ekonomi. Ahli sejarah ekonomi terkemuka Josep Schumpeter mencatat nama Ibnu Khaldun di dua tempat dalam bukunya
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 22 mengambil keuntungan sangat tinggi akan membuat lesu perdagangan karena lemahnya permintaan konsumen.
Tentang uang beliau mengatakan bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak akan tetapi emas dan perak menjadi standart nilai uang. Uang yang tidak mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah menetapkan nilainya. Ibnu Khaldun juga menyarankan digunakannya uang standart emas dan perak. Beliau juga menyarankan konstanta harga emas dan perak. Harga lain boleh berfluktuasi tetapi tidak untuk emas dan perak.
4. Al-Maqrizi (wafat 845 H/1441 M)
Al Maqrizi adalah salah seorang murid Ibnu Khaldun yang terkemuka. Spesialisasi beliau adalah uang dan inflasi. Yang melatarbelakangi beliau memilih bidang tersebut adalah adanya perkembangan zaman pada masa pemerintahan Islam dari wakru ke waktu. Pada zaman Abasiyah mulai diciptakan uang baru selain dinar dan dirham, selain itu para pejabat pemerintah pada masa itu sering meminjam uang dari bankir Nasrani dan Yahudi, anggaran defisitpun sering terjadi. Penciptaan fulus yang berlebihan yang menyebabkan inflasi. Pada masa tersebut fulus dijadikan komoditi perdagangan untuk memperoleh keuntungan.
Al Maqrizi membagi inflasi menjadi dua, inflasi akibat kekurangan persediaan barang atau natural inflation dan inflasi akibat kesalahan manusia. Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman Rosululloh dan Khulafaur Rosyidin yaitu karena kekeringan atau peperangan. Inflasi jenis kedua menurut beliau disebabkan oleh tiga hal yaitu pertama korupsi dan administrasi yang buruk, pajak berlebihan yang memberatkan petani, jumlah fulus yang berlebihan atau yang oleh Milton Friedman disebut inflation is just a monetery phenomenon. Jelaslah teori inflasi Friedman bapak kaum moneteris hanya merupakan bagian kecil dari teori inflasi Al Maqrizi. - Konsep Uang- Teori inflasi.
c.Fase Ketiga
Fase ketiga dimulai pada tahun 1446 hingga 1932 Masehi.. Fase kedua dikenal sebagai fase tertutupnya pintu ijtihad (independent judgment). Para fukaha hanya menuliskan kembali catatan-catatan para pendahulunya dan mengeluarkan fatwa yang sesuai dengan aturan standar bagi masing-masing mazhab. Gerakan pembaharu baru timbul pada dua abad terakhir yang menyeru untuk kembali kepada Alquran dan Al-Hadis sebagai pedoman hidup.
Tokoh-tokoh fase ketiga ini diantaranya: a. Shah waliallah (wafat 1176H/1762M)
b. Jamaluddin al Afhgani (wafat 1315H/1897M) c. Muhammad Abduh (wafat 1320H/1905M) d. Muhammad Iqbal (wafat 1357 H/1938M)
4. Kemunculan Pemikiran dan Mazhab Ekonomi Islam Modern
Pada era modernis, ekonomi Islam mulai dirajut kembali untuk dimunculkan sebagai sebuah konsep ilmu teoritis maupun aplikatif. Pembagian mazhab alur pemikiran Ekonomi Islam muncul dalam tiga mazhab. Mazhab Baqir As Sadr, Mainstream, dan alternatif Kritis. Hal yang melatarbelakangi pembagian ketiga mazhab ini adalah adanya perbedaan pendapat akan adanya konsep apa dan bagaimana ekonomi Islam. Akan tetapi, belum secara pasti dapat dibuktikan bahwa aplikasi konsep dan teori ekonomi Islam di masyarakat saat ini adalah sudah cukup dinaungi oleh ketiga mazhab tersebut diatas.
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 23 saat ini, pemikiran ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni:
a Mazhab Baqir as-Sadr, Baqr As Shadr
Mazhab pertama ini dipelopori oleh Baqir As Sadr melalui buku fenomenal Iqtishaduna. Selain itu tokoh-tokoh yang mempopulerkan mazhab ini antara lain adalah Baqir al Hasan, Kadin As Sadr, Hedayati, Abas Mirakhor, dan lainya. Menurut mazhab ini ilmu ekonomi tidak akan pernah sejalan dengan islam. Terdapat perbedaan yang tajam antara keduanya yaitu pada perbedaan pandangan dalam melihat dan memetakan masalah ekonomi. Ilmu ekonomi menjelaskan persoalan ekonomi muncul karena adanya keinginan manusia yang terbatas sementara sumber daya yang ada untuk memenuhinya terbatas.
Mereka menolak pendangan ini. Sebab islam tidak mengenal adanya sumber daya terbatas yang terbatas. Qur'an surat al Qomar ayat 49 menjadi rujukan betapa sumber daya sudah diciptakan oleh Allah swt dalam ukuran yang tepat. Akan halnya sumber daya yang terbatas yang mereka tolak mereka juga menampik pandangan bahwa keinginan manusia itu tak terbatas.
Persoalan ekonomi yang sebenarnya menurut mereka adalah sebagai akibat adanya sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi dari yang kuat terhadap yang lemah, dalil inilah yang mereka ajukan untuk menjungkirbalikkan ekonomi konvensional. Dan persoalan ekonomi bukanlah sunber daya yang terbatas, tetapi persoalan ekonomi muncul karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.
Berdasarkan deskripsi ini mereka menolak istilah ilmu ekonomi Islam. Istilah itu mereka katakan sebagai bentuk yang menyesatkan dan kontradiktif, dan karenanya penggunaan istilah ekonomi islam harus dihentikan. Alternatifnya mereka mengusulkan istilah iqtishad yang mengakar dari terminologi islam sendiri.
Menurut mereka istilah dalam bahasa aslinya merujuk pada arti ―keadaan sama‖. ―seimbang‖ atau ―pertengahan‖ yang dalam bahasa ekonomi lebih dikenal dengan istilah equilibrium. Upaya penggantian istilah ini kemudian berlanjut pada suatu penolakan dan pembuangan seluruh ilmu ekonomi konvensional. Dan mereka menuliskan sendiri teori-teori ekonomi yang digali dan dideduksi dari Al Qur'an dan As sunnah.
b Mazhab mainstream;
Mazhab ini dipopulerkan antara lain oleh Umer Chaptra, MA Mannan dan MN Siddiqi Banyak pendukung mazhab ini bekerja dikalangan islamic Development Bank (IDB).
Berbeda dengan mazhab pertama, mazhab ini malah mendukung rumusan yang telah dicetuskan ilmu ekonomi konvensional. Persoalan ekonomi menurut mazhab ini terjadi karena sumberdaya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tak terbatas. Dan untuk mendukung teori ini mereka merujuk pada Al Qur'an surat Albaqoroh ayat 155.
Pandangan mazhab mainstream dengan pandanagn ekonomi konvensional tidak ada bedanya dalam memandang masalah kelangkaan sumber daya. Meskipun begitu tetap saja mempunyai perbedaan yaitu dalam masalah hal menyelesaikan masalah. Kesulitan yang hadir kerena persoalan ini memaksa manusia untuk membuat skala prioritas dalam memenuhi keinginannya.
MODUL EKONOMI ISLAM SILVER 1 (EDISI REVISI) 24 oleh Al Qur'an. Mereka tidak pernah membuang teori-teori ekonomi konvensional ke keranjang sampah. Menurut mereka usaha pengembangan ekonomi islam tidak berarti membuang semua hasil analisis ekonomi konvensional. Sebab mengambil hal-hal yang baik dan berguna yang dihasilkan oleh peradaban bukan islam tidaklah diharamkan. Umar Chapra, As Siddiqi, etc.
c Mazhab Alternatif-kritis.
Pelopor antara lain Timur Koran, Jomo, dan Muhammad Arif. Mereka mengkritik mazhab pertama yang hanya berusaha mengemukakan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain dengan menghancurkan teori lama dan menggantinya dengan perspektif baru. Sedangkan mazhab kedua menurut mereka sekedar jiplakan dari teori ekonomi konvensional dengan menghilnagkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta niat.
Menurut mazhab ini ekonom islam bukanlah sistem ekonomi kapitalis minus riba dan sistem sosialis minus kebebasan berusaha, tetapi elonomi islam haruslah berdiri di atas kakinya sendiri dan pada prinsipnya sendiri.
Sesuai namanya mereka mencoba kritis baik terhadap sosialisme dan kapitalisme ataupun kepada islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa islam tentu benar, tetapi ekonomi islam belum tentu benar karena itu digali dari penafsiran manusia terhadap al qur'an dan As sunnah yang nilai kebenarannya tidak mutlak lagi. Oleh karena itu, ekonomi islam harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional.
Nama-nama tokoh Islam seperti Al Ghozali, Ibnu Taymiyyah, Ibnu Khaldun atau Ar Razi lebih dikenal sebagai ahli-ahli aqidah, fikih atau masalah keagamaan lainnya. Padahal kalau dikaji lebih jauh lagi pemikiran mereka tidak hanya berkutat pada agama ansih tetapi juga masalah ekonomi. Bahkan pemikiran dan ide-ide ekonomi mereka menjadi rujukan bagi teori ekonomi konvensional membuat yang berkembang saat ini. Hanya saja para ekonom konvensional membuat penyimpangan penyimpangan dari teori tersebut. Sehingga teori-teori yang berlaku saat ini jauh sekali dari nilai keadilan dan kejujuran bahkan ada yang jauh dari logika ekonomi sekalipun. sebagai raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak sosiologi tetapi juga Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, ia lebih dari tiga abad mendahului para pemikir Barat modern tersebut. Muhammad Hilmi Murad secara khusus telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad : Ibnu Khaldun.
Artinya Bapak Ekonomi : Ibnu Khaldun.(1962) Dalam tulisan tersebut Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya pada
Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif, adakalanya dikaji dari perspektif hukum, moral dan adapula dari perspektif filsafat. Karya-karya tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani dan zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, karena pemikir zaman pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi dalam kajian moral dan hukum.