• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akad tijarah (kontrak untuk transaksi yang berorientasi laba)

AKAD DAN TRANSAKSI DALAM EKONOMI ISLAM

5.2 Akad tijarah (kontrak untuk transaksi yang berorientasi laba)

Tujuan dari transaksi ini adalah untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi. Institusi yang melaksanakan kegiatan ini bisa institusi swasta murni atau pemerintah yang berciri swasta. Sifat dasar transaksi dan kontrak ini didalam ekonomi syari‘ah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

a. Transaksi/kontrak yang secara alamiah mengandung kepastian

Transaksi/kontrak ini adalah suatu jenis transaksi/kontrak dalam usaha yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatannya baik dari segi jumlah dan waktu penyerahannya.

Ada dua hal penting yang terlibat didalam transaksi ini, yaitu : 1. Objek pertukaran

Objek ini terdiri dari dua macam yaitu sebagai berikut

- „Ayn (harta nyata), berupa barang dan jasa seperti tanah, bangunan, mobil, peralatan, jasa parkir, jasa karyawan, dan sebagainya.

- Dayn (harta keuangan), berupa harta yang memiliki nilai finansial seperti uang dan surat berharga.

2. Waktu pertukaran

Waktu pertukaran juga terdiri dari dua macam, yaitu :

- Naqdan (penyerahan segera), adalah situasi pertukaran yang waktu penyerahannya dilakukan secara tunai atau pada saat sekarang (present)

- Ghairu Naqdan (penyerahan ditangguhkan), adalah situasi pertukaran dimana waktu pertukarannya dilakukan dimasa akan datang atau ditangguhkan (deferred).

Jenis-jenis transaksi yang mengandung kepastian dalam perekonomian islam meliputi sebagai berikut :

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 87

Bai‟ adalah transaksi pertukaran antara „ayn dengan dayn. Dalam transaksi ini penjual telah memasukkan unsur laba ke harga jualnya dan secara syariat tidak harus memberitahukan kepada pebeli tentang besarnya laba tersebut.

Rukun Bai‟ :

1. penjual (bai‟) 2. pembeli (musytari‟) 3. barang/objek (mabi‟) 4. harga (tsaman) 5. ijab qabul (sighat)

Bai‟ secara umum terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

- Bai‟ al-murahabah

Adalah jual beli dimana si penjual menyatakan dengan terbuka kepada si pembeli mengenai tingkat keuntungan yang diambilnya. Pada transaksi ini, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi terjadi sedangkan pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, ditangguhkan atau dicicil.

- Bai‘ Muajjal

Adalah transaksi jual beli dimana barang diserahkan di awal periode, sedangkan uang dapat diserahkan pada periode selanjutnya. Pembayaran ini dapat dilakukan secara cicilan selama periode utang, disebut taqsith atau dapat juga dilakukan sekaligus (lump-sum) di akhir periode disebut muajjal.

- Bai‟ as-salam

Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah keuntungan yang telah disepakati, waktu penyerahan barang dilakukan dimasa akan datang (ditangguhkan) sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka (secara tunai).

- Bai‟ al-istishna‟

Adalah akad salam yang pembayaran atas barangnya dilakukan secara cicilan dalama periode pembiayaan. Isthisna adalah bentuk lawan dari tasqsith.

2. Ijarah dan Ijarah Muntahiyah bitamliik

Ijarah adalah transaksi sewa menyewa suatu aset. Selain itu juga dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang dan jasa melalui upah sewa tanpa diikuti oleh pemindahan hak kepemilikan atas barang dan jasa tersebut.

Ijarah Muntahiyah bitamliik adalah transaksi ijarah yang diikuti dengan proses perpindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Proses perpindahan dalam transaksi ini dapat dilakukan dengan cara Hibah atau janji untuk menjual. Transaksi ini merupakan pengembangan dari transaksi ijarah. b. Transaksi/kontrak yang secara alamiah mengandung ketidakpastian

Kontrak atas transaksi yang secara alamiah mengandung ketidakpastian merupakan bagian dari akad tijarah, yaitu akad transaksi yang bertujuan mencari keuntungan. Transaksi ini merupakan campuran antara objek „ayn dan dayn atau perkongsian antara dua belah pihak atau lebih (asy- syirkah). Secara umum ada dua jenis syirkah dalam ekonomi syari‘ah, yaitu sebagai berikut :

1. Musyarakah

Dalam akad muamalah yang bersifat bagi hasil ini terdiri al musyarokah, al mudhorobah, dan al musaqoh. Yang paling banyak digunakan oleh perbankan islam untuk pembiayaan usaha produktif adalah al musyarokah dan al mudhorobah. Sedangkan al muzara'ah dan al musaqoh biasanya digunakan untuk pertanian oleh bank islam.

Al musyarokah adalah suatu akad dimana terjadi kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk saling menyertakan modalnya dalam suatu usaha. Dan mereka saling berbagi keuntungan

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 88

berdasarkan kesepakatan bersama. Serta juga berbagi kerugian menurut besarnya penyertaan modal atau sesuai dengan kesepakatan.

Landasan Syariah dari akad ini adalah: a. Alqur'an

Surat an nisa 12

―.. maka mereka berserikat pada sepertiga..‖ Surat as shaad ayat 24

―dan sesungguhnya kebanyakan dari orang – orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat kepada sebagian yang lain kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.‖ b. Al hadits

dari Abu Hurairah Rosulullah saw bersabda ―sesungguhnya Allah swt berfirman, Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat salama salah satunya tidak menghianati lainnya‖. (HR Abu Dawud No 2936 dalam kitab Al Bayu, dan Hakim)

c. Ijma'

Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughni, telah berkata, kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarokah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa element darinya.

Rukun akad ini adalah : 1. Pihak yang berserikat 2. Modal

3. Aqad / ijab Kabul 4. Nisbah keuntungan Jenis-Jenis Al Musyarokah 1. Al musyarokah kepemilikan

jenis musyarokah ini terjadi karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya, yang menyebabkan terjadinya pembagian atas aset terhadap dua orang atau lebih.

2. Musyarokah Akad

Jenis Musyarokah ini merupakan kesepakatan antara dua orang atau lebih bahwa setiap orang memberikan dananya, dan terjadi kesepakatan pula dalam berbagi keuntungan serta kerugian yang mungkin terjadi dalam perjalanan usaha. Al Musyarokah akad ini dibagi atas :

a. Syirkah Al 'Inan

Yaitu merupakan kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dana dan berpartisipasi dalam kerja. Dan saling berbagi keuntungan dan kerugian yang dapat. Akan tetapi porsi masing-masing pihak baik dalam dana maupun kerja / bagi hasil tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.

b. Syirkah Mufawadah

yaitu merupakan kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan porsi dana dan berpartisipasi. Ini hampir sama dengan Syirkah Al 'Inan, namun syirkah jenis ini mempunyai syarat utama yaitu kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.

c. Syirkah A'maal

syirkah jenis ini adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya kerjasama dua orang arsitek untuk mengerjakan sebuah proyek. Jenis ini kadang-kadang disebut Musyarokah Abdan atau Sanaa'i

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 89

Syirkah Wujuh merupakan kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan pretise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjualnya secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. Jenis ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasarkan pada jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarokah piutang.

e. Syirkah Mudhorobah

beberapa ulama' membahas mudharabah secara tersendiri dan memecahkannya dari bab syirkah. Oleh karenanya syirkah al mudhorobah ini dibahas dalam bagian lain.

Aplikasi akad ini dalam dunia perbankan adalah : a. Pembiayaan Proyek

Dalam aplikasi perbankan suatu proyek. Al musyarokah ini digunakan untuk membiayai suatu proyek. Dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati.

b. Modal Ventura

Pada lembaga keuangan khusus dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, al musyarokah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanam modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya baik secara langsung maupun bertahap.

Manfaat dan resiko akad ini dalam dunia perbankan adalah : a. manfaat

1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus kas usaha nasabah 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan.

5. Prinsip bagi hasil dalam musyarokah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap, dimiana bank akan menagih nasabah suatu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

b.Risiko

1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur. 2. Al Mudhorobah

Mudhorobah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara teknis shahibul maal 100% dana dan pihak lain menjadi pengelola. Mereka berbagi kekuntungan berdasarkan kesepakatan. Bila terjadi kerugian maka shohibul maal rugi dalam modal, dan pengelola rugi dalam tenaga waktu dan lainnya yang dicurahkan dalam menjalankan usaha tersebut.

Landasan syariah akad ini adalah : a. Al Qur'an

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 90

Dalam surat Al Muzzamil ayat 20 ―... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah swt‖

Dalam surat Al Jumuah ayat 10

―Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah swt..‖

Dalam surat Al Baqoroh ayat 198

―Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu..‖ b.Al Hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholibjika memberikan dana kemitra usahanya secara mudhorobah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rosulullah saw dan Rosulullah saw pun membolehkannya‖ (HR Thabrani)

dari shalih bin shuhaib ra bahwa Rosulullah saw bersabda ―tiga hal yang di dalamnya terdapat keberatan: jual beli secara tangguh, muqorodhoh (mudhorobah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual 9HR Ibnu Majah n0 2280 kitab At Tijaroh) c. Ijma‘

Imam Zuilai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsesus terhadap legitimasi pengelohan harta yatim secara mudhorobah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutib abu Zubaid.

Rukun dari akad ini adalah : a. Pemodal (shohibul maal) b. Pengelola (mudhorib) c. Modal

d. Nisbah Keuntungan e. Aqad / Ijab Kabul

Jenis – jenis Akad Al Mudharabah adalah : a. Mudhorobah Muthlaqoh

Mudhorobah jenis ini merupakan bentuk kerjasama yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, daerah bisnis, dan lain sebagainya. Dimana pengelola bebas menginvestasi dana tersebut kemana saja.

b.Mudhorobah Nuqoyyadah

Mudhorabah Muqoyyadah atau sering disebut dengan restricted mudhorobah atau specified mudhorobah. Hal ini karena mudhorobah jenis ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan pembatasan atas jenis usaha, waktu, atau tempat usaha serta pembatasan lainnya yang diinginkan oleh shohibul maal.

Aplikasi akad ini dalam dunia perbankan adalah:

Dalam aplikasi dalam dunia perbankan, terdapat bermacam aplikasi. Bila kita melihatnya dari sisi penghimpunan dana antara lain:

1. Tabungan berjangka 2. Deposito berjangka

dan bila dilihat dari sisi pembiayaan antara lain: 1. Pembiayaan modal kerja

2. Investasi khusus

Manfaat dan resiko akad ini adalah : Manfaat

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 91

1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow nasabah

4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan.

5. Prinsip bagi hasil dalam musyarokah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap, dimana bank akan menagih nasabah suatu jumlah berapapun keuntungan yang dihasilkan bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Risiko

1. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut kontrak. 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.

3. Panyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabah tidak jujur. 3. Muzaro‘ah

Al muzaro'ah adalah bentuk kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik pertanian memberikan lahan kepada si peggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil penen.

Al muzaro'ah seringkali diidentikkan dengan mukhorobah. Diantara keduanya terdapat perbedaan: muzaro'ah : benih dari pemilik lahan

mukhorobah : benih dari penggarap Landasan syariah akad ini adalah : a. Al hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rosulullah pernah memberikan tanah khaibar kepada penduduknya untuk digarap dengan imbalan hasil buah-buahan dan tanaman

Diriwayatkan oleh bukhari dari Jabir yang mengatakan bahwa, bangsa arab senantiasa mengolah tanahnya secara muzaro'ah dengan rasio 1/3 : 2/3, ¼ : ¾, ½ : ½, maka rosulullah pun bersabda ―hendaklah menanam atau menyerahkan untuk digarap, barangsiapa tidak melakukan salah satu dari keduanya tahanlah tanahnya.

b. Ijma'

Bukhari mengatakan bahwa telah berkata Abu Ja'far, ―Tidak ada satu rumah pun di Madinah kecuali penghuninya mengolah tanah secara muzaro'ah dengan pembagian hasil ¼ dan 1/3. Hal ini telah dilakukan oleh Sayyidina Ali, Saad bin Abi Waqosh, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah, keluarga Abu Bakar dan Keluarga Ali.

Rukun akad ini adalah : 1. Pemilik lahan 2. Penggarap 3. Lahan

4. Nisbah keuntungan 5. Aqad / ijab kabul 4. Al Musaqoh

Al Musaqoh merupakan bentuk yang paling sederhana dari muzaro'ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 92 Landasan syariah akad ini adalah :

a.Al hadits

Ibnu Umar berkata bahwa Rosulullah saw pernah memberikan tanah dan tanaman kurma di Khaibar kepada Yahudi Khaibar untuk dipelihara dengan mempergunakan peralatan dan dana mereka. Sebagai imbalan mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil panen.

b.Ijma'

Telah berkata au Ja'far Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Ibnu Thalib ra bahwa Rosulullah saw telah menjadikan penduduk khaibar sebagai penggarap dan pemelihara atas dasar bagi hasil. Hal ini dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar, Ali, serta keluarga - keluarga mereka sampai hari ini dengan rasio 1/3, ¼. Semua telah dilakukan Khulafaur Rosyidin pada zaman pemerintahannya dan semua pihak telah mengetahuinya, tetapi tidak ada seorangpun menyanggahnya. Berarti ini adalah suatu ijma' sukuti (konsensus) dari umat.

6. Do You Know ?

Mengambil Keuntungan Sesuai Syariat Mencari keuntungan dalam bisnis pada

prinsipnya merupakan suatu perkara yang jaiz

(boleh) dan dibenarkan syara‘, bahkan secara khusus diperintahkan Allah kepada orang-orang yang mendapatkan amanah harta milik orang- orang yang tidak bisa bisnis dengan baik, misalnya anak-anak yatim (lihat QS. An- Nisa‘:29, Al-Baqarah: 194, 275, 282, An-Nur:37, Al-Jum‘ah:10, Al-Muzzammil:20, Quraisy:1-3) Dan, tak ada satu nash pun yang membatasi margin keuntungan, misalnya 25 %, 50%, 100% atau lebih dari modal. Bila kita jumpai pembatasan jumlah keuntungan yang dibolehkan maka pada umumnya tidak memiliki landasan hukum yang kuat.

Tingkat laba/keuntungan atau profit margin berapa pun besarnya selama tidak mengandung unsur-unsur keharaman dan kezhaliman dalam praktek pencapaiannya, maka hal itu dibenarkan syariah sekalipun mencapai margin 100 % dari modal bahkan beberapa kali lipat. Hal itu berdasarkan dalil berikut:

Ada beberapa hadits Rasulullah saw menunjukkan bolehnya mengambil laba hingga 100% dari modal. Misalnya hadits yang terdapat pada riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya

(IV/376), Bukhari (Fathul Bari VI/632), Abu Dawud (no. 3384), Tirmidzi (no.1258), dan Ibnu Majah (no.2402) dari penuturan Urwah Ibnul Ja‘d al-Bariqi ra.

Sahabat Urwah diberi uang satu dinar oleh Rasulullah saw untuk membeli seekor kambing. Kemudian ia membeli dua ekor kambing dengan harga satu dinar. Ketika ia menuntun kedua ekor kambing itu, tiba-tiba

seorang lelaki menghampirinya dan menawar kambing tersebut. Maka ia menjual seekor dengan harga satu dinar. Kemudian ia menghadap Rasulullah dengan membawa satu dinar uang dan satu ekor kambing. Beliau lalu meminta penjelasan dan ia ceritakan kejadiannya maka beliau pun berdoa: ―Ya Allah berkatilah Urwah dalam bisnisnya.‖

Dan meraih keuntungan lebih dari yang diambil Urwah pun diperkenankan asalkan bebas dari praktik penipuan, penimbunan, kecurangan, kezhaliman, contoh kasusnya pernah dilakukan oleh Zubeir bin ‗Awwam salah seorang dari sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surga. Ia pernah membeli sebidang tanah di daerah ‗Awali Madinah dengan harga 170.000 kemudian dijualnya dengan harga 1.600.000. ini artinya sembilan kali lipat dari harga belinya (Shahih al- Bukhari, nomor hadits 3129).

Namun begitu, Imam Al-Ghozali dalam Ihya‘ Ulumuddin-nya (II/72) menganjurkan perilaku ihsan dalam berbisnis sebagai sumber keberkahan yakni mengambil keuntungan rasional yang lazim berlaku pada bisnis tersebut di tempat itu. Beliau juga menegaskan bahwa siapa pun yang qana‟ah (puas) dengan kadar keuntungan yang sedikit maka niscaya akan meningkat volume penjualannya. Selain itu dengan meningkatnya volume penjualan dengan frekuensi yang berulang-ulang (sering) maka justru akan mendapatkan margin keuntungan banyak, dan akan menimbulkan berkah.

Pantas kalau Ali ra. pernah berkeliling menginspeksi pasar Kufah dengan membawa tongkat pemukul seraya berkata, ―Wahai segenap

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 93 pedagang, ambillah yang benar, niscaya kamu

selamat. Jangan kamu tolak keuntungan yang sedikit, karena dengan menolaknya kamu akan terhalang untuk mendapatkan yang banyak.‖ Abdurrahman bin Auf pernah ditanya orang, ―apakah yang menyebabkan engkau kaya?‖ Dia menjawab, ―karena tiga perkara: aku tidak pernah menolak keuntungan sama sekali. Tiada orang yang memesan binatang kepadaku, lalu aku lambatkan menjualnya, dan aku tidak pernah menjual dengan sistem kredit berbunga.‖ Contoh kasusnya, Abdurrahman bin Auf pernah menjual 1000 ekor unta, tetapi ia tidak mengambil keuntungan melainkan hanya dari tali kendalinya. Lalu dijualnya setiap helai tali itu dengan harga 1 dirham, dengan demikian ia mendapatkan

keuntungan 1000 dirham. Dan dari penjualan itu ia mendapatkan keuntungan 1000 dirham dalam sehari.

Itulah cermin orang mempraktekkan sabda Rasulullah saw bersabda: ―Semoga Allah merahmati orang yang toleran (gampang) ketika menjual, toleran ketika membeli, toleran ketika menunaikan kewajiban dan toleran ketika menuntut hak.‖ (HR. Bukhari dari Jabir). Adapun

keuntungan yang diharamkan Islam adalah keuntungan yang mengandung unsur dan praktik bisnis haram.

Sumber:http://www.dakwatuna.com/2009/10/434 2/batasan-tingkat-keuntungan-dalam-syariah- dan-kebijakan-pricing-pemerintah/

7. Rangkuman

Akad merupakan pertalian ijab (yang diucapkan salah satu pihak yang mengadakan kontrak) dengan qabul (yang diucapkan pihak lain) yang menimbulkan pengaruh pada obyek kontrak. Pertalian ijab dan qabul ini mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yaitu masing-masing pihak dalam akad terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing sesuai dengan kesepakatan.

Rukun akad yang harus dipenuhi sehingga akad dapat dikatakan sah adalah;(1) Pernyataan untuk mengikatkan diri.(2) Pihak-pihak yang berakad.(3) Obyek akad.

Syarat-syarat lainnya yang juga harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu akad adalah pihak yang melakukan transaksi cakap hukum, syarat obyek transaksi adalah spesifik atau tertentu, jelas sifat-sifatnya, jelas ukurannya, bermanfaat dan jelas nilainya.

Akad dibagi menjadi 2 yaitu akad tabaru‘ dan ijarah. Tabaru‘ adalah akad pada transaksi yang tidak mengejar keuntungan, sedang ijarah adalah akad pada transaksi yang mengejar keuntungan.

8. Pertanyaan

1. Transaksi secara on line sudah berkembang pesat dewasa ini. Bagaimana islam memandang fenomena transaksi on line ini ?

2. Hampir di seluruh bank syariah lebih banyak mengeluarkan pembiayaan konsumtif ketimbang pembiayaan produktif. Mengapa fenomena ini bisa terjadi ?

3.

Apakah perusahaan berbentuk PT (Perseroan Terbatas) sudah sesuai dengan kaidah fiqh ekonomi islam ? jelaskan !

MODUL EKONOMI ISLAM JILID 1 (EDISI REVISI) 94

BAB 9