MODUL PRAKTIKUM
BIOKIMIA
BLOK BIOMEDIK 2
Tim Penyusun: Anita Lidesna Shinta Amat, S.Farm., M.Si., Apt. Renie Oematan, A.Md.AK. Nurjaya, A.Md.AK.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TATA TERTIB
1. Datang tepat waktu dan bekerja dengan teliti. 2. Menggunakan baju praktikum.
3. Setiap kelompok memilih 3 jenis materi praktikum yang berbeda.
4. Setiap praktikum disediakan bahan dan alat untuk semua kelompok, masing-masing kelompok boleh mengambil bahan seperlunya dan tidak diperkenankan membawa pulang persediaan bahan.
5. Bacalah etiket bahan dengan teliti.
6. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat-alat dan bahan-bahan kimia. 7. Alat dan bahan harus diperlakukan secara baik dan bijaksana.
8. Perhatikan kebersihan.
9. Pada saat praktikum tidak boleh meninggalkan ruangan praktikum tanpa ijin pengawas praktikum.
10. Jangan bersenda gurau dan manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya. 11. Selesai praktikum bersihkan alat dan letakkan pada tempat semula.
12. Alat-alat yang hilang/rusak menjadi tanggung jawab kelompok dan harus diselesaikan secepatnya.
13. Tidak boleh pulang sebelum diijinkan pembimbing praktikum.
14. Laporan praktikum dikumpulkan dan jangan lupa diparaf di dalam lembar penilaian praktikum oleh pembimbing praktikum.
15. Bekerja sama dengan baik antar sesama anggota praktikum dalam 1 kelompok. 16. Laporan:
f. Tujuan dan teknik percobaan g. Bahan dan alat yang digunakan h. Hasil yang didapatkan
i. Pembahasan dan kesimpulan
A. EMPEDU
DASAR TEORI
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan di dalam kandung empedu. Selama pencernaan, kandung empedu berkontraksi dan menyalurkan empedu ke usus kecil. Banyaknya empedu yang disalurkan tergantung dari:
1. Jenis makanan, makin banyak makanan (lemak) maka makin banyak empedu 2. Susunan empedu dalam hati
Perangsangan empedu tergantung 2 faktor:
1. Faktor makanan 2. Faktor hormonal
Sebelum masuk ke usus kecil empedu bercampur dahulu dengan getah pankreas. Empedu bereaksi alkalis, diantara bahan-bahan terpenting yang terdapat di dalam empedu adalah garam-garam empedu (natrium glikokolat dan taurokolat), pigmen-pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam organik. Empedu merupakan campuran sekresi dan ekskresi. Bahan yang disekresi misalnya garam-garam empedu dan yang diekskresi adalah pigmen-pigmen empedu dan kolesterol. Garam-garam empedu membantu proses pencernaan dan penyerapan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Aktivitas tadi disebabkan karena:
1. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan membantu emulsifikasi lemak sehingga memudahkan pencernaan.
2. Garam empedu berikatan dengan asam lemak membentuk suatu kompleks yang lebih mudah larut dan diserap.
Di samping mensekresikan zat yang disintesis oleh hepar sendiri, sel-sel hepar juga mengekskresikan sejumlah zat yang dibentuk di tempat lain di dalam tubuh. Diantaranya
rata-rata 120 hari, maka membrane sel darah merah pecah dan melepaskan hemoglobin yang difagositosis oleh sel-sel retikuloendotelial system di seluruh tubuh. Di sini hemoglobin akan dipecah menjadi heme dan globin, lalu cincin heme cepat dikonversi menjadi bilirubin yang dilepaskan ke dalam plasma atau disebut bilirubin I. Kemudian ada juga yang dikonjugasi oleh sel hepar menjadi bilirubin II yang diekskresikan oleh transport aktif ke dalam empedu.
PERCOBAAN
1. Sifat-sifat Fisis dan Reaksi
a. Catatlah warna, bau dan konsistensinya. b. Tentukan pH-nya
c. Tentukan berta jenis dengan urinometer
2. Percobaan Emulsi dengan Empedu
a. Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 mL minyak dan 10 mL air
b. Ke dalam tabung reaksi yang lain dimasukkan 1 mL minyak, 9 mL air dan 1 mL empedu. Kedua tabung reaksi ini dikocok kuat-kuat dan tempatkanlah untuk beberapa lama di rak tabung reaksi. Perhatikanlah emulsi yang terjadi.
3. Percobaan untuk Menyatakan Pigmen Empedu a. Gmellin’s test
-. Ke dalam tabung reaksi yang kering dimasukkan asam nitrat (HNO3) pekat
kemudian dituangkan empedu sebanyak 2 mL secara hati-hati sehingga membentuk lapisan bawah. Pada batas antara kedua larutan itu akan terdapat suatu cincin berwarna biru, violet sampai merah.
-. Ulangi percobaan ini dengan menggunakan empedu yang telah diencerkan.
b. Rosenbach Modification Gmellin’s test.
Ambillah sepotong kertas saring dan basahilah dengan akuades. Setelah itu, tetesi beberapa tetes empedu di atas kertas saring yang telah dibasahi. Kemudian ditetesi lagi dengan 1-2 tetes asam nitrat (HNO3) pekat. Perhatikanlah warna yang terjadi.
c. Smith’s test
d. Reaksi Van den Berg
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL empedu dan 10 mL air, lalu dicampur. Kemudian tambahkan 1 mL reagen diazo dari ehrlich yang segar. Perhatikan warna yang timbul. Reaksi ini adalah dasar penentuan bilirubin dengan serum.
e. Percobaan Menyatakan Garam Empedu (Pattenkoffer’s test)
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 mL empedu yang telah diencerkan dan 5 tetes larutan sukrosa 5%. Tuangkan 2 mL asam sulfat pekat perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan bawah. Perhatikan warna cincin yang terbentuk pada batas kedua larutan.
B. Bilirubin (Metode Jendrassik dan Grot) DASAR TEORI
Total bilirubin ditentukan oleh reaksi dengan diazotized sulfanilic acid, dengan adanya larutan caffeine sehingga membentuk hasil akhir pigmentazo. Dengan reaksi yang sama tetapi tanpa caffeine dapat digunakan untuk mennetukan bilirubin direct.
Bilirubin bereaksi dengan diazotized sulfanilic acid dan membentuk suatu zat warna yang berwarna merah dalam larutan netral dan biru dalam larutan alkali. Bilirubin glukoronides bisa larut dalam air bereaksi langsung (direct), sedangkan bilirubin yang bebas hanya akan bereaksi bila ada akselerator (indirect).
BAHAN
1. Larutan sulfanic acid (29 mmol/L C8H7NO3S, 170 mmol/L HCl).
2. Larutan sodium nitrit (29 mmol/L NaNO2).
3. Akselerator (130 mmol/L caffeine, 156 mmol/L sodium benzoate, 460 mmol/L sodium asetat).
4. Larutan Fehling II (930 mmol/L potassium sodium tartrat, 1,9 mmol/L larutan sodium hidroksida).
5. NaCl 0,9%
ALAT
1. Spektrofotometer 2. Pipet tetes
4. Tabung reaksi temperatur. kamar, kemudian pindahkan ke dalam kuvet dan ukur absorban sampel terhadap sampel blanko pada panjang gelombang 546 nm.
3. Untuk bilirubin total, inkubasi selama 10 menit pada temperature ruang kemudian tambahkan masing-masing 1 mL larutan Fehling (4). Campurkan dan inkubasi selama 5 menit kemudian ukur absorban sampel terhadap blanko pada panjang gelombang 578 nm.
PERHITUNGAN
1. Konsentrasi bilirubin direct = absorban x 14,4 mg/dl 2. Konsentrasi bilirubin total = absorban x 10,8 mg/dl
3. Konsentrasi bilirubin indirect = bilirubin total – bilirubin direct
NILAI NORMAL
1. Bilirubin direct sampai 0,3 mg/dl 2. Bilirubin indirect sampai 1 mg/dl
C. ALT (Alanin Transaminase) DASAR TEORI
L-alanin + α-ketoglutarat (ALT) L-glutamat + Piruvat
Piruvat + NADH+ + H+ (LDH) L-laktat + NAD+
BAHAN
1. Ke dalam tabung reaksi, pipet 1 mL reagen ALT
2. Inkubasi selama 1-5 menit pada suhu 37 C (waterbath) ᵒ
3. Tambahkan 100 µL sampel serum/plasma
4. Dikocok kemudian diisap pada spektrofotometer (dengan panjang gelombang 340 nm)
5. Hasil dibaca pada spektrofotometer dalam U/L
PERHITUNGAN
Konsentrasi ALT = ΔAbs x 1745 U/L
NILAI NORMAL
Kecepatan penurunan kadar NADH diukur secara spektrofotometri dan berbanding lurus dengan aktivitas AST dalam bahan sampel.
BAHAN
3. 2-oksoglutarat 12 mM
4. Na-azide 0,3%
5. MDH 10 ukat/L
6. LDH 28 ukat/L
7. NADH 0,18 mM
ALAT
1. Waterbath
2. Pipet
3. Tabung reaksi
4. Spektrofotometer
CARA KERJA
1. Ke dalam tabung reaksi, pipet 1 mL reagen AST 2. Inkubasi selama 1-5 menit pada suhu 37 C (waterbath)ᵒ
3. Tambahkan 100 µL sampel serum/plasma
4. Dikocok kemudian diisap pada spektrofotometer (dengan panjang gelombang 340 nm)
5. Hasil dibaca pada spektrofotometer dalam U/L
NILAI NORMAL
Perempuan = 10 – 31 U/L (≤ 37 U/L)
Laki-laki = 10 – 34 U/L (≤ 31 U/L)
UROGENITALIA
A. Volume Urin
Volume urin dalam 24 jam tergantung pada factor fisiologik (misalnya intake cairan, suhu dan kerja fisik) dan factor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus dsb). Beberapa obat misalnya golongan diuretic, kopi, alkohol dapat pula mempengaruhi volume urin. Pada manusia, normalnya volume urin antara 600 – 2500 mL/24 jam.
Kelainan-kelainan dalam volume urin:
Poliuri : bila volume urin > 2500 mL/24 jam
Oligouri : bila volume urin < 600 mL/24 jam
Anuri : bila tidak terbentuk urin
Prinsip: untuk menentukan volume urin diperlukan urin yang dikumpulkan dalam 24 jam.
Percobaan: Urine hari pertama dibuang pada waktu yang telah ditentukan (misalnya jam
6 pagi). Semua urin mulai waktu itu sampai dengan waktu yang sama pada
hari berikutnya dikumpulkan. Seluruh urin tersebut harus disimpan dalam
keadaan dingin dengan toluene sebagai pengawet.
B. Berat Jenis Urin
Berat jenis urin normal antara 1,003 – 1,030 tergantung pada jumlah zat-zat yang larut di dalamnya dan volume urin. Jumlah total zat padat dalam urin 24 jam kira-kira 50 gram. Berat jenis urin berubah terutama pada penyakit ginjal.
Prinsip: untuk mennetukan berat jenis urin diperlukan alat hydrometer/urinometer. Urin
yang digunakan adalah urin 24 jam. Percobaan:
2. Isilah sebuah tabung urinometer dengan urin tersebut di atas dan letakkan hydrometer di dalamnya hingga urinometer pada posisi terapung. Hidrometer tidak boleh menyentuh dinding tabung. Catatlah suhu urin tersebut dengan menggunakan thermometer. Tiap-tiap urinometer telah ditera pada suhu tertentu. 3. BIla suhu urin tidak sama dengan suhu tera, lakukanlah koreksi dengan cara
tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan hydrometer bagi tiap penambahan suhu 3 C di bawah suhu tera.ᵒ
4. Kemudian bacalah skala pada meniscus bawah urin dan hitunglah dengan menggunakan rumus berikut:
(suhu urin – suhu tera)
BJ urin sesungguhnya = BJ ukur + x 0,001 3
5. Kalikan dua angka terakhir berta jenis urin sesungguhnya tersebut di atas dnegan koefisien Long (2,6). Hasilnya diperoleh secara kasar jumlah zat padat total dalam 1 liter urin (garam)
C. pH Urin
Urin dapat bersifat asam, netral atau basa dengan pH antara 4,7 – 8,0. Tetapi urin yang dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urin yang diambil pada waktu-waktu tertentu mempunyai pH yang berbeda-beda. Beberapa waktu-waktu setelah makan, urin akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin tide. Bila dibiarkan untuk waktu lama, urin dpaat mengalami ammoniacal fermentation atau acid fermentation. Hal ini disebabkan oleh bakteri dan pH urin menjadi basa.
Prinsip: pH urin ditentukan dengan indicator universal, urin yang digunakan adalah urin
24 jam.
Percobaan: celupkan secarik strip indikator universal ke dalam urin sewaktu dan 24 jam
kemudian bacalah pH urin tersebut.
D. Bau, Warna dan Kekeruhan
maka urin akan berbau aseton. Warna urin berbeda-beda sesuai dengan kepekatannya, tetapi dalam keadaan normal urin berwarna kuning muda. Warna terutama disebabkan oleh pigmen urokrom yang berwana kuning dan sejumlah kecil oleh urobilin dan hematoporfirin.
Dalam keadaan demam karena pemekatan, warna urin berubah menjadi kuning tua atau agak coklat. Pada penyakit hati, pigmen empedu dpaat menyebabkan urin menjadi hijau, coklat atau kuning tua. Darah/hemoglobin menyebabkan warna urin merah, sedangkan methemoglobin atau asam hemogentisat menyebabkan warna urin coklat tua.
Urin normal biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan dalam waktu lama akan timbul kekeruhan disebabkan oleh nucleoprotein, mukoid atau sel-sel epitel. Selain itu pada urin yang alkalis, kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan fosfat, sedangkan pad aurin asam biasanya disebabkan oleh endapan urat.
II. Zat-Zat Fisiologik Urin
A. Klorida
Klorida merupakan zat padat yang jumlahnya terbanyak kedua setelah urea dalam urin, ekskresi melalui urin utamanya dalam bentuk NaCl sekitar 10-15 gr/24 jam tergantung intake. Dengan menentukan jumlah klorida maka kita dapat menentukan jumlah NaCl yang diekskresikan melalui urin, ekskresinya menurun pada respirasi berlebihan, retensi natrium, radang ginjal manahun, diare dsb. Sedangkan pada insufisiensi korteks adrenal, ekskresinya akan bertambah.
Percobaan:
1. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 mL urin ke dalam tabung reaksi tersebut. Tambahkan beberapa tetes HNO3 encer (4 tetes) dan
2. Perhatikan apa yang terjadi, endapan putih yang terbentuk adalah perak klorida yang larut dalam ammonia. Catat dan gambar.
B. Belerang
Dalam keadaan normal, 1 gram belerang dikeluarkan dalam 24 jam. Belerang adalah zat sisa metabolisme asam amino yang mengandung S, tiosulfat, tiosianat, sulfide dsb. Belerang yang diekskresi terdapat dalam 2 bentuk yakni:
a. Belerang yang tak teroksidasi (belerang netral)
b. Belerang yang teroksidasi (oxidized sulfur)
Belerang teroksidasi ada 2 bentuk yaitu:
a. Sulfat anorganik
b. Sulfat eterial
Sulfat anorganik adalah bagian terbesar dari belerang teroksidasi. Sedangkan sulfat eterial yang terpenting dalam urin adalah indikan.
Indikan merupakan zat yang berasal dari pembusukan tritofan dalam usus atau di tempat lain dalam tubuh. Jumlah indikan yang diekskresi dalam urin kira-kira 10-20 mg/24 jam. EKskresi indikan meninggi pada beberapa keadaan seperti stgnasi usus, pembusukan dalam usus meningkat dan pada pemecahan protein jaringan atau protein cairan tubuh (abses, gangrene, emfisema dsb).
Percobaan:
1. Sulfat Anorganik
Siapkan esbuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 10 mL urin kemudian tambahkan 1 mL HCl encer dan 1 mL BaCl2 setelah itu kocok. Terbentuknya
endapan putih menunjukkan BaSO4.
Dasar: dengan adanya katalisator Zn, belerang yang terdapat dalam urin bereaksi dengan HCl encer menghasilkan gas H2S, yang baunya sangat khas dimana gas ini
dapat diidentifikasi dengan menghitamnya kertas saring yang telah direndam dengan Pb asetat membentuk PbS (endapan hitam).
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 10 mL urin lalu masukkan sebutir Zn dan sedikit HCl encer.
b. Tutup tabung tersebut dengan kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat. Kertas saring akan tampak hitam.
3. Indikan (tes obermeyer)
Tujuan: memeriksa adanya indikan (potassium indoksil sulfat) dalam urin.
Dasar: pereaksi obermeyer (FeCl3 dalam HCl pekat) akan mengoksidasi gugus
indoksil membentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform.
a. Masukkan 5 mL urin ke dalam tabung reaksi bersih dan kering. Tambahkan sejumlah perekasi obermeyer (5 mL), biarkan beberapa menit.
b. Lalu tambahkan 3 mL kloroform. Campur dengan membolak-balikkannya kira-kira 10 kali. Jangan mengocoknya! Kloroform akan mengektraksi biru indigo yang terbentuk. Warna biru akan lebih nyata bila cairan di atas ekstrak kloroform dibuang dan ditambah dengan air.
C. Fosfat
Pada umumnya jumlah ekskresi fosfat melalui urin kira-kira 1,1 gram/24 jam. Sebagian besar dalam bentuk fosfat anorganik dan hanya 1-4% dalam bentuk fosfat organik. Jumlah fosfat meningkat pada beberapa penyakit, misalnya hiperparatiroidisme, pada beberapa penyakit tulang seperti osteomalasia, ricketsia dsb. Sedangkan ekskresi fosfat menurun pada hipoparatiroidisme, penyakit ginjal, kehamilan dll.
Percobaan:
b. Campur dan tambahkan 1 mL larutan ferosulfat spesial. Warna biru yang terbentuk menunjukkan adanya fosfat.
D. Amonia
Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein yang mengandung N. Ini merupakan kedua yang terpenting setelah urea. Dalam urin, amonia terdapat dalam bentuk garam ammonium dan jumlahnya kira-kira 0,7 gram/24 jam atau 2,5 – 4,5% dari nitrogen total/24 jam.
Percobaan:
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan larutan natrium hidroksida (NaOH) pada beberapa mL urin (2 mL) sehingga reaksinya alkalis (caranya dengan melihat perubahan warna dari kertas lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru hentikan penambahan NaOH).
b. Panaskan, perhatikan bau yang timbul dan uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang dibasahi.
III. Zat-Zat Patologik Dalam Urin
A. Glukosa
Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1 gram glukosa diekskresi dalam 24 jam, bila kadar glukosa dalam urin tinggi disebut glukosuria. Pada keadaan fisiologik, glukosuria dapat terjadi setelah makan banyak karbohidrat (alimentary glukosuria). Sedangkan pada keadaan patologik glukosuria dapat disebabkan:
1. Ambang ginjal untuk glukosa menurun. Pada keadaan ini, gula darah dalam batas-batas normal. Hal ini terjadi pada beberapa kelainan ginjal dan disebut renal diabetes.
urin, misalnya terdapat pada penyakit diabetes mellitus, hipopituitarisme dan hiperadrenalisme.
Tujuan: memeriksa kadar gula dalam urin secara semikuantitatif.
Dasar: dalam suasana alkalis ion kupri akan direduksi menjadi kuprooksida oleh gula
yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Kuprooksida yang terbentuk
bersifat tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang
terbentuk sebanding dengan kadar gula yang terdapat dalam urin.
Percobaan:
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 2,5 mL pereaksi benedict dan campurlah dengan 4 tetes urin
b. Panaskan selama 5 menit pada penangas air mendidih atau didihkan di atas api kecil selama 1 menit. Biarkanlah menjadi dingin perlahan-lahan.
Interpretasi
Warna Penilaian Kadar
Biru/hijau keruh 0
-Hijau/kuning hijau + < 0,5 g%
Kuning/kuning kehijauan ++ 0,5 – 1 g%
Jingga +++ 1 – 2 g%
Merah bata +++ >2 g%
Percobaan:
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 mL urin ke dalamnya.
b. Bubuhkan Kristal ammonium sulfat sampai jenuh (penambahan diteruskan sedikit demi sedikit, jika dikocok kristal ammonium sulfat tidak larut lagi maka hentikan penambahan)
c. Tambahkan 2-3 tetes Na-nitroprussid 5% dan 1-2 mL ammonium hidroksida pekat. Campur dan biarkan selama setengah jam. Terbentuknya warna ungu menyatakan adanya zat-zat keton.
1. Protein
Dalam keadaan normal, tidak lebih dari 30 – 200 mg protein diekskresi dalam 24 jam yang dimaksud dengan proteinuria ialah terdapatnya protein dalam jumlah yang abnormal dalam urin. Urin normal tidak memberi hasil positif dengan tes-tes terhadap protein yang biasa dikerjakan.
Percobaan:
a. Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 2 mL urin ke dalamnya dan tambahkan 4 tetes larutan asam sulfosalisilat 10%. Kekeruhan atau presipitat menyatakan adanya albumin atau globulin, presipitat akan bertambah pada pemanasan.
2. Darah
Percobaan: a. Tes Guaiak
Siapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Pipetkan 2 mL urin ke dalamnya dan 3 mL reagen guaiak 1% dalam alkohol. Tambahkan 1 mL H2O2 3%.
Warna merah yang terbentuk menunjukkan hasil tes positif.
Siapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Pipetkan 2 mL urin yang telah dimasak (di atas penangas air mendidih) ke dalam tabung reaksi, dinginkan. Kemudian tambahkan 1 mL reagen guaiak 1% dalam alkohol dan 1 mL H2O2 3%. Warna merah yang terbentuk menunjukkan hasil tes positif dan catat perbedaannya.
b. Tes orthotoluidin/benzidin
glasial dan 1 mL H2O2 3%. Warna biru kehijauan yang terbentuk menunjukkan
hasil tes positif.
3. Bilirubin
Bilirubin normalnya tidak terdapat dalam urin, pada keadaan-keadaan patologik seperti hepatitis dan batu empedu maka bilirubin akan meninggi kadarnya di dalam darah dan kemudian diekskresikan melalui urin.
Percobaan:
a. Siapkan tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 mL urin dan 3 mL BaCl2
10%. Campur kemudian saring.
b. Bentangkan kertas saring tersebut di atas corong biarkan hingga kering. Teteskan 2-3 tetes reagen fouchet di atas kertas saring berisi endapan tersebut.
Terbentuknya warna hijau menandakan bilirubin positif.
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari ion hidrogen pada cairan tubuh. Asam terus menerus diproduksi dalam metabolism normal. Meskipun banyak terbentuk asam sebagai hasil metabolisme namun kadar ion hidrogen cairan tubuh tetap rendah. Walaupun kadarnya rendah, kadar ion hidrogen yang stabil perlu dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan normal karena sedikit fluktuasi (naik turun) mempunyai efek yang penting terhadap aktifitas enzim seluler, karena efek terhadap enzim seluler inilah maka perubahan ion hidrogen (H+) yang relatif kecil berpengaruh besar terhadap hidup seseorang. Untuk itu
diperlukan suatu substransi yang mengurangi perubahan pH akibat penambahan asam maupun basa yang disebut sebagai penyangga (buffer).
Pengendalian pH cairan tubuh berpusat terutama pada fungsi paru-paru dan ginjal, tempat pengeluaran kelebihan ion hidrogen (H+). Paru-paru berfungsi mengurangi pCO
2
dalam darah. Sedangkan ginjal bertugas mempertahankan HCO3- dari darah sebanyak yang
diperlukan dna meningkatkan jumlahnya dengan jalan mengubah CO2 menjadi HCO3- dan H+.
1. Mengetahui metode pemeriksaan pH darah dan urin
2. Mengetahui pengaruh minuman berkarbonat (soft drink) terhadap pH urin
CARA KERJA:
Ambil darah vena sebanyak 3 cc dan urin. Ukur pH-nya sesegera mungkin dan kemudian beri minum soft drink (fanta atau sprite). Setelah 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 mneit. Ukur kembali pH darah dan pH urin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Murray, RK. et al. Biokimia Harper ed. 32. Jakarta: EGC. 2012
2. Tim penyusun. Penuntun Praktikum Biokimia I. Bagian Biokimia FKUH. Makassar. 2002
3. Tim penyusun. Penuntun Praktikum Biokimia II. Bagian Biokimia FKUH. Makassar. 2002
4. Tim penyusun. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Bagian Biokimia FKUH. Jakarta: Widya Medika. 2001