• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS IDEOLOGI MEDIA DI BALIK WACANA KOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TESIS IDEOLOGI MEDIA DI BALIK WACANA KOR"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

IDEOLOGI MEDIA

DI BALIK WACANA KORUPSI ANGGOTA PARLEMEN

Analisis Wacana Kritis terhadap Produksi dan Konsumsi Teks/Berita tentang Korupsi Anggota DPR RI dalam kasus Aliran Dana BI di DPR RI

pada Suratkabar Media Indonesia dan Republika

Hasyim Ali Imran

Latar Belakang, Masalah Pokok dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kecurigaan terhadap fenomena pemberitaan korupsi anggota parlemen dalam kasus Aliran Dana Bank Indonesia (BI) di DPR pada dua media, yaitu Media Indonesia dan Republika.

Permasalahan : (1) Bagaimana media mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI?; (2) Mengapa media mengkonstruksi realitas tersebut dengan cara demikian? Ideologi siapakah yang mempengaruhi pewacanaan tersebut? Apakah terdapat pengaruh ideologi pemilik media?; (3) Bagaimana efek pemaknaan korupsi aliran dana BI oleh media terhadap pemaknaan pembaca?

Tujuan penelitian: (1) Ingin mengetahui cara Suratkabar Media Indonesia dan Harian Republika dalam mengkonstruksi teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI.; (2) Ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi media melakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, serta ideologi dominan yang berada di balik pewacanaan teks dimaksud; dan (3) Ingin mengetahui cara pembaca (efek) dalam memaknai pemaknaan korupsi aliran dana BI yang dilakukan oleh media.

Konsep-Konsep Teoritik

1. Teks ; 2. Wacana Media; 3. Ideologi ; 4. Ideologi dan Media

Methodologi Penelitian

Model analisis wacana Fairclough dalam tesis ini dapat digambarkan melalui pemaparannya dalam tabel berikut ini :

Tabel 1 :

Level Analisis dan Metode Penelitian Analisis Wacana Kritis Fairclough Tahapan Analisis Level Masalah Level

Analisis

Metode Penelitian Sumber data

1. Communicative

events a. Teks Mikro Analisis teks Fairclough*) Berita korupsiketerlibatan anggota DPRI terkait dalam kasus aliran dana BI di DPR RI di Harian Republika dan Media Indonesia. (tabel 4 & 5) b. Discourse

(2)

Melalui depth interview struktur organisasi media

serta 3) praktik

kerja/rutinitas kerja 2) Level praktik konsumsi teks terkait data tentang : terpaan teks media dikonsumsi pada tataran khalayak dan bagaimana terpaan teks media mempengaruhi persepsi audiensnya akan dilakukan melalui depth interview.

adalah wartawan dan jajaran dalam struktur organisasi media. Termasuk juga observasi situasi newsroom.

Makro 1) Dilaksanakan melalui depth interview terhadap sosial menyangkut persepsi, image pihak-pihak di luar beritanya yang bersifat hardnews.

(3)

a. secara langsung

*) Analisis Teks Norman Fairclough

Dimodifikasi menjadi tabel dari (Fairclough, 2005, Analysing Discourse-Textual Analysis for Sosial Research, London and New York, Routledge, p. 191-195 )

Elemen Analisis Teks Terjemahan Keterangan/Penjelasan

1. Social Event Teks berita itu menjadi bagian dari rangkaian peristiwa sosial apa?

1. Apakah teks bagian dari peristiwa social tertentu? 2. Apakah text sebagai bagian dari suatu jeringan teks tertentu?

3. Peristiwa social itu mengacu pada apa ?

2. Genre Apakah tersebut berada pada rangkaian genre berita tertentu. Atau merupakan mix genre?

3. Difference 1. Skenario seperti apa ?

2. Dialog seperti apa ? Protagonis atau antagonis

3. Aksentuasi ?: apakah bersifat konflik, polemik, struggle over meaning, norma, dominasi/power

4. Memecahkan masalah dalam dialog atau membiarkan difference ?

4. Intertextuality Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidak dimasukkan atau yang beratribut secara langsung atau tidak langsung. Apakah menyangkut pada pengarang atau sumber tertentu atau ada sangkutan dengan sumber lain atau sangkutan atas keduanya.

Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan : 1. included :

2. excluded :

5. Assumptions Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yang dibuat dalam teks. Apakah ada sesuatu yang dilihat atau diasumsikan sebagai sesuatu yang bersifat ideologi ?

Asumsi eksistensial :

(4)

hipotesis, evaluasi ? Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau tipe2 pernyatan. Apakah Mood gramatika yang predominan yang terdapat dalam teks (deklaratif, interogatif, imperative) ?

8. Discourses Diskursus : Wacana apa yang digambarkan di dalam teks. Bagaimana wacana2 itu terbentuk secara bersama. Adakah percampuran yang signican dari wacana2 tersebut ? kencenderungan untuk ditonjolkan. Bagaimana suatu peristiwa social secara abstrak atau konkrit direpresentasikan?. Bagaimana proses perepresentasiannya, tipe proses apa yang predominan, apakah material, mental, verbal, relasional dan eksistensial?. Adakah dalam proses representasi tersebut bentuk2 gramatikal yang bersifat metaphor?. Bagaimana aktor-aktor sosial direpresentasikan ? Bagaimana ruang waktu dan relasi ruang waktu direpresentasikan ? Secara rinci komponen yang perlu dijawab adalah , sbb. :

1. waktu dan tempat :

2. Orang-orang (person) : kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah.

3. bentuk aktifitas :

4. Relasi sosial, ben tuk institusional : 5. Bahasa/tanda :

6. Objects : 7. Alat :

B. Social event direpresentasikan secara : a. abstrak

D. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari proses sosial (sosial event):

E. Sosial aktor : 1. inklusi/eksklusi 2. noun/pronoun 3. aktif/pasif

(5)

10. Styles Style seperti apa yg tergambar dalam teks. Bagaimana gaya2 tersebut dibentuk bersama. Adakah campuran yang signifikan antara gaya2 tersebut? Karakteristik seperti apa yg dimiliki oleh fitur gaya2 yang digambarkan ?

11. Modality Bagaimana si penulis/pengarang berkomitmen terhadap diri mereka dalam kerangka mengungkapkan kebenaran atau dalam terma kewajiban dan kebutuhan. Apakah mereka mengungkapkan eksistensi yg menyangkut kategori modalitas tertentu, seperti persetujuan atau penyangkalan. Apakah penanda eksplisit dari modalitas itu? Bagaimana komitmen yg dibangun pada modalitas yg dimodalisasikannya ? Apa penanda dari modalisasi itu ? 12. Evaluation Nilai2 apa yg diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ?

Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ?

Tabel 3

Model Analisis Teks Fairclough (modifikasi penulis)

Elemen Analisis Teks Temuan

1. Social Event ...

2. Genre ………

3. Difference 1. Skenario seperti apa ? 2. Dialog seperti apa ? - Protagonis : - antagonis :

--3. Aksentuasi ?: apakah bersifat : -konflik :

-polemik :

-struggle over meaning : -norma :

-dominasi/power :

--4. Memecahkan masalah dalam dialog atau membiarkan difference ?

4. Intertextuality Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidak dimasukkan atau yang beratribut secara langsung atau tidak langsung. Apakah menyangkut pada pengarang atau sumber tertentu atau ada sangkutan dengan sumber lain atau sangkutan atas keduanya.

Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan : 1. included :………….

2. excluded : …………

5. Assumptions Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yang dibuat dalam teks. Apakah ada sesuatu yang dilihat atau diasumsikan sebagai sesuatu yang bersifat ideologi ?

Asumsi eksistensial : --Asumsi proporsional : --Asumsi Ideologis : --6. Semantic/Gramatical

relations between Sentences and clau- ses

Relasi dalam teks, sbb.: A. Relasi semantik :

(6)

Relasi berbentukkondisional : Relasi berbentuk temporal: -- Relasi berbentuk elaboratif : Relasi berbentuk kontrastif :

Relasi berbentuk Aditif:

B. Level hubungan semantikdalam teks ditinggikan melalui penekanan pada

-Problem : -Solusi :

--C. Bentuk Relasi gramatikal : Para taktik :

Hipotaktik : Embedded :

--D. Relasi khusus apa yang secara signifikan dibangun di dalam teks? Apakah bersifat :

-Ekuivalen (sama) : -Diffrence:

7. Pertukaran, fungsi ujaran dan gramatikal mood

Bentuk pertukaran dan ujaran dalam teks sbb.: A. Bentuk-bentuk pertukaran?

Tipe pertukaran :

a. aktifitas –dimensi pada aktifitas non tekstual (tindakan) : b. knowledge –pertukaran pengetahuan :

B. Tipe-tipe fungsi ujaran apa saja yang ada di sana.? fungsi ujaran :

a. statement : 1. fakta :

2. prediksi : 3. hipotetical : 4. evaluasi :

b. demand/permintaan : c.questions:

d.offer/penawaran :

C. Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau tipe-tipe pernyatan?

D. Apakah Mood gramatika yang predominan yang terdapat dalam teks ?

Predominant grammatical mood : a . deklaratif :

b. interrogative : c. imperative/perintah :

8. Discourses A. Wacana Apa yang muncul dalam teks ?

B. Bagaimana wacana ini dibangun, adakah wacana yang signifikan ?

C. Bagaimana fitur karakteristik wacananya dari sisi relasi semantik kata ?

Fitur karakteristik wacana dari sisi relasi semantic di antara kata-kata ditemukan pada teks melalui :

1)colocation:

(7)

3) asumsi :

-asumsi eksistensi: -asumsi proporcional : -asumsi nilai :

--4) gramatical : fitur gramatical cenderung mengarah ……..

9. Representation of

social events A. Peristiwa Sosial yang direpresentasikan : 1. waktu dan tempat :

2. Orang-orang (person), kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah : 3. bentuk aktifitas :

--4.Relasi sosial, bentuk institusional : 5. Bahasa/tanda :

6. Objects : 7. Alat :--

B. Social event direpresentasikan secara : a. abstrak :

b. konkrit: c. proses material : -aktor :

-affected (korban) :

d. kalimat yang dinyatakan aktor (proses verbal): e. proses mental : --

f. Relational :

1. atribut (pengatributan-memperlambangkan ) 2. relational : value/token : .

g. eksistensional :

--C. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari peristiwa sosial (sosial event):

D. Sosial aktor : 1. inklusi : 2. eksklusi : 3. -noun : --. -pronoun: 4. aktif/pasif : -diaktifasi : -dipasifasi : 5.Impersonal : 6. -name: -classified : 7. Spesifik : 8. generik : --

10. Styles

--11. Modality

--12. Evaluation Nilai2 apa yang diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ? ...

Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ? + Dibangun dengan cara ...

(8)

DPR RI dalam kasus aliran dana BI sejumlah Rp 31,5 milyar di institusi DPR RI. (lihat tabel 4 dan 5 dalam laporan tesis halaman 61-65).

Menyangkut tehnik analisis, maka tesis ini akan mengikuti pola kerangka analisis Fairclough dengan cara mendudukkannya pada konteks situasi tertentu dari munculnya semangat pemberitaan atau pewacanaan korupsi anggota parlemen. Untuk kepentingan ini maka teks yang dijadikan bahan analisis adalah berita-berita korupsi (hard news) yang melibatkan anggota parlemen (DPR) dalam masa-masa menurut : fase proses hukum penyelesaian kasus Aliran Dana BI ke DPR. Fase dimaksud meliputi : Fase Penyelidikan; Fase Penyidikan, Fase Penetapan Tersangka dan Fase Persidangan/Peradilan. Menurutnya, sebagaimana dijelaskan Eriyanto1, analisis wacana kritis mencakup tiga

tahap. Tahap pertama, deskripsi, yakni menguraikan isi dan analisis secara deskriptif atas teks. Pada tahap ini teks dijelaskan tanpa dihubungkan dengan aspek lain. Dengan kata lain, kegiatan dalam tahap ini hanya menganalisis isi dan bahasa yang dipakai dalam pemberitaan korupsi terkait keterlibatan anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI di Harian Republika dan Media Indonesia. Tahap kedua yaitu interpretasi. Dalam tahap ini maka kegiatannya adalah menafsirkan teks yang dihubungkan dengan praktik wacana yang dilakukan. Dengan kata lain, pada tahap ini teks tidak dianalisis secara deskriptif, tetapi ditafsirkan dengan menghubungkannya dengan bagaimana proses produksi teks dibuat. Analisis atas isi dan bahasa yang dipakai dalam berita tersebut dihubungkan dengan proses produksi berita korupsi ‘DPR RI’di Harian Republika dan Media Indonesia. Tahap ketiga, yaitu eksplanasi. Tahap ini sendiri bertujuan untuk mencari penjelasan atas hasil penafsiran yang diperoleh pada tahap kedua. Penjelasan dimaksud akan didapat dengan cara menghubungkan produksi teks ‘tahap kedua’ tadi dengan praksis sosiokultural di lingkungan domisili media beroperasi, yakni Kota Jakarta sebagai domisili operasional Harian Republika dan Media Indonesia.

Contoh Hasil Analisis Teks dengan Menggunakan Model Analisis Teks Fairclough (modifikasi penulis)

Teks 18 :

Uang BI di Balik Dagang Pasal (MI, 26/11/2007)

Elemen Analisis Teks Temuan

1. Social Event Laporan Koalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPR mengenai anggota dewan penerima aliran dana Bank Indonesia (BI).

2. Genre Hard News, konstruksi wartawan mengenai Laporan Koalisi Penegak

Citra DPR kepada BK DPR mengenai anggota dewan penerima aliran dana Bank Indonesia (BI).

3. Difference 1. Skenario seperti apa ?

Skenariao diarahkan ke dalam situasi yang menunjukkan 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 memang menerima uang sogokan pihak BI terkait proses pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI di DPR. Ini tampak dalam judul: “Uang BI di Balik Dagang Pasal; p. 1, “….Para anggota dewan itu diduga telah menerima uang dari Bank Indonesia (BI) terkait dengan pembahasan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya Rp 4,5 miliar.”

2. Dialog seperti apa ? - Protagonis :

(9)

- antagonis :

dialog diarahkan ke arah antagonis, yakni pada penguatan situasi yang menunjukkan bahwa pihak DPR memang terlibat suap-menyuap dalam urusan pembahasan RUU menyangkut BI. Ini tampak dari teksasi dalam : p.2, ”... terlepas dari keengganan BK untuk mengusut , dari dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada 2004.”; p.5, ”Setelah berkordinasi dengan para mantan anggota Panja RUU LPS yang akan menjabat kembali, telah disepakati untuk mengajukan RUU Likuidasi Bank sebagai RUU yang berdiri sendiri,” begitu bunyi surat itu. Kesepakatan itu dibanderol Rp 500 juta.”

3. Aksentuasi ?: apakah bersifat : -konflik :

-polemik :

-struggle over meaning :

aksentuasi cenderung bersifat pertarungan merebut makna, bahwa anggota dewan itu adalah pihak yang biasa meminta imbalan kepada BI agar pembahasan RUU terkait BI sesuai yg diinginkan BI. Ini tampak dari judul: “Uang BI di Balik Dagang Pasal”; p. 1, “Koalisi Penegak Citra DPR pada 20 Agustus 2007 melaporkan 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 kepada Badan Kehormatan (BK) DPR. Para anggota dewan itu diduga telah menerima uang dari Bank Indonesia (BI) terkait dengan pembahasan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya Rp 4,5 miliar.”; p.8, “Pembahasan RUU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan RUU Kepailitan juga tak lupus dari transaksi senilai Rp 2,6 miliar. Uang BI itu dikucurkan …..karena seluruh high call

pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi.”; p. 10, “Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak lupus dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.”

-norma :

-dominasi/power :

--4. Memecahkan masalah dalam dialog atau membiarkan difference ? Sifatnya cenderung bersifat memecahkan karena media menunjukkan bahwa perbuatan suap-menyuap itu termasuk tindak pidana korupsi. Ini tampak dalam p. 11, ”Transaksi pasal itu jelas melanggar Pasal 5 dan Pasal 11 UU 31/1999 jo UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pemberi dan penerima uang yang terkait jabatan diancam minimal satu tahun dan maksimal lima tahun.”

4. Intertextuality Kutipan-kutipan yang dimasukkan dan yang tidak dimasukkan atau yang beratribut secara langsung atau tidak langsung. Apakah menyangkut pada pengarang atau sumber tertentu atau ada sangkutan dengan sumber lain atau sangkutan atas keduanya.

Kutipan, text, data, ”suara lain” yang relevan : 1. included :

Kutipan-kutipan yang diambil berdasarkan data Koalisi Penegak Citra DPR. Kutipan ini diteksasi dalam : p.5, ”Setelah berkordinasi dengan para mantan anggota Panja RUU LPS yang akan menjabat kembali, telah disepakati untuk mengajukan RUU Likuidasi Bank sebagai RUU yang berdiri sendiri,” begitu bunyi surat itu. Kesepakatan itu dibanderol Rp 500 juta.”; p. 7, “ ….Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta”; p. 8, ”….juga tak luput dari transaksi senilai Rp 2,6 miliar…..”; dan p. 10. “….. pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.”

(10)

-“….Sembilan dari 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999–2004 yang diduga menerima aliran dana BI ternyata masih aktif sebagai anggota legislatif. Untuk memastikan nama-nama itu, rencananya hari ini Badan Kehormatan (BK) DPR akan kembali memanggil Koalisi Penegak Citra DPR sebagai pihak pelapor. ………Wakil Ketua BK DPR Gayus Lumbuun “Kalau tidak salah, sekitar sembilan orang. Besok (hari ini) kita akan minta penjelasan lagi,” tegas Gayus kemarin...” (http://web.pab-indonesia.com/content/view/3941/9/) ; -“Aliran dana dari Bank Indonesia (BI) yang disinyalir sebagai gratifikasi kepada sejumlah anggota DPR RI harus menjadi prioritas utama pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jika ini tidak dilakukan, fenomena calo anggaran akan tetap merajalela tanpa tersentuh hukum sama sekali. Demikian disampaikan Wakil Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW) Danang Widiyoko saat dihubungi SH, Senin (12/11). “DPR harus menjadi domain utama. KPK harus punya target utama ke DPR karena DPR itu merupakan ujung dari serangkaian korupsi,” katanya. Dia menilai, sejak KPK berdiri, banyak dugaan korupsi yang melibatkan anggota DPR tidak pernah tersentuh. Selama ini, KPK hanya melakukan tindakan hukum kepada birokrasi dan pimpinan proyek (pimpro). Kegiatan mereka padahal juga melibatkan anggota Dewan. Akibat dari pemeriksaan “tebang pilih” tersebut, kasus pemberian dana kepada anggota Dewan maupun percaloan terus muncul. ……..Dengan menggunakan dana yayasan itu pula, kerugian negara dapat diminimalkan. “Selama ini KPK belum berhasil mendorong DPR, padahal banyak contohnya, seperti dana DKP, dana ……..dan sekarang dana BI. Makanya, BI ini harus menjadi pintu masuk KPK supaya penyelesaian kasus ini tuntas,”

(Sinar Harapan, 12 November 2007, dalam

http://antikorupsi.org/indo/content/view/11642/6/.

5. Assumptions Asumsi ekstensial, proporsional dan nilai yang dibuat dalam teks. Apakah ada sesuatu yang dilihat atau diasumsikan sebagai sesuatu yang bersifat ideologi ?

(11)

merebut makna, bahwa anggota dewan itu adalah pihak yang biasa meminta imbalan kepada BI agar pembahasan RUU terkait BI sesuai dgn yg diinginkan BI. Ini tampak dari judul: “Uang BI di Balik Dagang Pasal”; p. 1, “Koalisi Penegak Citra DPR pada 20 Agustus 2007 melaporkan 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 kepada Badan Kehormatan (BK) DPR. Para anggota dewan itu diduga telah menerima uang dari Bank Indonesia (BI) terkait dengan pembahasan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) dan anggaran BI pada 2004. Totalnya Rp 4,5 miliar.”; p.8, “Pembahasan RUU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan RUU Kepailitan juga tak lupus dari transaksi senilai Rp 2,6 miliar. Uang BI itu dikucurkan …..karena seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi.”; p. 10, “Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak lupus dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.”

6. Semantic/Gramatical relations between Sentences and clau- ses

Relasi dalam teks, sbb.: A. Relasi semantik : Relasi berbentuk kausalitas :

p.2,”....BK DPR belum menindaklanjuti pengaduan koalisi karena nama yang diadukan tidak lengkap...”

Relasi berbentuk alasan :

p.2, ”...nama yang diadukan tidak lengkap...” Relasi berbentuk konsekuensi :

p.13, ”...Apakah uang itu benar-benar mengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPR untuk membuktikannya.”

Relasi berbentukkondisional : --Relasi berbentuk temporal: -- Relasi berbentuk elaboratif : --Relasi berbentuk kontrastif

:--p.2, ”...Terlepas dari keengganan BK untuk mengusut, dari dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada 2004.”

Relasi berbentuk Aditif:

B. Level hubungan semantikdalam teks ditinggikan melalui penekanan pada

-Problem :

Level hubungan semantik cenderung ditinggikan melalui penekanan pada problem dalam proses pengusutan aliran dana BI, yakni yang dilakukan BK DPR terhadap anggota yang diduga menerima aliran dana BI.

-Solusi :

C. Bentuk Relasi gramatikal : Para taktik :

Hipotaktik : Embedded :

Secara gramatika berita ini cenderung menggambarkan relasi yang bersifat embedded, di mana untaian paragraf dan kalimat masih merupakan lanjutan sebelumnya menyangkut isi laporan Koalisi Penegak Citra DPR.

D. Relasi khusus apa yang secara signifikan dibangun di dalam teks? Apakah bersifat :

-Ekuivalen (sama) : -Diffrence:

(12)

BI dan anggota Komisi IX periode 1999-2004 dalam proses pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI.

7. Pertukaran, fungsi ujaran dan

gramatikal mood Bentuk pertukaran dan ujaran dalam teks sbb.: A. Bentuk-bentuk pertukaran? Tipe pertukaran :

a. aktifitas –dimensi pada aktifitas non tekstual (tindakan) : b. knowledge –pertukaran pengetahuan :

lebih banyak pertukaran pengetahuan karena cenderung menggambarkan data transaksi jual beli pasal.

B. Tipe-tipe fungsi ujaran apa saja yang ada di sana.? fungsi ujaran :

a. statement : 1. fakta :

2. prediksi : 3. hipotetical : 4. evaluasi :

p.2, ”...Terlepas dari keengganan BK untuk mengusut, dari dokumen yang beredar, praktik jual beli pasal dalam pembahasan sejumlah RUU terkait BI memang terjadi pada 2004.”; p.11, Transaksi pasal itu jelas melanggar Pasal 5 dan Pasal 11 UU 31/1999 jo UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pemberi dan penerima uang yang terkait jabatan diancam penjara minimal satu tahun dan maksimal lima tahun.

b. demand/permintaan : c.questions:

d.offer/penawaran :

--C. Adakah relasi metaforik antara pertukaran fungsi ujaran atau tipe-tipe pernyatan?

Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2, ”...praktik jual beli pasal....”;

p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.;

p.7, ”...perlunya pertemuan informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel Mulya...Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8, ”...Uang BI itu dikucurkan , ...karena seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.13, ”...Apakah uang itu benar-benar mengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPR untuk membuktikannya.”

p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.

D. Apakah Mood gramatika yang predominan yang terdapat dalam teks ?

Predominant grammatical mood : a . deklaratif :

b. interrogative :

Mood gramatika yang predominan dalam teks cenderung interrogative yang mempertanyakan mengapa para anggota dewan yang diduga menerima aliran dana masih belum juga diperiksa.

c. imperative/perintah :

--8. Discourses A. Wacana Apa yang muncul dalam teks ?

+ Anggota DPR Pendukung kasus Suap BI.

B. Bagaimana wacana ini dibangun, adakah wacana yang signifikan ?

(13)

antara Komisi IX DPR periode 1999-2004 dan BI, sebagaimana tampak dalam sejumlah paragraf dan judul, yakni : Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2, ”...praktik jual beli pasal....”; p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”...perlunya pertemuan informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel Mulya...Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8, ”...Uang BI itu dikucurkan , ...karena seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.13, ”...Apakah uang itu benar-benar mengalir ke Senayan, tentu menjadi tugas BK DPR untuk membuktikannya.”; p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta. .

C. Bagaimana fitur karakteristik wacananya dari sisi relasi semantik kata ?

Fitur karakteristik wacana dari sisi relasi semantic di antara kata-kata ditemukan pada teks melalui :

1)colocation:

p.2, “Terlepas dari keengganan BK....”; p.6, Komisi IX dan BI...Komisi IX pada 15 September 2004...”

2) metafora :

Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal;

p.2, ”...praktik jual beli pasal....”;p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”...perlunya pertemuan informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel Mulya...Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8, ”...Uang BI itu dikucurkan , ...karena seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta.; p.13, “…….mengalir ke Senayan,…….”

3) asumsi :

-asumsi eksistensi: BI suap anggota Dewan Komisi IX periode 1999-2004.

-asumsi proporcional : BI suap anggota Dewan Komisi IX periode 1999-2004

terkait kepentingan pembahasan RUU dan anggaran BI.

-asumsi nilai : BI suap anggota Dewan Komisi IX periode 1999-2004 terkait kepentingan pembahasan RUU dan anggaran BI adalah melanggar UU TIPIKOR dan Kode Etik DPR.

4) gramatical : fitur gramatical cenderung mengarah pada predominan mood bersifat interrogative yang mempertanyakan mengapa para anggota dewan yang diduga menerima aliran masih belum juga diperiksa

9. Representation of

social events A. Peristiwa Sosial yang direpresentasikan : Laporan Koalisi Penegak Citra DPR kepada BK DPR mengenai anggota dewan penerima aliran dana Bank Indonesia (BI). 1. waktu dan tempat :

20 Agustus 2007 di Gedung MPR/DPR Jakarta

2. Orang-orang (person), kepercayaan, hasrat, nilai, sejarah : Koalisi Penegak Citra DPR

3. bentuk aktifitas :

--4.Relasi sosial, bentuk institusional : Koalisi Penegak Citra DPR; BK DPR; BI

(14)

B. Social event direpresentasikan secara : a. abstrak :

b. konkrit:

Digambarkan secara konkrit mengenai pelaporan koalisi atas 16 anggota penerima aliran dana BI kepada BK pada 20 Agustus 2007. c. proses material :

-aktor :

aktor protagonis disebut secara konkrit : Koalisi Penegak Citra DPR. Sedang aktor antagonis secara abstrak : 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 yang diduga menerima aliran dana BI sebesar Rp 4,5 miliar.

-affected (korban) : 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 yang diduga menerima aliran dana BI sebesar Rp 4,5 miliar. d. kalimat yang dinyatakan aktor (proses verbal):

e. proses mental : -- f. Relational :

1. atribut (pengatributan-memperlambangkan )

Temuan: : metapora-metapora pada sejumlah paragraf mengatribusikan pandangan wartawan bahwa memang terjadi kasus penyuapan BI terhadap 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 berkaitan dengan upaya memperlancar pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI.

2. relational : value/token : Koalisi Penegak Citra DPR

Penempatan Koalisi Penegak Citra DPR sebagai aktor pelapor secara relasional mengandung nilai bahwa posisi pelapor adalah sebagai institusi yang berkomitmen tinggi terhadap pemberantasan korupsi. g. eksistensional :

--C. Adakah metafor gramatika dalam representasi dari peristiwa sosial (sosial event):

Tampak dari teksasi dalam : Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2, ”...praktik jual beli pasal....”; p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”...perlunya pertemuan informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel Mulya...Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8, ”...Uang BI itu dikucurkan , ...karena seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta; dan p.13, “…….mengalir ke Senayan,…….”

D. Sosial aktor :

1. inklusi : Koalisi Penegak Citra DPR

2. eksklusi : 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004; Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI;BK DPR.

3. -noun : --.

-pronoun: 16 anggota dewan yang menerima dana; Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI

4. aktif/pasif :

-diaktifasi : Koalisi Penegak Citra DPR

-dipasifasi : 16 anggota dewan yang menerima dana; Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI; BK DPR.

-Impersonal : 16 anggota dewan yang menerima dana; Kepala Biro Gubernur; Deputi Gubernur BI

6. name:

-classified : yang menerima dana . 7. Spesifik :

(15)

10. Styles Wartawan/media tampak mengambil posisi ”bersatu” dengan sumber tunggal (Koalisi Penegak Citra DPR) sebagai penekan pihak yang terlibat dalam peroses pengusutan aliran dana BI, yaitu BK DPR dan KPK.

11. Modality

--12. Evaluation Nilai2 apa yang diarahkan (dibawa) oleh si penulis itu ?

+Nilai-nilai tekanan yang diskursif terhadap BK DPR agar memeriksa anggota dewan yang diduga menerima suap BI.

Dengan cara apa direalisasikannya dalam teks ?

+ Dibangun dengan cara merepresentasikan peristiwa sosial melalui metafor gramatika dalam judul dan sejumlah paragraf yang secara relasional mengatribusikan pandangan wartawan bahwa memang terjadi kasus penyuapan BI terhadap 16 anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004 berkaitan dengan upaya memperlancar pembahasan sejumlah RUU dan anggaran BI. Metafor dimaksud yaitu : Judul : Uang BI di Balik Dagang Pasal; p.2, ”...praktik jual beli pasal....”; p,5, Kesepakatan itu dibanderol Rp.500 juta.; p.7, ”...perlunya pertemuan informal dengan 18 orang anggota Komisi IX di Hotel Mulya...Pertemuan itu membutuhkan dana Rp 540 juta.”; p.8, ”...Uang BI itu dikucurkan , ...karena seluruh high call pada dua RUU itu telah berhasil diakomodasi; p.10, Penundaan pembahasan amandemen UU BI pada 2004 pun tak luput dari transaksi dana sebesar Rp 650 juta; dan p.13, “…….mengalir ke Senayan,…….”

PEWACANAAN KORUPSI ANGGOTA DPR DALAM SURATKABAR

A. Deskripsi Perbedaan Wacana keterlibatan Anggota DPR dalam Kasus Korupsi Aliran Dana BI di DPR antara di Media Indonesia dan Republika

Dalam pandangan konstruksionis, berita itu juga dapat dimetaforakan sebagai sebuah drama, atau sejenisnya semisal permainan bola dan lain-lain. Terkait dengan ini, temuan penelitian ini juga memperlihatkan konstruksi Media Indonesia dan Harian Republika mengenai kasus korupsi anggota DPR melalui aliran dana BI itu juga dapat dimetaforakan sebagai sebuah permainan bola, di mana di situ ada, pelatih, pemain, wasit, dan penonton. Jadi, pewacanaan yang muncul dalam konstruksi media terhadap realitas korupsi anggota dewan terkait kasus aliran dana BI itu bisa dipilah-pilah juga ke dalam suatu metaforik berupa tema-tema minor dari sebuah tema mayor permainan bola.

(16)

dalam permainan sepak bola yang dalam kaitan kasus ini ciri-cirinya berupa : adanya bukti partisipasi anggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana BI; partisipasi itu misalnya berupa turut menerima; atau diduga ikut menerima aliran dana dari BI (contoh : p.5, KPK sedang menyelidiki kasus dugaan suap BI kepada sejumlah anggota Komisi IX DPR pada 2004...”; p.8, ”....BPK menemukan adanya aliran dana Rp 31,5 miliar untuk sejumlah anggota DPR. ...BPK juga mengungkapkan dana tersebut dicairkan Rusli dan diserahkan kepada anggota DPR Antony Zeidra Abidin....”). Wasit yaitu : suatu mediasi media mengenai teksasi wartawan menyangkut peristiwa sosial yang berhubungan dengan keterlibatan anggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana Bank Indonesia (BI) di DPR yang sifatnya merepresentasikan anggota DPR memainkan semacam peran fungsi wasit dalam suatu permainan sepak bola, yakni melakukan aktifitas penilaian, evaluasi, dan

punishment, terhadap kasus dugaan korupsi aliran dana BI di DPR. (contoh : p.1 Badan Kehormatan (BK) DPR akan meminta keterangan dari koalisi LSM termasuk Indonesia Corruption Watch (ICW), besok ...”; p.2, ”Pelibatan koalisi LSM dan ICW tersebut adalah sebagai pihak pelapor dan pemberi keterangan tambahan...”; p. 4, “ …Agung Laksono meminta penyelesaian kasus aliran dana BI tidak dipolitisasi, tapi harus mengedepankan prinsip-prinsip etika, moral dan hukum.”; p.5, ”Gayus Lumbuun menilai, KPK tidak serius dalam masalah Aulia Pohan. ”Ini apakah ada tebang pilih berkaitan dengan keluarga istana, hingga...”. Sedang penonton yaitu : suatu mediasi media mengenai teksasi wartawan menyangkut peristiwa sosial yang berhubungan dengan keterlibatan anggota DPR dalam kasus korupsi aliran dana Bank Indonesia (BI) di DPR yang sifatnya merepresentasikan anggota DPR memainkan semacam peran fungsi penonton dalam suatu permainan sepak bola yang dalam kaitan kasus ini ciri-cirinya berupa indikasi ketidakikutsertaan anggota DPR dalam ‘permainan bola’ dimaksud, yang diantaranya ditandai oleh kata-kata yang bersifat bantahan, penolakan dan sejenisnya. (misalnya: p.1, ”....Saya tidak pernah menerima dana seperti yang dituduhkan. ...Saya tengah berada di luar negeri.... Bagaimana saya menerima dana jika sedang di luar negeri. ... ”. Terkait dengan posisi penonton ini, ada yang sifatnya positip bagi pihak anggota DPR dan ada yang sifat negatif. Posisi penonton yang bersifat positip yaitu posisi anggota DPR direpresentasikan sebagai pihak yang benar-benar tidak terlibat dalam kasus dugaan korupsi tersebut, atau meskipun direpresentasikan sebagai pihak yang terlibat, namun keterlibatan mereka itu semata-mata karena kecerobohan manajemen pihak BI, bukan karena kemauan pihak DPR. Sedang Posisi penonton yang bersifat negatif yaitu posisi anggota DPR direpresentasikan sebagai pihak yang tidak terlibat atau tidak menerima aliran dana BI dalam kasus dugaan korupsi tersebut, namun demikian dalam perepresentasian itu secara tekstual dijumpai juga hal-hal yang menguatkan keterlibatan anggota dewan.

Temuan penelitian ini sendiri, terkait pewacanaan posisi-posisi anggota DPR tadi, hasilnya dapat dilihat dalam tabel 6 (lihat dalam tesis halaman 68-96 ):

(17)

Selanjutnya, terkait dengan pewacanaan posisi-posisi anggota DPR melalui beragam premis minor tadi, maka untuk kepentingan penelitian ini, dilakukan proses reduksi guna pengkategorisasian pewacanaan posisi-posisi anggota DPR itu dalam konteks tema mayor ‘permainan sepak bola’. Proses reduksi ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi setiap wacana ‘premis minor’ yang diorientasikan pada lahirnya kategori wacana yang bersifat positip, netral dan negatif.

Wacana yang bersifat positif adalah : wacana yang merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang

bersih, misalnya sebagai pihak yang tidak terlibat suap, pihak yang tidak menerima aliran dana, pihak yang menjadi korban pihak BI belaka; pihak yang tidak ada kaitannya dengan kasus aliran dana BI dan sejenisnya. Wacana yang bersifat negatif adalah : wacana yang merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang kotor, misalnya digambarkan sebagai pihak pengatur skenario kasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi aliran dana BI; pelaksana strategi kasus aliran dana BI, dan negosiator dalam kasus aliran dana BI. Sementara wacana yang sifatnya netral adalah wacana yang merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang memainkan peran fungsi perwasitan terhadap kasus aliran dana BI di DPR yang diantaranya berupa tindakan-tindakan evaluatif, vonis, atau

reward.

Dengan menggunakan kategori dimaksud, maka teridentifikasi bahwa tema-tema minor yang menunjukkan posisi-posisi anggota dewan dalam tema-tema mayor ‘permainan bola’ berupa pewacanaan korupsi aliran dana BI tadi, lebih didominasi oleh Wacana yang bersifat negatif, yakni DPR ditempatkan dalam posisi negatif dalam kasus korupsi aliran dana BI di DPR, baik di Media Indonesia (56) maupun di Republika (52). Sementara wacana yang bersifat positif (Media Indonesia 7; Republika 4) dan wacana yang sifatnya netral (Media Indonesia 10; Republika 11) tampaknya menjadi wacana yang tidak dominan diwacanakan oleh kedua media.

B. Ideologi Media dalam Pewacanaan Keterlibatan Anggota DPR dalam Kasus Korupsi Aliran Dana BI di DPR antara di Media Indonesia dan Republika

(18)

Terkait dengan kecenderungan wacana di atas, itu berarti anggota dewan di sini direpresentasikan sebagai pihak yang menjadi ‘pelaku atau koruptor’ dalam kasus dugaan korupsi aliran dana BI di DPR. Dengan kata lain, wacana yang bersifat negatif berarti wacana yang merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang kotor, misalnya digambarkan sebagai pihak pengatur skenario kasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi aliran dana BI; pelaksana strategi kasus aliran dana BI, dan negosiator dalam kasus aliran dana BI.

Dengan penempatan posisi anggota DPR yang dominan diletakkan dalam posisi negatif tersebut, maka ini dapat diartikan bahwa kedua media berdasarkan representasinya dapat dikatakan cenderung memiliki sikap yang bersifat ‘anti parlemen’ atau ‘kontra legislatif’. Jadi, dengan mengacu pada pendapat Shoemaker dan Reese bahwa mediasi itu sangat dipengaruhi oleh ideologi serta menurut Fairclough bahwa lokasi ideologi itu salah satunya memang terletak dalam teks, maka teks-teks yang dimediasi oleh Media Indonesia dan Republika menyangkut kasus dugaan korupsi anggota DPR dalam aliran dana BI di DPR tadi, berarti pewacanaan mereka yang cenderung negative itu kelihatannya lebih didominasi oleh karena adanya ideologi ‘kontra legislatif’ di kalangan wartawan atau media. Ideologi di sini diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai individu untuk melihat realita dan bagaimana mereka menghadapinya.2 Dalam kaitan

ini, dengan demikian ideologi ‘kontra legislatif’ di sini berarti berfungsi sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi yang dominan bagi wartawan/media dalam melihat dan menghadapi realitas dugaan korupsi anggota parlemen dalam kasus aliran dana BI di DPR.

PENUTUP

Permasalahan yang diangkat dalam tesis ini adalah : 1) Bagaimana media mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI?; 2) Mengapa media mengkonstruksi realitas tersebut dengan cara demikian? Ideologi siapakah yang mempengaruhi pewacanaan tersebut? Apakah terdapat pengaruh ideologi pemilik media?; dan 3) Bagaimana efek pemaknaan korupsi aliran dana BI oleh media terhadap pemaknaan pembaca?

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi terhadap temuan-temuan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Terkait dengan cara Suratkabar Media Indonesia dan Harian Republika dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, maka menyangkut :

a. Media Indonesia

Dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, Media Indonesia melakukannya dengan cara lebih dominan yang bersifat negatif, dengan mana

2 Terkait dengan ini, Raymond Williams mendefinisikan ideologi sebagai sebuah bentuk relatif formal dan mengartikulasikan sistem

(19)

berarti anggota dewan di sini direpresentasikan sebagai pihak yang menjadi ‘pelaku atau koruptor’ dalam kasus dugaan korupsi aliran dana BI di DPR. Dengan kata lain, wacana yang bersifat negatif ini berarti wacana yang merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi aliran dana BI sebagai pihak yang kotor, misalnya digambarkan sebagai pihak pengatur skenario kasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi aliran dana BI; pelaksana strategis kasus aliran dana BI, dan negosiator dalam kasus aliran dana BI.

b. Republika

Dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, Republika melakukannya dengan cara lebih dominan yang bersifat negatif, dengan mana berarti anggota dewan di sini direpresentasikan sebagai pihak yang menjadi ‘pelaku atau koruptor’ dalam kasus dugaan korupsi aliran dana BI di DPR. Itu. Wacana yang bersifat negatif ini dengan kata lain berarti wacana yang merepresentasikan posisi anggota DPR dalam kaitan kasus dugaan korupsi aliran dana BI itu sebagai pihak yang kotor, yang digambarkan sebagai pihak pengatur skenario kasus aliran dana BI; pengarah permainan korupsi aliran dana BI; pelaksana strategis kasus aliran dana BI, dan negosiator dalam kasus aliran dana BI.

2) Terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi media melakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI, serta ideologi dominan yang berada di balik pewacanaan teks dimaksud, maka menyangkut :

a. Media Indonesia

Faktor-faktor yang mempengaruhi Media Indonesia melakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI adalah : 1.a. berkaitan dengan perspektif negatif terhadap korupsi, perspektif negatif terhadap parlemen; b. rutinitas media; c. Heteroglossia menyangkut fenomena korupsi dan parlemen; 2. ideologi pemilik media (ideologi media); 3. Sedang Ideologi dominan yang berada di balik pewacanaan yang bersifat negatif terhadap parlemen itu adalah berupa ideologi ‘kontra legislatif/parlemen’. b. Republika

Faktor-faktor yang mempengaruhi Republika melakukan cara-cara tertentu dalam mengkonstruksi (memproduksi makna) teks/berita tentang korupsi Anggota DPR RI dalam kasus aliran dana BI di DPR RI adalah : 1.a. berkaitan dengan perspektif negatif terhadap korupsi; b. perspektif negatif terhadap parlemen; c. rutinitas media; d. Komodifikasi; e. Heteroglossia menyangkut fenomena korupsi dan parlemen; 2. ideologi media 3. Sedang Ideologi dominan yang berada di balik pewacanaan yang bersifat negatif terhadap parlemen itu adalah berupa ideologi ‘kontra legislatif/parlemen’.

3) Terkait dengan cara pembaca (efek) dalam memaknai pemaknaan korupsi aliran dana BI yang dilakukan oleh media, maka terkait dengan :

(20)

Menurut konsumen teks Media Indonesia, korupsi itu ibarat penyakit kronis yang dapat membunuh yang di Indonesia gejalanya sudah menjadi budaya disegala sendi kehidupan dan di kalangan birokrat/pejabat bahkan sudah dianggap sebagai hal yang legal. Kemudian, dalam kaitan pandangannya menyangkut parlemen, pengonsumsi teks ini menilai bahwa parlemen itu sudah seperti kumpulan para pembohong dengan status keanggotaan yang lebih dimanfatkan untuk kepentingan diri ataupun partai ketimbang mengerjakan tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat. Dengan demikian, ini menggambarkan efek pada pembaca yang mengarah pada munculnya ideologi yang sama dengan media dalam memaknai keterlibatan anggota parlemen terkait kasus dugaan korupsi melalui aliran dana BI di DPR. Temuan penelitian ini memang menunjukkan adanya kesamaan ideologi di antara pembaca dan media, yaitu ideologi ‘kontra legislatif’.

b. Republika

Menurut konsumen teks Republika, fenomena korupsi merupakan perilaku menyimpang dari seseorang yang sifatnya melanggar hukum. Dengan kata lain sebagai suatu aktifitas penempatan uang yang tidak pada tempatnya dan digunakan untuk kepentingan pribadi, sepihak. Fenomenanya sendiri di kalangan masyarakat Indonesia pada semua level tarafnya sudah mengarah pada suatu aktifitas yang dianggap biasa, dinikmati dan dibiarkan. Dalam kaitan parlemen ia menilai bahwa parlemen itu sebagai kumpulan koruptor-koruptor yang sebelumnya memang berasal dari tempat-tempat calon koruptor atau pernah menjadi konspirator korupsi pada masa-masa sebelumnya. Dengan demikian, ini menggambarkan efek pada pembaca yang mengarah pada munculnya ideologi yang sama dengan media dalam memaknai keterlibatan anggota parlemen terkait kasus dugaan korupsi melalui aliran dana BI di DPR. Temuan penelitian ini memang menunjukkan adanya kesamaan ideologi di antara pembaca dan media, yaitu ideologi ‘kontra legislatif’.

B. Saran

(21)

oleh Fairclough. Dengan upaya-upaya ini diharapkan akan dapat menyempurnakan studi CDA dalam versi Norman Fairclough di masa-masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Althusser, Louis, Tentang Ideologi, Marisma Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural Studies, terjemahan Olsy Vinoli Arnof, Bandung, Jalasutra, 2005, hlm. xxiv.

Curran, James, Gurevitch and Woollacott, The Study of the media : Theoretical Approaches., p. 18.

Departemen Ilmu Komunikasi,FISIP UI, (2004-2006), Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi

Thesis Vol III (2) 2004; Thesis Vol III (3) 2004; Vol IV (3) 2005; Thesis Vol V (1) 2006.

Eriyanto , (2001), Analisis Wacana, Pengantar analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS, hlm. 288.

Fairclough, N. (1989). Language and Power. New York: Longman.

Fairclough, N. (1993). Critical discourse analysis and the marketization of public discourse: The universities. Discourse and Society, 4(2), 133-168.

Fairclough, Norman, 1995, Media Discourse, Voices Intertextuality, p.39.

Fairclough, Norman, 1995, Critical Discourse Analysis : The Critical Study of Language, London and New York, Longman, p.76.

Gurevith, Michael, Tony Bennett, James Curran and Woollacott, (1982), Culture, Society and The Media. Methuen London and New York, 263.

Halliday, M.A.K., Hasan, Ruqaiya, 1994, Bahasa, Konteks dan Teks, Aspek-Aspek bahasan dalam Pandangan Semiotika Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, hlm. 13-14.

Herman, Edward S., 1986, “Gatekeeper versus Propaganda Models: A Critical American Perspectif “, dalam Communicating Politics, Editor: Peter Golding; Graham Murdock and Philip Schlesinger, Leicester University Press. p.175.

Herman dan Chomsky, 1988, Manufacturing Consent The Political Economy of the Mass Media,p.2.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), 2006, Memahami Untuk Membasmi, Buku Saku Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, KPK, hal. 11.

Laeyendecker, L. 1983, Tata, Perubahan, Ketimpangan : Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi, Jakarta, Gramedia, hlm.361.

Littlejohn, Stephen W., Theories of Human Communication, Wardsworth, Belmont, California, 1996.

McQuail, Denis & Sven Windahl, Communication Models For The Study of Mass Communications, Longman, London, 1993.

Narendra, Pitra, 2008, ”Analisis Wacana Teun A. Van Dijk”, dalam Metodologi Riset Komunikasi, Yogyakarta, Balai Pengkajian dan Pengembangan Informasi Wilayah IV Yogyakarta dan Pusat Kajian Media dan Budaya Populer Yogyakarta, Cetakan I Juni 2008, hlm. 146.

(22)

Rusadi, Udi, 1998,“Perspektif Studi Media Massa”, Jurnal Kampus Tercinta Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta, Yayasan Kampus Tercinta, hl. 5.

Rusadi, Udi, “Diskursus Kerusuhan Sosial Dalam Media Massa”, disertasi dalam Bidang Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia, 2002.

Seliger, dalam John B. Thompson, Analisis Ideologi, Kritik Wacana Ideologi-ideologi Dunia, 2003, Diterjemahkan, Haqqul Yaqin, Yogyakarta, IRCiSoD, hlm. 132. Shoemaker, Pamela J., Reese dan Reese, Stephen D., 1996, Mediating The Message,

Theories of Influences on Mass Media Content,NY, Longman Publishers USA, p. 223.

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,Analisis Framing, Bandung, Rosdakarya, hlm. 56.

Takwin, Bagus: “Cuplikan-cuplikan Ideologi”, dalam Jurnal Filsafat Universitas Indonesia Volume I No. 2, Agustus 1999.

Tiamono, Rigakittyndya, 2008, “Analisis Wacana Norman Fairclough”, dalam

Metodologi Riset Komunikasi, Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian Komunikasi, Yogyakarta, Balai Pengkajian dan Pengembangan Informasi Wilayah IV Yogyakarta dan Pusat Kajian Media dan Budaya Populer, hlm. 151.

Thompson, John B.,(2003) Analisis Ideologi, Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia, , Diterjemahkan, Haqqul Yaqin, Yogyakarta, IRCiSoD, hlm. 132.

Werner J. Severn, James W. Tankard, Jr. Communication Theories: Origins, Methods and Uses in the Mass Media, 1997, 4th ed in Chinese, translated by Guo Zhenzhi, 2000,

Huaxia Publishing House, P.345. Jurnal :

Universitas Indonesia, 2004, Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Thesis Vol III (2). Universitas Indonesia, 2004, Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Thesis Vol III (3). Universitas Indonesia, 2006, Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Thesis Vol V (1). Website :

Blanketguarantee,dalam: http://www.pacific.net.id/pakar/sj/permasalahan_blbi.html).

Bourdieu, Pierre, ‘Classes and Classifications’, dalam

http://www.marxists.org/reference/subject/ philosophy/works/ fr/bourdieu.htm, dan

Bourdieu S Theory Of Power And Practice, dalam

http://www.museumstuff.com/learn/topics/Pierre_Bourdieu:ub::Bourdieu_S_Theory

_Of_Power_And_Practice, diakses : 3 Januari 2011.

Djiwandono J. , Soedradjad, dalam : http://www.pacific.net.id/pakar/sj /permasalahan _blbi.html. taken on friday, March 14, 2008.

Fikom Univ Vetra Surabaya; http://digilib.petra.ac.id/viewer.php? page=8&submit.x= 19&submit.y=15&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe

%2Fs1%2Fikom%2F2005%2Fjiunkpe-ns-s1-2005-51401015-2116-feature-chapter2.pdf.

Hamad, Ibnu, (2007), Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi Sebuah Telaah Ringkas ccm .www.um .edu .my Hamad 2007.

Harris et al. (1989) dan Kittredge & Lehrberger (1982), dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/ Discourse_ análisis.

Kleden, Ignas, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, LP3ES, Jakarta, 1987

(23)

Luke, A. (1997). Theory and practice in critical science discourse. In L. Saha (Ed.),

International encyclopedia of the sociology of education. Accessed March 6, 2003. http://www.gseis.ucla.edu/courses/ed253a/Luke/SAHA6.html

McGregor, Sue L.T., dalam, “Critical Discourse Analysis- A Primer”, dalam http://www.kon.org/ archives/forum/15-1/mcgregorcda.html.

Mosco, Vincent The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal, Sage, London, 1996

Namibia's Zero Tolerance for Corruption Campaign, dalam http://www.anticorruption.info/corr def.htm/.

Novel Ali, “Ideologi Media Vs Gerakan Antikorupsi” , dalam http://www.freelists.org/ archives/ppi/03-2006/msg00142.html

Rahardjo, Turnomo,2005, ” Koran Lokal dan Ruang Publik”, dalam,

http://www.suaramerdeka.com/ harian/0502/11/ opi03.htm

Rosalina,Betty,”Korupsi dalam Perspektif Sosio-Kultural”, dalam, http://www.kammi. or.id/last/lihat.php?d=materi&do=view&id=240.

The 'Lectric Law Library,dalam http://www.lectlaw.com/def/c314.htm.

Transparency Internasional (TI) Indonesia , dalam http://www.ti.or.id/polling/9/.

Zappen, James P., “Mikhail Bakhtin (1895-1975)”, dalam http:/www.rpi.edu/zappen/Bibliografi/bakhtin.html, diunduh 3/2/2001.

Detikcom.

,http://www.detiknews.com/read/2006/01/05/185730/513489/10/pendirian-rumah-ibadah-minimal-harus-ada-100-pemeluknya). Situs lainnya :

http://www. Wikipedia.com.

merriam-webster online dictionary, http://www.merriam-webster.com/dictionary /corrupts).

http://allword.com.

http://www.transparency.org/news_room/faq/corruption_faq.

http://www. Wikipedia.com.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_Likuiditas_Bank_Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_Likuiditas_Bank_Indonesia,diambil,14/3/2008.

http://atheism.about.com/library/glossary/ general/bldef_ foucaultmichel.htm.

http://plato. stanford.edu/entries/feminist- power/#domi).

http://atheism.about.com/library/glossary/general/bldef_ideology.htm

http://www.merriam-ebster.com/cgibin/dictionary?book=Dictionary&va=hegemony.

http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_hegemony).

http://www.usingenglish.com/glossary/text.html.

http://www.webopedia.com/TERM/T/text.html http://www.thefreedictionary.com/ideology http://www.allwords.com/word-ideology.html

http://atheism.about.com/library/glossary/ general/bldef_ideology.htm

http://www.freelists.org/archives/ppi/03-2006/msg00142.html.

http://www.thefreedictionary.com/ideology; http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi; Tesis dan lainnya :

(24)

temu ilmiah peneliti di lingkungan Badan Litbang SDM Depkominfo, Cisarua Bogor, 2008.

Syaifuddin, (2008),“Wacana Tajuk Rencana Suratkabar Republika Tentang kasus KKN mantan Presiden Soeharto, Studi CDA Versi Teun A. Van Dijk dan Halliday”, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta.

Keterangan Drs. Halomoan Harahap, MSi, Dekan FIKOM Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta, 5 Januari 2009.

Keterangan Drs. Yafis, Kepala Perpustakaan IISIP Jakarta, 5 januari 2009.

Keterangan Drs.Aa bambang As, MSi, Dekan Fikom Usahid Jakarta, 4 Januari 2009. Media Indonesia, edisi 29, 30 dan 31 Januari 2008.

Republika edisi 30 dan 31 Januari 2008. Kompas edisi 30 Januari 2008 .

Gambar

Tabel 3 Model Analisis Teks Fairclough (modifikasi penulis)
tabel 4 dan 5 dalam laporan tesis halaman 61-65).

Referensi

Dokumen terkait

Satuan besaran turunan harus menggunakan satu sistem tertentu, kecuali pada pemakaian sehari – hari misalnya kecepatan mobil dalam km/jam tidak dalam m/detik; berat

yangtotal (dari hipotonis keke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya. Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan

 Melaporkan secara hukum Sutradara dan para aktor intelektual yang terlibat dalam pembuatan dan penayangan film yang berjudul Kau Adalah Aku Yang Lain. Pertamina

[r]

Dan barangsiapa berprasangka bahwa ada pertentangan dalam Kitab Allah atau dalam Sunnah Rasulullah, atau di antara keduanya; itu disebabkan karena ilmunya

Laporan Skripsi ini dapat dijadikan sebagai sarana tambahan referensi di perpustakaan Universitas Sumatera Utara mengenai permasalahan yang terkait dengan

1) Menghitung jumlah enzim yang leaching (lepas dari matriks) selama proses imobilisasi yang dilakukan dengan menguji kadar protein dalam supernatan pada

129 2.Uji Linieritas Iklim (X2)Organisasi Terhadap Produktivitas Sekolah (Y)... Uji Linierias data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Iklim Organisasi