TIP PERTANIAN
Pupuk Kotoran Sapi:
Atasi Kekurangan Kalium pada Kedelai
Tanaman kedelai memerlukan ketersediaan kalium (unsur K)yang besar dalam tanah. Namun, kalium dalam tanah mudah tercuci: hanyut terbawa air atau masuk ke lapisan tanah lebih dalam sehingga tidak terserap akar tanaman.
Pupuk kotoran sapi adalah sumber potensial karena kandungan K di dalamnya mencapai 90% yang berasal dari pakan, utamanya jerami padi. Karenanya, pemberian pupuk ini sebagai penutup lubang tanam dapat membantu memenuhi kebutuhan K tanaman kedelai. Pupuk yang digunakan adalah yang sudah berbentuk seperti tanah berwarna coklat kehitaman. Dalam keadaan kering, bobotnya ringan dan beremah. Pupuk kandang dengan ciri seperti disebutkan biasanya telah berumur lebih dari tiga bulan.
Cara penggunaannya: dengan menggunakan tugal,buat lubang tanam kedelai dengan kedalaman kurang lebih 9 cm. Pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam selekas mungkin setelah benih ditanam. Keterlambatan pemberian pupuk kandang dalam waktu lebih dai 36 jam setelah tanam, dapat mengganggu pertumbuhan kecambah karena pergeseran posisi kecambah. Dosis pupuk kandang yang diberikan sampai memenuhi 85% lubang tanam. Apabila kondisi tanah cukup kering pada umur 10 hari setelah tanam (biasanya saat musim kemarau), maka lahan harus segera diairi dengan cara perembesan (melalui saluran antar bedengan), agar pupuk kandang segera larut dalam tanah dan dapat segera diserap tanaman.
(Kiriman Nur Nahudi, Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur)
Tanaman kedelai butuh unsur Kalium dalam jumlah banyak di dalam tanah.
Daun Sirih,
Pestisida Alami untuk Padi
Daun sirih dapat dimanfaatkan untuk membasmi hama putih, ulat penggulung daun, dan penggerek batang pada tanaman padi.Cara pembuatannya: sebanyak 250 gram sirih ditumbuk halus. Kemudian diberi air sebanyak empat gelas dan disaring sampai diperoleh air sirih.
Cara penggunaannya: air sirih dicampur dengan 13 liter air. Selanjutnya semprotkan pada pada tanaman padi yang terserang hama putih dan penggulung daun. Untuk membasmi hama penggerek batang, cairan disemprotkan satu minggu setelah dijumpai telurnya.
(Kiriman Adlan Mamnun, Ketua Kelompok Pembibitan Swadaya Mandiri (KPSM), Jl. Raya Tanjung Bayan, Lendang Mamben Anyar, Kec. Bayan, Kab. Lombok Barat, NTB)
Menanam pepohonan bersama dengan satu atau beberapa jenis tanaman semusim dalam satu lahan tergolong sistem agroforestri (wanatani) sederhana. Kebiasaan ini telah dilakoni petani sejak dulu. Pola ini berdampak positif, antara lain: tersedianya sumber bahan organik, menekan gulma, mengurangi kehilangan hara, memperbaiki porositas tanah, menambat nitrogen dari udara, menekan serangan hama dan penyakit, menjaga kestabilan iklim mikro, dan mengurangi bahaya erosi. Namun, jika pohon yang dipilih kurang tepat, bisa mengakibatkan: pohon menjadi inang penyakit, terjadinya persaingan mendapatkan cahaya, air, dan hara antara pohon dengan tanaman semusim.
Berikut beberapa dasar pertimbangan memilih jenis pohon dalam tumpang sari.
• Bentuk dan sebaran tajuk pohon. Kedua hal ini
menentukan tingkat naungan dan intensitas sinar matahari yang diterima tanaman semusim di bawahnya.
• Produksi serasah. Serasah dari pohon (baik karena
pemangkasan atau daun gugur) menjadi sumber hara untuk tanaman semusim di bawahnya.
• Kesesuaian antara ketersediaan hara dengan
kebutuhan tanaman. Serasah yang dihasilkan
pepohonan memiliki kualitas berbeda-beda yang pada akhirnya menentukan kecepatan pembusukan menjadi kompos. Kualitas serasah harus disesuaikan dengan kecepatan tumbuh dan kebutuhan hara tanaman semusim.
• Kedalaman perakaran. Pohon yang berakar dalam
lebih baik karena: tak mudah tumbang, bisa mencegah erosi, “menangkap dan menyimpan” air dalam tanah, dan lebih tahan kekeringan.
• “Memanen” nitrogen (N) dari udara. Kemampuan
tanaman untuk memanen N dari udara bebas diharapkan dapat menambah ketersediaan N dalam tanah. Tanaman yang mempunyai kemampuan ini adalah jenis kacang-kacangan (legum). Tetapi tak semua legum menguntungkan.
• Ketahanan terhadap pangkasan. Untuk mengurangi
persaingan mendapatkan sinar matahari antara pohon dan tanaman semusim, perlu dilakukan pemangkasan daun dan ranting pohon. Beberapa jenis pohon tetap tumbuh baik meski sering dipangkas. Pohon yang tidak tahan dipangkas, ditandai dengan kemunduran
Keuntungan Menanam Pohon
Dalam Sistem Tumpang Sari
pertumbuhan setelah dipangkas beberapa kali. Pohon yang mudah dan cepat tumbuh setelah mengalami pemangkasan periodik sangat cocok digunakan sebagai tanaman pagar.
• Kemampuan mengendalikan gulma. Gulma
merugikan tanaman pertanian semusim. Pertumbuhan gulma dapat terhambat bila ternaungi pepohonan.
• Manfaat tambahan. Salah satu alasan keberatan
petani menerapkan tumpang sari tanaman semusim dengan pohon adalah berkurangnya lahan untuk tanaman semusim sehingga pendapatan jangka pendek berkurang. Untuk mengganti kerugian tersebut, pohon yang dipilih sebaiknya memberikan manfaat ganda bagi petani: menjamin lingkungan tumbuh yang baik dan dapat memberikan hasil yang dapat dimanfaatkan segera, seperti buah, sayur, getah, pakan ternak, dan kayu bakar.
(Kiriman Sutomo, UPT-BKT Kebun Raya Bali, Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191, e-mail: sutomo.2@lipi.go.id)
Dengan sistem wanatani/agroforestry, selain panen petani juga ikut melestarikan lingkungan.
FOTO: VECO INDONESIA