• Tidak ada hasil yang ditemukan

WETLANDS INTERNATIONAL INDONESIA PROGRAMME (WI-IP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "WETLANDS INTERNATIONAL INDONESIA PROGRAMME (WI-IP)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

WETLANDS INTERNATIONAL

INDONESIA PROGRAMME (WI-IP)

Wetlands International (WI-IP) adalah bagian dari jaringan global Wetlands International, yang merupakan Organisasi Non-Pemerintah dan bekerja secara global, regional, nasional hingga lokal untuk mencapai tujuan konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara bijaksana, sebagai bentuk sumbangan bagi terwujudnya pembangunan secara berkelanjutan.

WI-IP, semula bernama Asian Wetlands Bureau (AWB-IP) telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1987 atas dasar Memorandum of Understanding (MoU) antara Wetlands International dengan Pemerintah Indonesia c.q. Departemen Kehutanan c.q. Direktur Jenderal PHKA.

AWB yang semula berdiri sendiri, pada tahun 1995, bersama organisasi sejenis yaitu International Waterfowl and Wetland Reasearch Bureau (IWRB) dan Wetland for the Americas (WA), melebur diri menjadi Wetlands International dimana organisasi dengan nama baru ini membuka kesempatan kepada Pemerintah Negara-Negara untuk bergabung menjadi anggota. Dengan surat no.1659/Menhut-VI/95 tanggal 17 November 1995 Menteri Kehutanan menyatakan Indonesia bergabung menjadi anggota Wetlands International.

Pada November 1997 ditandatangani MoU yang baru antara Pemerintah Indonesia c.q. Direktur Jenderal PHPA dengan Wetlands International yang menjadi landasan tetap beroperasinya Wetlands International - Indonesia Programme di Indonesia. MoU ini berjangka waktu 5 (lima) tahun dengan perpanjangan otomatis 1 (satu) tahun untuk proses evaluasi dan perpanjangan.

Untuk mendukung pencapaian misinya, WI-IP selalu dan akan terus bekerjasama dengan seluruh elemen masyarakat maupun pemerintahan yang terkait, termasuk institusi-institusi pendidikan, media maupun sektor swasta.

MISI ORGANISASI

Memelihara dan mempertahankan lahan basah, termasuk sumberdaya dan keanekaragaman hayatinya untuk generasi mendatang

VISI ORGANISASI

(3)

NILAI-NILAI YANG WI-IP JUNJUNG

Dalam melaksanakan seluruh kegiatan, WI-IP memegang teguh beberapa prinsip nilai inti berikut:

• Pekerjaan yang dilakukan terkait secara global

• Pekerjaan yang dilakukan didasarkan kepada nilai-nilai ilmiah digabungkan dengan pengetahuan tradisional

• Bekerja melalui kemitraan dengan berbagai sektor, terutama dengan masyarakat • Menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional

• Bekerja secara terbuka dan akuntabel

SASARAN GLOBAL

1. Membangun pangkalan pengetahuan mengenai lahan basah secara global

a. Pembuatan berbagai material penyuluhan, seperti poster, cetak lepas dan komik; b. Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah (WKLB);

c. Pembuatan materi penyuluhan elektronik, seperti film, slide kit dan media penyiaran;

d. Menyeleggarakan dan memfasilitasi berbagai pertemuan maupun pelatihan terkait; e. Pengembangan Pangkalan Data Lahan Basah penting di Indonesia.

2. Mengenalkan peranan lahan basah dalam pembangunan berkelanjutan

a. Studi dan penelitian nilai penting lahan basah yang belum umum diketahui, misalnya studi dan penyediaan informasi mengenai gambut dan kandungan karbonnya;

b. Memfasilitasi penyusunan strategi pengelolaan ekosistem lahan basah di tingkat nasional dan regional, seperti Strategi Nasional pengelolaan Lahan Basah, Strategi Nasional Pengelolaan Lahan Gambut serta Strategi Pengelolaan gambut di ASEAN; c. Memfasilitasi pemadupadanan ekosistem lahan basah kedalam Rencana Umum

Tata Ruang Wilayah di tingkat Kabupaten.

3. Memadukan lahan basah kedalam pengelolaan sumber daya air

a. Memfasilitasi pengembangan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat disekitar kawasan lindung lahan basah atau lahan basah penting lainnya;

b. Memfasilitasi penyusunan rencana kelola bagi kawasan lindung lahan basah atau lahan basah penting lainnya.

4. Konservasi keanekaragaman hayati lahan basah dan jaringan kerja ekologis

a. Penyusunan berbagai panduan identifikasi, studi dan survey beberapa jenis lahan basah penting

b. Memfasilitasi berbagai jaringan kerja terkait dengan jenis-jenis penting lahan basah, khususnya yang bersifat migran

(4)

Ringkasan Profil Kegiatan

Wetlands International – Indonesia Programme

(5)

Coastal Rehabilitation Projects in Java

Tujuan : Konservasi dan rehabilitasi wilayah pesisir melalui pola-pola ramah lingkungan, serta pemberdayaan masyarakat secara partisipatif dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Sasaran :

• penguatan masyarakat dan personel pemerintah daerah, melalui penyuluhan, workshop, pendampingan dan pelatihan-pelatihan

• terjalinnya komunikasi dan hubungan yang erat/baik antar masyarakat dengan para wakil di pemerintahan daerahnya, dalam rangka mendukung program-program rehabilitasi pesisir dan peningkatan perkenomian masyarakat

• terwujudnya sabuk hijau di sepanjang pesisir melalui penanaman mangrove dan tanaman pantai lainnya, sehingga pesisir semakin terlindungi dari abrasi/erosi pantai dan masyarakat juga ikut merasakan peningkatan pendapatannya

Donor : RBF, Canada Fund, KNIP

Instansi/Lembaga yang terlibat : PHKA, Pemkab. Pemalang, AWSG, PGGG-IPA, Yayasan Sahabat Alam, KSM-KSM

Periode Kegiatan : 1999-sekarang

Profil :

Pengalaman WI-IP dalam kegiatan rehabilitasi pesisir telah dimulai sejak lama jauh sebelum tsunami menerpa wilayah pesisir Aceh dan Nias. Kegiatan yang dilakukan mencakup tiga hal pokok yang saling terkait dalam konservasi lahan basah, yaitu: habitat lahan basah, kehidupan flora dan fauna dan manusia yang mendiami atau mempengaruhi kawasan lahan basah.

(6)

Daftar Publikasi, diantaranya:

Buku/Laporan

1. Ekosistem Lahan Basah Indonesia: Buku Panduan untuk Guru dan Praktisi Pendidikan 2. Panduan Pengembangan Program Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Masyarakat 3. Panduan Teknis Penanaman Mangrove bersama Masyarakat

4. Mangrove-Use by Coastal Community at District of Pemalang, Central Java Province

Poster

1. Burung-Burung di Pantai Utara Jawa 2. Peliharalah Hutan Bakau Kita

Dokumentasi Foto-Foto

Masyarakat menangkap dan menjual burung air untuk keperluan ekonomi mereka. Hal ini mendatangkan dilema, disatu sisi usaha

penangkapan burung merupakan sumber nafkah bagi sebagian penduduk tetapi disisi lain usaha ini dapat mengancam kelestarian

burung terutama untuk jenis burung yang langka.

Teknik pencincinan yang diberikan saat pelatihan studi dan kajian burung air di Indramayu.

(7)

Kegiatan rehabilitasi dan restorasi pesisir juga melibatkan anak-anak sekolah serta kaum ibu, melalui program-program Pendidikan Lingkungan

Beberapa contoh lokasi yang sudah ditanami mangrove dan cemara laut di Pemalang, terlihat indah, sejuk dan kokoh menghadang ombak laut

Kegiatan dampingan masyarakat dalam peningkatan pendapatan ekonomi melalui budidaya kepiting keramba 1. Pembuatan dan penyiapan keramba; 2. Pemasukan anakan kepiting ke dalam keramba;

(8)

Promoting the River Basin and Ecosystem Approach for

Sustainable Management of SE Asian Lowland Peatswamp

Forests; Case study Air Hitam Laut River Basin, Jambi Province.

Tujuan : meningkatkan pemahaman mengenai fungsi hidrologi dan ekologi hutan rawa gambut dataran rendah di Asia Tenggara, dan kontribusinya terhadap pengembangan kebijakan dan pengambilan keputusan berdasarkan kajian ilmiah dalam kaitannya dengan pengelolaan terpadu daerah aliran sungai rawa gambut di daerah tropik, dan TN Berbak pada khususnya.

Sasaran :

• untuk mengetahui fungsi eko-hidrologi hutan rawa gambut dalam skala daerah tangkapan air, melalui penelitian hidrologi;

• adanya evaluasi kebijakan yang ada dan pelaksanaannya saat ini dalam pengelolaan dan reklamasi hutan rawa gambut di Indonesia;

• identifikasi praktek pengunaan lahan dan alternatifnya, termasuk alternative untuk restorasi habitat.

Donor : Netherlands

Instansi/Lembaga yang terlibat : IAC, WI, Alterra, Arcadis Euroconsult, LEI, Balai TN Berbak, GEC, PINSE, Univ. Jambi, Delf hydraulics

Periode Kegiatan : 38 months (Oktober 2002 – Desember 2005)

Profil :

Proyek ini dilaksanakan untuk mengenalkan pendekatan berbasiskan daerah aliran sungai dan ekosistem dalam pengelolaan hutan rawa gambut dataran rendah Asia Tenggara yang berkelanjutan. Proyek ini dilaksanakan sebagai bagian dari Partners for Water Programme -Belanda, khususnya dari Programme Water for Food and Ecosystems.

Fokus proyek ini adalah Daerah Aliran Sungai Air Hitam Laut (AHL), Propinsi Jambi, Sumatra. Sungai AHL (secara harafiah bermakna “sungai berair hitam yang menuju laut”) merupakan suatu tipikal sungai di hutan rawa gambut Asia Tenggara, dimana seluruh daerah tangkapan airnya berada di rawa gambut dan rawa air tawar dataran rendah di Sumatra bagian tengah. Sebagian besar ruas sungai AHL ini membagi dua TN Berbak, yang telah ditetapkan sebagai situs Ramsar.

(9)

Dokumentasi Foto-Foto

Pembalakkan kayu secara ilegal dan konversi lahan gambut menjadi lahan perkebunan sawit yang terjadi di DAS AHL, menyebabkan penurunan mukan tanah dan resiko terjadinya kebakaran serta intrusi air laut. Lebih jauh, kegiatan-kegiatan tersebut akan

mengancam kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan di DAS AHL, serta mengganggu kegiatan pertanian di pesisir. Ekosistem DAS Air Hitam Laut (AHL) yang masih terjaga, merupakan pendukung kehidupan liar di sekitarnya

termasuk kelangsungan hidup masyarakat di sepanjang DAS hingga daerah pesisir.

Kegiatan penyuluhan dan pendampingan masyarakat serta upaya-upaya restorasi DAS AHL yang dipadukan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi berkelanjutan, merupakan kegiatan yang diharapkan dapat mengembalikan

(10)

The Climate Change, Forests and Peatlands

in Indonesia (CCFPI)

Tujuan : meningkatkan pengelolaan lahan gambut di Indonesia sehingga kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar, dan sekaligus dapat menjaga fungsi lahan gambut sebagai penyimpan karbon dan pendukung kehidupan keanekaragaman hayati.

Sasaran :

• menumbuhkan sumber mata pencaharian yang berkelanjutan bagi penduduk setempat dan dapat diterapkan di lokasi lain di Indonesia;

• mempertahankan keberadaan lahan gambut dan fungsinya sebagai penyimpan karbon;

• memberikan informasi dan pengalaman mengenai kondisi masyarakat, keilmuan dan institusi yang bermanfaat bagi pengembangan pendekatan terhadap masyarakat.

Donor : the Canada Climate Change Development Fund (CCCDF)- CIDA

Instansi/Lembaga yang terlibat : WHC, GEC, WBH, PINSE

Periode Kegiatan : Agustus 2001 – Maret 2007

Profil :

Climate Change, Forests, and Peatlands in Indonesia (CCFPI) adalah proyek yang berkaitan dengan perubahan iklim dan serapan karbon di lahan gambut. Proyek ini melingkupi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan perlindungan dan rehabilitasi hutan dan lahan gambut di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, diterapkan prinsip-prinsip kegiatan berbasis masyarakat yang sangat mengandalkan peran masyarakat setempat serta keterpaduan dengan berbagai pihak di lokasi kegiatan maupun pada tingkat nasional. Secara khusus, proyek ini didesain untuk memadukan pengelolaan hutan dan lahan gambut secara berkelanjutan dalam upaya menekan dan mengurangi emisi gas rumah kaca serta meningkatkan fungsinya sebagai penyimpan karbon, dengan kegiatan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Kegiatan ini memaksimalkan keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan proyek. Beberapa pertemuan dengan kelompok masyarakat telah dilakukan untuk membuat desain proyek dan diyakinkan bahwa lokasi kegiatan serta aspirasi masyarakat telah diakomodasi dalam proyek ini, termasuk keterlibatan kaum perempuannya.

Kegiatan CCGPI dilaksanakan di beberapa lokasi di Pulau Sumatera dan Kalimantan, antara lain: Desa-desa sekitar Taman Nasional Berbak, Jambi; di sekitar calon Taman Nasional Sembilang, Sumatera Selatan; Laboratorium Alam Gambut, Kalimantan Tengah; dan di areal lahan gambut Masyarakat Sungai Puning, Buntok, Kalimantan Tengah.

(11)

Daftar Publikasi, diantaranya:

Buku/Laporan

1. Sepuluh Tahun Perjalanan Konvensi Perubahan Iklim 2. Protokol Kyoto

3. Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM)

4. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut 5. Manual for the Control of Fire in Peatlands and Peatlands Forest

6. Panduan Penyekatan Parit dan Saluran di Lahan Gambut Bersama Masyarakat 7. A Guide to the Blocking of Canals & Distches in Conjunction with the Community 8. Panduan Rehabilitasi dan Teknik Silvikultur di Lahan Gambut

9. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan 10. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut

11. Sebaran Lahan Gambut dan Kandungan Karbon di Sumatra dan Kalimantan 12. Sebaran Lahan Gambut dan Cadangan Karbon Bawah Permukaan di Papua

13. Kajian Perolehan Karbon Sebagai Dampak Intervensi pada Lokasi Kegiatan Proyek CCFPI di Eks-PLG Bloka A, Mentangai, Kalimantan Tengah, dan Sekitar TN. Berbak, Jambi

14. Kajian Strategis Plan Pengelolaan Lahan Gambut di Blok A, Eks Proyek PLG Sejuta Hektar, Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah

15. Bibliografi mengenai Gambut

16. Strategi Nasional dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia

17. Strategi dan Rencana Tindak Nasional – Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan 18. Perubahan Iklim dan Peranan Lahan Gambut

19. Pengembangan dan Pelaksanaan Proyek Karbon Hutan 20. Aspek Teknis Proyek Karbon Hutan

21. Pendugaan Cadangan Karbon pada Lahan Gambut 22. PEAT-PORTAL: Pedoman Penggunaan untuk Anggota 23. Konservasi Air Tanah di Lahan Gambut

24. Tanya Jawab Sekitar Proyek Karbon Hutan

Peta

1. Peta Luas Sebaran Lahan Gambut dan Kandungan Karbon di Pulau Sumatera 2. Peta Luas Sebaran Lahan Gambut dan Kandungan Karbon di Pulau Kalimantan

Prosiding

1. Lahan gambut untuk perlindungan iklim global dan kesejahteraan masyarakat 2. Kajian status dan sebaran gambut di Indonesia

3. Pengembangan Proyek Karbon Hutan di Lahan Gambut untuk Mengatasi Perubahan Iklim

4. Proyek Karbon Hutan, Perlindungan Iklim Global dan Pembangunan Berkelanjutan

5. Pemanfataan Bijaksana serta Praktek-praktek Pengelolaan Lahan Gambut yang Berkelanjutan

6. Lunch Talk “Indonesia Telah Meratifikasi Protokol Kyoto: What Next?” 7. Pembangunan Lahan Gambut Berkelanjutan

Paket Pendidikan Lingkungan Pelestarian Lahan Basah untuk SD dan Sederajat di Berbak-Sembilang

1. Panduan Pengenalan Lahan Basah 2. Panduan untuk Guru dan Fasilitator 3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

(12)

Poster

1. Selamatkan Keanekaragaman Hayati Hutan Gambut 2. Cegahlah Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut 3. Selamatkan Hutan Gambut Kita

4. Penghancuran Hutan dan Lahan Gambut 5. Penyekatan saluran – PLG

6. Langkah-langkah Penyekatan Saluran

7. Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Kab. Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Komik

1. Petualangan di Hutan Rawa Gambut

2. Menyelamatkan Hutan Gambut dari Kekeringan

Leaflet-Brosur

1. Profil Proyek CCFPI (versi Indonesia) 2. Profil Proyek CCFPI (versi Inggris)

3. Hutan Rawa Gambut, Lahan Basah yang Unik

4. Hutan Rawa Gambut Merang Kepahiyang, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan

Flyers

1. Kebakaran hutan dan lahan gambut

2. Strategi pencegahan kebakaran hutan dan lahan gambut

3. Tindakan pemadaman dan pasca kebakaran hutan dan lahan gambut 4. Keanekaragaman jenis tumbuhan di hutan rawa gambut

5. Mempersiapkan bibit tanaman kehutanan

6. Rehabilitasi hutan/lahan rawa gambut bekas terbakar

7. Teknik Penyiapan Lahan untuk Budidaya Pertanian di Lahan Gambut dengan Sistem Surja

8. Teknik Pembuatan Kompos untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah di Lahan Gambut 9. Sistem Pengelolaan Tata Air di Lahan Gambut untuk Mendukung Budidaya Pertanian 10. Mengenal Perilaku Lahan Gambut

11. Mengenal Tipe Lahan Rawa Gambut 12. Memilih dan Menata Lahan Rawa Gambut 13. Tata Air untuk Pertanian di Lahan Rawa Gambut 14. Kiat Budidaya Palawija di Lahan Gambut

Majalah

1. Warta Konservasi Lahan Basah – 17 edisi

Lain-lain

(13)

Strategi dan Rencana Aksi Nasional dalam Pengelolaan Lahan Basah Indonesia dan Pengelolaan ahan Gambut

Berkelanjutan

Seri Perubahan Iklim

Panduan-panduan Teknis Lapangan

Peta Luas Sebaran Lahan Gambut dan Kandungan Karbon di Sumatera, Kalimantan dan Papua, diterbitkan bersama-sama dengan buku-buku panduannya.

(14)

Dokumentasi Foto-Foto

Survey, Pendataan dan Pengkajian di lahan gambut

Penyekatan saluran air (canal blocking) untuk menjaga ketersediaan air dan menghindari terkurasnya air pada lahan gambut

Penanaman bibit-bibit tanaman di sepanjang sungai dan sekitar lokasi penyekatan saluran, dan di lokasi yang telah rusak Pembibitan dan persemaian yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat guna mendukung kegiatan

(15)

Kegiatan penyadaran dan penguatan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan dan Pendidikan Lingkungan

Memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok masyarakat dalam penanganan kebakaran hutan gambut

(16)

Lokakarya Nasional Konservasi Burung-Pantai Migran

(National Migratory Shorebird Conservation Workshop)

Tujuan : membangun penyadar-tahuan akan konservasi burung-pantai migran diantara Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat pada umumnya serta mengidentifikasi prioritas aksi konservasi bagi burung- pantai migran di Indonesia dan kegiatan yang diperlukan dalam membangun Jaringan-kerja Kawasan Burung-pantai.

Sasaran :

• Mempromosikan Strategi Konservasi Burung-air Migran se-Asia Pasifik dan Shorebird Action Plan, serta meningkatkan penyadar tahuan akan kebutuhan-kebutuhan yang akan diperlukan dalam konservasi burung- pantai.

• Pertukaran informasi dan pengalaman dalam konservasi burung-pantai di Indonesia diantara para pengelola kawasan, pemerintah dan LSM.

• Mendukung LSM setempat untuk beraktivitas dalam upaya konservasi burung-air migran.

• Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang sedang dikembang-kan bagi konservasi burung-pantai di Indonesia, serta

• Mendukung Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mengembangkan Jaringan Kerja antara Kawasan Burung-pantai di Indonesia.

Donor : Natural Heritage Trust of the Australian Government - Department of Environment and Heritage, melalui Wetlands International Oceania, sebagai salah satu implementasi dari

Shorebird Action Plan.

Instansi/Lembaga yang terlibat : DITJEN PHKA bekerja sama dengan Wetlands International dan PEMDA Kabupaten Banyuasin dengan pelaksana Balai KSDA Sumatera Selatan dan Proyek Berbak Sembilang - WIIP.

Periode Kegiatan : 13-14 Oktober 2003

Profil :

Lokakarya menghasilkan 9 butir rekomendasi dalam rangka konservasi burung-pantai migran:

• Menominasikan lokasi-lokasi jaringan burung-pantai migran (Shorebird Site Network), dan memilih satu site sebagai model.

• Melakukan survey dan pengumpulan data lokasi jaringan burung-pantai migran.

• Diusulkan pembentukan jaringan komunikasi data dan kegiatan konservasi burung-pantai migran.

• Mengintegrasikan Strategi Aksi burung-pantai migran ke dalam strategi nasional lahan basah.

• Mendeseminasikan, menyebarluaskan informasi mengenai Burung-pantai migran dalam berbagai bentuk, media dan kegiatan.

• Mengembangkan kelompok kerja (Working-group) Burung-pantai Migran tingkat nasional dan lokal.

• Mengusulkan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati sebagai Leading Agency yang bekerjasama lebih erat dengan stake-holder lainnya.

(17)

Pelatihan Survey Burung-Pantai di JAWA

Tujuan : Secara umum, tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan kapasitas masyarakat (mahasiswa, staf pemerintah & ornop terkait) untuk dapat melaksanakan survey dan pemantauan burung-pantai secara mandiri sebagai langkah awal untuk dapat mengkonfirmasi/ mengidentifikasi lokasi-lokasi penting untuk burung-pantai di Indonesia.

Sasaran :

• Peningkatan kemampuan survey dan pemahaman mengenai burung-pantai dan habitatnya, serta upaya pelestariannya di Indonesia,

• Membangun suatu jaringan kerja atau komunikasi aktif di antara pemerhati/pengamat burung-pantai, guna menunjang upaya pelestarian burung-pantai dan habitatnya di wilayah Sumatera,

• Mengidentifikasi lokasi potensial baru bagi jaringan kerja lokasi burung-pantai migran di Jalur Terbang Asia Timur – Australasia (East Asian-Australasian Flyway Shorebird Site Network).

Donor : Natural Heritage Trust of the Australian Government - Department of Environment and Heritage, melalui Wetlands International Oceania, sebagai salah satu implementasi dari

Shorebird Action Plan.

Instansi/Lembaga yang terlibat : LSM BIODESA (Biodivesity Indonesia), Pemerintah Kecamatan Kampung Laut – Kab. Cilacap; LSM Anak Burung dan KPB PEKSIA Universitas Airlangga. Pelatih atau instruktur dalam pelatihan ini adalah Silke Nebel seorang ahli burung-pantai dari University of New South Wales, Australia.

Periode Kegiatan : Maret-April 2005

Profil :

(18)

Pelatihan Survey Burung-Pantai II: SUMATRA

Tujuan : Secara umum, tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan kapasitas masyarakat (khususnya pengamat/pemerhati burung) untuk dapat melaksanakan survey dan pemantauan burung-pantai secara mandiri sebagai langkah awal untuk dapat mengkonfirmasi/ mengidentifikasi lokasi-lokasi penting untuk burung-pantai di Indonesia (untuk Phase II: Pulau Sumatera).

Sasaran :

• Melanjutkan pelatihan dalam upaya peningkatan kemampuan survey dan pemahaman mengenai burung-pantai dan habitatnya, serta upaya pelestariannya di Indonesia,

• Membangun suatu jaringan kerja atau komunikasi aktif di antara pemerhati/pengamat burung-pantai, guna menunjang upaya pelestarian burung-pantai dan habitatnya di wilayah Sumatera,

• Mengidentifikasi lokasi potensial baru bagi jaringan kerja lokasi burung-pantai migran di Jalur Terbang Asia Timur – Australasia (East Asian-Australasian Flyway Shorebird Site Network).

Donor : Natural Heritage Trust of the Australian Government - Department of Environment and Heritage, melalui Wetlands International Oceania, sebagai salah satu implementasi dari

Shorebird Action Plan.

Instansi/Lembaga yang terlibat : PHKA (BKSDA Jambi & Sumatera Selatan), Kelompok Pengamat Burung Spirit of Sumatra (KPB SOS) dan masyarakat Desa Sungai Cemara. Pelatih atau instruktur dalam pelatihan ini adalah Phil Straw seorang ahli burung-pantai dari organisasi

Australasian Wader Studies Group (AWSG).

Periode Kegiatan : April 2006

Profil :

Jaringan Kerja Burung-pantai Asia Timur-Australasian (East Asian Australasian Shorebird Site Network) dibentuk pada tahun 1996 dalam Ramsar CoP ke- 6. Dengan rencana aksi yang berfokus pada tiga hal yaitu: pengembangan jaringan kerja, membangun pengelolaan dari lokasi-lokasi yang menjadi jaringan burung-pantai migran, serta peningkatan informasi dasar mengenai burung-pantai migran. Rencana aksi ini (Action Plan) dikoordinasi oleh masing-masing ahli dari Australia, China, Indonesia, Malaysia, Jepang, Philipina, Thailand, Amerika Serikat, Korea Selatan dan Rusia yang tergabung dalam (Shorebird Working Group). Selama lebih hampir sepuluh tahun terakhir ini, sebanyak 37 kawasan telah tergabung dalam jaringan ini.

(19)

Perkembangan lebih baik dimulai pada tahun 2003, dimana Indonesia menunjuk seorang staf pemerintah untuk bergabung sebagai anggota dalam Kelompok Kerja Burung-pantai (Shorebird Working Group) dan Strategi Konservasi Burung-air Migran se-Asia Pasifik (Asia Pasific Migratory Waterbird Conservation Strategy). Kemudian kemudian disusul dengan dipublikasikannya buku terjemahan serta adaptasi dari buku Shorebird Studies Manual yang bersamaan dengan penyelenggaraan suatu lokakarya tingkat nasional, pada tahun 2003 di kota Palembang. Sebagai salah satu tindak-lanjut dari lokakarya nasional tersebut, dan juga sebagai bagian dari “Action Plan for the Conservation of the Migratory Shorebirds in the Asian – Australasian Flyway 2001 – 2005”, maka dirancang suatu rangkaian pelatihan untuk dapat meningkatkan kemampuan para para praktisi dan atau para pengamat burung di Indonesia dalam hal pengumpulan data yang terkait dengan identifikasi dan ekologi burung pantai.

(20)

Green Coast Project /Post Tsunami projects

in Aceh and Nias (2005 – 2009)

Tujuan : merehabilitasi ekosistem pesisir yang digabungkan dengan upaya-upaya penciptaan matapencaharian alternatif di Aceh-Nias.

Sasaran :

• masyarakat termasuk anak-anak akan lebih mengetahui, memahami dan menyadari kondisi lingkungan pesisir mereka setelah musibah tsunami, selanjutnya mereka dapat menerapkan pola-pola yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam mengelola dan membangun kembali tempat tinggal dan lingkungan pesisir mereka;

• masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pengelolaan dan pembangunan wilayah pesisir mereka, mulai dari perencanaan, persiapan dan pelaksanaannya;

• masyarakat dapat meningkatkan taraf perekonomian mereka dari dana pinjaman modal usaha (tanpa agunan dan tanpa bunga) yang diterimanya, melalui kegiatan matapencaharian alternatif yang ramah lingkungan;

• ekosistem pesisir yang telah rusak dapat segera pulih, sehingga fungsi-fungsi ekologis dan ekonomisnya dapat kembali dirasakan masyarakat sekitar.

Donor : Oxfam Novib

Instansi/Lembaga yang terlibat : WWF, Both Ends, IUCN

Periode Kegiatan : Juni 2005 – Juni 2009

Profil :

Bencana gempa bumi dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 telah menimbulkan kerusakan yang dahsyat hampir di seluruh pesisir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan pulau-pulau di sebelah barat bagian atas P. Sumatera seperti P. Simeulue dan P. Nias. Selain telah merenggut sangat banyak jiwa manusia, bencana tsunami juga telah menimbulkan kerusakan fisik (termasuk ekologi) serta kerugian sosial dan ekonomi yang sangat besar. Bencana berskala internasional tersebut telah menjadi perhatian dan kepedulian banyak pihak di seluruh dunia untuk mengulurkan bantuan dan perbaikan-perbaikan di segala bidang.

(21)

Tidak kurang dari 75 kelompok masyarakat telah menerima dana bantuan dari Green Coast Project untuk rehabilitasi ekosistem dan kegiatan pengembangan ekonomi mereka (pendekatan Bio-rights). Sekitar 4350 orang mendapat manfaat secara langsung dari adanya proyek ini, dan seluruh masyarakat sekitar pesisir pada umumnya merasakan manfaat-manfaat dari kondisi lingkungan yang telah direhabilitasi. Lebih dari 1000 hektar kawasan pesisir NAD-Nias telah berhasil di-reforestasi dengan lebih dari 1,9 juta tanaman mangrove dan pohon pantai lainnya melalaui pendekatan-pendekatan Bio-rights.

Tambahan dari kegiatan Green Coast Project, WIIP juga mendapat dukungan dana dari The Post Conflict Disaster Management Branch (FPCDMB) – UNEP, diantaranya kegiatan-kegiatan rehabilitasi, pelatihan para petugas penyuluh dan pertukaran pengalaman melalui kunjungan dan studi banding ke lokasi di pulau Jawa. FoN-Force of Nature sebuah LSM lokal di Malaysia juga telah berpartisipasi memberikan dukungan dana yang difokuskan bagi kegiatan re-greening di bukit Temega dan lokasi pertambakan di Aceh Jaya dengan menanam mangrove dan berbagai macam tanaman buah.

Daftar Publikasi, diantaranya:

Buku-buku dan Laporan Proyek

1. Penilaian Data lingkungan Pasca Tsunami di Propinsi NAD

2. Post Tsunami: “Green” Environmental Data Assessment in the Province of NAD 3. Cetak Ulang (dukungan finansial) Buku Panduan Pengelolaan Mangrove di Indonesia 4. Pengembangan Model Reforestasi Mangrove Berbasiskan Masyarakat di Lingkungan

Tambak, dalam Rangka Mempromosikan Produktivitas Ekologi, Kesinambungan dan Keamanan Lingkungan di NAD

5. Project Concept Note: Rehabilitation and Sustainable Management of Coastal Ecosystems to Support the Livelihoods of Tsunami Affected Communities in NAD

6. Ekosistem Laguna Teluk Belukar serta Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Teluk Belukar, Kec. Gunungsitoli Utara, Kab. Nias, Prop. Sumatera Utara

7. Rencana Pengelolaan Ekosistem Luaha Talu (Teluk Belukar), Kab. Nias, Prop. Sumatera Utara 2008

8. Demonstration of Community-based Mangrove Reforestation in Aquaculture Landscapes to Promote Ecological Productivity, Sustainability and Environmental Security in Aceh 9. Pengelolaan Lahan Basah Pesisir dan Pengurangan Resiko Bencana di Indonesia

(Coastal wetlands management and disaster risk reduction in Indonesia) 10. Kajian kondisi Lingkungan Pasca Tsunami di Beberapa Daerah NAD dan Nias

11. Kajian Kondisi Bio-Fisik dan Sosial Ekonomi di Lokasi-lokasi Proyek Green Coast Fase II di NAD dan Nias

12. Hasil Studi Pembelajaran dari Restorasi Mangrove/Ekosistem Pesisir di Aceh dan Nias Pasca Tsunami

13. Studi of Lessons Learnt from Mangrove/Coastal Ecosystem Restoration Efforts in Aceh since the Tsunami

14. An Assessment of Lessons Learnt from the “Green Coast Project” in NAD Province and Nias Island, Indonesia (Period 2005-2008)

15. Kajian Pembelajaran “Green Coast Project” di Propinsi NAD dan Pulau Nias, Indonesia (Periode 2005-2008)

16. The document of Analysis on Policies for the Management of Fishery and Marine Resources of Nias District of North Sumatra Province

(22)

Booklet

1. Luaha Talu, Laguna Unik di Teluk Belukar, NIAS

Serial Komik CAKRA

1. Petualangan di hutan bakau 2. Petualangan di terumbu karang 3. Hutan bakau peredam tsunami 4. Petualangan penyelamatan Penyu 5. Karyawisata ke pesisir yang sehat

Poster

1. Selamatkan Keanekaragaman Hayati Hutan Bakau 2. Lindungilah Terumbu Karang dan Hutan Pesisir 3. Manfaat Hutan Bakau bagi Kehidupan

4. Mari Ciptakan lingkungan dan Tata Ruang Pesisir yang Asri untuk Meredam Kekuatan Tsunami

5. Mempersiapkan Bibit Bakau bagi di Persemaian 6. Mengamankan Masa Depan setelah Tsunami 7. Gejala Tsunami

8. Lindungilah Terumbu Karang

9. Lindungilah Terumbu Karang dan Hutan Pesisir Kita 10. Bangunlah Tambak Ramah Lingkungan

11. Hutan Bakau Benteng Terakhir Daratan

Leaflet

1. Keanekaragaman Hayati di Desa Pulot, Kec. Leupung, Kab. Aceh Besar, NAD 2. Menyelamatkan Laguna di Desa Pulot

Flyer

1. Mempersiapkan Bibit di Persemaian 2. Menanam Bibit di Lapangan

3. Rehabilitasi Ekosistem Pesisir di Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya 4. Coastal Ecosystem Rehabilitation in Jaya Sub-District, Aceh Jaya District

5. Perlindungan Ekosistem Terumbu Karang oleh Masyarakat di Pulau Weh/Sabang, Prop. NAD

6. Coral Reef Ecosystem Conservation by the Community in Web/Sabang Island, NAD Province

7. Percontohan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir di Kawasan Kuala Gigeng Kabupaten Aceh Besar

(23)

Contoh Leaflet dan Booklet

Contoh Flyer, Buku Rencana Pengelolaan dan Laporan Teknis

(24)

Dokumentasi Foto-Foto

Penguatan dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, pelatihan, pendidikan lingkungan dan studi banding

Kegiatan rehabilitasi dan restorasi pesisir dengan melibatkan masyarakat secara langsung mulai dari pembibitan dan persemaian, penanaman di lapangan hingga perawatan

Kegiatan-kegiatan alternatif masyarakat dalam mengembangkan matapencaharian dan pendapatan mereka yang memanfaatkan dana pinjaman modal usaha (tanpa agunan dan tanpa bunga) dari proyek Green Coast.

(Catatan: pinjaman modal usaha ini merupakan insentif bagi masyarakat atau kelompok yang mau dan komit

melakukan upaya-upaya rehabilitasi dengan menanam pohon mangrove atau tanaman pantai lainnya di wilayah pesisir mereka. Apabiladalam jangka waktu tertentu jumlah tanaman yang mereka tanam dapat bertahan hidup di atas 75%,

(25)

Wetlands for Poverty Reduction Project (WPRP)

Tujuan : peningkatan pengelolaan lahan basah dengan melibatkan masyarakat secara partisipatif dikaitkan dengan upaya-upaya pengentasan kemiskinan.

Sasaran :

• meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan terkait dengan peningkatan pengelolaan lahan basah di lokasi kegiatan serta pengertian akan pentingnya proses keterlibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan tersebut, terutama yang berpengaruh langsung terhada kehidupan masyarakat;

• meningkatkan dan mengidentifikasi diversifikasi mata pencaharian masyarakat.

Donor : Wetlands International, DGIS-Netherlands

Instansi/Lembaga yang terlibat : PINSE, WBH, Dinas Pertanian & Peternakan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Prop. Jambi

Periode Kegiatan : 2005-2008

Profil :

Wetlands for Poverty Reduction Project adalah suatu kegiatan yang didedikasikan untuk melakukan percontohan dan promosi mengenai kepentingan dan peran dari lahan basah terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan. Proyek ini dilaksanakan oleh gabungan berbagai organisasi yang bergerak dibidang lingkungan serta pembangunan untuk meningkatkan pengelolaan lahan basah.

Proyek ini utamanya dimaksudkan untuk meningkatkan pengelolaan lahan basah. Untuk mencapai maksud tersebut, kegiatan proyek dilandaskan pada tiga pilar utama, yaitu i) peningkatan pengetahuan mengenai hubungan antara lahan basah dan mata pencaharian masyarakat miskin dalam peningkatan pengelolaan lahan basah, ii) kemitraan diantara pemerintah, berbagai organisasi lingkungan dan pembangunan serta sektor swasta dan sektor publik lainnya merupakan langkah yang sangat penting untuk memperoleh dukungan jangka panjang dalam peningkatan pengelolaan lahan basah, dan iii) pelatihan, pertukaran informasi, peningkatan kapasitas serta penyadartahuan adalah merupakan komponen penting lain untuk memberikan pengertian dan informasi yang jelas mengenai tujuan dan saran proyek, sehingga menumbuhkan keinginan dari berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan dukungan.

Secara global, kegiatan yang dikordinasikan oleh Wetlands International ini dijalankan di 6 negara, yaitu Kenya, Mali, Malawi, Zambia, Afrika Selatan dan Indonesia. Sementara di Indonesia sendiri kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (mintakat penyangga Taman Nasional Berbak) dan Tanjung Jabung Barat di Jambi serta di kawasan hutan rawa gambut Merang – Kepahyang, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.

(26)

Hasil dan kegiatan nyata yang dilakukan oleh proyek, diantaranya termasuk memfasilitasi:

1. Pembentukan kelompok masyarakat, termasuk pelatihan pengelolaan kelompok, diskusi antar anggota, perumusan kegiatan serta penyusunan anggaran dan pelaporannya;

2. Identifikasi dan pelaksanaan kegiatan diversifikasi mata pencaharian, dikaitkan dengan program bio-rights, termasuk analisa pasar untuk memasarkan berbagai produk yang digagas dan dilaksanakan oleh masyarakat;

3. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai kegiatan pengelolaan lahan basah, dikaitkan dengan peningkatan mata pencaharian masyarakat (diantaranya patroli bersama, pembentukan brigade penanganan kebakaran, dan pembuatan kebun pembibitan).

Setelah 3 tahun berjalan, beberapa pencapaian yang diraih bersama-sama dengan masyarakat, diantaranya adalah:

1. Keberhasilan peningkatan dan keberlanjutan penghasilan sebagian besar anggota kelompok yang diperoleh dari diversifikasi mata pencaharian;

2. Koordinasi dengan kegiatan lain yang didukung oleh donor berbeda dalam kegiatan i) penanganan kebakaran hutan dan lahan (tidak ada insiden kebakaran di lokasi proyek, selama kegiatan proyek), ii) patroli bersama untuk mengatasi pembalakan liar, perburuan satwa serta pencegahan kebakaran hutan dan lahan, dan iii) penanaman di lokasi yang telah mengalami kerusakan;

3. Menarik perhatian dan keterlibatan pemerintah daerah serta sektor swasta untuk memberikan dukungan kegiatan;

4. Keberlangsungan kegiatan. Meskipun proyek telah selesai tetapi kegiatan di beberapa lokasi (khususnya di Kabupaten Tanjunga Jabung Barat) masih terus berjalan (bahkan semakin meluas) dengan dukungan dari dana bergulir yang masih berjalan serta dukungan tambahan dari Pemda dan program CSR pihak swasta.

Pada akhir kegiatan (tahun 2007 – 2008), secara umum telah terlihat adanya keberhasilan pada sebagian besar kelompok binaan. Namun demikian, masih terdapat kelompok masyarakat yang belum menikmati keberhasilan sebesar kelompok lainnya, dan dengan demikian masih dibutuhkan bimbingan lanjutkan. Beberapa kelompok yang berhasil telah menunjukan peningkatan aset ekonomi yang sangat signifikan serta apresiasi dan perhatian yang diberikan kepada proyek, termasuk diantaranya:

1. Salah satu kelompok menjadi kelompok terbaik di tingkat Kabupaten dan Propinsi, bidang budidaya ternak ayam;

2. Salah satu kelompok di Jambi terpilih sebagai 5 besar terbaik tingkat nasional dalam program pengelolaan air mikro, dan diundang untuk memperoleh penghargaan dari Presiden RI (2009);

3. Pendamping kelompok diundang untuk membagikan pengalamannya di Kenya dan Malawi, Afrika;

(27)

Dokumentasi Foto-Foto

Pedampingan dan pelatihan kelompok masyarakat, dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan.

(28)

Central Kalimantan Peatlands Project (CKPP)

Tujuan : konservasi dan restorasi lahan dan hutan gambut di Kalimantan Tengah yang dipadukan dengan kegiatan pengembangan ekonomi.

Sasaran :

• pemantauan sumber titik-titik api dari kebakaran hutan dengan penanggulangan yang lebih cepat dan mudah;

• mengembalikan fungsi-fungsi kawasan/lahan gambut melalui kegiatan rehabilitasi dan konservasi termasuk didalamnya restorasi hidrologi dan reforestasi;

• tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik, dan pendapatan ekonomi mereka juga dapat terus berkembang melalui bantuan kredit mikro.

Donor : DGIS Netherlands

Instansi/Lembaga yang terlibat : BOSF, UNPAR, CARE Indonesia, WI, WWF

Periode Kegiatan : 2006-2008

Profil :

Di Kalimantan Tengah, sejumlah hutan rawa gambut telah terdegradasi oleh kegiatan pembalakan dan konservasi menjadi lahan pertanian. Kegiatan tersebut melibatkan drainase dalam yang menghasilkan sejumlah besar karbondioksida dan kebakaran tahunan. Kebakaran lahan gambut menyebabkan konsentrasi asap yang mengganggu kesehatan.

Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut di atas, sebuah konsorsium terdiri dari NGO nasional maupun internasional, akademisi dan pemerintah daerah, telah melakukan kegiatan bersama dalam proyek Central Kalimantan Peatlands Project (CKPP). Pada pelaksanaannya, CKPP melibatkan secara langsung masyarakat dan otoritas lokal. Prioritas dititikberatkan pada rehabilitasi lahan gambut, melibatkan restorasi hidrologi, reforestasi dan pemantauan kebakaran. Kegiatan tersebut dipadukan dengan upaya-upaya pengentasan kemiskinan termasuk pengembangan strategi mata pencaharian alternatif, investasi dalam pengembangan kegiatan sosial-ekonomi, misalnya pengembangan perikanan, pertanian dan kehutanan yang berkelanjutan serta memperbaiki fasilitas kesehatan lokal.

Kagiatan dan aksi nyata CKPP di lapangan antara lain:

pencegahan kebakaran lahan/hutan gambut, melalui pemantauan kebakaran dengan menggunakan satelit, dan juga memfasilitasi pembentukan regu pemadam kebakaran berbasis masyarakat;

Restorasi hidrologi, dengan membangun sekitar 12 bendungan besar dan ratusan bendungan kecil yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat lokal;

Reforestasi dan pengentasan kemiskinan, sejauh ini telah ditanam sekitar 750.000 bibit pohon bernilai komersial termasuk diantaranya pohon jelutung. Kegiatan berbasis masyarakat tersebut dipadukan dengan kegiatan pengembangan ekonomi melalui pemberian kredit mikro untuk memacu pembangunan berkelanjutan.

(29)

Dokumentasi Foto-Foto

Untuk mengatasi permasalahan kebakaran lahan dan hutan gambut, telah dibentuk sekitar 25 Regu Pemadam Kebakaran (RPK) berbasis masyarakat di berbagai desa.

Kegiatan restorasi hidrologi dan reforestasi, dilakukan dengan melibatkan masyarakat lokal. Jenis kegiatan diantaranya dengan melakukan penyekatan saluran-saluran drainase dan penanaman bibit-bibit pohon bernilai komersial.

(30)

Asian Waterbird Census in Indonesia

(AWC)

Tujuan :

• mengumpulkan informasi tahunan mengenai populasi burung air di lahan basah, sebagai dasar evaluasi lokasi-lokasi penting dan untuk pemantauan populasi,

• memantau secara tahunan status dan kondisi lahan basah yang disensus,

• menumbuhkan dan mendukung minat masyarakat terhadap burung air dan lahan basah serta upaya pelestariannya.

• mengumpulkan informasi dasar berkaitan dengan sebaran wabah flu burung.

Sasaran : Data yang terangkum dalam AWC telah ditampilkan dalam berbagai laporan dan telah berkontribusi bagi aktivitas konservasi mulai tingkatan lokal hingga global, dengan mendukung:

• Program-program konservasi dan penelitian spesies dan kawasan serta kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan basah,

• pembangunan rencana aksi dan strategi nasional bagi konservasi lahan basah dan burung-air,

• Konvensi RAMSAR dalam mengidentifikasi lahan basah yang penting secara internasional melalui pemantauan burung-air yang teratur,

• Konvensi Spesies bermigrasi (Convention of Migratory Species – CMS) melalui pemantauan status burung-air bermigrasi serta habitatnya,

• Implementasi dari Asia-Pacific Migratory Waterbird Conservation Strategy: 2001-2005,

• Program Important Bird Area (IBA) dari BirdLife International,

• Program IUCN/BirdLife’s Globally Threatened Bird Update,

• Program Estimasi Populasi Burung-air (Waterbird Population Estimates) dari Wetlands International.

Donor : -

Instansi/Lembaga yang terlibat : Ditjen. PHKA, Relawan peserta dan Pengirim data

Periode Kegiatan : 1987- sekarang, pada minggu ke 2-3 setiap bulan Januari.

Profil :

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian adalah memberi informasi tentang nilai tingkat kerja osmotik (TKO), pola osmoregulasi ikan Bandeng, serta sifat pertumbuhan dan nilai faktor kondisi ikan

Kelebihan AnggunAsia.com adalah kebaikan-kebaikan sistem Perniagaan Internet yang telah diterapkan pada sistem ini. Pelanggan tidak lagi perlu pergi ke premis perniagaan herba yang

Information transfer: One-way (doctor to patient) transfer of minimum medical information necessary for informed consent. Deliberation: Doctor alone, or with other

Variabel dependen: Return on Assets Variabel Independen: Tingkat perputaran piutang perputaran piutang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas

tasks are periodically synchroniz- ing message storage with long-term data storage and connecting the user interface with the dwelling for remote control and monitoring

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Landasan Teori dan Program (LTP), Projek Akhir Arsitektur

Fraktur dimana dua atau lebih garis traktur pada tulang yang sama tetapi tidak berhubungan satu dengan lainnya.

Pelaksanaan tindakan pada siklus ini ditekankan pada penerapan model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran ini menggunakan durasi waktu 3 jam pelajaran, yaitu 3 x 40