• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERAN DARI MULTILATERAL INVESTMENT GUARANTEE AGENCY (MIGA) DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA LANGSUNG (FOREIGN DIRECT INVESTMENT) A. Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment) - Peran Multilateral Investment Guarant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PERAN DARI MULTILATERAL INVESTMENT GUARANTEE AGENCY (MIGA) DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA LANGSUNG (FOREIGN DIRECT INVESTMENT) A. Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment) - Peran Multilateral Investment Guarant"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERAN DARI MULTILATERAL INVESTMENT GUARANTEE AGENCY

(MIGA) DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA

LANGSUNG (FOREIGN DIRECT INVESTMENT)

A.Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment)

1. Tujuan penyelenggaraan dan manfaat penanaman modal asing di Indonesia

Keberadaan penanaman modal di suatu negara erat kaitannya dengan

tuntutan untuk menyelenggarakan pembangunan nasional di negara tersebut.

Kesulitan yang umumnya dihadapi dalam menyelenggarakan pembangunan

nasional yang menititberatkan pada pembangunan ekonomi meliputi kekurangan

modal, kemampuan dalam hal teknologi, ilmu pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan. Dalam hal ini, salah satu sumber pembiayaan dan sumber daya

yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional tersebut adalah

penanaman modal yang terselenggara melalui berbagai bentuk penanaman modal

baik domestik maupun asing. Dengan demikian, arti penting modal bagi

pembangunan ekonomi negara-negara berkembang termasuk Indonesia, pada

dasarnya adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja, meraih teknologi, dan

mempercepat pertumbuhan ekonomi. 59 Tujuan penyelenggaraan penanaman

modal di Indonesia adalah :60

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional

Salah satu kebijakan pemerintah khususnya di bidang penanaman modal

yang ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional adalah

      

59

Rosyidah Rakhmawati, Op.cit., hlm. 8.

60

(2)

ditetapkan dan dikembangkannya kawasan ekonomi khusus yang

dimaksudkan untuk pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang

bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga

keseimbangan kemajuan suatu daerah. Dalam hal ini, pemerintah

berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal sendiri.

b. Menciptakan lapangan kerja

Tujuan ini tercermin pada salah satu ketetapan yang mengharuskan

perusahaan penanaman modal dalm memenuhi kebutuhan tenaga kerja

mengutamakan tenaga kerja warga negara indonesia dan diwajibkan

meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui

pelatihan kerja serta mewajibkan bagi perusahaan yang mempekerjakan

tenaga kerja asing untuk menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih

teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

Kebijakan yang terkait secara langsung dengan konsep pembangunan

ekonomi berkelanjutan antara lain tercermin dalam ketetapan yang

mewajibkan penanam modal untuk melaksankan tanggung jawab sosial

perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). Kebijakan lain yang juga terkait hal ini adalah mengenai tanggung jawab penanam modal untuk

menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika

penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan

(3)

persiangan yang sehat, mencegah praktik monopoli, serta menjaga

kelestarian lingkungan hidup.

d. Meningkatkan kemampuan daya saing usaha nasional

Hal ini sejalan dengan upaya untuk mendorong perekonomian Indonesia

menuju perekonomian global serta untuk mengantisipasi berbagai

konsekuensi yang harus dihadapi terkait keikutsertaan Indonesia dalam

berbagai kerja sama internasional yang terkait dengan penanaman modal,

baik secara bilateral, regional, maupun multilateral (World Trade

Organization/WTO).

e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

Tujuan ini tercermin secara konkret dalam rumusan kebijakan di bidang

penanaman modal, khusunya mengenai kewajiban perusahaan penanaman

modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing untuk menyelenggarakan

pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara

Indonesia sesuai dnegan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

Tujuan ini tercermin pada kebijakan yang memberikan perlindungan

terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi, dimana

pemerintah diwajibkan menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk

usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang

terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan mikro,

kecil, dan menengah, dan koperasi. Disamping itu, pemerintah diwajibkan

(4)

dan menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya

saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran

informasi yang seluas-luasnya.

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar

negeri.

Hal ini tercermin pada konsiderans menimbang yang menyebutkan bahwa

untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan

kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan

penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan

ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri

maupun luar negeri.

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Tujuan ini tercermin dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang dasar 1945

yang menyebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Selain itu, keberadaan investasi yang ditanamkan oleh investor terutama

modal asing ternyata memberikan dampak positif di dalam pembangunan. Adi

Harsono mengemukakan dampak dari adanya investasi asing atau perusahaan

asing di berbagai negara yang didasarkan bukti-bukti dari keberadaan investasi

asing atau perusahaan asing, yaitu :61

      

61

(5)

a. Masalah gaji. Perusahaan asing membayar gaji pegawainya lebih tinggi dibandingkan gaji rata-rata nasional. Di Amerika misalnya, perusahaan asing membayar 4% lebih tinggi pada tahun 1989dan 6% lebih tinggi pada tahun 1996 dibandingkan perusahaan domestik.

b. Perusahaan asing menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Di Amerika, jumlah lapangan kerja yang diciptakan perusahaan asing mencapai 1,4% per tahun dari 1989 sampai dengan 1996. Bandingkan dengan 0,8% yang diciptakan oleh perusahaan domestik. di Inggris dan Prancis, lapangan kerja di perusahaan asing naik 1,7% per tahun, sebaliknya lapangan kerja di perusahaan domestik justru menyusut 2,7%. Hanya di jerman dan Belanda, perusahaan asing tidak banyak beda dengan perusahaan domestik.

c. Perusahaan asing tidak segan-segan mengeluarkan biaya di bidang pendidikan. Jumlah pelatihan dan penelitian (R&D) di negara tempat mereka menanakan investasinya mencapai 12% dari total pengeluaran R&D di Amerika Serikat, di Prancis 19%, dan 40% di Inggris.

d. Perusahaan asing cenderung mengekspor lebih banyak dibandingkan perusahaan domestik. Tahun 1996, perusahaan asing di Irlandia mengekspor 89% dari produksinya. Bandingkan dengan 34% yang dilakukan perusahaan domestik. Di Belanda, perbandingannya adalah 64% dan 37%, Prancis 35,2% dan 33,6%, dan Jepang 13,1% dan 10,6%

John W. Head juga mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya

investasi asing, yaitu:62

a. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka;

b. menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru;

c. meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya;

d. menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain;

e. Memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor;

(6)

f. menghasilkan pendapatkan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah;

g. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatannya daripada semula.

Dampak positif penanaman modal asing juga dikemukakan secara

sistematis oleh William A. Fennel dan Joseph W Tyler, serta Eric M.Burt.

Dampak positif itu meliputi :63

a. Memberi modal kerja;

b. Mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal, dan koneksi pasar;

c. Meningkatkan pendapatan uang asing melalui aktivitas ekspor oleh perusahaan multinasional (multinational enterprise atau MNE); d. penanaman modal asing tidak melahirkan hutang baru;

e. Negara penerima tidak merisaukan atau menghadapi risiko ketika suatu PMA yang masuk ke negaranya, ternyata tidak mendapatkan untung dari modal yang diterimanya, dan;

f. Membantu upaya-upaya pembangunan kepada perekonomian negara-negara penerima.

2. Faktor dan teori yang mempengaruhi penanaman modal asing

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi investor dalam

menanamkan modal di suatu negara. Penanaman modal yang memiliki tujuan

primer untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit oriented) dan tujuan sekunder utnuk memproduksi barang selalu mempertimbangkan berbagai

hal sebelum memutuskan berinvestasi. Untuk itu, pemerintah harus berupaya

memfasilitasi untuk menciptakan suasana yang baik dan kondusif agar investor

tertarik menanamkan modalnya. Dalam menarik penanaman modal, pemerintah

      

63

(7)

harus memperhatikan faktor internal dan eksternal penanaman modal sebagai

berikut :64

a. Faktor internal penanaman modal

1) Prosedur penanaman modal harus sederhana

Para investor umumnya mengeluhkan prosedur penanaman modal yang

dianggap berbelit-belit dan terlalu birokratis. Untuk itu perlu diciptakan

pengurusan prosedur yang lebih mudah melalui one gate services atau

one top services.

2) Kondisi politik dan keamanan yang tidak menentu

Para investor memerlukan jaminan keamanan terhadap modal dan jiwa

mereka. Pertikaian antarsuku di beberapa wilayaah di Indonesia seperti

kasus Ambon, Sampit, Aceh, dan Papua menjadi ancaman bagi investor

asing.

3) Bidang usaha penanaman modal

Bidang usaha penanaman modal harus disesuaikan dengan kebijakan

pemerintah. Bidang usaha yang terbuka maupun tertutup bagi investor

asing harus ditetapkan secara jelas.

4) Kualitas kemampuan dan tenaga kerja yang kurang baik

Faktor buruh menjadi salah satu faktor pertimbangan penting karena

terkait dengan kualitas produksi. Begitu juga dengan upah buruh, etos

kerja, perilaku, dan budaya para tenaga kerja.

5) Hak kepemilikan tanah

(8)

Hak kepemilikan tanah ini umumnya sangat sulit diperoleh oleh investor

asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Kekhawatiran bila

investor asing diberi hak untuk memiliki tanah maka berpeluang untuk

menguasai tanah secara besar-besaran yang ditakutkan akan merugikan

kepentingan nasional. Sementara negara-negara lain seperti China,

Thailand, dan Filipina telah mulai menawarkan berbagai hak atas tanah

yang menarik bagi investor asing.

6) Aspek perlindungan hukum dan kepastian hukum

Undang-Undang Penanaman Modal dirasa belum menjamin

perlindungan dan kepastian hukum bagi para investor dengan baik.

Apalagi seiring dengan berganti-gantinya aturan dan kurang sinkronnya

suatu aturan satu sama lain menjadikan investor asing bingung

menafsirkan suatu aturan.

7) Kurangnya berbagai fasilitas insentif

Berbagai fasilitas berupa insentif sangat penting untuk menarik investor

asing. Persaingan semakin ketat di antara negara-negara berkembang

untuk saling menarik investor asing agar arus modal asing masuk ke

negaranya. Hal tersebut menjadikan berbagai negara menawarkan

berbagai insentif.

b. Faktor eksternal penanaman modal

1) Interdependensi antarnegara

Tidak ada suatu negara di dunia ini yang snggup memenuhi kebutuhan

(9)

penduduk, kemampuan ilmu pengetahuan, dan lain-lain menjadikan

mereka saling membutuhkan satu sama lain, termasuk untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi negaranya melalui penanaman modal.

2) Globalisasi dan liberalisasi ekonomi internasional

Dengan adanya kesepakatan masyarakat internasional untuk melakukan

globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia maka sektor penanaman modal

menjadi meluas dan nyaris tanpa hambatan. Melalui berbagai komitmen

perjanjian ekonomi internasional seperti General Agreement on Tariff

and Trade (GATT), World Trade Organization (WTO), dan berbagai

persekutuan ekonomi regional seperti Europian Union (EU), European

Free Trade Area (EFTA), North American Free Trade Area (NAFTA),

Asia Pacific Economic Coorporation (APEC), Asean Free Trade Area

(AFTA), dan sebagainya, disepakati utnuk tidak saja membentuk

kawasan perdagangan bebas namun juga kawasan investasi bebas.

3) Persaingan sengit antarnegara berkembang

Komitmen membentuk kawasan perdagangan dan investasi bebas

tersebut semakin menyebabkan persaingan di bidang investasi semakin

tinggi. Terutama antarnegara berkembang, mereka saling berlomba

“mempercantik diri” untuk menarik arus investasi asing negara maju agar

masuk ke negaranya.

Selanjutnya, Soejono menyatakan bahwa sebelum investor asing

menanamkan modalnya di sebuah negara, ada beberapa hal yang umumnya harus

(10)

modalnya tersebut. Setiap penanaman modal asing umumnya akan dipengaruhi

oleh :65

a. sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan;

b. sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing;

c. stabilitas politik, stabilitas ekonomi, dan stabilitas keuangan;

d. jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya;

e. adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam

pembuatan hasil produksi;

f. adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk produksi;

g. tanah untuk tempat usaha, struktur perpajakan, pabean, dan bea cukai;

h. perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha.

Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dapat dibagi

dalam dua bagian yaitu faktor di dalam negeri dan di luar negeri.66

a. Faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di dalam negeri, antara

lain adalah:

1) Stabilitas politik dan perekonomian yang sudah menunjukkan kestabilan

yang mantap selama ini;

2) Kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang

secara terus-menerus telah diambil oleh pemerintah dalam rangka

menggairahkan iklim investasi. Dengan langkah-langkah tersebut

berbagai bidang usaha dalam rangka penanaman modal menjadi lebih

terbuka;

      

65 Ibid.

, hlm. 49.

66

(11)

3) Diberikannya fasilitas perpajakan khusus untuk daerah tertentu, seperti

penundaan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia Bagian Timur yang

akan semakin merangsang para investor untuk menanamkan modalnya di

daerah yang belum begitu berkembang;

4) Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas,

bahan tambang, dan hasil hutan maupun iklim daln ketak geografis serta

kebudayaan dan keindahan alam Indonesia tetap menajdi daya tarik

tersendiri yang telah mengakibatkan tumbuhnya proyek-proyek yang

bergerak di bidang industri kimia, industri perkayuan, industri kertas, dan

industri perhotelan (turisme) yang sekarang menjadi sektor primadona

yang banyak diminati para investor baik dalam rangka Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA);

5) Tersedianya sumber daya manusia dengan upah yang kompetitif

memberikan pengaruh terhadap peningkatan minat investor pada

proyek-proyek yang bersifat padat karya, seperti industri tekstil, industri sepatu,

dan mainan anak-anak.

b. Faktor luar negeri yang mempengaruhi perkembangan investasi adalah :

1) Apresiasi mata uang dari negara-negara yang jumlah investasinya di

Indonesia cukup tinggi, yaitu Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan

Taiwan;

(12)

3) Meningkatnya biaya produksi di luar negeri, terutama di negara-negara

New Industrialized Countries (NIC’S).

Selain itu, ada beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing

(PMA).67

a. Teori Alan M. Rugman

Alan M. Rugman menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing

(PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi. Ada tiga jenis variabel lingkungan

yang menjadi perhatian, yaitu ekonomi, nonekonomi, dan pemerintahan.

Variabel ekonomi menyusun suatu fungsi produksi keseluruhan suatu

bangsa yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang terdapat

dalam masyarakat. Variabel nonekonomi yang dimaksudkan dalam hal ini

adalah kondisi budaya dan sosial masyarakat suatu negara. Dalam

kenyataannya, setiap negara sesungguhnya mempunyai faktor spesifik

negara yang khas; tidak ada dua faktor ekonomi dan ekonomi nasional yang

identik. Faktor ketiga adalah variabel pemerintah. Setiap bangsa mempunyai

kekhususan merek politisnya sendiri. Para politisi mencerminkan faktor

spesifik lokasi bangsa dan bahkan menambahkan dengan suatu cara khusus.

Selalu terdapat keragaman dalam campur tangan pemerintah dalam bisnis

internasional.

      

67

(13)

Variabel lain yang mempengaruhi PMA adalah variabel internalisasi,

yaitu keunggulan internal yang dimiliki oleh perusahaan multinasional.

Setiap perusahaan multinasional mempunyai Keunggulan spesifik

Perusahaan (KSP) yang khas yang memberinya suatu keunggulan

kompetensi relatif terhadap perusahaan lain. KSP timbul bila perusahaan

multinasional telah mengembangkan kecakapan khusus atau suatu

keterampilan inti yang tidak terdapat di tempat lain dan tidak dapat

diperbanyak kecuali dalam jangka panjang dan dengan biaya yang tinggi.

b. Teori Vernon

Vernon menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang

disebut Model Siklus Produk. Dalam model ini introduksi dan

pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Dalam tahap

pertama, pada waktu produk pertama kali dikembangkan dan dipasarkan,

diperlukan suatu hubungan yang erat antara kelompok desain, produksi, dan

pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan dilayani produk itu. Dalam

tahap kedua, pada waktu pasar di negara lain mengembangkan karakteristik

serupa dengan yang di pasar dalam negeri, produk tersebut diekspor ke luar

negeri. Perusahaan multinasional akan lebih unggul dari perusahaan lokal di

luar negeri karena perusahaan multinasional itu telah mengadakan dan

mendapatkan kembali biaya pengembangan produk. Pada saat itu,

perusahaan multinasional akan membangun produksi lokal di negara tuan

rumah bila hal ini menghasilkan biaya yang lebih rendah. Dalam tahap

(14)

dan bagian pasar perusahaan multinasional menurun relatif terhadap

perusahaan negara tuan rumah. Dalam hal negara tuan rumah mempunyai

keunggulan biaya yang kuat, perusahaan multinasional akan menghentikan

produksi di dalam negeri dan mulai mengimpor produk dari negera tuan

rumah ke dalam negeri.

c. Teori John Dunning

John Dunning menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis. Teori eklektis

menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan bila

sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam penanaman modal asing.

Ketiga persyaratan itu, meliputi keunggulan spesifik perusahaan,

keunggulan internalisasi, dan keunggulan spesifik negara.

1) Keunggulan spesifik perusahaan

Perusahaan harus memiliki keunggulan kepemilikan neto bila berhadapan

dengan perusahaan berkebangsaan lain dalam melayani pasar tertentu

(terutama pasar luar negeri). Keunggulan spesifik perusahaan meliputi :

a) teknologi kepemilikan disebabkan karena kegiatan penelitian dan

pengembangan;

b) keterampilan manajerial, pemasaran, atau lainnya yang spesifik untuk

fungsi organisasi perusahaan;

c) deferensiasi produk, merek dagang, atau nama cap;

(15)

e) keperluan modal yang besar utnuk pabrik dengan ukuran efisien

minimum.

2) Keunggulan internalisasi

Dengan mengasumsikan bahwa keunggulan spesifik perusahaan

terpenuhi, maka akan lebih menguntungkan bagi perusahaan yang

memiliki keunggulan internalisasi untuk menggunakannya sendiri,

bukannya menjual atau menyewakannya pada perusahaan luar negeri.

Kondisi yang mendukung internalisasi meliputi :

a) biaya yang tinggi dalam membuat dan melaksanakan kontrak;

b) ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual;

c) kebutuhan untuk mengendalikan penggunaan atau penjualan kembali

produk; dan

d) keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga atau subsidi

ulang.

3) Keunggulan spesifik negara

Keunggulan spesifik negara (lokasi) dari negara tuan rumah dapat

meliputi :

a) sumber daya alami;

b) kekuatan tenaga kerja biaya rendah yang efisisen dan terampil;

c) rintangan perdagangan membatasi impor.

(16)

David K. Eiteman mengemukakan tentang penanaman modal asing. Ada

tiga motif yang mendasari penanaman modal asing, yaitu motif strategi,

motif perilaku dan motif ekonomi. Motif strategi dibedakan dalam hal :

1) mencari pasar;

2) mencari bahan baku;

3) mencari efisiensi produksi;

4) mencari pengetahuan; dan

5) mencari keamanan politik.

Motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain

dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau

kelompok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan

dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar

saham perusahaan.

e. Teori Robock & Simmonds

Robock & Simmonds menjelaskan penanaman modal asing melalaui

pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan

internalisasi, model siklus produk, produksi internasional, model

imperialisasi Marxis.

Menurut pendekatan global, kekuatan intern yang mempengaruhi

penanaman modal asing yaitu pengembangan teknologi/produk baru,

ketergantungan pada sumber-sumber bahan baku, memanfaatkan

mesin-mesin yang sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan,

(17)

pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan

pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

Model siklus produk menerangkan bahwa penanaman modal asing

melalui tiga tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang, tahap

produk yang distandardisasi. Pada tahap produk baru, produk dihasilkan di

dalam negeri sedangkan untuk padar luar negeri dilayani dengan ekspor. ada

tahap produk matang, harga produk menjadi penting. Pasar luar negeri telah

dilayani oleh produk lokal. Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih

penting dan produksi diarahkan pada lokasi/tempat yang biayanya rendah

(kecil) dalam lingkup negara yang berpenghasilan rendah. Disini, barang

diekspor kembali ke negara asal perusahaan multinasional atau ke pasar

lain.

f. Teori Kindleberger

Aspek paling sensitif dalam perekonomian internasional adalah

aspek investasi langsung. Larangan dan pembatasan ditentukan terhadap

investasi dalam garis-garis kegiatan tertentu yang dianggap lemah terhadap

pengaruh asing atau yang dianggap memboroskan sumber daya alam,

perbankan, surat kabar, perdagangan eceran, minuman ringan. Ditentukan

persyaratan-persyaratan bahwa harus ada partisipasi dari pihak dalam

negeri, valuta asing harus dibawa masuk, latihan harus diberikan, suku

(18)

Disamping itu, juga terdapat dua teori yang menganalisis faktor

penyebab negara maju menanamkan investasinya di negara berkembang.

Kedua teori itu adalah :68

a. The product cycle theory

The product cycle theory atau teori siklus produk ini dikembangkan Raymond Vernon. Teori ini paling cocok diterapkan pada

investasi asing secara langsung (foreign direct investment) dalam bidang manufacturing yang merupakan usaha ekspansi awal perusahaan

Amerika atau disebut juga investasi horizontally integrated yakni pendirian pabrik-pabrik untuk mambuat barang-barang yang sama atau

serupa dimana-mana. The product cycle theory atau teori siklus produk dinyatakan bahwa setiap teknologi atau produk berevolusi melalui tiga

fase, yaitu fase permulaan atau inovasi, fase perkembangan proses, dan

fase pematangan atau fase standarisasi.

Dalam setiap fase tersebut, berbagai tipe perekonomian negara

mempunyai keunggilan komparatif (a comparative advantage). Pada fase awal, perusahaan-perusahaan negara maju menikmati suatu posisi

monopoli, terutama karena teknologinya. Karena permintaan dari luar

negeri akan produk-produk mereka meningkat, perusahaan-perusahaan

pertama kali mengekspor produknya ke pasar luar negeri. Namun, tidak

lama kemudian terjadinya penyebaran teknologi ke para pesaing luar

negeri yang potensial, adanya rintangan-rintangan yang meningkat

      

68

(19)

“memaksa” diadakannya usaha produksi barang-barang yang sama di

luar negeri. Fase kedua, proses manufacturing terus berkembang dan tempat produksi cenderung berkembang di negara-negara maju lainnya.

Dalam fase ketiga, adanya standardisasi proses manufacturing

memungkinkan peralihan lokasi-lokasi industri ke negara-negara yang

sedang berkembang, terutama negara-negara industri baru (newly industrilizing countries) yang mempunyai keunggulan komparatif berupa tingkat upah yang rendah. Produk-produk dari negara berkembang ini

pun diekspor ke pasar global.

Singkatnya, The Product Cycle Theory membantu menjelaskan sebab-sebab adanya ciri-ciri penting ekonomi dunia kontemporer, yakni

bahwa perusahaan multinasional dan persaingan oligopoli;

perkembangan dan penyebaran teknologi industri merupakan unsur

penentu utama terjadinya perdagangan dan penempatan lokasi-lokasi

aktivitas ekonomi secara global melalui investasi dan timbulnya strategi

perusahaan yang mengintegrasikan perdagangan dan produksi di luar

negeri.

b. The industrial organization theory of vertical integration

Teori ini paling cocok diterapkan pada multinasionalisme baru

dan pada investasi yang terintegrasi secara vertikal, yakni produksi

barang-barang di beberapa pabrik yang menjadi input bagi pabrik-pabrik

lain dari suatu perusahaan. Pendekatan teori ini berawal dari pemahaman

(20)

mencakup biaya-biaya lain yang harus dipikul oleh perusahaan lebih

banyak daripada biaya-biaya yang diperuntukkan hanya untuk sekadar

mengekspor barang-barang dari pabrik-pabrik dalam negeri. Oleh karena

itu, perusahaan itu harus memiliki beberapa keunggulan kompensasi atau

keunggulan spesifik bagi perusahaan seperti keahlian teknis manajerial.

Keadaan perekonomian yang memungkinkan perolehan sewa

secara monopoli untuk operasi perusahaannya di negara lain. Aset yang

unik yang pada awalnya dibangun di negaranya sendiri, kemudian dapat

diperalihkan ke negara luar sehingga memungkinkan biaya produksi di

negara luar tersebut menjadi murah dan memberikan kemampuan untuk

berkompetensi secara sukses dengan perusahaan-perusahaan tuan rumah.

Menurut teori organisasi industri integrasi vertikal, investasi

dilakukan dengan cara integrasi secara vertikal, yakni dengan

menempatkan beberapa tahapan produksi di beberapa lokasi yang

berbeda-beda di seluruh dunia. Motivasi utamanya adalah :

1) untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah;

2) kebijaksanaan pajak lokal;

3) untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan

lain. Artinya dengan investasi di luar negeri, ini berarti

perusahaan-perusahaan multinasional tersebut telah merintangi kedatangan

pesaing-pesaing dari negara-negara lain sehingga monopoli dapat

(21)

3. Prinsip-prinsip pengaturan kegiatan penanaman modal asing

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila

faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara

lain melalui perbankan, koordinasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah,

penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal,

biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di

bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai

faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik

secara signifikan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.69

a. Asas kepastian hukum

Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah asas dalam negara

hukum yang meletakkan hukum dari ketentuan peraturan

perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang

penanaman modal.

b. Asas keterbukaan

Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah asas yang terbuka terhadap

hak masyarakat untuki memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak

diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

c. Asas akuntabilitas

Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas yang menetukan

bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman

modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai

      

  69 

(22)

pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

d. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara

Yang dimaksud dengan asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan

asal negara adalah asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan baik antara penanam modal dalam

negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu

negara asing dan penanam modal dari negara asing lain.

e. Asas kebersamaan

Yang dimaksud dengan asas kebersamaan adalah asas yang mendorong

peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dengan kegiatan

usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

f. Asas efisiensi berkeadilan

Yang dimaksud dengan asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang

mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi

berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,

kondusif, dan berdaya saing.

g. Asas berkelanjutan

Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan adalah asas yang secara

terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui

penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam

segala aspek kehidupan baik untuk masa kini maupun yang akan datang.

(23)

Yang dimaksud dengan asas berwawasan lingkungan adalah asas

penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan

mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

i. Asas kemandirian

Yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah asas penanaman modal

yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara

dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya

pertumbuhan ekonomi.

j. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

Yang dimaksud dengan asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan

ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

Dari sekian prinsip-prinsip tersebut, ada satu prinsip yang benar-benar

relevan dengan era globalisasi atau pasar bebas, yaitu perlakuan non diskriminasi

terhadap penanam modal atau investor yang berasal dari negara manapun yang

melakukan kegiatan penanaman modal atau investasi di Indonesia, kecuali bagi

penanam modal atau investor dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa

berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.

Di samping asas-asas tersebut, undang-undang penanaman modal di

Indonesia dibangun di atas prinsip-prinsip penanaman modal sebagai berikut :70

a. Perlakuan sama dalam bidang usaha

(24)

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal (UUPM) menetapkan perlakuan sama antara penanaman

modal asing dan penanaman modal dalam negeri dengan tetap mengacu

kepada kepentingan nasional. Kaidah dalam Pasal 4 ayat (2) mengandung

dua variabel yang harus dimaknai secara utuh, yakni kewajiban memberikan

perlakuan yang sama dan mengacu pada kepentingan nasional. Hal ini

berarti perlakuan yang sama tersebut tidak bisa dipidahkan dengan

kepentingan nasional. Artinya, dalam keadaan-keadaan tertentu perlakuan

sama tersebut tidak dapat diterapkan dalam penanaman modala sing.

Tentunya pengecualian semacam ini harus disesuaikan dengan kesepakatan

internasional.

Jika dipahami secara menyeluruh, sebenarnya UUPM tidak

memberikan perlakuan yang benar-benar sama antara PMA dan PMDN.

Beberapa ketentuan dari UUPM tersebut membebankan sejumlah

pembatasan penanaman modal terhadap PMA, salah satu diantaranya adalah

pembatasan bidang usaha pada PMA. Pasal 12 UUPM sebenarnya tidak

membuka seluruh bidang usaha kepada investor asing. Bidang usaha yang

terkait langsung dengan keamanan negara, seperti produksi senjata, mesin,

alat peledak, dan peralatan perang dan bidang usaha yang secara eksplisit

dalam undang-undang dinyatakan tertutup, tidak dibenarkan lagi penanaman

modal asing.

(25)

Pasal 12 ayat (4) UUPM memberikan hak kepada pemerintah untuk

menetapkan syarat-syarat penanaman modal pada bidang usaha yang

terbuka bagi penanaman modal. Selanjutnya pada ayat (5) ditetapkan

kriterian kepentingan nasional yang harus diperhatikan dalam menetapkan

persyaratan penanaman modal, yakni perlindungan sumber daya alam,

perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menegah, dan koperasi,

pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi,

partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang

ditunjuk Pemerintah.

Persyaratan-persyaratan yang dikenakan terhadap penanaman modal

ini bisa beragam bentuknya, misalnya persyaratan joint venture (pembatasan

kepemilikan saham asing), kemitraan dengan usaha kecil, menengah, dan

koperasi, alih teknologi, dan persyaratan bidang lingkungan hidup.

c. Perlakuan khusus terhadap negara-negara tertentu

Pasal 6 ayat (2) UUPM menerapkan perlakuan diskriminatif dengan

adanya perlakuan khusus kepada negara-negara tertentu berdasarkan

perjanjian dengan Indonesia. sasaran dari perlakuan khusus ini adalah

negara-negara yang terikat perjanjian penanaman modal secara bilateral,

regional, maupun multilateral dengan Indonesia.

d. Fasilitas penanaman modal

UUPM mengatur tentang fasilitas penanaman modal pada Bab X

mulai dari Pasal 18 sampai dengan pasal 24. Bentuk fasilitas penanaman

(26)

meliputi kemudahan perpajakan, hak transfer dan repatriasi, amortisasi yang

dipercepat, kemudahan perizinan, kemudahan bea masuk, dan fasilitas hak

atas tanah.

B.Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)

1. Sejarah perkembangan dan tujuan pembentukan MIGA

a. Sejarah perkembangan MIGA

Proposal pembentukan MIGA telah diajukan pada saat

berlangsungnya rapat antara World Bank dan International Monetary Fund

(IMF) pada tahun 1985 di Seoul, Korea Selatan, walaupun rencana

pembentukan yang serupa tersebut tidaklah berhasil beberapa tahun yang

lalu. Atas desakan Amerika Serikat dan negara maju lainnya, Konvensi

MIGA kemudian mendapat mandat langsung dalam mendukung reformasi

kebijakan ekonomi di negara penerima.71

MIGA dibentuk berdasarkan suatu konvensi multilateral yang

diorganisasikan oleh Bank Dunia (World Bank). Sebenarnya ide pembentukan MIGA bukanlah ide baru sebab sejak sekitar tahun 1948 telah

muncul ide untuk mendirikan badan internasional yang dilakukan terutama

di negara-negara berkembang. Ide tersebut kemudian sering dibicarakan

dalam forum internasional, seperti : Bank Dunia, OECD, MEE, dan

UNCTAD dalam dua dekade yaitu 1960 dan 1970. Setelah melalui

serangkaian studi yang mendalam dan konsultasi dari pemerintah

negara-       71

(27)

negara Bank Dunia, kalangan usahawan, serta berbagai asosiasi profesi,

maka dimulailah negosiasi penyusunan konvensi pembentukan MIGA dari

bulan Juni sampai dengan Desember 1985.

Pada tanggal 11 Oktober 1985, konvensi tersebut dibuka untuk

ditandatangani World Bank’s Governors bersamaan waktunya dengan pertemuan tahunan yang diselenggarakan di Seoul. Pada tanggal 15-19

September 1986, suatu Preparatory Committee yang terdiri dari 44 perwakilan negara-negara penandatanganan Seoul Convention mengadakan pertemuan di Washington. Pada pertemuan tersebut disepakati untuk

menyusun suatu perangkat kebijakan operasionalisasi dan keuangan MIGA.

Diputuskan bahwa MIGA akan mulai beroperasi segera setelah Seoul

Convention tersebut enter into force yaitu apabila konvensi tersebut telah diratifikasi oleh 20 negara yaitu 5 negara industri maju (pengekspor modal)

dan 15 negara berkembang (pengimpor modal). Sampai dengan tanggal 5

Juni 1987, tercatat 58 negara yang telah menandatangani terdiri dari 12

negara industri dan 46 negara berkembang. Dari negara tersebut, negara

yang telah meratifikasi barulah berjumlah 14 negara termasuk di dalamnya

Indonesia. Jumlah tersebut belum cukup untuk menghantarkan MIGA ke

tahap operasional.72

      

72

(28)

Berikut ini adalah sejarah perkembangan MIGA sejak

pembentukannya (secara kronologis) :73

1) Tahun 1998 : MIGA didirikan. Yoshio Terasawa terpilih sebagai Wakil

Presiden Eksekutif yang pertama, dan Foreign Investment Advisory Services (FIAS) didirikan sebagai hasil joint venture antara MIGA dan

International Finance Corporation (IFC).

2) Tahun 1990 : MIGA memberikan kontrak jaminan investasi yang

pertama dalam mendukung empat proyek dengan nilai sebesar 1,04

milyar dollar AS di bidang penananam modal secara langsung. Kontrak

reasuransi yang pertama kali ditandatangani bersama dengan agen

nasional yaitu Export Credit Agency of Canada dan the Overseas Private Investment Corporation of the United States (OPIC). MIGA mengadakan konferensi promosi investasi yang pertama di Ghana.

3) Tahun 1991 : Jumlah anggota MIGA telah mencapai 100 negara

4) Tahun 1992 : Akira Iida ditunjuk sebagai Wakil Presiden Eksekutif

MIGA.

5) Tahun 1994 : MIGA bergabung di Berne Union. MIGA memfokuskan diri pada kegiatan bantuan teknis terutama dalam hal promosi investasi.

6) Tahun 1996 : MIGA meluncurkan IPAnet yaitu sebuah media berbasis internet untuk pertukaran informasi global, jaringan komunikasi, dan

dunia perdagangan.

      

73

(29)

7) Tahun 1997 : Kontrak yang pertama diadakan berdasarkan MIGA’s Cooperative Underwriting Program (CUP) untuk proyek pembangkit listrik di Indonesia. Selain itu, dana jaminan investasi sebesar 12 milyar

dollar AS diberikan untuk Bosnia dan Herzegovina dalam membentuk

EU Investment Trust Fund dan 20 juta dollar AS juga diberikan untuk jaminan West Bank and Gaza Investment Guarantee Trust Fund.

8) Tahun1998 : Motomichi Ikawa mengambil alih sebagai Wakil Presiden

Eksekutif MIGA. Majelis Gubernur mengadopsi sejumlah resolusi

untuk peningkatan modal sekitar 850 juta dollar AS, didukung oleh

dana sebesar 150 juta dollar AS yang ditransfer dari IBRD ke MIGA.

Penggandaan modal MIGA menjadi 2 milyar dollar AS menjadikan

MIGA dapat memberikan dan memperluas jasanya ke negara-negara

berkembang. Selain itu, MIGA mengadakan simposium pertama

dengan Universitas Georgetown mengenai bidang risiko politik

internasional. Simposium tersebut menjadi event yang berpengaruh yang diadakan setiap dua tahunan.

9) Tahun 1999 : MIGA untuk pertama kali memberikan jaminan yang

melebihi 1 milyar dollar AS setiap tahunnya yang secara keseluruhan

mencapai 1.3 milyar dollar AS dan MIGA menyetujui Environmental Assessment and Disclosure Policy dan menerapkan standar lingkungan untuk semua proyek MIGA yang baru.

10) Tahun 2000 : Pemerintah Ethiopia menunjuk MIGA sebagai mediator

(30)

asing terhadap proyek-proyek yang tidak dijamin oleh MIGA. Pada

tahun ini, Keanggotaan MIGA telah mencapai 150 negara dan MIGA

membayar ganti rugi atas tuntutan untuk pertama kalinya.

11) Tahun 2010 : Pengadaan jaminan mencapai 2 milyar dollar AS. Empat

proyek yang didukung MIGA termasuk proyek telekomunikasi di

Brazil dan proyek pertambangan di Rusia memperoleh penghargaan

industri (industry awards). Investment Promotion Toolkit diluncurkan. 12) Tahun 2002 : MIGA mengadakan survei investor terhadap penyerangan

11 September 2001. Disamping itu, Project Finance Magazine

menyatakan proyek yang didukung MIGA sebagai “The Asia-Pacific Transport Deal of the Year 2001".

13) Tahun 2003 : Dua proyek yang didukung MIGA yaitu proyek

pembangkit listrik di Turki dan proyek renovasi rumah sakit di

Romania menerima penghargaan “Deal of the Year”.

14) Tahun 2004 : Yukiko Omura mengambil alih sebagai Wakil Presiden

Eksekutif.

15) Tahun 2005 : MIGA meluncurkan Program Investasi Kecil untuk

mendukung kegiatan investasi di perusahaan-perusahaan kecil dan

menengah. MIGA juga meluncurkan Fasilitas Jaminan Investasi

Afganistan untuk mendukung kegiatan penanaman modal asing secara

langsung di negaranya. Proyek yang didukung MIGA tersebut juga

(31)

16) Tahun 2006 : MIGA mendukung proyek di El Salvador yang menjual

gas karbon yang diperoleh dari pengurangan emisi gas rumah kaca.

MIGA juga mendukung proyek pertamanya dengan fasilitas baru di

Afganistan dalam mempromosikan pembangunan di sektor produksi

kapas.

17) Tahun 2007 : MIGA mendukung proyek pertamanya yang didanai

melalui sistem pembiayaan Islam dengan memberikan jaminan kepada

sebuah pelabuhan di Djibouti. MIGA juga meluncurkan

PRI-Center.com, sebuah portal penyediaan informasi risiko politik dan

asuransi, untuk meningkatkan pemberian jasa informasi kepada investor

yang ada di FDI.net, yang menyediakan akses kepada investor dalam

mencari informasi mengenai penanaman modal asing secara langsung.

18) Tahun 2008 : Jaminan yang diberikan mencapai 2.1 milyar dollar AS.

Empat proyek yang didukung MIGA di Uganda, Djibouti, Costa Rica,

and Kazakhstan mendapatkan penghargaan industri terbaik. Selain itu,

Jasa Pelayanan Bantuan Teknis MIGA berintegrasi dengan FIAS,

sebuah lembaga pembiayaan untuk program perubahan iklim investasi

World Bank. Pada tahun ini, Izumi Kobayashi terpilih sebagai Wakil Presiden Eksekutif MIGA.

19) Tahun 2009 : Dewan Direksi MIGA menyetujui perubahan substansi

terhadap peraturan operasional MIGA yang meliputi sejumlah tindakan

termasuk jenis jaminan baru yaitu jaminan terhadap tindakan

(32)

tersebut mewakili perluasan yang signifikan dari MIGA’s business toolkit sejak 1988. Dukungan MIGA terhadap investor tahun ini adalah sebesar 1.2 milyar dollar AS dalam pemberian jaminan untuk

mendukung ekonomi riil di Kawasan Eropa dan Asia tengah yang

terkena serangan krisis finansial. MIGA juga meluncurkan World Investment and Political Risk sebagai laporan tahunan.

20) Tahun 2010 : Komite Basel dalam Pengawasan Perbankan

mengklasifikasi MIGA sebagai “highly-rated multilateral” dengan mengakui nilai kelebihan jaminan MIGA dari perbankan. MIGA juga

meluncurkan Asia Hub untuk memperluas kehadiran fisik di dalam kawasan.

21) Tahun 2011 : Majelis Gubernur menyetujui pengamandemenan

Konvensi MIGA untuk mempercepat efektivitas MIGA sebagai

penyediaan asuransi risiko politik multilateral.

22) Tahun 2013 : Keiko Honda terpilih sebagai Wakil Presiden Eksekutif

MIGA. MIGA memperluas cakupan jaminan tindakan pemerintah yang

tidak memenuhi kewajiban finansial  yang kemudian juga mencakup kewajiban finansial dari perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah.

Sampai saat ini, MIGA telah beranggotakan 179 negara yang terdiri

dari 154 negara maju (developed countries) yang tersebar di Asia dan Pasifik, Eropa dan Asia Tengah, Amerika Latin dan Karibia, Timur Tengah

(33)

b. Tujuan pembentukan MIGA

Sebagai salah satu anggota Bank Dunia, MIGA memiliki misi utama

dalam mempromosikan kegiatan penanaman modal asing secara langsung

ke negara-negara yang sedang berkembang untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan

rakyat.74 MIGA mempromosikan kegiatan penanaman modal asing secara

langsung dengan menyediakan asuransi atau jaminan asuransi politik untuk

investor dan pemberi pinjaman, dan menyediakan penelitian dan

pengetahuan mengenai risiko politik dan industri asuransi risiko politik.75

Tujuan utama dari MIGA adalah untuk mempromosikan arus sumber

daya investasi untuk tujuan yang produktif di negara-negara yang sedang

berkembang dengan menawarkan asuransi risiko politik jangka panjang dan

dengan menyediakan jasa penasihat dan konsultasi.76 Untuk mencapai

tujuan tersebut, lembaga ini berupaya memajukan sikap saling pengertian

dan kepercayaan antara negara tuan rumah dengan investor asing,

meningkatkan kesadaran akan kesempatan-kesempatan penanaman modal

serta meningkatkan aliran informasi, pengetahuan, dan keahlian dalam

proses penanaman modal. Dalam hal itu secara khusus MIGA akan

menjamin penanaman modal yang layak (eligible) terhadap

kerugian-      

74 MIGA, “Overview”, http://www.miga.org/investmentguarantees/index.cfm (diakses

pada tanggal 7 September 2013). 75

MIGA, “An Overview of MIGA”, http://siteresources.worldbank.org/FINANCIAL SECTOR/Resources/Session8_b_GeroVerheyen.pdf (diakses pada tanggal 7 September 2013), hlm. 4. 

76

(34)

kerugian yang berasal dari risiko-risiko non komersial dan melaksanakan

berbagai penelitian dan kegiatan-kegiatan promosi.77

Menurut Konvensi MIGA, sasaran dari MIGA ditujukan dalam

mendukung arus investasi untuk tujuan yang produktif di antara

negara-negara anggota dan khususnya untuk membangun negara-negara-negara-negara anggota.

Dalam mencapai sasaran tersebut, MIGA wajib :78

1) Memberikan jaminan, termasuk koasuransi dan reasuransi, melawan

risiko non komersial sesuai dengan kegiatan investasi di negara anggota

yang mana arus modalnya berasal dari negara anggota lain;

2) Melaksanakan kegiatan tambahan yang sesuai dalam mempromosikan

arus investasi ke dan di antara negara-negara anggota yang sedang

berkembang; dan

3) Melaksanakan kekuasaan-kekuasaan lainnya yang diperlukan atau

diinginkan sebagai akibat pendorongan dari sasaran tersebut.

Maksud dari “investasi untuk tujuan yang produktif” di atas

menekankan konsentrasi MIGA pada proyek dan program konkret di semua

sektor ekonomi. Dalam menjamin investasi di negara anggota dari risiko

non komersial, MIGA melaksanakan kegiatan tambahan untuk

mempromosikan arus investasi.79

Selain itu, MIGA juga melakukan penelitian, melaksanakan kegiatan

untuk mendorong laju investasi dan menyebarluaskan informasi mengenai

      

77

Rosyidah Rakhmawati, Op.cit., hlm. 39.

78

Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter I, Article 2.

79

(35)

kesempatan investasi di negara-negara berkembang yang menjadi anggota

dengan tujuan untuk memperbaiki iklim investasi asing yang akan datang ke

negara-negara tersebut. MIGA atas permintaan anggota juga menyediakan

penasihat teknis dan bantuan teknis untuk memperbaiki syarat-syarat

investasi di wilayah negara anggota. Disamping itu, MIGA juga akan

mendorong penyelesaian sengketa berdasarkan kesepakatan antara investor

dan host country. Selanjutnya, MIGA juga berusaha untuk mengadakan perjanjian-perjanjian dengan negara-negara berkembang yang menjadi

anggota dan khususnya dengan calon host country yang akan menjamin MIGA berkenaan dengan penanggungan investasi, memiliki perlakuan yang

baik sepanjang yang disetujui oleh anggota yang bersangkutan. MIGA

selanjutnya akan mendorong dan memfasilitasi pencapaian perjanjian antara

negara-negara anggotanya dalam promosi dan perlindungan investasi.80

2. Struktur organisasi MIGA

Berdasarkan ketentuan yang diatur di dalam Konvensi MIGA, MIGA

sebagai sebuah organisasi internasional haruslah memiliki Dewan Gubernur,

Direksi (Dewan Pengurus), Presiden dan Staf untuk melakukan tugas

sebagaimana yang telah ditentukan dalam Konvensi MIGA.81 Dewan Gubernur

dan Dewan Pengurus (Direksi) mewakili negara anggota dalam menjalankan

program dan kegiatan MIGA. Kekuatan utama MIGA terletak pada Dewan

Gubernur yang medelegasikan sebagian besar wewenangnya kepada Dewan

      

  80 

Erman Radjagukguk, Op.cit., hlm. 237.

81

(36)

Pengurus (Direksi). Besaran hak suara disesuaikan dengan besarnya modal yang

dimiliki oleh masing-masing Direksi. Direksi mengadakan rapat secara berkala di

Markas Besar MIGA di Washington D.C dimana mereka akan mengkaji dan

memutuskan proyek investasi yang akan dijamin dan meninjau kebijakan

manajemen umum.82

1) Dewan Gubernur

Semua wewenang MIGA terletak pada Dewan Gubernur, kecuali

wewenang yang berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Konvensi MIGA,

secara khusus dilimpahkan kepada organ lain. Dewan Gubernur dapat

mendelegasikan wewenang kepada Dewan Pengurus (Direksi) untuk

melaksanakan wewenang tersebut, kecuali wewenang untuk:83

a) menerima anggota baru dan menentukan persyaratan atas penerimaan

mereka;

b) menangguhkan anggota;

c) memutuskan pengurangan dan penambahan modal;

d) meningkatkan batas jumlah keseluruhan kewajiban;

e) menetapkan anggota sebagai anggota negara berkembang;

f) menggolongkan anggota baru apakah termasuk kategori I atau kategori II

untuk tujuan pemungutan suara atau menggolongkan kembali anggota

yang telah ada untuk tujuan yang sama;

g) menentukan jumlah kompensasi Direksi dan Pengganti mereka;

h) menghentikan operasi dan membubarkan MIGA;

      

82

MIGA, “Overview”, Loc.cit. 

  83 

(37)

i) membagikan aset kepada anggota apabila terjadi pembubaran; dan

j) mengamandemen Konvensi MIGA, Tambahan dan Daftarnya.

Dewan Gubernur terdiri dari seorang gubernur dan seorang

pengganti yang dipilih oleh setiap anggota dengan cara sebagaimana yang

telah ditentukan. Pengganti tidak dapat dipilih kecuali dalam ketidakhadiran

Gubernur. Dewan Gubernur harus memilih satu dari para gubernur sebagai

ketua.84 Selain itu, Dewan Gubernur wajib mengadakan pertemuan tahunan

dan pertemuan lainnya seperti yang ditetapkan oleh Dewan Gubernur atau

yang ditetapkan oleh Direksi. Direksi harus mengadakan rapat Dewan

Gubernur apabila diminta oleh lima negara anggota atau oleh anggota yang

memiliki 25 persen dari total hak suara.85

2) Dewan Pengurus (Direksi)

Dewan Pengurus harus bertanggung jawab untuk operasi umum

MIGA dan harus mengambil segala tindakan yang diperlukan atau diizinkan

dalam pemenuhan tanggung jawabnya. Dewan Pengurus terdiri dari

sekurang-kurangnya dua belas orang direktur. Jumlah anggota direksi dapat

disesuaikan oleh Dewan Pengurus apabila terjadi perubahan dalam

keanggotaan. Setiap Direktur dapat menunjuk seorang Pengganti dengan

kewenangan penuh dalam hal ketidakhadiran Direktur atau Direktur tidak

mampu untuk bertindak. Presiden World Bank berdasarkan jabatannya dapat menjadi Ketua Dewan Pengurus, tetapi ia tidak memiliki hak suara kecuali

      

  84

Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 31 Section (b).

85

(38)

suara untuk putusan final apabila terdapat hasil yang sama. Selain itu,

Dewan Gubernur wajib menentukan masa jabatan direktur. Dewan Pengurus

yang pertama harus diangkat oleh Dewan Gubernur dalam rapat

perdananya.86

Dewan Pengurus wajib mengadakan rapat apabila dipanggil oleh

Ketuanya yang bertindak baik atas inisiatif sendiri atau atas permintaan dari

tiga Direktur. Sampai dengan Dewan Gubernur dapat memutuskan bahwa

MIGA akan memiliki Dewan Pengurus yang berfungsi secara terus

menerus, Direktur dan Penggantinya wajib menerima ganti rugi atas biaya

menghadiri pertemuan Dewan Pengurus dan pemberhentian fungsi jabatan

lainnya atas nama MIGA. Terhadap pembentukan Dewan Pengurus secara

terus menerus tersebut, Direktur dan Penggantinya harus menerima

remunerasi sebagaimana yang ditentukan oleh Dewan Pengurus.87 Dari

keseluruhan jumlah Direktur, 25% darinya dapat dipilih secara terpisah oleh

satu dari masing-masing anggota yang memiliki saham terbesar. Sisanya

dapat dipilih oleh negara anggota lain.88

3) Presiden dan Staf

Presiden dapat melaksanakan tugasnya di bawah pengawasan umum

Dewan Pengurus. Ia harus bertanggung jawab terhadap organisasi,

      

  86

Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 32 Section (a), (b), (c). 

87

Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 32 Section (d), (e).

88

(39)

pengangkatan dan pemberhentian staf.89 Pemberhentian staf dimaksudkan

agar jumlah staf tetap dapat berada pada tingkat yang rendah sehingga dapat

meningkatkan efektivitas dan kelangsungan hidup MIGA.90 Presiden akan

dipilih oleh Dewan Pengurus berdasarkan pencalonan dari Ketua. Dewan

Gubernur akan menentukan gaji dan ketentuan kontrak bagi Presiden.91

Dalam hal pemberhentian jabatannya, Presiden dan Staf berhutang

kewajiban sepenuhnya kepada MIGA dan bukan kepada badan lain. Setiap

anggota MIGA wajib menghormati karakter internasional dari kewajiban ini

dan wajib menahan diri dari segala upaya dalam mempengaruhi Presiden

atau Staf tersebut dari pengakhiran kewajiban mereka. Dalam

pengangkatan Staf, Presiden harus memperhatikan pentingnya merekrut

personel dari wilayah geografis yang seluas mungkin untuk menjamin

standar tertinggi dari efisiensi dan kemampuan teknis. Presiden dan staf

harus senantiasa menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam

menjalankan operasi MIGA.92

Presiden dan Staf MIGA tidak boleh mencampuri masalah politik

setiap negara anggota. Tanpa mengurangi hak MIGA dalam mengambil

tindakan atas seluruh keadaan yang berhubungan dengan investasi, maka

mereka tidaklah boleh dipengaruhi oleh sifat politis dari negara anggota

      

  89

Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 33 Section (a).

90

Commentary on the Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 59.

  91 

Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 33 Section (b).

92

(40)

dalam pengambilan keputusan.  Pertimbangan yang relevan dalam pengambilan keputusan haruslah diambil secara sepihak dalam mencapai

tujuan MIGA.93

3. Ratifikasi konvensi MIGA oleh Indonesia

Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency

(Konvensi MIGA) sebagai hasil Sidang Tahunan International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) di Seoul, Korea Selatan pada tahun 1985 telah ditandatangani oleh Delegasi Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal

27 Juni 1986 di Washington D.C, Amerika Serikat. Dengan demikian, sesuai

dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan

Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960, maka MIGA Convention

diratifikasi pada tanggal 18 Juli 1986 dengan Keputusan Presiden (Keppres) No. 31

Tahun 1986 tentang Pengesahan Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 45.

Adapun latar belakang diadakannya konvensi ini dijabarkan dalam

pembukaan (Preamble) antara lain dikemukakan, meyakini bahwa Badan Penjamin Penanaman Modal Multilateral (Multilateral Investment Guarantee Agency) dapat memainkan peranan penting untuk mendorong penanaman modal asing melalui

program-program penjaminan penanaman modal baik yang bersifat nasional

      

93

Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 34.

(41)

maupun regional serta program penjaminan risiko non komersial yang mungkin akan

dihadapi oleh pihak investor.94

Dengan demikian, Konvensi MIGA telah mengikat dan berlaku di Indonesia

dan MIGA sebagai sebuah lembaga internasional di bawah naungan Bank Dunia

berkewajiban untuk melindungi dan menjamin kegiatan penanaman modal asing di

Indonesia dari segala risiko politik atau non komersial. Pengratifikasian Konvensi

MIGA ini diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan investor asing untuk

menanamkan modalnya di Indonesia.

C.Peran dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment)

1. Peran MIGA dalam menjamin risiko investasi

Ketika merencanakan pelaksanaan investasi langsung di luar negeri,

perusahaan multinasional menggunakan asuransi risiko politik (political risk insurance) untuk meningkatkan kepercayaan mereka di pasar yang dirasa memiliki risiko lebih besar daripada pasar dalam negeri. Penyedia asuransi risiko

politik akan membantu mereka menghindari kerugian potensial atau membayar

ganti rugi dalam hal terdapat kerugian yang dijamin akibat risiko politik.

Beberapa lembaga multilateral, seperti MIGA, menyediakan asuransi risiko

politik tersebut dan biasanya memiliki program khusus untuk investor kecil dan

menengah, perusahaan, dan perbankan yang berasal dari negara yang sedang

      

94

(42)

berkembang.95 Peran MIGA dalam menjamin risiko investasi jelas terlihat dalam

jaminan yang diberikan terhadap negara-negara yang terkena dampak konflik.

Kerugian konflik global setiap tahunnya diperkirakan mencapai US$ 100

milyar. Dengan beberapa pengecualian, negara yang terkena dampak adalah

negara yang berada di level antara kurang berkembang dan termiskin di dunia. Di

Afrika, Timur Tengah, dan daerah lainnya, konflik telah menjadi kendala utama

dalam melahirkan kemiskinan, menghentikan peningkatan sosial, dan mencegah

pertumbuhan ekonomi. Keperluan bagi negara sesudah konflik sangatlah banyak.

Infrastruktur utama seperti rumah, sekolah, pabrik, jaringan komunikasi, jalan,

dan rantai perdagangan telah hancur, mata uang asing melemah, kematian,

pemutusan hubungan kerja, dan kekurangan pelatihan tenaga kerja telah

menyebabkan penurunan kualitas sumber daya manusia. Begitu juga dengan

institusi yang lemah dengan disfungsi keuangan, pemerintah, dan penegak hukum

yang mempersulit usaha perbaikannya.

Dalam keadaan demikian, kehadiran investasi asing langsung dapat

memberikan dampak yang kuat dan positif dalam membangun kembali negara

yang terkena dampak konflik, membawa modal privat, teknologi, dan skill baru,

serta memicu pemisahan domestik lokal. Kegiatan investasi asing juga dapat

meningkatkan kepercayaan di sebuah negara sebagai tujuan investasi yang mana

mendukung investor memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang

terbentuk oleh proses pembangunan kembali tersebut. Akan tetapi, konflik yang

terjadi bertahun-tahun dapat mempengaruhi persepsi investor akan risiko-risiko,

      

95

(43)

khususnya risiko yang bersifat non komersial. MIGA dibentuk pada tahun 1988

untuk mengurangi risiko-risiko tersebut dan mendukung kegiatan investasi asing

langsung melalui adanya ketentuan pemberian asuransi risiko politik untuk

proyek-proyek yang bersifat membangun.

MIGA memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan investasi

asing langsung kembali dalam sebuah negara setelah konflik berakhir. MIGA juga

memegang peranan penting dalam situasi pasca konflik dengan menyediakan

perlindungan di negara-negara dimana penjamin (pemberi asuransi) lain tidak

bersedia untuk menyediakan jasanya.

Jaminan MIGA sangatlah penting ketika investor memerlukan jaminan

asuransi yang ditawarkan dan investasi swasta juga diperlukan untuk membantu

mempererat perdamaian yang sempat rapuh. Jaminan MIGA dapat membantu

dengan membuat proyek investasi menjadi lebih menarik bagi pemberi pinjaman

dengan mengurangi tingkat risiko secara keseluruhan. Sebagai contoh, guna

mempromosikan perdamaian dan menstimulasi pembangunan dan kerja sama

dengan lembaga lainnya, MIGA telah mendirikan dana perwalian untuk

Bosnia-Herzegovina, Afganistan, dan untuk West Bank dan Gaza yang mana

mengizinkan MIGA untuk memfasilitasi keperluan mendesak investasi asing yang

tak terpisahkan dengan lingkungan yang berisiko.96

MIGA menjalankan misinya dengan menyediakan jaminan asuransi risiko

politik ke sektor privat investor dan pemberi pinjaman. Jaminan MIGA

melindungi investasi dari risiko non komersial dan dapat membantu investor

      

96

(44)

memperoleh akses sumber pendanaan dengan syarat dan ketentuan keuangan yang

telah disesuaikan. Sejak pembentukannya di tahun 1988, MIGA telah memberi

jaminan asuransi risiko politik sebesar US$ 28 milyar untuk proyek di berbagai

sektor mencakup seluruh kawasan di dunia.97

MIGA juga fokus dalam menjamin investasi di negara-negara yang

memenuhi persyaratan yang memperoleh bantuan dari International Development Association (IDA) dimana anggotanya merupakan negara-negara termiskin di dunia, daerah-daerah yang terkena dampak konflik, memiliki masalah yang

kompleks di bidang infrastruktur dan industri yang menghasilkan bahan baku

terutama proyek yang berdampak sosial lingkungan, dan south-south investment

yaitu investasi dari satu negara berkembang ke negara berkembang lainnya.

Dalam usaha menjamin risiko investasi tersebut, MIGA juga membuat laporan

tahunan World Investment and Political Risk yang berfungsi untuk memeriksa pergerakan umum ekonomi global dan kegiatan investasi asing langsung, persepsi

badan usaha atas risiko politik, dan strategi pergurangan risiko begitu juga

termasuk perkembangan mutakhir dalam industri asuransi risiko politik.98

2. Peran MIGA dalam mendorong investasi di negara berkembang

Negara-negara berkembang sedang mengambil langkah dalam membuka

pasar domestik untuk kegiatan investasi asing langsung dan meningkatkan

      

97

MIGA ,“Overview”, Loc.cit. 98

(45)

transparansi untuk investor, tetapi sejumlah tindakan pemerintah yang merugikan

telah memperjelas adanya kekhawatiran akan risiko politik.99

Risiko politik seakan memburuk dengan adanya sejumlah kecenderungan

global. Hal ini meliputi pertumbuhan populasi yang cepat ditambah dengan

tingginya populasi orang muda dan rendahnya lapangan pekerjaan di negara

berkembang, ketimpangan/kesenjangan pendapatan, urbanisasi, krisis persediaan

air dan pangan, peningkatan permintaan atas sumber daya alam, harga komoditas

yang tidak menentu, pemerintahan yang tidak stabil, ketidakseimbangan fiskal,

dan sejenisnya. Bersamaan dengan semakin luasnya akses informasi dan teknologi

informasi, faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi risiko politik dan pola

investasi perusahaan pada gilirannya.100 Dengan demikian, dapatlah disimpulkan

bahwa risiko politik sangat tinggi di negara-negara berkembang sehingga akan

menghambat masuknya arus penanaman modal asing secara langsung ke host

country.

Selain itu, proses pemulihan ekonomi dewasa ini dipelopori oleh negara

berkembang yang mana diharapkan tetap dapat menjadi tujuan yang menarik bagi

kegiatan investasi asing langsung. Berdasarkan Laporan World Investment and Political Risk 2010  dari MIGA, kegiatan investasi asing langsung di negara berkembang meningkat sebesar 17% sepanjang tahun 2010. Risiko politik tetap

menjadi perhatian utama bagi investor asing yang menanamkan modalnya di

negara berkembang selama 3 tahun ke depan, dan kebangkitan investasi asing

langsung tersebut memerlukan tindakan pengurangan risiko secara berkelanjutan

      

99

(46)

termasuk asuransi risiko politik. Inti dari laporan World Investment and Political Risk 2010 tersebut adalah : 101

a. risiko politik masih menjadi rintangan utama bagi kegiatan investasi asing

langsung di negara-negara berkembang;

b. Susunan dan regulasi kegiatan investasi asing langsung di daerah yang

terkena dampak konflik berbeda dengan susunan dan regulasi kegiatan

investasi asing langsung yang ada di negara-negara berkembang lainnya;

c. Investor lebih mengkhawatirkan adanya intervensi pemerintah yang

merugikan daripada kekacauan politik termasuk di negara yang terkena

dampak konflik.102

Asuransi risiko politik multilateral seperti MIGA tidak hanya secara

langsung menjamin kegiatan investasi asing langsung, tetapi juga dapat

memobilisasi jaminan tambahan. Penyedia asuransi risiko politik multilateral

dapat mendukung kegiatan investasi dalam lingkungan yang sulit, menawarkan

pencegahan terhadap intervensi pemerintah yang bersifat merugikan, dan menjadi

penengah (mediator) dalam menyelesaikan sengketa sebelum terjadi kerugian di

antara para pihak.103

Salah satu usaha MIGA dalam mendorong investasi di negara berkembang

dapat dilihat dari kegiatan kerja sama antara MIGA dan Korea Eximbank dalam

mempromosikan investasi di negara-negara berkembang. Korea Eximbank

merupakan agen resmi kredit ekspor yang menyediakan kredit ekspor secara

      

101 Ibid. 102

MIGA, “New MIGA Report Examines Investment and Political Risk in Emerging Markets”, http://www.miga.org/news/index.cfm?aid=2873 (diakses pada tanggal 18 September 2013).

(47)

menyeluruh dan program jaminan untuk mendukung perusahaan-perusahaan

Korea dalam mengadakan bisnis antarnegara. Pelayanan utama Korea Eximbank

meliputi pinjaman ekspor, perdagangan, dan program jaminan yang dibentuk

dalam memenuhi kebutuhan klien yang menjalankan bisnis antarnegara, serta

menyediakan kredit investasi luar negeri, kredit impor, dan jasa informasi

sehubungan dengan kesempatan bisnis luar negeri. MIGA mengadakan kerja sama

dengan Korea Eximbank ini untuk mempromosikan investasi sektor privat di

negara-negara berkembang dan telah menandatangani Memorandum of

Understanding (MoU) di markas besar MIGA di Washington D.C.

Tujuan dari MoU tersebut adalah untuk memperkuat kerja sama antara

MIGA dan Korea Eximbank dalam mempromosikan kegiatan investasi asing

langsung ke negara-negara berkembang dan mendukung investasi luar negeri

Korea. Kerja sama ini akan membuat kedua lembaga tersebut bekerja sama

dengan baik dalam mengurangi risiko politik atau risiko non komersial di

negara-negara berkembang sehingga akan menciptakan lapangan kerja dan kesempatan

pertumbuhan ekonomi di masa depan. Kerja sama tersebut diharapkan akan

memberikan kontribusi dalam melahirkan pembangunan berkelanjutan di negara

berkembang kegiatan investasi asing langsung memegang peranan penting bagi

pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang ketika menyediakan

kesempatan-kesempatan bisnis untuk negara-negara berkembang tersebut dan.104

      

104

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi terhadap manfaat bersih memiliki kategori sangat baik.Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan pengalaman belanja online dengan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Total Physical Response (TPR) untuk meningkatkan kemampuan kosakata bahasa Arab siswa kelas 7 MTs Al-Irsyad Tengaran

Dari permasalahan di atas, dapat digaris bawahi bahwa akad simpanan berjangka pada BMT Amanah Weleri belum sesuai dengan Fatwa DSN MUI yang seharusnya dalam simpanan

Maka dari itu untuk terhindar dari bahan asing dilakukan pemilahan mengenai bahan yang akan digunakan dalam pengomposan untuk mengantisipasi bahan yang tidak dapat dikomposkan

Indikator yang digunakan adalah ion Fe 3+ dimana kelebihan larutan KSCN akan diikat oleh ion Fe membentuk warna merah darah dari FeSCN. Konsentrasi NaBr

Penerapan Sanksi Terhadap Pemberi Kerja Yang Lalai 79 Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Pekerja/Buruh Penerima Upah Dalam Suatu Perusahaan Yang Tidak Diikiutsertakan

Akan ditunjukan bahwa perancangan ini memenuhi kelima (5- tuple ). P adalah himpunan berhingga dari plainteks, Dalam penelitian perancangan ini menggunakan 256

Hasil Penelitian : Sampel bisa di degradasi secara pirolisis microwave dengan absorber karbon pada suhu 700 0 K yang menghasilkan 24,9% padat, 32,6% cair, dan 24,1% gas.... •