BAB II
PERAN DARI MULTILATERAL INVESTMENT GUARANTEE AGENCY
(MIGA) DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA
LANGSUNG (FOREIGN DIRECT INVESTMENT)
A.Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment)
1. Tujuan penyelenggaraan dan manfaat penanaman modal asing di Indonesia
Keberadaan penanaman modal di suatu negara erat kaitannya dengan
tuntutan untuk menyelenggarakan pembangunan nasional di negara tersebut.
Kesulitan yang umumnya dihadapi dalam menyelenggarakan pembangunan
nasional yang menititberatkan pada pembangunan ekonomi meliputi kekurangan
modal, kemampuan dalam hal teknologi, ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan. Dalam hal ini, salah satu sumber pembiayaan dan sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional tersebut adalah
penanaman modal yang terselenggara melalui berbagai bentuk penanaman modal
baik domestik maupun asing. Dengan demikian, arti penting modal bagi
pembangunan ekonomi negara-negara berkembang termasuk Indonesia, pada
dasarnya adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja, meraih teknologi, dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi. 59 Tujuan penyelenggaraan penanaman
modal di Indonesia adalah :60
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
Salah satu kebijakan pemerintah khususnya di bidang penanaman modal
yang ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional adalah
59
Rosyidah Rakhmawati, Op.cit., hlm. 8.
60
ditetapkan dan dikembangkannya kawasan ekonomi khusus yang
dimaksudkan untuk pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang
bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga
keseimbangan kemajuan suatu daerah. Dalam hal ini, pemerintah
berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal sendiri.
b. Menciptakan lapangan kerja
Tujuan ini tercermin pada salah satu ketetapan yang mengharuskan
perusahaan penanaman modal dalm memenuhi kebutuhan tenaga kerja
mengutamakan tenaga kerja warga negara indonesia dan diwajibkan
meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia melalui
pelatihan kerja serta mewajibkan bagi perusahaan yang mempekerjakan
tenaga kerja asing untuk menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih
teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
Kebijakan yang terkait secara langsung dengan konsep pembangunan
ekonomi berkelanjutan antara lain tercermin dalam ketetapan yang
mewajibkan penanam modal untuk melaksankan tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). Kebijakan lain yang juga terkait hal ini adalah mengenai tanggung jawab penanam modal untuk
menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan
persiangan yang sehat, mencegah praktik monopoli, serta menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
d. Meningkatkan kemampuan daya saing usaha nasional
Hal ini sejalan dengan upaya untuk mendorong perekonomian Indonesia
menuju perekonomian global serta untuk mengantisipasi berbagai
konsekuensi yang harus dihadapi terkait keikutsertaan Indonesia dalam
berbagai kerja sama internasional yang terkait dengan penanaman modal,
baik secara bilateral, regional, maupun multilateral (World Trade
Organization/WTO).
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
Tujuan ini tercermin secara konkret dalam rumusan kebijakan di bidang
penanaman modal, khusunya mengenai kewajiban perusahaan penanaman
modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing untuk menyelenggarakan
pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara
Indonesia sesuai dnegan ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
Tujuan ini tercermin pada kebijakan yang memberikan perlindungan
terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi, dimana
pemerintah diwajibkan menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk
usaha mikro, kecil, dan menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang
terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan mikro,
kecil, dan menengah, dan koperasi. Disamping itu, pemerintah diwajibkan
dan menengah, dan koperasi melalui program kemitraan, peningkatan daya
saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran
informasi yang seluas-luasnya.
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.
Hal ini tercermin pada konsiderans menimbang yang menyebutkan bahwa
untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan
kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan
penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan
ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri.
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Tujuan ini tercermin dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang dasar 1945
yang menyebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Selain itu, keberadaan investasi yang ditanamkan oleh investor terutama
modal asing ternyata memberikan dampak positif di dalam pembangunan. Adi
Harsono mengemukakan dampak dari adanya investasi asing atau perusahaan
asing di berbagai negara yang didasarkan bukti-bukti dari keberadaan investasi
asing atau perusahaan asing, yaitu :61
61
a. Masalah gaji. Perusahaan asing membayar gaji pegawainya lebih tinggi dibandingkan gaji rata-rata nasional. Di Amerika misalnya, perusahaan asing membayar 4% lebih tinggi pada tahun 1989dan 6% lebih tinggi pada tahun 1996 dibandingkan perusahaan domestik.
b. Perusahaan asing menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan perusahaan domestik sejenis. Di Amerika, jumlah lapangan kerja yang diciptakan perusahaan asing mencapai 1,4% per tahun dari 1989 sampai dengan 1996. Bandingkan dengan 0,8% yang diciptakan oleh perusahaan domestik. di Inggris dan Prancis, lapangan kerja di perusahaan asing naik 1,7% per tahun, sebaliknya lapangan kerja di perusahaan domestik justru menyusut 2,7%. Hanya di jerman dan Belanda, perusahaan asing tidak banyak beda dengan perusahaan domestik.
c. Perusahaan asing tidak segan-segan mengeluarkan biaya di bidang pendidikan. Jumlah pelatihan dan penelitian (R&D) di negara tempat mereka menanakan investasinya mencapai 12% dari total pengeluaran R&D di Amerika Serikat, di Prancis 19%, dan 40% di Inggris.
d. Perusahaan asing cenderung mengekspor lebih banyak dibandingkan perusahaan domestik. Tahun 1996, perusahaan asing di Irlandia mengekspor 89% dari produksinya. Bandingkan dengan 34% yang dilakukan perusahaan domestik. Di Belanda, perbandingannya adalah 64% dan 37%, Prancis 35,2% dan 33,6%, dan Jepang 13,1% dan 10,6%
John W. Head juga mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya
investasi asing, yaitu:62
a. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka;
b. menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru;
c. meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya;
d. menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain;
e. Memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor;
f. menghasilkan pendapatkan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah;
g. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatannya daripada semula.
Dampak positif penanaman modal asing juga dikemukakan secara
sistematis oleh William A. Fennel dan Joseph W Tyler, serta Eric M.Burt.
Dampak positif itu meliputi :63
a. Memberi modal kerja;
b. Mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal, dan koneksi pasar;
c. Meningkatkan pendapatan uang asing melalui aktivitas ekspor oleh perusahaan multinasional (multinational enterprise atau MNE); d. penanaman modal asing tidak melahirkan hutang baru;
e. Negara penerima tidak merisaukan atau menghadapi risiko ketika suatu PMA yang masuk ke negaranya, ternyata tidak mendapatkan untung dari modal yang diterimanya, dan;
f. Membantu upaya-upaya pembangunan kepada perekonomian negara-negara penerima.
2. Faktor dan teori yang mempengaruhi penanaman modal asing
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi investor dalam
menanamkan modal di suatu negara. Penanaman modal yang memiliki tujuan
primer untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit oriented) dan tujuan sekunder utnuk memproduksi barang selalu mempertimbangkan berbagai
hal sebelum memutuskan berinvestasi. Untuk itu, pemerintah harus berupaya
memfasilitasi untuk menciptakan suasana yang baik dan kondusif agar investor
tertarik menanamkan modalnya. Dalam menarik penanaman modal, pemerintah
63
harus memperhatikan faktor internal dan eksternal penanaman modal sebagai
berikut :64
a. Faktor internal penanaman modal
1) Prosedur penanaman modal harus sederhana
Para investor umumnya mengeluhkan prosedur penanaman modal yang
dianggap berbelit-belit dan terlalu birokratis. Untuk itu perlu diciptakan
pengurusan prosedur yang lebih mudah melalui one gate services atau
one top services.
2) Kondisi politik dan keamanan yang tidak menentu
Para investor memerlukan jaminan keamanan terhadap modal dan jiwa
mereka. Pertikaian antarsuku di beberapa wilayaah di Indonesia seperti
kasus Ambon, Sampit, Aceh, dan Papua menjadi ancaman bagi investor
asing.
3) Bidang usaha penanaman modal
Bidang usaha penanaman modal harus disesuaikan dengan kebijakan
pemerintah. Bidang usaha yang terbuka maupun tertutup bagi investor
asing harus ditetapkan secara jelas.
4) Kualitas kemampuan dan tenaga kerja yang kurang baik
Faktor buruh menjadi salah satu faktor pertimbangan penting karena
terkait dengan kualitas produksi. Begitu juga dengan upah buruh, etos
kerja, perilaku, dan budaya para tenaga kerja.
5) Hak kepemilikan tanah
Hak kepemilikan tanah ini umumnya sangat sulit diperoleh oleh investor
asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Kekhawatiran bila
investor asing diberi hak untuk memiliki tanah maka berpeluang untuk
menguasai tanah secara besar-besaran yang ditakutkan akan merugikan
kepentingan nasional. Sementara negara-negara lain seperti China,
Thailand, dan Filipina telah mulai menawarkan berbagai hak atas tanah
yang menarik bagi investor asing.
6) Aspek perlindungan hukum dan kepastian hukum
Undang-Undang Penanaman Modal dirasa belum menjamin
perlindungan dan kepastian hukum bagi para investor dengan baik.
Apalagi seiring dengan berganti-gantinya aturan dan kurang sinkronnya
suatu aturan satu sama lain menjadikan investor asing bingung
menafsirkan suatu aturan.
7) Kurangnya berbagai fasilitas insentif
Berbagai fasilitas berupa insentif sangat penting untuk menarik investor
asing. Persaingan semakin ketat di antara negara-negara berkembang
untuk saling menarik investor asing agar arus modal asing masuk ke
negaranya. Hal tersebut menjadikan berbagai negara menawarkan
berbagai insentif.
b. Faktor eksternal penanaman modal
1) Interdependensi antarnegara
Tidak ada suatu negara di dunia ini yang snggup memenuhi kebutuhan
penduduk, kemampuan ilmu pengetahuan, dan lain-lain menjadikan
mereka saling membutuhkan satu sama lain, termasuk untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi negaranya melalui penanaman modal.
2) Globalisasi dan liberalisasi ekonomi internasional
Dengan adanya kesepakatan masyarakat internasional untuk melakukan
globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia maka sektor penanaman modal
menjadi meluas dan nyaris tanpa hambatan. Melalui berbagai komitmen
perjanjian ekonomi internasional seperti General Agreement on Tariff
and Trade (GATT), World Trade Organization (WTO), dan berbagai
persekutuan ekonomi regional seperti Europian Union (EU), European
Free Trade Area (EFTA), North American Free Trade Area (NAFTA),
Asia Pacific Economic Coorporation (APEC), Asean Free Trade Area
(AFTA), dan sebagainya, disepakati utnuk tidak saja membentuk
kawasan perdagangan bebas namun juga kawasan investasi bebas.
3) Persaingan sengit antarnegara berkembang
Komitmen membentuk kawasan perdagangan dan investasi bebas
tersebut semakin menyebabkan persaingan di bidang investasi semakin
tinggi. Terutama antarnegara berkembang, mereka saling berlomba
“mempercantik diri” untuk menarik arus investasi asing negara maju agar
masuk ke negaranya.
Selanjutnya, Soejono menyatakan bahwa sebelum investor asing
menanamkan modalnya di sebuah negara, ada beberapa hal yang umumnya harus
modalnya tersebut. Setiap penanaman modal asing umumnya akan dipengaruhi
oleh :65
a. sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan;
b. sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing;
c. stabilitas politik, stabilitas ekonomi, dan stabilitas keuangan;
d. jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya;
e. adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam
pembuatan hasil produksi;
f. adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk produksi;
g. tanah untuk tempat usaha, struktur perpajakan, pabean, dan bea cukai;
h. perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha.
Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dapat dibagi
dalam dua bagian yaitu faktor di dalam negeri dan di luar negeri.66
a. Faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di dalam negeri, antara
lain adalah:
1) Stabilitas politik dan perekonomian yang sudah menunjukkan kestabilan
yang mantap selama ini;
2) Kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang
secara terus-menerus telah diambil oleh pemerintah dalam rangka
menggairahkan iklim investasi. Dengan langkah-langkah tersebut
berbagai bidang usaha dalam rangka penanaman modal menjadi lebih
terbuka;
65 Ibid.
, hlm. 49.
66
3) Diberikannya fasilitas perpajakan khusus untuk daerah tertentu, seperti
penundaan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia Bagian Timur yang
akan semakin merangsang para investor untuk menanamkan modalnya di
daerah yang belum begitu berkembang;
4) Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas,
bahan tambang, dan hasil hutan maupun iklim daln ketak geografis serta
kebudayaan dan keindahan alam Indonesia tetap menajdi daya tarik
tersendiri yang telah mengakibatkan tumbuhnya proyek-proyek yang
bergerak di bidang industri kimia, industri perkayuan, industri kertas, dan
industri perhotelan (turisme) yang sekarang menjadi sektor primadona
yang banyak diminati para investor baik dalam rangka Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA);
5) Tersedianya sumber daya manusia dengan upah yang kompetitif
memberikan pengaruh terhadap peningkatan minat investor pada
proyek-proyek yang bersifat padat karya, seperti industri tekstil, industri sepatu,
dan mainan anak-anak.
b. Faktor luar negeri yang mempengaruhi perkembangan investasi adalah :
1) Apresiasi mata uang dari negara-negara yang jumlah investasinya di
Indonesia cukup tinggi, yaitu Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan
Taiwan;
3) Meningkatnya biaya produksi di luar negeri, terutama di negara-negara
New Industrialized Countries (NIC’S).
Selain itu, ada beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing
(PMA).67
a. Teori Alan M. Rugman
Alan M. Rugman menyatakan bahwa Penanaman Modal Asing
(PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi. Ada tiga jenis variabel lingkungan
yang menjadi perhatian, yaitu ekonomi, nonekonomi, dan pemerintahan.
Variabel ekonomi menyusun suatu fungsi produksi keseluruhan suatu
bangsa yang didefinisikan meliputi semua masukan faktor yang terdapat
dalam masyarakat. Variabel nonekonomi yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah kondisi budaya dan sosial masyarakat suatu negara. Dalam
kenyataannya, setiap negara sesungguhnya mempunyai faktor spesifik
negara yang khas; tidak ada dua faktor ekonomi dan ekonomi nasional yang
identik. Faktor ketiga adalah variabel pemerintah. Setiap bangsa mempunyai
kekhususan merek politisnya sendiri. Para politisi mencerminkan faktor
spesifik lokasi bangsa dan bahkan menambahkan dengan suatu cara khusus.
Selalu terdapat keragaman dalam campur tangan pemerintah dalam bisnis
internasional.
67
Variabel lain yang mempengaruhi PMA adalah variabel internalisasi,
yaitu keunggulan internal yang dimiliki oleh perusahaan multinasional.
Setiap perusahaan multinasional mempunyai Keunggulan spesifik
Perusahaan (KSP) yang khas yang memberinya suatu keunggulan
kompetensi relatif terhadap perusahaan lain. KSP timbul bila perusahaan
multinasional telah mengembangkan kecakapan khusus atau suatu
keterampilan inti yang tidak terdapat di tempat lain dan tidak dapat
diperbanyak kecuali dalam jangka panjang dan dengan biaya yang tinggi.
b. Teori Vernon
Vernon menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang
disebut Model Siklus Produk. Dalam model ini introduksi dan
pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Dalam tahap
pertama, pada waktu produk pertama kali dikembangkan dan dipasarkan,
diperlukan suatu hubungan yang erat antara kelompok desain, produksi, dan
pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan dilayani produk itu. Dalam
tahap kedua, pada waktu pasar di negara lain mengembangkan karakteristik
serupa dengan yang di pasar dalam negeri, produk tersebut diekspor ke luar
negeri. Perusahaan multinasional akan lebih unggul dari perusahaan lokal di
luar negeri karena perusahaan multinasional itu telah mengadakan dan
mendapatkan kembali biaya pengembangan produk. Pada saat itu,
perusahaan multinasional akan membangun produksi lokal di negara tuan
rumah bila hal ini menghasilkan biaya yang lebih rendah. Dalam tahap
dan bagian pasar perusahaan multinasional menurun relatif terhadap
perusahaan negara tuan rumah. Dalam hal negara tuan rumah mempunyai
keunggulan biaya yang kuat, perusahaan multinasional akan menghentikan
produksi di dalam negeri dan mulai mengimpor produk dari negera tuan
rumah ke dalam negeri.
c. Teori John Dunning
John Dunning menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis. Teori eklektis
menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan bila
sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam penanaman modal asing.
Ketiga persyaratan itu, meliputi keunggulan spesifik perusahaan,
keunggulan internalisasi, dan keunggulan spesifik negara.
1) Keunggulan spesifik perusahaan
Perusahaan harus memiliki keunggulan kepemilikan neto bila berhadapan
dengan perusahaan berkebangsaan lain dalam melayani pasar tertentu
(terutama pasar luar negeri). Keunggulan spesifik perusahaan meliputi :
a) teknologi kepemilikan disebabkan karena kegiatan penelitian dan
pengembangan;
b) keterampilan manajerial, pemasaran, atau lainnya yang spesifik untuk
fungsi organisasi perusahaan;
c) deferensiasi produk, merek dagang, atau nama cap;
e) keperluan modal yang besar utnuk pabrik dengan ukuran efisien
minimum.
2) Keunggulan internalisasi
Dengan mengasumsikan bahwa keunggulan spesifik perusahaan
terpenuhi, maka akan lebih menguntungkan bagi perusahaan yang
memiliki keunggulan internalisasi untuk menggunakannya sendiri,
bukannya menjual atau menyewakannya pada perusahaan luar negeri.
Kondisi yang mendukung internalisasi meliputi :
a) biaya yang tinggi dalam membuat dan melaksanakan kontrak;
b) ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual;
c) kebutuhan untuk mengendalikan penggunaan atau penjualan kembali
produk; dan
d) keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga atau subsidi
ulang.
3) Keunggulan spesifik negara
Keunggulan spesifik negara (lokasi) dari negara tuan rumah dapat
meliputi :
a) sumber daya alami;
b) kekuatan tenaga kerja biaya rendah yang efisisen dan terampil;
c) rintangan perdagangan membatasi impor.
David K. Eiteman mengemukakan tentang penanaman modal asing. Ada
tiga motif yang mendasari penanaman modal asing, yaitu motif strategi,
motif perilaku dan motif ekonomi. Motif strategi dibedakan dalam hal :
1) mencari pasar;
2) mencari bahan baku;
3) mencari efisiensi produksi;
4) mencari pengetahuan; dan
5) mencari keamanan politik.
Motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain
dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau
kelompok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan
dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar
saham perusahaan.
e. Teori Robock & Simmonds
Robock & Simmonds menjelaskan penanaman modal asing melalaui
pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan
internalisasi, model siklus produk, produksi internasional, model
imperialisasi Marxis.
Menurut pendekatan global, kekuatan intern yang mempengaruhi
penanaman modal asing yaitu pengembangan teknologi/produk baru,
ketergantungan pada sumber-sumber bahan baku, memanfaatkan
mesin-mesin yang sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan,
pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan
pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Model siklus produk menerangkan bahwa penanaman modal asing
melalui tiga tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang, tahap
produk yang distandardisasi. Pada tahap produk baru, produk dihasilkan di
dalam negeri sedangkan untuk padar luar negeri dilayani dengan ekspor. ada
tahap produk matang, harga produk menjadi penting. Pasar luar negeri telah
dilayani oleh produk lokal. Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih
penting dan produksi diarahkan pada lokasi/tempat yang biayanya rendah
(kecil) dalam lingkup negara yang berpenghasilan rendah. Disini, barang
diekspor kembali ke negara asal perusahaan multinasional atau ke pasar
lain.
f. Teori Kindleberger
Aspek paling sensitif dalam perekonomian internasional adalah
aspek investasi langsung. Larangan dan pembatasan ditentukan terhadap
investasi dalam garis-garis kegiatan tertentu yang dianggap lemah terhadap
pengaruh asing atau yang dianggap memboroskan sumber daya alam,
perbankan, surat kabar, perdagangan eceran, minuman ringan. Ditentukan
persyaratan-persyaratan bahwa harus ada partisipasi dari pihak dalam
negeri, valuta asing harus dibawa masuk, latihan harus diberikan, suku
Disamping itu, juga terdapat dua teori yang menganalisis faktor
penyebab negara maju menanamkan investasinya di negara berkembang.
Kedua teori itu adalah :68
a. The product cycle theory
The product cycle theory atau teori siklus produk ini dikembangkan Raymond Vernon. Teori ini paling cocok diterapkan pada
investasi asing secara langsung (foreign direct investment) dalam bidang manufacturing yang merupakan usaha ekspansi awal perusahaan
Amerika atau disebut juga investasi horizontally integrated yakni pendirian pabrik-pabrik untuk mambuat barang-barang yang sama atau
serupa dimana-mana. The product cycle theory atau teori siklus produk dinyatakan bahwa setiap teknologi atau produk berevolusi melalui tiga
fase, yaitu fase permulaan atau inovasi, fase perkembangan proses, dan
fase pematangan atau fase standarisasi.
Dalam setiap fase tersebut, berbagai tipe perekonomian negara
mempunyai keunggilan komparatif (a comparative advantage). Pada fase awal, perusahaan-perusahaan negara maju menikmati suatu posisi
monopoli, terutama karena teknologinya. Karena permintaan dari luar
negeri akan produk-produk mereka meningkat, perusahaan-perusahaan
pertama kali mengekspor produknya ke pasar luar negeri. Namun, tidak
lama kemudian terjadinya penyebaran teknologi ke para pesaing luar
negeri yang potensial, adanya rintangan-rintangan yang meningkat
68
“memaksa” diadakannya usaha produksi barang-barang yang sama di
luar negeri. Fase kedua, proses manufacturing terus berkembang dan tempat produksi cenderung berkembang di negara-negara maju lainnya.
Dalam fase ketiga, adanya standardisasi proses manufacturing
memungkinkan peralihan lokasi-lokasi industri ke negara-negara yang
sedang berkembang, terutama negara-negara industri baru (newly industrilizing countries) yang mempunyai keunggulan komparatif berupa tingkat upah yang rendah. Produk-produk dari negara berkembang ini
pun diekspor ke pasar global.
Singkatnya, The Product Cycle Theory membantu menjelaskan sebab-sebab adanya ciri-ciri penting ekonomi dunia kontemporer, yakni
bahwa perusahaan multinasional dan persaingan oligopoli;
perkembangan dan penyebaran teknologi industri merupakan unsur
penentu utama terjadinya perdagangan dan penempatan lokasi-lokasi
aktivitas ekonomi secara global melalui investasi dan timbulnya strategi
perusahaan yang mengintegrasikan perdagangan dan produksi di luar
negeri.
b. The industrial organization theory of vertical integration
Teori ini paling cocok diterapkan pada multinasionalisme baru
dan pada investasi yang terintegrasi secara vertikal, yakni produksi
barang-barang di beberapa pabrik yang menjadi input bagi pabrik-pabrik
lain dari suatu perusahaan. Pendekatan teori ini berawal dari pemahaman
mencakup biaya-biaya lain yang harus dipikul oleh perusahaan lebih
banyak daripada biaya-biaya yang diperuntukkan hanya untuk sekadar
mengekspor barang-barang dari pabrik-pabrik dalam negeri. Oleh karena
itu, perusahaan itu harus memiliki beberapa keunggulan kompensasi atau
keunggulan spesifik bagi perusahaan seperti keahlian teknis manajerial.
Keadaan perekonomian yang memungkinkan perolehan sewa
secara monopoli untuk operasi perusahaannya di negara lain. Aset yang
unik yang pada awalnya dibangun di negaranya sendiri, kemudian dapat
diperalihkan ke negara luar sehingga memungkinkan biaya produksi di
negara luar tersebut menjadi murah dan memberikan kemampuan untuk
berkompetensi secara sukses dengan perusahaan-perusahaan tuan rumah.
Menurut teori organisasi industri integrasi vertikal, investasi
dilakukan dengan cara integrasi secara vertikal, yakni dengan
menempatkan beberapa tahapan produksi di beberapa lokasi yang
berbeda-beda di seluruh dunia. Motivasi utamanya adalah :
1) untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah;
2) kebijaksanaan pajak lokal;
3) untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan
lain. Artinya dengan investasi di luar negeri, ini berarti
perusahaan-perusahaan multinasional tersebut telah merintangi kedatangan
pesaing-pesaing dari negara-negara lain sehingga monopoli dapat
3. Prinsip-prinsip pengaturan kegiatan penanaman modal asing
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila
faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara
lain melalui perbankan, koordinasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah,
penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal,
biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di
bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai
faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik
secara signifikan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.69
a. Asas kepastian hukum
Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah asas dalam negara
hukum yang meletakkan hukum dari ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang
penanaman modal.
b. Asas keterbukaan
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah asas yang terbuka terhadap
hak masyarakat untuki memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.
c. Asas akuntabilitas
Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas yang menetukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman
modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
69
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara
Yang dimaksud dengan asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan
asal negara adalah asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan baik antara penanam modal dalam
negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu
negara asing dan penanam modal dari negara asing lain.
e. Asas kebersamaan
Yang dimaksud dengan asas kebersamaan adalah asas yang mendorong
peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dengan kegiatan
usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
f. Asas efisiensi berkeadilan
Yang dimaksud dengan asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang
mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi
berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,
kondusif, dan berdaya saing.
g. Asas berkelanjutan
Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan adalah asas yang secara
terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui
penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam
segala aspek kehidupan baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
Yang dimaksud dengan asas berwawasan lingkungan adalah asas
penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan
mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
i. Asas kemandirian
Yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah asas penanaman modal
yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara
dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya
pertumbuhan ekonomi.
j. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Yang dimaksud dengan asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan
ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.
Dari sekian prinsip-prinsip tersebut, ada satu prinsip yang benar-benar
relevan dengan era globalisasi atau pasar bebas, yaitu perlakuan non diskriminasi
terhadap penanam modal atau investor yang berasal dari negara manapun yang
melakukan kegiatan penanaman modal atau investasi di Indonesia, kecuali bagi
penanam modal atau investor dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa
berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.
Di samping asas-asas tersebut, undang-undang penanaman modal di
Indonesia dibangun di atas prinsip-prinsip penanaman modal sebagai berikut :70
a. Perlakuan sama dalam bidang usaha
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (UUPM) menetapkan perlakuan sama antara penanaman
modal asing dan penanaman modal dalam negeri dengan tetap mengacu
kepada kepentingan nasional. Kaidah dalam Pasal 4 ayat (2) mengandung
dua variabel yang harus dimaknai secara utuh, yakni kewajiban memberikan
perlakuan yang sama dan mengacu pada kepentingan nasional. Hal ini
berarti perlakuan yang sama tersebut tidak bisa dipidahkan dengan
kepentingan nasional. Artinya, dalam keadaan-keadaan tertentu perlakuan
sama tersebut tidak dapat diterapkan dalam penanaman modala sing.
Tentunya pengecualian semacam ini harus disesuaikan dengan kesepakatan
internasional.
Jika dipahami secara menyeluruh, sebenarnya UUPM tidak
memberikan perlakuan yang benar-benar sama antara PMA dan PMDN.
Beberapa ketentuan dari UUPM tersebut membebankan sejumlah
pembatasan penanaman modal terhadap PMA, salah satu diantaranya adalah
pembatasan bidang usaha pada PMA. Pasal 12 UUPM sebenarnya tidak
membuka seluruh bidang usaha kepada investor asing. Bidang usaha yang
terkait langsung dengan keamanan negara, seperti produksi senjata, mesin,
alat peledak, dan peralatan perang dan bidang usaha yang secara eksplisit
dalam undang-undang dinyatakan tertutup, tidak dibenarkan lagi penanaman
modal asing.
Pasal 12 ayat (4) UUPM memberikan hak kepada pemerintah untuk
menetapkan syarat-syarat penanaman modal pada bidang usaha yang
terbuka bagi penanaman modal. Selanjutnya pada ayat (5) ditetapkan
kriterian kepentingan nasional yang harus diperhatikan dalam menetapkan
persyaratan penanaman modal, yakni perlindungan sumber daya alam,
perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menegah, dan koperasi,
pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi,
partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang
ditunjuk Pemerintah.
Persyaratan-persyaratan yang dikenakan terhadap penanaman modal
ini bisa beragam bentuknya, misalnya persyaratan joint venture (pembatasan
kepemilikan saham asing), kemitraan dengan usaha kecil, menengah, dan
koperasi, alih teknologi, dan persyaratan bidang lingkungan hidup.
c. Perlakuan khusus terhadap negara-negara tertentu
Pasal 6 ayat (2) UUPM menerapkan perlakuan diskriminatif dengan
adanya perlakuan khusus kepada negara-negara tertentu berdasarkan
perjanjian dengan Indonesia. sasaran dari perlakuan khusus ini adalah
negara-negara yang terikat perjanjian penanaman modal secara bilateral,
regional, maupun multilateral dengan Indonesia.
d. Fasilitas penanaman modal
UUPM mengatur tentang fasilitas penanaman modal pada Bab X
mulai dari Pasal 18 sampai dengan pasal 24. Bentuk fasilitas penanaman
meliputi kemudahan perpajakan, hak transfer dan repatriasi, amortisasi yang
dipercepat, kemudahan perizinan, kemudahan bea masuk, dan fasilitas hak
atas tanah.
B.Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)
1. Sejarah perkembangan dan tujuan pembentukan MIGA
a. Sejarah perkembangan MIGA
Proposal pembentukan MIGA telah diajukan pada saat
berlangsungnya rapat antara World Bank dan International Monetary Fund
(IMF) pada tahun 1985 di Seoul, Korea Selatan, walaupun rencana
pembentukan yang serupa tersebut tidaklah berhasil beberapa tahun yang
lalu. Atas desakan Amerika Serikat dan negara maju lainnya, Konvensi
MIGA kemudian mendapat mandat langsung dalam mendukung reformasi
kebijakan ekonomi di negara penerima.71
MIGA dibentuk berdasarkan suatu konvensi multilateral yang
diorganisasikan oleh Bank Dunia (World Bank). Sebenarnya ide pembentukan MIGA bukanlah ide baru sebab sejak sekitar tahun 1948 telah
muncul ide untuk mendirikan badan internasional yang dilakukan terutama
di negara-negara berkembang. Ide tersebut kemudian sering dibicarakan
dalam forum internasional, seperti : Bank Dunia, OECD, MEE, dan
UNCTAD dalam dua dekade yaitu 1960 dan 1970. Setelah melalui
serangkaian studi yang mendalam dan konsultasi dari pemerintah
negara- 71
negara Bank Dunia, kalangan usahawan, serta berbagai asosiasi profesi,
maka dimulailah negosiasi penyusunan konvensi pembentukan MIGA dari
bulan Juni sampai dengan Desember 1985.
Pada tanggal 11 Oktober 1985, konvensi tersebut dibuka untuk
ditandatangani World Bank’s Governors bersamaan waktunya dengan pertemuan tahunan yang diselenggarakan di Seoul. Pada tanggal 15-19
September 1986, suatu Preparatory Committee yang terdiri dari 44 perwakilan negara-negara penandatanganan Seoul Convention mengadakan pertemuan di Washington. Pada pertemuan tersebut disepakati untuk
menyusun suatu perangkat kebijakan operasionalisasi dan keuangan MIGA.
Diputuskan bahwa MIGA akan mulai beroperasi segera setelah Seoul
Convention tersebut enter into force yaitu apabila konvensi tersebut telah diratifikasi oleh 20 negara yaitu 5 negara industri maju (pengekspor modal)
dan 15 negara berkembang (pengimpor modal). Sampai dengan tanggal 5
Juni 1987, tercatat 58 negara yang telah menandatangani terdiri dari 12
negara industri dan 46 negara berkembang. Dari negara tersebut, negara
yang telah meratifikasi barulah berjumlah 14 negara termasuk di dalamnya
Indonesia. Jumlah tersebut belum cukup untuk menghantarkan MIGA ke
tahap operasional.72
72
Berikut ini adalah sejarah perkembangan MIGA sejak
pembentukannya (secara kronologis) :73
1) Tahun 1998 : MIGA didirikan. Yoshio Terasawa terpilih sebagai Wakil
Presiden Eksekutif yang pertama, dan Foreign Investment Advisory Services (FIAS) didirikan sebagai hasil joint venture antara MIGA dan
International Finance Corporation (IFC).
2) Tahun 1990 : MIGA memberikan kontrak jaminan investasi yang
pertama dalam mendukung empat proyek dengan nilai sebesar 1,04
milyar dollar AS di bidang penananam modal secara langsung. Kontrak
reasuransi yang pertama kali ditandatangani bersama dengan agen
nasional yaitu Export Credit Agency of Canada dan the Overseas Private Investment Corporation of the United States (OPIC). MIGA mengadakan konferensi promosi investasi yang pertama di Ghana.
3) Tahun 1991 : Jumlah anggota MIGA telah mencapai 100 negara
4) Tahun 1992 : Akira Iida ditunjuk sebagai Wakil Presiden Eksekutif
MIGA.
5) Tahun 1994 : MIGA bergabung di Berne Union. MIGA memfokuskan diri pada kegiatan bantuan teknis terutama dalam hal promosi investasi.
6) Tahun 1996 : MIGA meluncurkan IPAnet yaitu sebuah media berbasis internet untuk pertukaran informasi global, jaringan komunikasi, dan
dunia perdagangan.
73
7) Tahun 1997 : Kontrak yang pertama diadakan berdasarkan MIGA’s Cooperative Underwriting Program (CUP) untuk proyek pembangkit listrik di Indonesia. Selain itu, dana jaminan investasi sebesar 12 milyar
dollar AS diberikan untuk Bosnia dan Herzegovina dalam membentuk
EU Investment Trust Fund dan 20 juta dollar AS juga diberikan untuk jaminan West Bank and Gaza Investment Guarantee Trust Fund.
8) Tahun1998 : Motomichi Ikawa mengambil alih sebagai Wakil Presiden
Eksekutif MIGA. Majelis Gubernur mengadopsi sejumlah resolusi
untuk peningkatan modal sekitar 850 juta dollar AS, didukung oleh
dana sebesar 150 juta dollar AS yang ditransfer dari IBRD ke MIGA.
Penggandaan modal MIGA menjadi 2 milyar dollar AS menjadikan
MIGA dapat memberikan dan memperluas jasanya ke negara-negara
berkembang. Selain itu, MIGA mengadakan simposium pertama
dengan Universitas Georgetown mengenai bidang risiko politik
internasional. Simposium tersebut menjadi event yang berpengaruh yang diadakan setiap dua tahunan.
9) Tahun 1999 : MIGA untuk pertama kali memberikan jaminan yang
melebihi 1 milyar dollar AS setiap tahunnya yang secara keseluruhan
mencapai 1.3 milyar dollar AS dan MIGA menyetujui Environmental Assessment and Disclosure Policy dan menerapkan standar lingkungan untuk semua proyek MIGA yang baru.
10) Tahun 2000 : Pemerintah Ethiopia menunjuk MIGA sebagai mediator
asing terhadap proyek-proyek yang tidak dijamin oleh MIGA. Pada
tahun ini, Keanggotaan MIGA telah mencapai 150 negara dan MIGA
membayar ganti rugi atas tuntutan untuk pertama kalinya.
11) Tahun 2010 : Pengadaan jaminan mencapai 2 milyar dollar AS. Empat
proyek yang didukung MIGA termasuk proyek telekomunikasi di
Brazil dan proyek pertambangan di Rusia memperoleh penghargaan
industri (industry awards). Investment Promotion Toolkit diluncurkan. 12) Tahun 2002 : MIGA mengadakan survei investor terhadap penyerangan
11 September 2001. Disamping itu, Project Finance Magazine
menyatakan proyek yang didukung MIGA sebagai “The Asia-Pacific Transport Deal of the Year 2001".
13) Tahun 2003 : Dua proyek yang didukung MIGA yaitu proyek
pembangkit listrik di Turki dan proyek renovasi rumah sakit di
Romania menerima penghargaan “Deal of the Year”.
14) Tahun 2004 : Yukiko Omura mengambil alih sebagai Wakil Presiden
Eksekutif.
15) Tahun 2005 : MIGA meluncurkan Program Investasi Kecil untuk
mendukung kegiatan investasi di perusahaan-perusahaan kecil dan
menengah. MIGA juga meluncurkan Fasilitas Jaminan Investasi
Afganistan untuk mendukung kegiatan penanaman modal asing secara
langsung di negaranya. Proyek yang didukung MIGA tersebut juga
16) Tahun 2006 : MIGA mendukung proyek di El Salvador yang menjual
gas karbon yang diperoleh dari pengurangan emisi gas rumah kaca.
MIGA juga mendukung proyek pertamanya dengan fasilitas baru di
Afganistan dalam mempromosikan pembangunan di sektor produksi
kapas.
17) Tahun 2007 : MIGA mendukung proyek pertamanya yang didanai
melalui sistem pembiayaan Islam dengan memberikan jaminan kepada
sebuah pelabuhan di Djibouti. MIGA juga meluncurkan
PRI-Center.com, sebuah portal penyediaan informasi risiko politik dan
asuransi, untuk meningkatkan pemberian jasa informasi kepada investor
yang ada di FDI.net, yang menyediakan akses kepada investor dalam
mencari informasi mengenai penanaman modal asing secara langsung.
18) Tahun 2008 : Jaminan yang diberikan mencapai 2.1 milyar dollar AS.
Empat proyek yang didukung MIGA di Uganda, Djibouti, Costa Rica,
and Kazakhstan mendapatkan penghargaan industri terbaik. Selain itu,
Jasa Pelayanan Bantuan Teknis MIGA berintegrasi dengan FIAS,
sebuah lembaga pembiayaan untuk program perubahan iklim investasi
World Bank. Pada tahun ini, Izumi Kobayashi terpilih sebagai Wakil Presiden Eksekutif MIGA.
19) Tahun 2009 : Dewan Direksi MIGA menyetujui perubahan substansi
terhadap peraturan operasional MIGA yang meliputi sejumlah tindakan
termasuk jenis jaminan baru yaitu jaminan terhadap tindakan
tersebut mewakili perluasan yang signifikan dari MIGA’s business toolkit sejak 1988. Dukungan MIGA terhadap investor tahun ini adalah sebesar 1.2 milyar dollar AS dalam pemberian jaminan untuk
mendukung ekonomi riil di Kawasan Eropa dan Asia tengah yang
terkena serangan krisis finansial. MIGA juga meluncurkan World Investment and Political Risk sebagai laporan tahunan.
20) Tahun 2010 : Komite Basel dalam Pengawasan Perbankan
mengklasifikasi MIGA sebagai “highly-rated multilateral” dengan mengakui nilai kelebihan jaminan MIGA dari perbankan. MIGA juga
meluncurkan Asia Hub untuk memperluas kehadiran fisik di dalam kawasan.
21) Tahun 2011 : Majelis Gubernur menyetujui pengamandemenan
Konvensi MIGA untuk mempercepat efektivitas MIGA sebagai
penyediaan asuransi risiko politik multilateral.
22) Tahun 2013 : Keiko Honda terpilih sebagai Wakil Presiden Eksekutif
MIGA. MIGA memperluas cakupan jaminan tindakan pemerintah yang
tidak memenuhi kewajiban finansial yang kemudian juga mencakup kewajiban finansial dari perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah.
Sampai saat ini, MIGA telah beranggotakan 179 negara yang terdiri
dari 154 negara maju (developed countries) yang tersebar di Asia dan Pasifik, Eropa dan Asia Tengah, Amerika Latin dan Karibia, Timur Tengah
b. Tujuan pembentukan MIGA
Sebagai salah satu anggota Bank Dunia, MIGA memiliki misi utama
dalam mempromosikan kegiatan penanaman modal asing secara langsung
ke negara-negara yang sedang berkembang untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.74 MIGA mempromosikan kegiatan penanaman modal asing secara
langsung dengan menyediakan asuransi atau jaminan asuransi politik untuk
investor dan pemberi pinjaman, dan menyediakan penelitian dan
pengetahuan mengenai risiko politik dan industri asuransi risiko politik.75
Tujuan utama dari MIGA adalah untuk mempromosikan arus sumber
daya investasi untuk tujuan yang produktif di negara-negara yang sedang
berkembang dengan menawarkan asuransi risiko politik jangka panjang dan
dengan menyediakan jasa penasihat dan konsultasi.76 Untuk mencapai
tujuan tersebut, lembaga ini berupaya memajukan sikap saling pengertian
dan kepercayaan antara negara tuan rumah dengan investor asing,
meningkatkan kesadaran akan kesempatan-kesempatan penanaman modal
serta meningkatkan aliran informasi, pengetahuan, dan keahlian dalam
proses penanaman modal. Dalam hal itu secara khusus MIGA akan
menjamin penanaman modal yang layak (eligible) terhadap
kerugian-
74 MIGA, “Overview”, http://www.miga.org/investmentguarantees/index.cfm (diakses
pada tanggal 7 September 2013). 75
MIGA, “An Overview of MIGA”, http://siteresources.worldbank.org/FINANCIAL SECTOR/Resources/Session8_b_GeroVerheyen.pdf (diakses pada tanggal 7 September 2013), hlm. 4.
76
kerugian yang berasal dari risiko-risiko non komersial dan melaksanakan
berbagai penelitian dan kegiatan-kegiatan promosi.77
Menurut Konvensi MIGA, sasaran dari MIGA ditujukan dalam
mendukung arus investasi untuk tujuan yang produktif di antara
negara-negara anggota dan khususnya untuk membangun negara-negara-negara-negara anggota.
Dalam mencapai sasaran tersebut, MIGA wajib :78
1) Memberikan jaminan, termasuk koasuransi dan reasuransi, melawan
risiko non komersial sesuai dengan kegiatan investasi di negara anggota
yang mana arus modalnya berasal dari negara anggota lain;
2) Melaksanakan kegiatan tambahan yang sesuai dalam mempromosikan
arus investasi ke dan di antara negara-negara anggota yang sedang
berkembang; dan
3) Melaksanakan kekuasaan-kekuasaan lainnya yang diperlukan atau
diinginkan sebagai akibat pendorongan dari sasaran tersebut.
Maksud dari “investasi untuk tujuan yang produktif” di atas
menekankan konsentrasi MIGA pada proyek dan program konkret di semua
sektor ekonomi. Dalam menjamin investasi di negara anggota dari risiko
non komersial, MIGA melaksanakan kegiatan tambahan untuk
mempromosikan arus investasi.79
Selain itu, MIGA juga melakukan penelitian, melaksanakan kegiatan
untuk mendorong laju investasi dan menyebarluaskan informasi mengenai
77
Rosyidah Rakhmawati, Op.cit., hlm. 39.
78
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter I, Article 2.
79
kesempatan investasi di negara-negara berkembang yang menjadi anggota
dengan tujuan untuk memperbaiki iklim investasi asing yang akan datang ke
negara-negara tersebut. MIGA atas permintaan anggota juga menyediakan
penasihat teknis dan bantuan teknis untuk memperbaiki syarat-syarat
investasi di wilayah negara anggota. Disamping itu, MIGA juga akan
mendorong penyelesaian sengketa berdasarkan kesepakatan antara investor
dan host country. Selanjutnya, MIGA juga berusaha untuk mengadakan perjanjian-perjanjian dengan negara-negara berkembang yang menjadi
anggota dan khususnya dengan calon host country yang akan menjamin MIGA berkenaan dengan penanggungan investasi, memiliki perlakuan yang
baik sepanjang yang disetujui oleh anggota yang bersangkutan. MIGA
selanjutnya akan mendorong dan memfasilitasi pencapaian perjanjian antara
negara-negara anggotanya dalam promosi dan perlindungan investasi.80
2. Struktur organisasi MIGA
Berdasarkan ketentuan yang diatur di dalam Konvensi MIGA, MIGA
sebagai sebuah organisasi internasional haruslah memiliki Dewan Gubernur,
Direksi (Dewan Pengurus), Presiden dan Staf untuk melakukan tugas
sebagaimana yang telah ditentukan dalam Konvensi MIGA.81 Dewan Gubernur
dan Dewan Pengurus (Direksi) mewakili negara anggota dalam menjalankan
program dan kegiatan MIGA. Kekuatan utama MIGA terletak pada Dewan
Gubernur yang medelegasikan sebagian besar wewenangnya kepada Dewan
80
Erman Radjagukguk, Op.cit., hlm. 237.
81
Pengurus (Direksi). Besaran hak suara disesuaikan dengan besarnya modal yang
dimiliki oleh masing-masing Direksi. Direksi mengadakan rapat secara berkala di
Markas Besar MIGA di Washington D.C dimana mereka akan mengkaji dan
memutuskan proyek investasi yang akan dijamin dan meninjau kebijakan
manajemen umum.82
1) Dewan Gubernur
Semua wewenang MIGA terletak pada Dewan Gubernur, kecuali
wewenang yang berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Konvensi MIGA,
secara khusus dilimpahkan kepada organ lain. Dewan Gubernur dapat
mendelegasikan wewenang kepada Dewan Pengurus (Direksi) untuk
melaksanakan wewenang tersebut, kecuali wewenang untuk:83
a) menerima anggota baru dan menentukan persyaratan atas penerimaan
mereka;
b) menangguhkan anggota;
c) memutuskan pengurangan dan penambahan modal;
d) meningkatkan batas jumlah keseluruhan kewajiban;
e) menetapkan anggota sebagai anggota negara berkembang;
f) menggolongkan anggota baru apakah termasuk kategori I atau kategori II
untuk tujuan pemungutan suara atau menggolongkan kembali anggota
yang telah ada untuk tujuan yang sama;
g) menentukan jumlah kompensasi Direksi dan Pengganti mereka;
h) menghentikan operasi dan membubarkan MIGA;
82
MIGA, “Overview”, Loc.cit.
83
i) membagikan aset kepada anggota apabila terjadi pembubaran; dan
j) mengamandemen Konvensi MIGA, Tambahan dan Daftarnya.
Dewan Gubernur terdiri dari seorang gubernur dan seorang
pengganti yang dipilih oleh setiap anggota dengan cara sebagaimana yang
telah ditentukan. Pengganti tidak dapat dipilih kecuali dalam ketidakhadiran
Gubernur. Dewan Gubernur harus memilih satu dari para gubernur sebagai
ketua.84 Selain itu, Dewan Gubernur wajib mengadakan pertemuan tahunan
dan pertemuan lainnya seperti yang ditetapkan oleh Dewan Gubernur atau
yang ditetapkan oleh Direksi. Direksi harus mengadakan rapat Dewan
Gubernur apabila diminta oleh lima negara anggota atau oleh anggota yang
memiliki 25 persen dari total hak suara.85
2) Dewan Pengurus (Direksi)
Dewan Pengurus harus bertanggung jawab untuk operasi umum
MIGA dan harus mengambil segala tindakan yang diperlukan atau diizinkan
dalam pemenuhan tanggung jawabnya. Dewan Pengurus terdiri dari
sekurang-kurangnya dua belas orang direktur. Jumlah anggota direksi dapat
disesuaikan oleh Dewan Pengurus apabila terjadi perubahan dalam
keanggotaan. Setiap Direktur dapat menunjuk seorang Pengganti dengan
kewenangan penuh dalam hal ketidakhadiran Direktur atau Direktur tidak
mampu untuk bertindak. Presiden World Bank berdasarkan jabatannya dapat menjadi Ketua Dewan Pengurus, tetapi ia tidak memiliki hak suara kecuali
84
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 31 Section (b).
85
suara untuk putusan final apabila terdapat hasil yang sama. Selain itu,
Dewan Gubernur wajib menentukan masa jabatan direktur. Dewan Pengurus
yang pertama harus diangkat oleh Dewan Gubernur dalam rapat
perdananya.86
Dewan Pengurus wajib mengadakan rapat apabila dipanggil oleh
Ketuanya yang bertindak baik atas inisiatif sendiri atau atas permintaan dari
tiga Direktur. Sampai dengan Dewan Gubernur dapat memutuskan bahwa
MIGA akan memiliki Dewan Pengurus yang berfungsi secara terus
menerus, Direktur dan Penggantinya wajib menerima ganti rugi atas biaya
menghadiri pertemuan Dewan Pengurus dan pemberhentian fungsi jabatan
lainnya atas nama MIGA. Terhadap pembentukan Dewan Pengurus secara
terus menerus tersebut, Direktur dan Penggantinya harus menerima
remunerasi sebagaimana yang ditentukan oleh Dewan Pengurus.87 Dari
keseluruhan jumlah Direktur, 25% darinya dapat dipilih secara terpisah oleh
satu dari masing-masing anggota yang memiliki saham terbesar. Sisanya
dapat dipilih oleh negara anggota lain.88
3) Presiden dan Staf
Presiden dapat melaksanakan tugasnya di bawah pengawasan umum
Dewan Pengurus. Ia harus bertanggung jawab terhadap organisasi,
86
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 32 Section (a), (b), (c).
87
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 32 Section (d), (e).
88
pengangkatan dan pemberhentian staf.89 Pemberhentian staf dimaksudkan
agar jumlah staf tetap dapat berada pada tingkat yang rendah sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dan kelangsungan hidup MIGA.90 Presiden akan
dipilih oleh Dewan Pengurus berdasarkan pencalonan dari Ketua. Dewan
Gubernur akan menentukan gaji dan ketentuan kontrak bagi Presiden.91
Dalam hal pemberhentian jabatannya, Presiden dan Staf berhutang
kewajiban sepenuhnya kepada MIGA dan bukan kepada badan lain. Setiap
anggota MIGA wajib menghormati karakter internasional dari kewajiban ini
dan wajib menahan diri dari segala upaya dalam mempengaruhi Presiden
atau Staf tersebut dari pengakhiran kewajiban mereka. Dalam
pengangkatan Staf, Presiden harus memperhatikan pentingnya merekrut
personel dari wilayah geografis yang seluas mungkin untuk menjamin
standar tertinggi dari efisiensi dan kemampuan teknis. Presiden dan staf
harus senantiasa menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam
menjalankan operasi MIGA.92
Presiden dan Staf MIGA tidak boleh mencampuri masalah politik
setiap negara anggota. Tanpa mengurangi hak MIGA dalam mengambil
tindakan atas seluruh keadaan yang berhubungan dengan investasi, maka
mereka tidaklah boleh dipengaruhi oleh sifat politis dari negara anggota
89
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 33 Section (a).
90
Commentary on the Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 59.
91
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 33 Section (b).
92
dalam pengambilan keputusan. Pertimbangan yang relevan dalam pengambilan keputusan haruslah diambil secara sepihak dalam mencapai
tujuan MIGA.93
3. Ratifikasi konvensi MIGA oleh Indonesia
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency
(Konvensi MIGA) sebagai hasil Sidang Tahunan International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) di Seoul, Korea Selatan pada tahun 1985 telah ditandatangani oleh Delegasi Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal
27 Juni 1986 di Washington D.C, Amerika Serikat. Dengan demikian, sesuai
dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan
Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960, maka MIGA Convention
diratifikasi pada tanggal 18 Juli 1986 dengan Keputusan Presiden (Keppres) No. 31
Tahun 1986 tentang Pengesahan Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 45.
Adapun latar belakang diadakannya konvensi ini dijabarkan dalam
pembukaan (Preamble) antara lain dikemukakan, meyakini bahwa Badan Penjamin Penanaman Modal Multilateral (Multilateral Investment Guarantee Agency) dapat memainkan peranan penting untuk mendorong penanaman modal asing melalui
program-program penjaminan penanaman modal baik yang bersifat nasional
93
Convention Establishing the Multilateral Investment Guarantee Agency, Chapter V, Article 34.
maupun regional serta program penjaminan risiko non komersial yang mungkin akan
dihadapi oleh pihak investor.94
Dengan demikian, Konvensi MIGA telah mengikat dan berlaku di Indonesia
dan MIGA sebagai sebuah lembaga internasional di bawah naungan Bank Dunia
berkewajiban untuk melindungi dan menjamin kegiatan penanaman modal asing di
Indonesia dari segala risiko politik atau non komersial. Pengratifikasian Konvensi
MIGA ini diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan investor asing untuk
menanamkan modalnya di Indonesia.
C.Peran dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Secara Langsung (Foreign Direct Investment)
1. Peran MIGA dalam menjamin risiko investasi
Ketika merencanakan pelaksanaan investasi langsung di luar negeri,
perusahaan multinasional menggunakan asuransi risiko politik (political risk insurance) untuk meningkatkan kepercayaan mereka di pasar yang dirasa memiliki risiko lebih besar daripada pasar dalam negeri. Penyedia asuransi risiko
politik akan membantu mereka menghindari kerugian potensial atau membayar
ganti rugi dalam hal terdapat kerugian yang dijamin akibat risiko politik.
Beberapa lembaga multilateral, seperti MIGA, menyediakan asuransi risiko
politik tersebut dan biasanya memiliki program khusus untuk investor kecil dan
menengah, perusahaan, dan perbankan yang berasal dari negara yang sedang
94
berkembang.95 Peran MIGA dalam menjamin risiko investasi jelas terlihat dalam
jaminan yang diberikan terhadap negara-negara yang terkena dampak konflik.
Kerugian konflik global setiap tahunnya diperkirakan mencapai US$ 100
milyar. Dengan beberapa pengecualian, negara yang terkena dampak adalah
negara yang berada di level antara kurang berkembang dan termiskin di dunia. Di
Afrika, Timur Tengah, dan daerah lainnya, konflik telah menjadi kendala utama
dalam melahirkan kemiskinan, menghentikan peningkatan sosial, dan mencegah
pertumbuhan ekonomi. Keperluan bagi negara sesudah konflik sangatlah banyak.
Infrastruktur utama seperti rumah, sekolah, pabrik, jaringan komunikasi, jalan,
dan rantai perdagangan telah hancur, mata uang asing melemah, kematian,
pemutusan hubungan kerja, dan kekurangan pelatihan tenaga kerja telah
menyebabkan penurunan kualitas sumber daya manusia. Begitu juga dengan
institusi yang lemah dengan disfungsi keuangan, pemerintah, dan penegak hukum
yang mempersulit usaha perbaikannya.
Dalam keadaan demikian, kehadiran investasi asing langsung dapat
memberikan dampak yang kuat dan positif dalam membangun kembali negara
yang terkena dampak konflik, membawa modal privat, teknologi, dan skill baru,
serta memicu pemisahan domestik lokal. Kegiatan investasi asing juga dapat
meningkatkan kepercayaan di sebuah negara sebagai tujuan investasi yang mana
mendukung investor memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang
terbentuk oleh proses pembangunan kembali tersebut. Akan tetapi, konflik yang
terjadi bertahun-tahun dapat mempengaruhi persepsi investor akan risiko-risiko,
95
khususnya risiko yang bersifat non komersial. MIGA dibentuk pada tahun 1988
untuk mengurangi risiko-risiko tersebut dan mendukung kegiatan investasi asing
langsung melalui adanya ketentuan pemberian asuransi risiko politik untuk
proyek-proyek yang bersifat membangun.
MIGA memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan investasi
asing langsung kembali dalam sebuah negara setelah konflik berakhir. MIGA juga
memegang peranan penting dalam situasi pasca konflik dengan menyediakan
perlindungan di negara-negara dimana penjamin (pemberi asuransi) lain tidak
bersedia untuk menyediakan jasanya.
Jaminan MIGA sangatlah penting ketika investor memerlukan jaminan
asuransi yang ditawarkan dan investasi swasta juga diperlukan untuk membantu
mempererat perdamaian yang sempat rapuh. Jaminan MIGA dapat membantu
dengan membuat proyek investasi menjadi lebih menarik bagi pemberi pinjaman
dengan mengurangi tingkat risiko secara keseluruhan. Sebagai contoh, guna
mempromosikan perdamaian dan menstimulasi pembangunan dan kerja sama
dengan lembaga lainnya, MIGA telah mendirikan dana perwalian untuk
Bosnia-Herzegovina, Afganistan, dan untuk West Bank dan Gaza yang mana
mengizinkan MIGA untuk memfasilitasi keperluan mendesak investasi asing yang
tak terpisahkan dengan lingkungan yang berisiko.96
MIGA menjalankan misinya dengan menyediakan jaminan asuransi risiko
politik ke sektor privat investor dan pemberi pinjaman. Jaminan MIGA
melindungi investasi dari risiko non komersial dan dapat membantu investor
96
memperoleh akses sumber pendanaan dengan syarat dan ketentuan keuangan yang
telah disesuaikan. Sejak pembentukannya di tahun 1988, MIGA telah memberi
jaminan asuransi risiko politik sebesar US$ 28 milyar untuk proyek di berbagai
sektor mencakup seluruh kawasan di dunia.97
MIGA juga fokus dalam menjamin investasi di negara-negara yang
memenuhi persyaratan yang memperoleh bantuan dari International Development Association (IDA) dimana anggotanya merupakan negara-negara termiskin di dunia, daerah-daerah yang terkena dampak konflik, memiliki masalah yang
kompleks di bidang infrastruktur dan industri yang menghasilkan bahan baku
terutama proyek yang berdampak sosial lingkungan, dan south-south investment
yaitu investasi dari satu negara berkembang ke negara berkembang lainnya.
Dalam usaha menjamin risiko investasi tersebut, MIGA juga membuat laporan
tahunan World Investment and Political Risk yang berfungsi untuk memeriksa pergerakan umum ekonomi global dan kegiatan investasi asing langsung, persepsi
badan usaha atas risiko politik, dan strategi pergurangan risiko begitu juga
termasuk perkembangan mutakhir dalam industri asuransi risiko politik.98
2. Peran MIGA dalam mendorong investasi di negara berkembang
Negara-negara berkembang sedang mengambil langkah dalam membuka
pasar domestik untuk kegiatan investasi asing langsung dan meningkatkan
97
MIGA ,“Overview”, Loc.cit. 98
transparansi untuk investor, tetapi sejumlah tindakan pemerintah yang merugikan
telah memperjelas adanya kekhawatiran akan risiko politik.99
Risiko politik seakan memburuk dengan adanya sejumlah kecenderungan
global. Hal ini meliputi pertumbuhan populasi yang cepat ditambah dengan
tingginya populasi orang muda dan rendahnya lapangan pekerjaan di negara
berkembang, ketimpangan/kesenjangan pendapatan, urbanisasi, krisis persediaan
air dan pangan, peningkatan permintaan atas sumber daya alam, harga komoditas
yang tidak menentu, pemerintahan yang tidak stabil, ketidakseimbangan fiskal,
dan sejenisnya. Bersamaan dengan semakin luasnya akses informasi dan teknologi
informasi, faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi risiko politik dan pola
investasi perusahaan pada gilirannya.100 Dengan demikian, dapatlah disimpulkan
bahwa risiko politik sangat tinggi di negara-negara berkembang sehingga akan
menghambat masuknya arus penanaman modal asing secara langsung ke host
country.
Selain itu, proses pemulihan ekonomi dewasa ini dipelopori oleh negara
berkembang yang mana diharapkan tetap dapat menjadi tujuan yang menarik bagi
kegiatan investasi asing langsung. Berdasarkan Laporan World Investment and Political Risk 2010 dari MIGA, kegiatan investasi asing langsung di negara berkembang meningkat sebesar 17% sepanjang tahun 2010. Risiko politik tetap
menjadi perhatian utama bagi investor asing yang menanamkan modalnya di
negara berkembang selama 3 tahun ke depan, dan kebangkitan investasi asing
langsung tersebut memerlukan tindakan pengurangan risiko secara berkelanjutan
99
termasuk asuransi risiko politik. Inti dari laporan World Investment and Political Risk 2010 tersebut adalah : 101
a. risiko politik masih menjadi rintangan utama bagi kegiatan investasi asing
langsung di negara-negara berkembang;
b. Susunan dan regulasi kegiatan investasi asing langsung di daerah yang
terkena dampak konflik berbeda dengan susunan dan regulasi kegiatan
investasi asing langsung yang ada di negara-negara berkembang lainnya;
c. Investor lebih mengkhawatirkan adanya intervensi pemerintah yang
merugikan daripada kekacauan politik termasuk di negara yang terkena
dampak konflik.102
Asuransi risiko politik multilateral seperti MIGA tidak hanya secara
langsung menjamin kegiatan investasi asing langsung, tetapi juga dapat
memobilisasi jaminan tambahan. Penyedia asuransi risiko politik multilateral
dapat mendukung kegiatan investasi dalam lingkungan yang sulit, menawarkan
pencegahan terhadap intervensi pemerintah yang bersifat merugikan, dan menjadi
penengah (mediator) dalam menyelesaikan sengketa sebelum terjadi kerugian di
antara para pihak.103
Salah satu usaha MIGA dalam mendorong investasi di negara berkembang
dapat dilihat dari kegiatan kerja sama antara MIGA dan Korea Eximbank dalam
mempromosikan investasi di negara-negara berkembang. Korea Eximbank
merupakan agen resmi kredit ekspor yang menyediakan kredit ekspor secara
101 Ibid. 102
MIGA, “New MIGA Report Examines Investment and Political Risk in Emerging Markets”, http://www.miga.org/news/index.cfm?aid=2873 (diakses pada tanggal 18 September 2013).
menyeluruh dan program jaminan untuk mendukung perusahaan-perusahaan
Korea dalam mengadakan bisnis antarnegara. Pelayanan utama Korea Eximbank
meliputi pinjaman ekspor, perdagangan, dan program jaminan yang dibentuk
dalam memenuhi kebutuhan klien yang menjalankan bisnis antarnegara, serta
menyediakan kredit investasi luar negeri, kredit impor, dan jasa informasi
sehubungan dengan kesempatan bisnis luar negeri. MIGA mengadakan kerja sama
dengan Korea Eximbank ini untuk mempromosikan investasi sektor privat di
negara-negara berkembang dan telah menandatangani Memorandum of
Understanding (MoU) di markas besar MIGA di Washington D.C.
Tujuan dari MoU tersebut adalah untuk memperkuat kerja sama antara
MIGA dan Korea Eximbank dalam mempromosikan kegiatan investasi asing
langsung ke negara-negara berkembang dan mendukung investasi luar negeri
Korea. Kerja sama ini akan membuat kedua lembaga tersebut bekerja sama
dengan baik dalam mengurangi risiko politik atau risiko non komersial di
negara-negara berkembang sehingga akan menciptakan lapangan kerja dan kesempatan
pertumbuhan ekonomi di masa depan. Kerja sama tersebut diharapkan akan
memberikan kontribusi dalam melahirkan pembangunan berkelanjutan di negara
berkembang kegiatan investasi asing langsung memegang peranan penting bagi
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang ketika menyediakan
kesempatan-kesempatan bisnis untuk negara-negara berkembang tersebut dan.104
104