BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Uraian Teoretis
2.1.1 Persediaan
2.1.1.1Pengertian Persediaan
Skousen dan stice (2004:654) mengatakan bahwa: “Persediaan secara umum ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan, baik berupa usaha grosir maupun retail, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan pada kondisi siap
dijual”. Bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in process), dan barang jadi (finished good) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan manufaktur.
Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena
persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan (Sartono, 2001:443).
Persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk dijual lagi oleh
perusahaan (Sarwoko, 1999:27). Persediaan sebagai salah satu elemen penting di dalam usaha-usaha perusahaan untuk memperoleh tingkat penjualan yang diinginkan.
akan dijual saja, tetapi juga persediaan barang yang sedang diproses di pabrik dan yang belum diproses, yakni masih berupa bahan mentah.
2.1.1.2Kelompok-kelompok Persediaan
Istilah persediaan atau persediaan barang dagang (merchandise inventory) pada umumnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan
dagang. Istilah bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi berkaitan dengan persediaan perusahaan manufaktur.
a. Bahan Baku
Barang-barang yang belum digunakan untuk proses produksi dalam perusahaan manufaktur.
b. Barang dalam Proses
Barang-barang yang sudah masuk dalam proses produksi, akan tetapi
belum selesai. Termasuk barang-barang dalam proses seperti komponen-komponen dan bagian-bagian asembling yang tidak untuk dijual.
c. Barang Jadi
2.1.1.3Metode Pencatatan Persediaan
Di dalam pembukuan pemasukan (pembelian) serta pengeluaran (penjualan)
persediaan, dikenal dua metode pencatatan, yaitu: a. Metode Perpetual
Menurut metode perpetual (continual), semua pemasukan (pembelian) dan semua pengeluaran (penjualan) barang dibukukan kedalam perkiraan persediaan dari barang yang bersangkutan, masing-masing sebesar harga
pembeliannya. Dengan demikian, perkiraan persediaan senantiasa menunjukkan keadaan jumlah sisa persediaan yang masih ada, beserta
mutasi perubahannya. Oleh sebab itu, dengan hanya melihat catatan dalam perkiraan ini perusahaan sudah dapat mengetahui berapa sisa persediaan barang yang masih ada di gudang, tanpa harus menghitung
dan menilai secara fisik barang-barang tersebut (stick opname) b. Metode Physical
Menurut metode physical (periodical), semua pemasukan (pembelian) dan semua pengeluaran (penjualan) barang tidak dibukukan ke dalam perkiraan persediaan dari barang yang bersangkutan. Pemasukan
(pembelian) barang dibukukan ke dalam perkiraan purchase beserta beberapa perkiraan yang menyertainya. Dengan demikian perkiraan
melakukan perhitungan secara fisik barang-barang yang terdapat di gudang. Perusahaan tidak dapat mengetahui jumlah tersebut hanya
dengan melihat catatan dalam perkiraan persediaan saja. 2.1.1.4Metode Penilaian Persediaan Menurut Metode Perpetual
Menurut Munandar (1996:112) ada beberapa metode penilaian persediaan menurut metode perpetual, yaitu:
a. First In First Out (FIFO)
Barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih awal pula. Ini berarti bahwa pada setiap terjadi transaksi penjualan,
maka cost of good sold dari barang yang dijual tersebut didasarkan padanilai barang yang lebih awal masuknya (dibelinya) oleh perusahaan. b. Last In First Out (LIFO)
Barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (dijual) lebih akhir. Ini berarti bahwa pada setiap terjadi transaksi penjualan,
maka cost of good sold dari barang yang dijual tersebut didasarkan padanilai barang yang lebih akhir masuknya (dibelinya) oleh perusahaan. c. Moving Average
Setiap terjadi perubahan jumlah persediaan barang, baik karena ada pemasukan (pembelian) maupun karena ada pengeluaran (penjualan),
2.1.1.5Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi (Djarwanto, 2004:155). Perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi harga
pokok penjualan (cost of good sold) dengan persediaan rata-rata.
Besar kecilnya persediaan umumnya dipengaruhi oleh harapan-harapan akan volume penjualan dan tingkat harga di masa yang akan datang. Harapan dapat
menjual lebih banyak atau harga jual akan meningkat mendorong perusahaan untuk memperbanyak persediaan barang.
Rendahnya tingkat inventory turnover mungkin disebabkan adanya overinvestment dalam persediaan seperti misalnya terlalu tingginya persediaan dalam hubungannya dengan penjualan, pembelian barang yang terlalu banyak menjelang
akhir periode karena adanya harapan harga akan naik dan permintaan dan permintaan akan meningkat, banyaknya barang yang tidak terjual karena out of date, dan lain-lain.
Perputaran persediaan (Inventory Turnover) digunakan untuk membantu menentukan keefektifan perusahaan dalam mengelola persediaan (Horne 1997:142).
Apabila perputaran persediaan yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik (perusahaan tidak menahan sediaan dalam jumlah yang berlebihan). Demikian pula apabila perputaran
dan banyak barang persediaan yang menumpuk. Hal ini mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah (Kasmir, 2008:180).
Rumus untuk mencari inventory turnover menurut James C Van Horne
Inventory Turnover= Harga Pokok Penjualan
Persediaan
2.1.2 Aktiva
2.1.2.1Pengertian Aktiva
Aktiva adalah harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan baik pada saat tertentu maupun periode tertentu (Kasmir. 2008:39).
Pengertian aktiva secara teoretis dikemukakan oleh berbagai pihak (Harahap, 1999:107) sebagai berikut:
a. APB Statement (1970:132) mendefinisikan aset sebagai berikut:
Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk di dalamnya pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
b. Sedangkan FASB (1985) memberikan definisi sebagai berikut:
Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu.
2.1.2.2 Pengelompokan Aktiva
Untuk penyajiannya, aktiva biasanya dibagi dalam kelompok-kelompok yang
berbeda, yaitu:
a. Aktiva Lancar
Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun (Kasmir, 2008:39). Djarwanto (2004:25), mengemukakan bahwa yang
termasuk sebagai aktiva lancar (current asset) adalah: 1. Kas (cash)
Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Terdiri dari uang logam, uang kertas, check, bank, money order, dan lain-lain yang oleh bank dapat diterima sebagi deposit dan demand deposit pada bank.
2. Investasi Jangka Pendek (temporary investment)
Obligasi pemerintah, obligasiperusahaan-perusahaan industri dan surat-surat utang, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali, dikenal dengan investasi jangka pendek.
3. Wesel Tagih (notes receivable)
Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu
tercantum surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang memegang surat tersebut).
4. Piutang Dagang (account receivable)
Meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseorangan yang
timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. 5. Penghasilan yang Masih akan Diterima (accrual receivable)
Penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan
telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
6. Persediaan Barang (inventories)
Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada ditangan pada saat penyusunan neraca.
7. Biaya yang Dibayar Dimuka (prepaid expenses)
Pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi
pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan.
b. Aktiva Tidak Lancar
dijadikan kas (Tunggal, 2000:11). Djarwanto (2004:27), mengemukakan bahwa yang termasuk sebagai aktiva tidak lancar (current asset) adalah: 1. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang dapat berupa saham dan obligasi dari, dan
pinjaman kepada perusahaan lain, harta kekayaan yang tidak digunakan dalam operasi rutin perusahaan seperti gedung yang disewakan kepada pihak lain, dan yang diperuntukkan untuk tujuan
khusus selain pembayaran utang jangka pendek dan pinjaman kepada anak perusahaan.
2. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatif permanen, digunakan dalam operasi reguler lebih dari satu
tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali. Yang termasuk dalam aktiva tetap adalah tanah (land), bangunan atau gedung (buiding), mesin-mesin (machinery), dan lain-lain.
3. Aktiva Tidak Berwujud
Aktiva tidak berwujud berupa hak-hak yang dimiliki perusahaan.
Hak-hak ini diberikan kepada penemunya, penciptanya, atau penerimanya. Pemilikan hak ini dapat karena menemukan sendiri atau
4. Beban Biaya yang Ditangguhkan
Beban biaya yang ditangguhkan adalah pengeluaran-pengeluaran atau
biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang dimana pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsung untuk beberapa
tahun atau periode misalnya biaya pemasaran dan biaya penelitian. 5. Aktiva Tidak Lancar Lainnya.
Aktiva tidak lancar lainnya adalah harta kekayaan perusahaan lain
yang tidak termasuk pada kelompok-kelompok aktiva tersebut sebelumnya. Misalnya uang kas pada bank tertutup atau di negara
asing, investasi lain-lain yang tidak termasuk investasi jangka pendekmaupun jangka panjang.
2.1.2.3Perputaran Total Aktiva
Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir,
2008:185). Atau dengan kata lain, menilai efektivitas manajemen untuk menghasilkan penjualan dari investasi aktiva (Fraser, 2008:230). Dapat dihitung
dengan membagi penjualan bersih dengan total aktiva.
aktiva semakin efisien penggunaan aktiva tersebut (Sundjaja 2002:115). Rasio perputaran total aktiva ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Assets Turn Over = 𝑁𝑁𝑒𝑒𝑒𝑒𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑒𝑒𝑆𝑆 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑒𝑒𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐴𝐴𝑆𝑆𝑆𝑆𝑒𝑒𝑒𝑒𝑆𝑆
2.1.3 Return on Asset
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat
berputar dan meraih laba.
Pengembalian atas aktiva (Return on Asset) ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Asset turn over (Return on Asset)= 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑇𝑇𝑃𝑃𝑃𝑃𝑒𝑒 𝐴𝐴𝑃𝑃𝑒𝑒𝑒𝑒𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑆𝑆𝑇𝑇𝑒𝑒𝑆𝑆 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑒𝑒𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐴𝐴𝑆𝑆𝑆𝑆𝑒𝑒𝑒𝑒𝑆𝑆
Pemisahan komonen ROA adalah sebagai berikut (Djarwanto, 2004:178):
Asset turn over (Return on Asset) = 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑒𝑒𝑆𝑆
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑒𝑒𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐴𝐴𝑆𝑆𝑆𝑆𝑒𝑒𝑒𝑒𝑆𝑆 ×
𝑁𝑁𝑒𝑒𝑒𝑒𝐸𝐸𝑆𝑆𝑃𝑃𝐸𝐸𝑃𝑃𝐸𝐸𝐸𝐸𝑆𝑆 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑒𝑒𝑆𝑆 =
𝑁𝑁𝑒𝑒𝑒𝑒𝐸𝐸𝑆𝑆𝑃𝑃𝐸𝐸𝑃𝑃𝐸𝐸𝐸𝐸𝑆𝑆 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑒𝑒𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐴𝐴𝑆𝑆𝑆𝑆𝑒𝑒𝑒𝑒𝑆𝑆
Pengembalian atas aktiva (Return on Asset) mengukur efisiensi keseluruhan perusahaan dalam mengelola total investasinya dalam aktiva (Fraser, 2008:238) atau menunjukkan jumlah laba yang diperoleh secara relatif terhadap tingkat investasi
2.2Penelitian Terdahulu
Bukit (2011), melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Hubungan
Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Total Aktiva Terhadap Returnon Asset pada Perusahaan Kosmetik danBarang keperluan Rumah Tangga yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis hubungan antara perputaran modal kerja dan perputaran total aktiva
terhadap return on assets pada perusahaan kosmetik dan barang keperluan rumah tangga
di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Mustika Ratu, Tbk
memiliki hubungan yang positif dan signifikan antara variabel working capital turnover
dengan return on assets, PT Mandom Indonesia, Tbk memiliki hubungan yang positif
dan tidak signifikan antara variabel working capital turnover dengan return on assets,
PT Unilever Indonesia, Tbk memiliki hubungan yang negatif (berlawanan arah) dan
tidak signifikan antara variabel working capital turnover dengan return on assets, PT
Mustika Ratu, Tbk memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan antara variabel
total assets turnover dengan return on assets, PT Mandom Indonesia, Tbk memiliki
hubungan yang positif dan tidak signifikan antara variabel total assets turnover dengan
return on assets dan PT Unilever Indonesia, Tbk memiliki hubungan yang lemah dan
tidak signifikan antara variabel total assets turnover dengan return on assets.
Siregar (2008), melakukan penelitian dengan judul: “ Analisis Hubungan Manajemen Modal kerja dengan Rentabilitas pada PT. Kimia Farma (persero) Tbk Plant Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
(persero) Tbk Plant Medan. Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis deskriptif diperoleh bahwa pergerakan current ratio dan receivable turnover searah dengan Return on Investment (ROI). Berdasarkan analisis statistik current ratio dan receivable turnover memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan ROI sedangkan working capital turnover memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan dengan ROI.
Silitonga (2011), melakukan penelitian dengan judul: “ Analisis Hubungan
Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva dan Rasio Hutang terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis Hubungan Efektivitas Modal Kerja, Perputaran Total Aktiva dan Rasio Hutang terhadap Rentabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel Working Capital Turnover tidak berhubungan secara positif dan signifikan dengan rentabilitas (ROI), Total Asset Turnover berhubungan secara positif dan signifikan dengan rentabilitas (ROI) dan rasio hutang berhubungan secara negatif dan signifikan dengan rentabilitas (ROI).
2.3Kerangka Konseptual
Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai efektivitas kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba/keuntungan. Baik tidaknya kinerja suatu
dalam menggunakan aktivanya, dan sebagainya.Efektivitas dari dana yang diinvestasikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas.
Persediaan merupakan investasi yang penting pada kebanyakan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan
cepat dan menghasilkan investasi dalam tingkat pengembalian yang tinggi.
Efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan dapat dihitung dengan Rasio Total Assets Turnover. Pada umumnya semakin tinggi perputaran aktiva semakin efisien penggunaan aktiva tersebut, dan menghasilkan investasi dalam tingkat pengembalian yang tinggi.
Analisis profitabilitas memberikan jawaban akhir tentang efektif tidaknya perusahaan (Sinuraya 1999:30). Menurut Hampton (1980:110) rasio profitabilitas bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Erlina (2011), (dimodifikasi 2012) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Perputaran Persediaan
(X1)
ROA
(Y) Perputaran Total Aktiva
Baik tidaknya kinerja suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari tingkat keberhasilan memperoleh laba, tetapi jugaefektivitas perusahaan dalam
mengelola persediaan, efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya, dan sebagainya.Perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. Perputaran total aktiva (total asset turnover) menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua
aktiva menciptakan penjualan. Return on Asset bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan.Analisis ini memberikan jawaban akhir tentang efektif tidaknya perusahaan.
2.4Hipotesis
Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel perputaran persediaan dengan return on asset pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia