• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Tesis (8) id. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Tesis (8) id. docx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Berbagai persoalan yang mempengaruhi kesehatan manusia, salah satunya disebabkan oleh radikal bebas yang dianggap berperan dalam beberapa penyakit degeneratif (Fessenden dan Fessenden, 1995). Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan di kulit terluarnya (Winarsi, 2007). Radikal bebas terbentuk pada saat molekul yang kehilangan elektron menjadi tidak stabil. Radikal bebas juga merupakan produk alamiah hasil metabolisme sel.

Produksi radikal bebas yang tak terkendali di dalam tubuh, akan dapat mengoksidasi dan merusak komponen-komponen vital, seperti lapisan lipid dalam membran sel dan makromolekul-makromolekul seperti DNA. Radikal bebas dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lipid atau DNA dan dapat memulai penyakit degeneratif (Prakash dkk., 2001). Tubuh memiliki sistem pertahanan alami untuk menetralisir radikal bebas agar tidak berkembang dan menjadi berbahaya bagi tubuh. Pengaruh lingkungan dan kebiasaan buruk seperti radiasi ultraviolet, polusi, kebiasaan mengonsumsi junk food dan merokok, dapat membuat sistem pertahanan tubuh tidak mampu menghadapi radikal bebas yang berjumlah besar. Adanya radikal bebas didalam tubuh manusia berperan dalam patologi dari berbagai penyakit degeneratif yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak, dan penyakit degenerasi saraf seperti perkinson (Halliwel, 2007).

(2)

pertahanan antioksidatif yang berlebihan, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih, tubuh membutuhkan antioksidan eksogen (Sunarni dkk., 2007).

Antioksidan juga mampu menghambat penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung koroner, diabetes dan kanker yang didasari oleh proses biokimiawi dalam tubuh serta mampu menghambat peroksidasi lipid pada makanan (Shahidi, 1997 dalam Kurniawan, 2011). Terdapat tiga macam antioksidan yaitu antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase, glutathione peroxidase dan katalase. Antioksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu vitamin C, betakaroten, dan flavonoid. Antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluen (BHT), tertier butylhydroquinone (TBHQ), propylgallate (PG) dan nordihydro guaiaretic acid (NDGA) yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah kerusakan lemak (Kumalaningsih, 2006). Oleh karena tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih tubuh membutuhkan antioksidan eksogen (Rohdiana, 2001 dalam Sunarni dkk., 2007).

Kekhawatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih. Ketertarikan antioksidan alami baru-baru ini meningkat secara dramatis disebabkan oleh keamanan penggunaanya (Dorman dan Hiltunen, 2004). Senyawa-senyawa fenolik dan flavonoid merupakan komponen fitokimia yang sering kali dihubungkan dengan aktivitas antioksidan (Akowuah, dkk., 2004). Ekstrak tanaman yang kaya senyawa fenolik dan flavonoid menarik bagi kalangan industri makanan, karena mampu menunda kerusakan oksidatif senyawa-senyawa lemak, dan karenanya mampu meningkatkan nilai nutrisi suatu makanan (Kahkonen, dkk., 1999).

(3)

atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Giorgio, 2000).

Rambutan (Nephelium lappaceum. L) merupakan salah satu tanaman buah yang banyak terdapat di Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai antioksidan alami. Rambutan merupakan sumber vitamin C yang baik (Mangku dkk., 2006). Secara tradisional tanaman rambutan digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit, antara lain kulit buahnya untuk mengatasi disentri dan demam, kulit kayu untuk mengatasi sariawan, daun untuk mengatasi diare dan menghitamkan rambut, akar untuk mengatasi demam serta bijinya untuk mengatasi diabetes mellitus (Zulphiri dkk., 2011).

Dari buah rambutan biasanya yang dikonsumsi adalah daging buahnya, sedangkan kulit dan bijinya dibuang begitu saja dan belum dimanfaatkan dengan baik. Kulit buah rambutan telah dilaporkan mengandung senyawa-senyawa golongan tannin, polifenol dan saponin. Sehingga dapat diduga kulit rambutan berpotensi memiliki aktivitas antioksidan (Thitilerdecha dkk., 2010). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang uji aktivitas senyawa antioksidan dari kulit rambutan.

Untuk mengetahui senyawa antioksidan yang terkandung dalam kulit buah rambutan hal pertama yang dilakukan adalah determinasi kemudian dilakukan analisis fitokimia untuk mengetahui kandungan awal senyawa metabolit sekunder pada kulit buah rambutan. Proses determiasi tanaman untuk memastikan kebenaran suatu tanaman yang digunakan dalam penelitian, menghindari kesalahan dalam pengambilan sampel tanaman serta mencegah ketercampuran tanaman sampel dengan tanaman lain.

Setelah proses determinasi maka tahap selanjutnya yaitu preparasa sampel kulit rambutan. Kulit rambutan yang telah bersih kemudian dikeringkan dengan oven. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kulit rambutan, kadar air jika tidak dihilangkan dapat mempengaruhi kondisi fisik bahan, dan dapat mengaktifkan enzim-enzim sehingga terjadi perubahan kimia. Setelah kulit rambutan kering, kemudian digiling dengan menggunakan blender dilanjutkan dengan diayak sehingga diperoleh partikel yang lebih halus.

(4)

diuapkan dengan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana, etil asetat dan etanol.

Ekstrak kental n-heksana, etil asetat dan etanol dilakukan analisis fitokimia kemudian, diidentifikasi secara kromatografi lapis tipis. Skrining awal pada uji pendahuluan dengan menggunakan metode DPPH. Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas penangkap radikal bebas dari ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol terhadap radikal bebas DPPH. Perubahan spot menjadi warna kuning pada KLT setelah disemprot dengan DPPH merupakan indikasi adanya aktivitas penangkap radikal bebas dari ekstrak yang diuji.

Ekstrak aktif dilarutkan dalam pelarut etanol.sehingga diperoleh 2 fase yaitu fase supernatan sebagai fase larut etanol dan fase endapan sebagai fase tidak larut etanol. Dari hasil pemisahan secara partisi, selanjutnya diuji aktivitas penangkap radikal bebasnya.

Kedua fase tersebut diuji secara kromatografi lapis tipis (KLT) dalam satu plat KLT atau lempeng (dibuat 2 perlakuan) kemudian di elusi dengan fase gerak yang sesuai. Bercak yang terbentuk diamati dengan sinar tampak, lampu UV254

dan UV366 dan disemprot dengan serium sulfat dan DPPH. Senyawa aktif

(5)

Dilakukan KLT kembali dari hasil KLTP yang diperoleh kemudian dielusi menggunakan pelarut yang sesuai. Senyawa aktif penangkap radikal bebas akan menunjukkan bercak berwarna kuning dengan latar belakang ungu setelah disemprot dengan pereaksi DPPH dan berwarna ungu kemerahan setelah disemprot dengan serium sulfat setelah dipanaskan, dan keduanya menunjukkan Rf yang sama. Selanjutnya uji kemurnian isolat secara KLT menggunakan tiga sistem fase gerak (eluen) yang berbeda dan uji aktivitas senyawa penangkap radikal bebas terhadap isolat yang telah diperoleh dilakukan dengan metode pengujian metal ion-chelating assay (Rohman dkk., 2010). Pengujian aktivitas senyawa penangkap radikal bebas bertujuan untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal bebas pada isolat dari kulit rambutan.

Isolat diidentifikasi spektranya dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer infra merah dan analisa senyawa dengan spektroskopi 1H-NMR, sehingga dapat diketahui keberadaan senyawa

antioksidan dari kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum. L), struktur senyawa aktif antioksidan dari kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum. L), dan potensinya sebagai senyawa aktif antioksidan.

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Dorman, H.J.D., dan Hiltunen, R., 2004. Fe(III) reductive and free radical-scavenging properties of summer savory (Satureja hortensis L.) extract and subfractions. Food Chemistry, 88: 193-199.

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1995. Kimia Organik. diterjemahkan oleh Pudjaatmaka A.H., Jilid I Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.

Frankel, E. N., dan Meyer, A. S., 2000. The problems of using onedimensional methods to evaluate multifunctional food and biological antioxidants. Journal of the Science of Food and Agriculture, 80: 1925–1941.

German, J., Carpena, R., Morcuende, D., Andrade, M.J., Kylli, P., dan Estevez, M., 2011. Avocado (Persea americana Mill.) Phenolics, in vitro antioxidant and antimicrobial activities, and inhibition of lipid and protein oxidation in porcine patties. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 59: 5625– 5635.

Giorgio. P., 2000, Flavonoid an Antioxidant, Journal National Product, 63: 1035-1045.

Halliwel B, 2007, Dietary polyphenols: good, bad, or indifferent for your health. J. Cardiovascular Research, 73: 341-347.

Mangku, I.G.P., Semariyani, A.A.Md., dan Suriati, L., 2006, Studi Pemanfaatan Kulit Buah Rambutan Sebagai Bahan Pewarna Alami, Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Wicaksana, 15 (2): 96-103.

Ozsoy, N., Can, A., Yanardag, R. and Akev, N., 2008. Antioxidant activity of Smilax excelsa L. leaf extracts. Food Chemistry, 110: 571–583.

Prakash, A., Rigelhof, F., dan MIller, E., 2001. Antioxidant activity. Analytical Progress. Medallion Laboratories.

Rohman, A., Riyanto, S., Yuniarti, N., Saputra, W. R., Utami, R., dan Mulatsih, W., 2010. Antioxidant activity, total phenolic, and total flavaonoid of extracts and fractions of red fruit (Pandanus conoideus Lam). International Food Research Journal, 17: 97–106.

Sunarni, T., Pramono, S., dan Asmah, R., 2007, Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.), Majalah Farmasi Indonesia, 18(3): 111 – 116.

Thitilertdecha, N., Teerawutgulrag, A., Jeremy D. kliburn., Rakariyatman, N. 2010, Identification of Major Phenolic Compounds from Nephelium lappaceum L. and Their Antioxidant Activities, Molecules, 15(3): 1453-1465.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Bercak berwarna kuning yang muncul setelah disemprot penampak bercak sitroborat ini menunjukkan bahwa kemungkinan di dalam Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz mengandung senyawa

DPPH merupakan senyawa berwarna ungu dan juga merupakan suatu radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan

Pada tahun 1922, Goldschmidt dan Renn menemukan senyawa radikal bebas stabil berwarna ungu dan bersifat tidak larut dalam air yaitu DPPH (1,1- difenil-2-picrylhydrazile), yang

Bercak berwarna kuning yang muncul setelah disemprot penampak bercak sitroborat ini menunjukkan bahwa kemungkinan di dalam Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz mengandung senyawa

DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang paling stabil dibandingkan dengan contoh-contoh radikal bebas yang lainnya, sehingga apabila digunakan sebagai pereaksi cukup

Pada pengujian golongan senyawa saponin, bercak ke-12 dan 15 yang diduga golongan senyawa saponin menghasilkan warna kuning setelah disemprot dengan DPPH,

Pada tahun 1922, Goldschmidt dan Renn menemukan senyawa radikal bebas stabil berwarna ungu dan bersifat tidak larut dalam air yaitu DPPH (1,1- difenil-2-picrylhydrazile), yang

Hasil persentase penghambatan radikal bebas didukung dengan hasil yang diperoleh dimana warna larutan DPPH yang semula berwarna ungu berubah menjadi warna kuning setelah