• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINISI pada penderita KANKER PARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEFINISI pada penderita KANKER PARU"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. DEFINISI KANKER PARU

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO KANKER PARU

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).

a. Merokok

Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).

b. Perokok pasif

(2)

orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).

c. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).

d. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risikokankerparu di antarapekerja yang menanganiasbeskira-kirasepuluh kali lebihbesardaripadamasyarakatumum.

Risikokankerparubaikakibatkontakdenganasbesmaupun uranium meningkatkalau orang tersebutjugamerokok.

e. Diet

Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).

f. Genetik

(3)

dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).

g. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

FaktorRisikoKankerParu Laki-laki

Usia lebihdari 40 tahun

Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)

Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif) Radon dan asbes

Lingkungan industry tertentu Zat kimia, seperti arsenic Beberapa zat kimia organic

Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan Polusi udara

(4)

C. KLASIFIKASI KANKER PARU

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.

a. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)

Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronkibesar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung kekelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Wilson, 2005).

b. Adenokarsinoma

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala. c. Karsinoma bronco alveolus

Dimasukkan sebagai sub tipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinomaini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ketempat-tempat yang jauh.

(5)

Umum nya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan kedalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotic sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipat nya nucleus akibat letaksel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).

e. Karsinoma sel besar

Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ketempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesothelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma broncogenik dan mengancam jiwa.

(6)

D. GAMBARAN KLINIS KANKER PARU

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat : 1. Lokal (tumor setempat)

 Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis  Hemoptisis

 Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas  Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

 Aelektasis 2. Invasilocal :  Nyeri dada

 Dispnea karena efusi pleura

 Invasike pericardium terjadi tempo nadeatau aritmia  Sindrom vena cava superior

 Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

 Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

 Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis

3. Gejala penyakit metastasis :  Pada otak, tulang, hati, adrenal

 Limfa denopati servikal dan supra klavikula (sering menyertai metastasis  Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala  Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

 Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi  Hipertrofi : osteoartropati

(7)

 Neuromiopati

 Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)  Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jaritabuh  Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH) 4. Asimtomatik dengan kelainan radiologist :

 Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis

 Kelainan berupa nodul soliter

E. MANIFESTASI KLINISKANKER PARU Gejala-gejala kanker paru yaitu:

1. Gejala awal. Stridor local dan dispnearingan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.

2. Gejala umum.

a. Batuk :Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulent dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

F. PATOFISIOLOGI KANKER PARU

(8)
(9)

G. PATHWAYKANKER PARU

(10)

H. TINGKATAN KANKER PARU

Tingkatan (staging) Kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kalenjer getah bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks (poto polos dada). Jika pasien membawa foto yang lebih dari 1 minggu pada umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat menentukan lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak dapat menentukan keterlibatan kalenjer getah bening dan metastasis luar paru.

Bahkan pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang bnayak, paru kolaps, bagian luas yang menutup tumor, dapat memungkinkan pada foto tidak terlihat. Sama seperti pada pencarian jenis histologis Kanker, pemeriksaan untuk menentukan staging juga tidak harus sama pada semua pasien tetapi masing-masing pasien mempunyai prioritas pemeriksaan yang berbeda yang harus segera dilakukan dan tergantung kondisinya pada saat datang.

Staging (Penderajatan atau Tingkatan) Kanker Paru

Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding dada (T), penyebaran kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).

Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu : a. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)

(11)

Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitanya.

§ Tahap ekstensif

Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.

b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC) § Tahap tersembunyi

Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-paru.

§ Stadium 0

Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.

§ Stadium I

Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.

§ Stadium II

Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah bening di dekatnya.

§ Stasium III

Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.

§ Stadium IV

(12)

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Radiologi.

 Foto thorax posterior – anterior (PA) danleteralsertaTomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

 Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. 2. Laboratorium.

 Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.  Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.  Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru). 3. Histopatologi.

 Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

 Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

(13)

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.

 Mediastinosopi.

Untukmendapatkan tumor metastasis ataukelenjargetahbeningyang terlibat.  Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.

CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura. MR

(14)

J. PENATALAKSANAAN KANKER PARU Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : a) Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. b) Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup. c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.

d) Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

( Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000 ) e) Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.

f) Toraktomieks plorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnose tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

g) Pneumonektomi (pengangkatanparu).

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat. h) Lobektomi (pengangkatanlobusparu).

(15)

i) Resesi segmental.

Merupakan pengankatan satu atau lebih segmen paru. j) Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).

k) Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris) l) Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

m) Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

K. PENGKAJIAN KEPERAWATANKANKER PARU 1. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.

(16)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas. b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ

lainnya.

c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

4. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.

5. Sitologi

(17)

Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi.

6. Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.

7. Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.

8. Torakoskopi

(18)

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN KANKER PARU

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus 2. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi

3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi

4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan/ mencerna/ mengabsorbsi zat-zat gizi karena factor biologis dan psikologi

(19)

M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO KEPERAWATANDX. TUJUAN & KRITERIAHASIL (NOC) INTERVENSI (NIC) 1. Bersihan jalan jalan nafas dengan kriteria : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu tidak ada suara nafas abnormal)

Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas

Airwey suction

Auskultasi suara nafas sebulum dan sesudah suctioning

Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan

Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal

Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasatrakeal Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll.

Airway management

Posisikan pasien u/ memaksimalkan ventilsi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Lakukan fisioterpi dada jika perlu Keluarkan sekret

Dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan jalan nafas dengan kriteria : §Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu tidak ada suara nafas

§Terapi oksigen

§Beesihkan mulut, hidung, dan seckret trakea §Pertahankan jalan napas yang paten

(20)

abnormal)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam gangguan pertukaran gas pasien teratasi dengan kriteria hasil :

Ø Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Ø Memehara kebersiha

paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distres pernafasan Ø Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, Ø Status neurologis dalam batas

normal

Manajemen Asam Basa Kegiatan :

Dapatkan / pertahankan jalur intravena Pertahankan kepatenan jalan nafas Monitor AGD dan elektrolit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam Status nutrisi meningkat, dengan kriteria :

§ Timbang berat badan pasien pada interval tertentu § Amati kecenderungan pengurangan dan

Amati rambut yang kering dan mudah rontok Monitor mual dan muntah

(21)

psikologi Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan, keletihan dan kelemahan

Amati jaringan penghubung yang pucat, kemerahan, dan kering

Monitor masukan kalori dan bahan makanan b. Manajemen Nutrisi

Kaji apakah pasien ada alergi makanan

Kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien

Anjurkan masukan kalori sesuai kebutuhan Ajari pasien tentang diet yang benar sesuai kebutuhan tubuh

Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori

Timbang berat badan secara teratur

Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vit C yang sesuai

Pastikan bahwa diet mengandung makanan yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit Beri makanan protein tinggi , kalori tinggi dan makanan bergizi yang sesuai

Pastikan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

c. Manajemen hiperglikemia Monitor Gula darah sesuai indikasi

Monitor tanda dan gejala poliuri, polydipsi, poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau sakit kepala.

Monitor tanda vital sesuai indikasi

Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin Pertahankan terapi IV line

Berikan IV fluids sesuai kebutuhan

Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi menetap atau memburuk

Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG

Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.

Jakarta : EGC.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First

Referensi

Dokumen terkait

kurikulum ituterapkan.Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untukmemperoleh sejumlah pengetahuan.Kurikulum adalah suatu

Universitas Negeri

Tugas Akhir ini adalah : “ Penentuan Jumlah dan Lokasi Halte Monorel dengan Model Set Covering Problem(Studi Kasus: Rencana Pembangunanan Monorel Medan-.. Koridor

Konsep consumer equilibrium dalam ekonomi konvensional yang digambarkan dengan budget line dan kurva indeferen , dapat digunakan untuk menggambar- kan maksud surat al-Furqan

Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang menekankan pada penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,

And one of the Muslims chosenforms of school of the middle-city is Integrated Islamic Schools that is the learning activity in public schools by integrating the modern science with

Dalam kegiatan ini peneliti memberikan pernyataan yang akan dijawab oleh siswa sebagai responden (Sudaryono, 2011:181). Angket dalam penelitian ini digunakan untuk

Oryzias hadiatyae , a new species of ricefish (Atherinomorpha: Beloniformes: Adrianichthyidae) endemic to Lake Masapi, Central Sulawesi, Indonesia. Pel-