• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan dalam Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Tahun 2012"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU IBU DENGAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

NAMORAMBE KECAMATAN DELI TUA TAHUN 2012

OLEH:

115102090

NURCAHAYA NAINGGOLAN

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Kec. Delitua Tahun 2012

Nama : Nurcahaya Nainggolan

Jurusan : Program D IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar Belakang : Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangsang antibody keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi dasar diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak – kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Metodologi : Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi yaitu untuk menggambarkan ada atau tidak adanya hubungan prilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar. Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Februari s.d Juni minggu pertama 2012, jumlah responden 45 orang. Dengan menggunakan teknik total sampling, analisa data yang digunakan adalah uji chi-square.

Hasil : Berdasarkan Karakterisrik Responden Mayoritas berumur 20-30 sebanyak 39 orang (86,6%), Mayoritas berpendidikan SLTP sebanyak 17 orang (37,8%) Mayoritas pekerjaan IRT sebnyk 13 orang (28,9%). Hasil uji statistik diperoleh dari 45 responden di dapat bahwa berprilaku baik ada sebanyak 15 orang (33.3%), ibu yang berprilaku cukup ada 14 orang (31.1%), dan ibu yang berprilaku kurang ada 16 orang (35.6%). berdasarkan jumlah peran petugas yang baik ada 19 orang (22.2%) , cukup ada 19 orang (42.2%), dan yang kurang ada 16 orang (35.6%). Hasil uji chi-squaare diperoleh bahwa nilai p=0.036 maka nilai p lebih kecil dari pada 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 tahun. Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi dasar dan lebih mengintensifkan program imunisasi dasar.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Prilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Deli Tua Tahun 2012”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan program pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik

3. Ibu Diah Lestari Nasution, SST, MKeb selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Pimpinan dan Staf Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua yang sudah membantu dalam mengumpulkan data-data pemberian imunisasi

(5)

doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

7. Kepada seluruh teman - teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi banyak bantuan dan semangat

Medan, Juni 2011

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi ... 8

B. Tujuan Imunisasi ... 9

C. Manfaat Imunisasi ... 9

D. Jenis Imunisasi ... 9

E. Beberapa Imunisasi Yang Dianjurkan Pada Anak ... 10

1. BCG (Bacillus Calmette Guerine) ... 11

2. Vaksin DPT ... 12

3. Vaksin TT ... 13

4. Vaksin DT ... 14

5. Vaksin Polio ... 15

6. Vaksin Campak ... 16

7. Vaksin MMR ... 17

8. Vaksin Hepatitis B ... 19

9. Vaksin Hib ... 20

F. Jadwal Pemberian Imunisasi ... 21

(7)

I. Konsep Perilaku ... 23

J. Perilaku Kesehatan ... 24

K. Perubahan Perilaku ……….. ... 26

BAB III. KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 33

B. Hipotesa ... 34

C. Defenisi Operasional ... 35

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 36

C. Tempat Penelitian ... 37

D. Waktu Penelitian ... 37

E. Etika Penelitian ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 38

G. Uji Validitas dan Uji Reabilitas ... 39

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 39

I. Analisis Data ... 41

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Analisis Univariat ... 43

2. Analisis Bivariat ... 45

B. Pembahasan ... 46

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Usia 0-12 Bulan ... 21

Tabel 5. 1. Distribusi Karakteristik Responden Yang Mempunyai Bayi Umur 0-12 Bulan di Dusun Sudirejo Desa Namorambe

Kecamatan Deli Tua Tahun 2012 ... 44

Tabel 5. 2. Distribusi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi

Pada Bayi Umur 0-12 Bulan di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua Tahun 2012 ... 45

Tabel 5. 2. Distribusi Peran Petugas Kesehatan Memberikan Imunisasi Pada Bayi Umur 0-12 Bulan di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua Tahun 2012 ... 45

Tabel 5. 3. Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi Pada Bayi Umur 0-12 Bulan di Dusun Sudirejo Desa Namorambe

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Izin Balasan Penelitian

Lampiran 5 : Lembar Contetnt Validity dan reliabilty Lampiran 6 : Master Data Penelitian

(11)

Judul : Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Namorambe Kec. Delitua Tahun 2012

Nama : Nurcahaya Nainggolan

Jurusan : Program D IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar Belakang : Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar merangsang antibody keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi dasar diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak – kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

Metodologi : Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi yaitu untuk menggambarkan ada atau tidak adanya hubungan prilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar. Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Februari s.d Juni minggu pertama 2012, jumlah responden 45 orang. Dengan menggunakan teknik total sampling, analisa data yang digunakan adalah uji chi-square.

Hasil : Berdasarkan Karakterisrik Responden Mayoritas berumur 20-30 sebanyak 39 orang (86,6%), Mayoritas berpendidikan SLTP sebanyak 17 orang (37,8%) Mayoritas pekerjaan IRT sebnyk 13 orang (28,9%). Hasil uji statistik diperoleh dari 45 responden di dapat bahwa berprilaku baik ada sebanyak 15 orang (33.3%), ibu yang berprilaku cukup ada 14 orang (31.1%), dan ibu yang berprilaku kurang ada 16 orang (35.6%). berdasarkan jumlah peran petugas yang baik ada 19 orang (22.2%) , cukup ada 19 orang (42.2%), dan yang kurang ada 16 orang (35.6%). Hasil uji chi-squaare diperoleh bahwa nilai p=0.036 maka nilai p lebih kecil dari pada 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 tahun. Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi dasar dan lebih mengintensifkan program imunisasi dasar.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran seorang anak adalah sebuah anugrah yang sangat dinanti bagi pasangan suami istri dalam setiap rumah tangga. Setelah hadirnya buah hati tentunya sebagai orang tua akan memberikan segalanya baik baju, berbagai macam permainan, makanan, bahkan rumah pun terkadang baru khusus untuk menyambutnya (Weni,2009). Anak memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keluarga dan bangsa. Setiap orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh (Alissa, 2009).

(13)

menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. Serta berperan besar dalam upaya menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Pemberian imunisasi awal diberikan untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan, imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0 – 12 bulan yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3) dan campak (Hanum, 2010).

Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi dasar diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak – kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Dimasyarakat pada umumnya ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan membawa bayinya ke posyandu untuk diberikan imunisasi dasar karena mereka mengerti akan pentingnya imunisasi bagi kesehatan bayinya. Tetapi disisi lain ada juga ibu yang tidak memberikan imunisasi dasar kepada bayinya karena mereka kurang mengetahui manfaat imunisasi dasar itu apa. Sering kali ibu juga tidak membawa bayinya untuk di imunisasi karena mereka khawatir bayinya menjadi sakit setelah diberi imunisasi (Widiastuty, 2009).

(14)

yang baik berpeluang 18 kali untuk memiliki balita dengan status imunisasi dasarnya lengkap.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Magdalena (2004) dalam Marlia (2006) di puskesmas lanjas kabupaten barito utara, kalimantan tengah mengenai faktor yang berhubungan dengan status kelengkapan imunisasi hepatitis B pada anak, bahwa responden yang mendapatan pelayanan kesehatan kurang baik merupakan satu faktor resiko untuk status imunisasi hepatitis B anaknya tidak lengkap.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang kemukakan oleh Effendi dalam mulati (2009) yang menyatakan peran adalah tingkahlaku yang diharapkan oleh seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial yang konstan. Seorang petugas kesehatan mempunyai peran sebagai seorang pendidik, peran ini dilakukan dengan membantu klien dan keluarga dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku klien dan keluarga setelah dilakukan pendidikan kesehatan selain itu juga petugas kesehatan merupakan tempat konsultasi terhadap masalah atau perilaku kesehatan yang didapat.

Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap resiko dari beberapa vaksin. Hal ini bertentangan dengan manfaat imunisasi yaitu untuk mencegah penyakit infeksi diantaranya adalah Tuberkulosisi, Difteri, Pertusis (batuk rejan) Tetanus, Campak, Poliomyelitis (kelumpuhan) dan Hepatitis B (Depkes RI, 2005).

(15)

Angka kematian bayi masih tergolong tinggi hal ini dapat dilihat pada tahun 2002 di antara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal sedangkan pada tahun 2006 angka kematian bayi Indonesia mencapai 36 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi (AKB) di Jawa tengah pada tahun 2003 sebesar 8,29 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di kabupaten Brebes jumlah kematian bayi yang di laporkan oleh Puskesmas selama tahun 2006 sebanyak 279 kasus dari 40.785 kelahiran hidup atau 6,84 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2007 jumlah kematian bayi 250 kasus dari 37,343 kelahiran hidup atau 6,69 per 1000 kelahiran hidup dimana penyebab kematian pada bayi disebabkan oleh berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (Nurhakim, 2010).

Petugas kesehatan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan imunisasi rutin di Puskesmas. Dengan adanya kompetensi yang tinggi dari petugas kesehatan diharapkan kinerja dan cakupan imunisasi akan meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan juga diharapkan tetap dapat dilestarikan (sustainable) pada masa mendatang (Notoatmodjo, 2007:16). Selain bertanggung jawab terhadap pelaksanaan imunisasi, petugas kesehatan juga berperan dalam pemberian pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari dan mengetahui cara memelihara kesehatan baik individu maupun kelompok. Namun kesehatan bukan hanya diketahui, disadari dan disikapi, melainkan harus dikerjakan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa tujuan akhir dari pendidkan kesehatan adalah agar masyarakat dapat berprilaku hidup yang sehat termasuk mau melakukan imunisasi (Sukidjo Notoatmodjo, 2007:16).

(16)

bulan Januari sampai bulan Juli sebanyak 43,8% dan hanya satu desa yang mencapai target tersebut, yaitu dari jumlah sasaran 129 bayi hasil yang didapatkan sebanyak 58 bayi yang telah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, dari data tersebut di atas dapat diketahui jumlah sasaran bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B belum memenuhi target sampai dengan bulan Juli (Puskesmas Namorambe, 2010).

Cakupan pemberian imunisasi BCG didesa Durian Tonggal wilayah kerja Puskesmas Namorambe pada bulan Januari sampai Juli sebanyak 47,9%, dari 118 bayi yang di dapatkan sebanyak 45 bayi yang telah mendapatkan imunisasi BCG. Hal ini menunjukan ketidak meratanya pemberian imunisasi kepada bayi. Yang harus nya pada awal kelahiran bayi sudah harus mendapat imunisasi awal untuk merangsang system kekebalan tubuh bayi (Puskesmas Namorambe, 2010)

Banyak faktor yang menyebabkan ibu yang memiliki bayi atau balita tidak mengimunisasikan bayi atau balita mereka. Faktor peran tentang imunisasi awal dan prilaku untuk ibu membawa bayi atau balitanya imunisasi kemungkinan merupakan faktor yang menentukan. Peran petugas kesehatan pada saat ini juga merupakan tindakan awal yang harus digerakan guna memberi pengertian kepada ibu – ibu untuk membawa bayi mereka untuk di imunisasi. Petugas kesehatan harus menjelaskan manfaat imunisasi, jadwal pemberian imunisasi, dan kapan harus datang lagi untuk di ulang. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menarik minat ibu untuk membawa bayi atau balita mereka untuk imunisasi.

Berdasarkan uraian materi diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana Hubungan Peran Petugas Kesehatan terhadap Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang.

B. Rumusan Masalah

(17)

Pemberian Imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Peran Petugas Kesehatan terhadap Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang

b. Untuk mengetahui Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang c. Untuk mengukur Hubungan Peran Petugas Kesehatan terhadap perilaku ibu

dalam pemberian Imunisasi dasar di wilayah Kerja Puskesmas Namormabe Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Sebagai sumber pengetahuan bagi petugas kesehatan khususnya bidan agar lebih berperan dalam pemberian imunisasi bayi maupun balita di tiap tiap wilayah kerjanya.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan

Dengan terlaksanakan penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bahan bacaan diperpustakaan D - IV Bidan Pendidik guna menambah wawasan bagi perkembangan Asuhan Kebidanan.

(18)
(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, A, 2005). Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif.

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama dari pada kekebalan pasif karena adanya memori imunologik (Ranuh, et al. 2008).

(20)

yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini mungkin terjadi pada jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya difteria.

3. Manfaat Imunisasi

Imunisasi mempunyai berbagai keuntungan yaitu

a. Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya b. Vaksinasi adalah cost-effective karena murah dan efektif

c. Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.

4. Jenis-Jenis Imunisasi

Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

a. Imunisasi Aktif (active immunization)

(21)

1. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.

2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan

3. Preservatif, stabiliser dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatan imunogenitas antigen.

b. Imunisasi Pasif (pasive immunization)

Merupakan pemberian zat (imunoglubulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Hidayat, A, 2005).

B. Beberapa Imunisasi yang Dianjurkan pada Anak

Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Beberapa imunisasi pada anak dapat dianjurkan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Sebab terjadinya TBC yang primer atau ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, seperti TBC pada selaput otak, TBC Miller (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang.

(22)

1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)

2) Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali

3) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml)

4) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

5) Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu 2-8ºC, tidak boleh beku.

BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.

b. Efek Samping :

1) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut

2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus),

(23)

Bordetella pertussis. Pertusis berlangsung beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, disebabkan oleh eksotosin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.

a. Cara Pemberiannya

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen kemudian disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan). Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

1) Vaksin belum kadaluarsa

2) Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC 3) Tidak pernah terendam air

4) Sterilitasnya terjaga

5) VVM masih dalam kondisi A atau B sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

b. Efek Samping

(24)

anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya, syok (kebiruan, lemah, pucat. Tidak memberikan respon).

3. Vaksin TT (Tetanus Toksoid)

a. Cara Pemberian

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular, atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke 4 dan ke 5 diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan periode trimester pertama

Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :

1) Vaksin belum kadaluarsa

2) Vaksin disimpan dalam suhu ± 2ºC - 8ºC 3) Tidak pernah terendam air

4) Sterilitasnya terjaga

5) VVM masih dalam kondisi A atau B

Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak bisa digunakan untuk hari berikutnya (Depkes RI, 2005).

b. Efek Samping

(25)

4. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus),

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

a. Cara Pemberian

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen kemudian disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dengan dosis pemberian 0,5 ml (dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun). Untuk usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td

Di unit pelayanan statis, vaksin DT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan kriteria :

1) Vaksin belum kadaluarsa

2) Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC 3) Tidak pernah terendam air

4) Strilitasnya terjaga

5) VVM masih dalam kondisi A atau B

Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

(26)

Untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan (Hidayat, 2005).

a. Cara Pemberian

Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru. Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan :

1) Vaksin belum kadaluarsa

2) Vaksin disimpan dalam suhu + 2º C - 8ºC 3) Tidak pernah terendam air

4) Sterilitasnya terjaga

5) VVM masih dalam kondisi A atau B Terdapat 2 macam vaksin polio:

1) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan

2) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

b. Efek Samping

Bisa terjadi kelumpuhan dan kejang-kejang 6. Vaksin Campak.

(27)

dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.

a. Cara Pemberian

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign, campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.

b. Efek Samping

Terjadi ruam timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari pada tempat suntikan dan panas infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°C, gangguan sistem kekebalan, alergi terhadap protein telur, pemakaian obat imunosupresan, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin, wanita hamil

7. Vaksin MMR (Measles, Mumps dan Rubela)

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan

campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.

(28)

Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.

a. Cara Pemberian

(29)

b. Efek Samping Campak 1) Komponen campak

1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

2) Komponen gondongan

Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.

3) Komponen campak Jerman

Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR (Nurlaila dan Lubis, P, 2010).

8. Vaksin Hepatitis B

Merupakan vaksin virus Recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorphl) menggunakan teknologi DNA rekombinan.Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis.

a. Cara Pemberian :

(30)

suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha - Pemberian sebanyak 3 kali. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan) (Depkes RI, 2005).

b. Efek Samping

Umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara. Kadang- kadang menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari.

9. Imunisasi Hib

(31)

C. Jadwal Pemberian Imunisasi

[image:31.595.79.560.150.432.2]

Adapun jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini Table 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak Bayi Usia 0-12 Bulan

Jenis Imunisasi

Umur (bulan)

Lahir 1 2 3 4 5 6 9 10 11 12

Program Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan

BCG BCG

Hepatitis B Hepatitis B1

Hepatitis B2 Hepatitis B3

DPT DPT1

DPT2 DPT3

Polio Polio 1 Polio 2

Polio 3

Polio 4

Campak Campak

Sumber : Depkes RI, Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi Keterangan : BCG : (Bacillus Calmette guerin)

DPT : (Dypteria, Pertusis, Tetanus)

D. Peran Petugas Kesehatan

Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan dengan "apa yang dimainkan" oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata "peran", atau role dalam bahasa Inggrisnya, memang diambil dari dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang aktor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot-nya, dengan alur ceritanya, dengan lakonnya.

(32)

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation

(Balai Pustaka, 2005).

Dalam hal ini peran petugas kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter) berperan dalam peningkatan derajat kesehatan bayi dan balita, juga untuk merubah perilaku masyarakat yang tidak sehat ke arah perilaku sehat. Dalam menjalakan perannya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan masyarakat khususnya ibu – ibu yang memiliki bayi dan balita tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap. Oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pencegahan yang meliputi :

1. Memberikan pendidikan pentingnya imunisasi dasar.

2. Mengajari ibu – ibu yang memiliki bayi dan balita tentang jadwal pemberian imunisasi.

3. Menggerakkan peran kader di tingkat posyandu/desa 4. Melaksanakan pemberian imunisasi pada bayi dan balita.

5. Mendokumentasikan setiap pemberian imunisasi pada bayi dan balita.

F. Perilaku

1. Konsep Perilaku

(33)

Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo mengutip pendapat Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV /AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

b. Perilaku terbuka (overt behaviour)

(34)

Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktek. Misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk di imunisasi.

2. Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku Skiner, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :

a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2)`Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relative, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

(35)

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri (Notoatmodjo, 2003).

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Seorang ahli lain Becker dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan yaitu :

a. Perilaku hidup sehat (healthy behaviour)

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab, dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

(36)

kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). 3. Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku (Notoatmodjo, 2003).

a. Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga mengalami perubahan (Notoadmodjo, 2003).

b. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Misalnya, pak Anwar adalah perokok berat., karena pada suatu saat ia terserang batuk-batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi rokok sedikit demi sedikit, dan akhirnya ia berhenti merokok sama sekali (Notoadmodjo, 2003).

c. Kesediaan untuk Berubah

(37)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi adalah sebagai berikut :

a. Umur Ibu

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Khalimah, 2007). Dari penelitian Ali (2002), didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi.

b. Pendidikan Ibu

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak (Munib, 2004).

Menurut Dictionary of Education, pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Munib, 2004).

(38)

bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Munib, 2004)

c. Pekerjaan Ibu

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang, dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya (Anoraga, 1998).

Bagi pekerja wanita, mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak dan hal-hal yang menyangkut urusan rumah tangganya, termasuk urusan imunisasi anaknya (Anoraga, 1998).

Dari penelitian Khalimah (2007), didapatkan bahwa pekerjaan ibu berhubungan dengan penerapan imunisasi campak.

d. Pendapatan

Menurut Sumardidan Dieter Evers dalam Khalimah (2007), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

(39)

e. Pengetahuan (Knowledge)

Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (objek).

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(40)

langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan. 1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan merupakan pengetahuan yang rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

(41)

BAB III

KERANGKA KONSEP HIPOTESIS

DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003, hal.69). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah “ hubungan perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas Namorambe Kec. Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar sedangkan variabel dependennya adalah peran petugas kesehatan.

Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian ssebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Skema 3.1 Variabel independen dan variabel dependen

Peran petugas Kesehatan Perilaku ibu dalam

(42)

B. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan nilai probabilitas, Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka Ho di terima. Dengan hipotesis:

1. Ho : tidak ada hubungan antara perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan.

(43)

C. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Kategori

1 Variabel Independ ent Perilaku ibu dalam pemberia n imunisasi Suatu tindakan ibu terhadap keikutsertaan nya dalam pemberian imunisasi pada anak bayi

Kuesioner Wawancara Responden

yang menjawab ya akan mendapat skor 2 peran aktf Responden yang menjawab tidak akan mendapat skor 1 Nomina l

1. Baik bila jumlah nilai 34 - 40

2. Cukup bila jumlah nilai 27 – 33

3. Kurang bila

jumlah nilai 20 - 26

2 Variabel dependen : Peran petugas kesehatan Suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan untuk memberikan imunisasi pada anak bayi

Kuesioner Wawancara Responden yang

menjawab ya akan diberi skor 2 peran aktif responden yang menjawab tidak akan diberi jawaban 1 peran tidak aktif

Nominal 1. Baik bila jumlah

nilai 34 - 40

2. Cukup bila jumlah nilai 27 - 33

3. Kurang bila

(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat deskriptif korelasi yaitu untuk menggambarkan ada atau tidak adanya hubungan perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe Kec. Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0 – 12 bulan terhitung mulai dari bulan April 2011 sampai April 2012 dan bertempat tinggal di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua dan berdasarkan data puskesamas namorambe ada sebanyak 45 orang ibu yang mempunyai anak 0-12 bulan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi Adapun kriteria inklusi dalam sampel ini adalah :

a. Ibu-ibu yang mempunyai bayi yang berumur 0-12 bulan bertempat tinggal di Dusun Sudirejo

b. Bersedia untuk menjadi responden

c. Mampu bebahasa Indonessia serta membaca dan menulis

(45)

Namorambe Kecamatan Deli Tua sebanyak 45 orang ibu. Dan peneliti memberikan kuesioner kepada seluruh ibu-ibu yang mempunyai anak-anak 0-12 bulan.

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Dusun Sudirejo yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Namorambe Tahun 2012. Dengan pertimbangan di dusun ini jumlah bayi yang berumur 0-12 bulan banyak sehingga mudah mendapatkan sampel. Alasan peneliti memilih Puskesmas Namorambe dengan pertimbangan bahwa Puskesmas tersebut memiliki jumlah pasien yang cukup banyak setiap bulannya dan memiliki fasilitas rawat inap sehingga tersedia sampel yang memadai dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan.. D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni minggu pertama tahun 2012 di Puskesmas Namorambe.

E. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari kepala Dina Kesehatan dan Pukesmas Namorambe Kecamatan Namorambe. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon

responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani

(46)

Selanjutnya peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data dan mengatakan bahwa kerahasiaan identitas responden dapat dijaga. Setelah responden memahami serta menerima maksud dan tujuan peneliti maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut dan dilanjutkan dengan pengisian kuisioner.

Dalam lembar kuesioner tidak dituliskan nama responden untuk merahasiakan identitasnya, hanya kode tertentu pada lembar kuesioner serta hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut, dan informasi yang diperoleh hanya dipergunakan untuk penelitian.

F. Instrument Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan instrumen berupa kuesioner dan lembar observasi yang dibuat oleh peneliti. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi nama ibu (berupa kode), umur, pendidikan, dan pekerjaan. Pertanyaan untuk perilaku ibu dan peran petugas masing-masing sebanyak 20 dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : ya, dan tidak . Jika menjawab Ya maka skor 2, jika menjawab tidak maka skor 1. Jadi semakin tinggi jumlah skor maka semakin baik perilaku ibu dan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

(47)

spesialis obstetri ginekologi yaitu dr. Sarma N. Lumbanraja , SpOG. Pengujian ini hanya melihat kesesuaian isi kuesioner, tanpa diberi penilaian. 2. Uji Reliabilitas

Uji reliasbilitas, dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau konsistensi jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan kuesioner yang diujikan dengan menggunakan uji Cronbach’s alfa dan instrument diujikan pada 20 responden yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang akan diteliti di Dusun Sudirejo Kecamatan Namorambe. kemudian jawaban responden diolah dengan menggunakan Alfa Cronbach’s. Dengan ketentuan, apabila r hitung > r table (p) > 0,05 maka instrument dinyatakan reliable (Hidayat, 2007). Dan nilai Cronbach’s alfa terhadap instrument yang telah diujikan adalah 0.943.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu:

1. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Program D IV Bidan Pendidik

2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang dan Puskemas Namorambe Kecamatan Namorambe..

(48)

4. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)

5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.

6. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner.

7. Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa lembar observasi yang terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan lembar observasi perilaku dan peran petugasi.

8. Setelah kuesioner diisi oleh responden, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti.

9. Setelah data terkumpul semua dengan lengkap maka dilakukan analisa data. 10.Peneliti juga dibantu oleh bidan yang berkerja di Dusun Sudirejo Kecamatan

Namorambe dan satu orang teman mahasiswa, peneliti meminta bantuan kepada bidan untuk mendampingi menjumpai ibu-ibu responden, dan meminta bantuan dari teman untuk menerangkan dan membagikan lembar kuesioner kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan.

I. Analisis Data

Semua data yang terkumpul dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa semua kuesioner (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk table. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry

(49)

guna menghindari terjadinya kesalahan Metode statistik data untuk analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi pendidikan, umur dan pekerjaan ibu, serta frekuensi perilaku ibu dalam memberikan imuisasi dan peran petugas kesehatan

2. Analisis Bivariat

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada proses pengumpulan data yang dilakukan bulan Januari sampai April 2012 maka diperoleh infomasi tentang hubungan perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan di Dusun Sudirejo Kecamatan Namorambe.

Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu Perilaku Ibu dan Peran petugas kesehatan dalam memberikan imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang.

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsi yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan. Penelitian ini di lakukan di di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua dengan jumlah populasi 45 orang ibu yang mempunyai anak bayi usia 0-12 bulan. Berikuti ini tabel jumlah anak bayi 0-12 bulan di Dusun Sudirejo

(51)
[image:51.595.108.530.196.488.2]

responden tidak mempunyai pekerjaan dengan frekuensi 9 orang (20.0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Reponden Yang Mempunyai Anak Bayi Umur 0-12 Bulan Di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua

Tahun 2012

No Karakteristik responden Jumlah %

1 Umur

1. 20 – 30 tahun

2. 31 – 40 tahun

39 6

86.6 13.4 2 Pendidikan

1. Tidak sekolah

2. SD 3. SLTP 4. SMU 6 16 17 6 13.3 35.6 37.8 13.3 3 Pekerjaan

1. Petani/buruh

2. Wiraswasta/pegawai swasta

3. IRT (Ibu Rumah Tangga)

4. Tidak bekerja

(52)

1. Data Frekuensi Perilaku Ibu Memberikan Imunisai

[image:52.595.105.535.279.386.2]

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 45 orang ibu di Dusun Sudirejo Desa Namorambe, dinyatakan ibu yang berperilaku kurang ada 16 orang (35.6%).dan ibu yang berperilaku cukup ada 14 orang (31.1%), Hal ini dapat dilihat dari Tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Pada anak Bayi Umur 0-12 Bulan Di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua

Tahun 2012

Perilaku Ibu Jumlah %

Baik 15 33.3

Cukup 14 31.1

Kurang 16 35.6

Jumlah 45 100

2. Data Frekuensi Peran Petugas Kesehatan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 45 orang ibu di Dusun Sudirejo Desa Namorambe, dinyatakan peran petugas kesehatan yang berperilaku cukup ada 19 orang (42.2%). Dan peran petugas kesehatan yang berperilaku baik ada 10 orang (22.2%), Hal ini dapat dilihat dari Tabel 5.2.

Tabel 5.3.

Distribusi Peran Petugas Kesehatan Memberikan Imunisasi Pada Anak Bayi Umur 0-12 Bulan Di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua

Tahun 2012

Peran petugas Jumlah %

Baik 10 22.2

Cukup 19 42.2

Kurang 16 35.6

[image:52.595.108.531.621.728.2]
(53)

2. Analisa Bivariat

[image:53.595.101.555.333.484.2]

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 45 orang ibu di Dusun Sudirejo Desa Namorambe, dinyatakan perilaku ibu baik dengan peran petugas kesehatan baik sebanyak 6 orang (60%), perilaku ibu cukup dengan peran petugas kesehatan cukup sebanyak 9 orang (47.3%), sedangkan perilaku ibu kurang dengan peran petugas kesehatan kurang sebanyak 9 orang (56.2%). Hal ini dapat dilihat dari Tabel 5.2.

Tabel 5.3.

Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi Pada Anak Bayi Umur 0-12 Bulan Di Dusun Sudirejo Desa

Namorambe Kecamatan Deli Tua Tahun 2012

Perilaku Ibu

Peran Petugas Kesehatan Total

% P-value

Baik Cukup Kurang

f % f % f %

Baik 6 60 4 21.1 5 31.3 15 33.3

Cukup 3 30 9 47.3 2 12.5 14 31.1 0.036

Kurang 1 10 6 31.6 9 56.2 16 35.6

Total 10 100 19 100 16 100 45 100

(54)

B. Pembahasan

Dalam pembahasan akan dijabarkan hasil penelitian tentang hubungan perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 bulan di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Namorambe dengan jumlah sampel sebanyak 45 orang.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a) Karakteritik Responden

Berdasarkan Tabel 5.1 Mayoritas responden berumur 20-30 tahun dengan frekuensi 39 orang (86.6%), dan minoritas responden berumur 31-40 tahun dengan frekuensi 6 orang (13.4%), sedangkan latar belakang pendidikan dari 45 responden mayoritas responden berpendidikan SLTP dengan frekuensi 17 orang (37.8%) dan minoritas responden yaitu tidak sekolah dan pendidikan SMU dengan frekuensi 6 orang (13.3%), jika dilihat dari pekerjaan mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT) dengan frekuensi 13 orang (28.9%) dan minoritas responden tidak mempunyai pekerjaan dengan frekuensi 9 orang (20.0%).

(55)

responden maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk berprilaku hidup sehat.

b) Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar

Berdasarkan Tabel 5.2 hasil penelitian menunjukkan ibu yang berperilaku kurang ada 16 orang (35.6%).dan ibu yang berperilaku cukup ada 14 orang (31.1%). Hal ini sejalan Bates mengemukakan hasil penelitian Becher yang mendapatkan bahwa ibu –ibu yang anaknya jarang terserang penyakit adalah mereka yang lebih sering memanfaatkan sarana-sarana kesehatan. Mereka mengaku bahwa dengan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap sarana dan melakukan usaha pencegahan yang teratur, anak mereka dapat terhindar dari sakit. Perilaku ibu yang membawa bayinya untuk di imunisai tidak terjadi dengan sendirinya tetapi pembentukan perilaku ini berlangsung dalam interaksi dan berkaitan dengan peran petugas kesehatan.

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangat penting. Oleh karena itu ibu diharapkan mempunyai motivasi yang kuat untuk memberikan imunisasi kepada balitanya Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan, artinya adalah motivasi merupakan suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Bahri, 2002)

c) Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi Dasar

(56)

kesehatan yang berperilaku baik ada 10 orang (22.2%).peran petugas kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter) berperan dalam peningkatan derajat kesehatan bayi dan balita, juga untuk merubah perilaku masyarakat yang tidak sehat ke arah perilaku sehat. Dalam menjalakan perannya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan masyarakat khususnya ibu – ibu yang memiliki bayi dan balita tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hj. Hartaty, dkk(2000) tentang perilaku ibu terhadap pelayanan kesehatan anak di kelurahan Bara-baraya Makasar, perilaku ibu akan semakin baik bila didukung oleh peran aktif dari petugas kesehatan dalam hal pemberian imunisasi pada bayi 0-12 bulan.

d) Hubungan Perilaku Ibu Dengan Peran Petugas Kesehatan

Berdasarkan hasil analisa statitik yang diperoleh, bila nilai p<0.05 maka hasil statistik dikatakan ada hubungan. Dapat dilihat bahwa nilai p=0.036, maka nilai p lebih kecil dari pada 0.05 maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perilaku ibu dengan peran petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi 0-12 tahun.Menurut observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa Perilaku Ibu dalam memberikan imunisasi pada bayi 0-12 bulan dipengaruhi oleh peran aktif petugas kesehatan. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rizani, dkk (2009) di Banjarmasin yang mengatakan bahwa perilaku ibu yang positif yang membawa bayinya untuk diimunisasi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi pembentukan perilaku ini terjadi dari hasil interaksi dengan peran petugas kesehatan

(57)

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan data hingga penyajian hasil.

3. Implikasi penelitian

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa ada hubungan antara perilaku ibu dengan peran petugas keehatan dalam pemberian imuniasi dasar pada bayi 0-12 bulan. Oleh sebab itu Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan

(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan antara perilaku ibu dengan petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi kepada bayi 0-12 bulan di Dusun Sudirejo Desa Namorambe Kecamatan Deli Tua Tahun 2012, maka dapat ditarik kesimpulan, 1. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan karakteristik responden di

dapat bahwa sebagian besar ibu yang mempunyai anak berumur 0-12 bulan berumur 20 – 30 tahun sebanyak 39 orang (86.6%), sedangkankan pendidikannya sebagain besar adalah SLTP sebanyak 17 orang (37.8%), dan pekerjaan sebagaian ibu yang mempunyai anak 0-12 bulan adalah ibu rumah tangga sebanyak 13 orang (28.9%)

2. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan kuesioner di dapat bahwa berprilaku baik ada sebanyak 15 orang (33.3%), ibu yang berprilaku cukup ada 14 orang (31.1%), dan ibu yang berprilaku kurang ada 16 orang (35.6%).

3. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan kuesioner jumlah peran petugas yang baik ada 19 orang (22.2%) , cukup ada 19 orang (42.2%), dan yang kurang ada 16 orang (35.6%)

(59)

B. Saran

1. Bagi Ibu-Ibu

Diharapkan kepada seluruh ibu-ibu yang berperilaku kurang untuk mencari informasi tentang imunisasi dasar pada bayi dan membawa bayi ke pasyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi.

2. Bagi Peran Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap dan lebih mengintensifkan program imunisasi dasar lengkap

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ari Sulistyawati, (2009), Tumbang,status gizi,dan imunisasi dasar , Numed, Yogyakarta.

Ari Sulistyawati, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, ANDI. Yogyakart

Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Penedekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.

Atikah &Citra Setyo, (2009), imunisasi dan vaksinasi, Numed, Yogyakarta Departemen Kesehatan RI, 2005, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2007, Pelayanan Kesehatan Dasar, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2010, Rencana Operasonal Promosi Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka

Dr. Utami Roesli, 2009, Mengenal Asi Eksklusif, Trubus Agriwidya, Jakarta Dwi Sunar Prasetyo, 2009, Buku Pintar ASI Eksklusif, DIVA Press, Yogyakarta Gupte, S, 2004, Panduan Perawatan Anak, Jakarta Pustasi Populer obor

Hidayat, A, 2005, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data, Jakarta, Salemba Medika

I Gedemanuaba, (2005), Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencan Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta

Kristyansari, Weni, (2009), Panduan Imunisasi dasar, Numed, Yogyakarta

Marimbi, Hanum, 2010, Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita, Yogyakarta Nuha Medika

Munib, A, 2004, Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang Universitas Negeri Semarang Press

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. _____ . (2005). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

(61)

________ . (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurhakim, Lukman (2010), Program Latihan Profesi, Laporan individual, Bandung

Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap perilkau ibu dalam pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi di kabupaten aceh utara.

pada 20 april 2011

Putri, Alissa, 2009, Panduan Praktik Bayi dan Balita, Yogyakarta , Brilliant Osset Ranuh, dkk, (2004), Pedoman Imunisasi di Indonesia, Edisi II, Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal

Vicky Chapman, (2006), Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Kelahiran. Fakultas Kedokteran, EGC, Jakarta

Widyastuti & Aminah, (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehan Maternal Dan Neonatal.

(62)

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PRILAKU IBU DENGAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PEMBERIAN IMUNISASI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAMORAMBE KECAMATAN DELI TUA TAHUN 2012

Petunjuk

Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan member tanda checklist (√) untuk salah satu jawaban anda.

A. Data Demografi :

Nama Ibu :………..

Umur :………..

Pekerjaan :………..

Pendidikan :………..

B. Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Pada Bayi

No Pernyataan Ya Tidak

1 Apakah ibu selalu membawa bayi imuniasi 2 Apakah Ibu mengerti tentang imunisasi

3 Apakah Ibu – ibu tahu tentang manfaat imunisasi pada bayi 4 Usia tua atau pun muda sangat mempengaruhi perilaku ibu

dalam pemberian imunisas

5 Perilaku ibu yang kurang aktif dalam membawa bayi nya imunisasi di sebabkan karena pendidikannya yang masih kurang

6 Ibu yang berpendidikan sarjana aktif membawa bayinya imunisasi

7 Ibu kurang aktif membawakan bayi nya imunisasi karena takut biaya mahal

8 ibu yang berpendidikan sarjana tidak akan mau membawakan bayinya untuk imunisasi karena mereka sudah mengetahui dampaknya

9 Ibu yang pernah mengikuti pendidikan akan lebih mengetahui manfaat imunisasi dari pada ibu yang tidak pernah bersekolah 10 Ibu bekerja harus meluangkan waktu untuk membawa anak

nya untuk imunisasi

11 Ibu yang sibuk bekerja tidak perlu membawa anak nya imunisasi

12 Perilaku ibu yang bekerja beranggapan bawha Pekerjaan ibu lebih penting dari pada membawa bayi untuk imunisasi

13 Ibu dengan penghasilan rendah harus membawa bayi nya imunisasi karena biaya imunisasi relatif murah

(63)

15 Ibu yang memiliki pendapatan lebih boleh membawa bayi mereka imunisasi kerumah sakit

16 Membawa bayi imunisasi sejak usia dini merupakan suatu kegiatan yang baik untuk menjaga imunitas bayi

17 Perilaku Ibu yang berdomisili di wilayah pedesaan cenderung kurang memahami manfaat imunisasi

18 Ibu yang aktif membawa bayinya imunisasi akan mendapatkan bayi nya sehat

19 Ibu yang kurang aktif membawa bayinya imunisasi akan mengalami kelemahan imunitas

20 Setiap bulan ibu membawa bayi untuk imunisasi

C. Tentang Peran Petugas Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi

NO PERNYATAAN YA TIDAK

1 Petugas kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter) berperan dalam peningkatan derajat kesehatan bayi dan balita, juga untuk merubah perilaku masyarakat yang tidak sehat ke arah perilaku sehat

2 Dalam menjalakan perannya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan masyarakat khususnya ibu –

Gambar

Table 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak Bayi Usia 0-12 Bulan
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.

Referensi

Dokumen terkait

16 Iqbal Nurpasha SMPN 1 Blitar Kota Blitar 63 Passing Grade 16.. 17 Dara Kusumawati SMPN 1 Probolinggo Kota Probolinggo 63 Passing

Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku tentang persediaan bahan baku dalam mengoptimalkan total biaya persediaan

Evaluasi program kebersihan lingkungan pasar akan membahas tentang program kebersihan lingkungan 8 buah pasar yang ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta kebersihan

Berdasarkan rumusan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui model pembelajaran Improving Learning yang diterapkan oleh guru dalam

terjadi dari diagram regangan berdasarkan nilai a yang diperoleh pada

Berdasarkan hasil dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah yakni “ bagaimana merancang sistem informasi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Tindakan lain yang dapat dilakukan sendiri di rumah adalah dengan menggunakan alat water pick yang disemprotkan ke seluruh permukaan di setiap gigi untuk membersihkan gigi