• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN RAMAH LING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN RAMAH LING"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Nama

: ZUKY IRIANI

NIM : 12155140037

No.Ujian : 12155140037

Label : UJIAN TAKE HOME

Mata Ujian : Pola Perilaku Kehidupan Alam dan Lingkungan Semester : II (DUA)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Kodiran, MA

1. SDA dan Program Pembangunan

Lingkungan Hidup secara global (dunia) dan lokal/ Indonesia.

4. Pokok-pokok pemikiran tentang solusi yang berhubungan dengan aktivitas konservasi dan pelestarian lingkungan melalui model pembangunan

berkelanjutan, khususnya dalam pelaksanaan proyek ekowisata di Indonesia. 3. Pengembangan pariwisata dalam berbagai

aspek positif dan negatifnya, serta berbagai implikasinya pada lingkungan hidup.

2. Pembangunan berwawasan lingkungan dan beragam alternatif serta berbagai pandangan baru dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

(2)

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam tersebut mempunyai keterbatasan dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Dalam artian, sumber daya alam yang dapat diperbarui pun akan dapat habis manakala dalam eksploitasinya tidak disertai dengan upaya pelestarian. Apalagi kecenderungan kehidupan modern saat ini, pengelolaan sumber daya alam dalam skala industrilisasi sedemikian besarnya untuk meraup keuntungan materiil. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat.

Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri.

Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan, terutama yang berasal dari aktivitas manusia. Tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk bisa melihat dampak dari kemerosotan lingkungan hidup. Kerugian akibat pengelolaan sumber daya alam yang serampangan tidak hanya mengganggu keseimbangan alam, tetapi akan berdampak pula pada kehidupan ekonomi dan social kemasyarakatan.

Dalam contoh yang sederhana mengenai penggunaan tanah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, terdapat banyak perubahan fungsi lahan. Banyak kawasan hutan yang berubah

Tinjauan anlitis komprehensif

mengenai:

1. SDA dan Program Pembangunan Lingkungan

(3)

fungsi untuk perkebunan dan pertanian; banyak kawasan agraris yang berubah fungsi untuk pemukiman penduduk maupun area perindustrian; sungai ditambang pasirnya; bukit dna pegunungan diubah bentangannya untuk berbagai keperluan pembangunan fisik. Daya dukung alam menjadi berkurang, semakin sering terjadi bencana alam, dilain sisi perekonomian penduduk sekitar kawasan yang berubah fungsi lahannya justru mengalami kemiskinan karena tidak bisa lagi menggantungkan kehidupan pada alam. Alam yang sebelumnya mampu menyediakan kebutuhan tidak lagi memiliki kemapuan produktif.

Dalam cakupan global, sebenarnya upaya dunia internasional dalam pembagunan yang berwawasan lingkungan hidup telah lama dirintis. Bertepatan dengan di umumkannya “Strategi Pembangunan Internasional” bagi “Dasawarsa Pembangunan Dunia ke–2 “(The Second UN Development Decade) yang dimulai pada tanggal 1 Juni 1970, Sidang Umum PBB menyerukan untuk meningkatkan usaha dan tindakan nasional serta Internasional guna menanggulangi “proses pemerosotan kualitas lingkungan hidup” agar dapat diselamatkan keseimbangan dan keserasian ekologis, demi kelangsungan hidup manusia, secara khusus resolusi Sidang Umum PBB No. 2657 (XXV) Tahun 1970 menugaskan kepada Panitia Persiapan untuk mencurahkan perhatian kepada usaha “melindungi dan mengembangkan kepentingan-kepentingan negara yang sedang berkembang” dengan menyesuaikan dan memperpadukan secara serasi kebijakan nasional di bidang lingkungan hidup dengan rencana Pembangunan Nasional, berikut skala prioritasnya.

Amanat inilah yang kemudian dikembangkan dan menjadi hasil dari Konferensi Stocholm yang dapat dianggap sebagai dasar-dasar atau cikal bakal konsep “Pembangunan Berkelanjutan”. Pengaruh Konferensi Stocholm ini terhadap gerakan kesadaran lingkungan tercermin dari perkembangan dan peningkatan perhatian terhadap masalah lingkungan dan terbentuknya perundang-undangan nasional di bidang lingkungan hidup, termasuk di Indonesia (Silalahi, 1992:20). Semua keputusan Konferensi tersebut diatas, disahkan oleh resolusi SU PBB No. 2997 (XXVII) tertanggal 15 Desember 1972. Pentingnya Deklarasi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia bagi negara-negara yang terlibat dalam konferensi ini dapat dilihat dari penilaian negara peserta yang mengatakan bahwa deklarasi dianggap sebagai “a first step in developing international environment law”.

(4)

seideal peraturan hukum yang telah ditetapkan. Kebijakan pemerintah Orde Baru pada era 70-an telah memberik70-an pelu70-ang besar bagi masuknya PMA (Perusaha70-an Modal Asing) terutama dalam sektor pertambangan, energi migas, pengusahaan hutan dengan ijin HPH untuk kawasan hutan di luar Jawa yang justru pengelolaannya didominasi oleh perusahaan swasta luar negeri, dan perkebunan kelapa sawit dalam skala industri raksasa. Kebijakan tersebut hingga sekarang masih berbuah konflik kepentingan antara masyarakat, perusahaan pengelola, dan pemerintah.

Di Indonesia, salah satu instrumen hukum dalam melindungi stabilitas lingkungan hidup adalah kewajiban dalam pengurusan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup), bagi pihak-pihak yang hendak melakukan berbagai aktivitas yang dari aktivitas tersebut akan memberikan pengaruh bagi lingkungan. Namun demikian, pelaksanaan dan pengawasan pemberlakuan AMDAL pun belum optimal. Tidak jarang ijin AMDAL telah terbit namun dalam proses perolehannya, penilaian AMDAL tidak dilakukan secara tegas. Upaya lain untuk menjaga lingkungan hidup adalah kebijakan mengenai tata kota. Sebagai negara berkembang, pembangun fisik baik sarana maupun prasarana di Indonesia cenderung menunjukkan peningkatan. Pembangunan pabrik untuk kawasan industri; perumahan penduduk terutama masyarakat kelas menengah keatas di kawasan perbukitan maupun pegunungan; dan masyarakat miskin di bantaran sungai, kian meningkat kuantitasnya. Pembangunan tersebut harus dibarengi dengan pemberlakuaan kebijakan tata kota, agar tidak merusak lingkungan. Ketegasan lembaga terkait dalam pengurusan IMBB; tersedianya ruang hijau untuk daya dukung alam dan lingkungan; kontrol terhadap keberadaan DAS (daerah aliran sungai); pembangunan mall di kawasan perkotaan; alih fungsi lahan pertanian untuk kegunaan lain; dan lain sebagainya termasuk dalam kebijakan tata kota yang harus diselenggarakan secara tegas dan integratif.

REVERENSI:

1. Baiquni, M dan Susilawardani, 2002. Pembangunan yang tidak Berkelanjutan, Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia. Transmedia Global Wacana, Yogyakarta.

2. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. 3. Marfai, M.A. 2005. Moralitas Lingkungan, Wahana Hijau, Yogyakarta

(5)

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:

a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.

b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut: a. Menjamin pemerataan dan keadilan.

b. Menghargai keanekaragaman hayati. c. Menggunakan pendekatan integratif. d. Menggunakan pandangan jangka panjang.

Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:

a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

2. Pembangunan berwawasan lingkungan dan beragam alternatif serta berbagai pandangan baru dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

(6)

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan:

1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:

a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.

b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:

1) Menanggulangi kasus pencemaran.

2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.

2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah

Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:

a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan).

(7)

miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

b. Pelestarian udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen. Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita. Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin. Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.

3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer. Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.

c. Pelestarian hutan

(8)

kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan: 1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul. 2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang. 3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.

4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.

5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

d. Pelestarian laut dan pantai

Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:

1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.

2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.

3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan. 4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

e. Pelestarian flora dan fauna

Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistemtersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:

1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa. 2) Melarang kegiatan perburuan liar.

(9)

REVERENSI:

1. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. 2. A. Sonny Keraf, 2010. Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS.

---Kegiatan pengembangan pariwisata, disamping mempunyai dampak positif tentunya juga mempunyai dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan perencanaan untuk menekan sekecil mungkin dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak positif dari adanya kegiatan pengembangan pariwisata meliputi :

1) Penciptaan lapangan kerja, dimana pada umumnya pariwisata merupakan industri padat karya dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan.

2) Sebagai sumber devisa asing.

3) Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, disini pariwisata secara wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri kearah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari pariwisata.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata meliputi : 1) Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian terbuka,

pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability), khususnya kalau negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.

2) Banyak kasus kebocoran sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negeri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan percontohan dari pariwisata dan lainnya.

Tinjauan anlitis komprehensif

mengenai:

3. Pengembangan pariwisata dalam berbagai aspek positif dan negatifnya, serta berbagai implikasinya pada lingkungan hidup.

Aspek Positif dan Negatif Pengembangan Pariwisata

(10)

3) Polarisasi spasial dari industri pariwisata dimana perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lain. Sedangkan perusahaan kecil harus tergantung dari pinjaman atau subsidi dari pemerintah dan tabungan pribadi. Hal ini menjadi hambatan dimana terjadi konflik aspasial antara perusahaan kecil dan perusahaan besar.

4) Sifat dari pekerjaan dalam industri pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerjaan musiman, tidak ada serikat buruh.

5) Dampak industri pariwisata terhadap alokasi sumber daya ekonomi industri ini dapat menaikkan harga tanah dimana kenaikan harga tanah dapat menimbulkan kesulitan bagi penghuni daerah tersebut yang tidak bekerja disektor pariwisata yang ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis disini.

6) Dampak terhadap lingkungan, bisa berupa polusi air atau udara, kekurangan air, keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional.

Implikasi-implikasi terhadap lingkungan hidup:

1. Dengan pengembangan pariwisata, terutama ekowisata, kepedulian berbagai pihak terutama pemerintah akan semakin meningkat dalam melakukan upaya nyata konservasi terhadap lingkungan. Terutama bilamana objek ekowisata tersebut adalah lingkungan hidup itu sendiri, seperti konservasi kawasan hutan, konservasi suaka margasatwa, konservasi laut, dan sebagainya. Kawasan yang dijadikan sebagai areal konservasi, selalin digunakan untuk penelitian, juga memiliki system dan struktur pengamanan yang lebih terjamin. Pengamanan yang dimaksud adalah pengamanan dari kemungkinan adanya gangguan maupun tindakan melawan hukum terhadap wilayah konservasi.

2. Objek pariwisata alam, mengutamakan keindahan, keaslian, dan keseimbangan kondisi alam lingkungan dan daya dukungnya, agar tetap menarik untuk dikunjungi. Dengan demikian upaya untuk ‘menjaga’ potensi-potensi tersebut dilakukan secara tegas dan sesuai aturan. Bilamana potensi-potensi tersebut tidak terjaga, maka objek wisata alam akan menjadi tidak menarik lagi untuk dikunjungi. Sebagai contoh, misalnya wisata arum jeram yang mengandalkan derasnya arus sungai, akan sepi pengunjung manakala sungai kering atau mengalami pendangkalan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh kerusakan sungai akibat ulah manusia. Contoh lain, wisata diving (menyelam), tujuan utama wisatawan adalah menikmati keindahan alam dasar laut yang kaya akan flora dan biota laut, tetapi manakala terumbu karang banyak yang rusak atau air laut tercemar oleh limbah buangan pabrik maka ekosistem bawah laut akan menjadi rusak dan tidak menarik lagi, dsb.

(11)

makanan yang mengandung biji, umbi atau bagian lain yang dapat tumbuh. Spesies eksotik sering lepas dari pengawasan penegelola taman nasional, sampai kemudian keberadaanya diketahui sangat mengancam kestabilan ekosistem. Potensi masuknya tumbuhan eksotik dapat terjadi karena permintaan terhadap lanskap pertamanan yang melengkapi destinasi wisata. Sebuah destiansi wisata, biasanya “dipercantik” dengan adanya tumbuh-tumbuhan berbunga indah atau mempunyai karakter indah lainnya. Yang umumnya dijumpai pada destinasi alami 4. Teori keseimbangan (Equilibrium theory) memendang bahwa ekosistem dijaga dalam sebuah

keseimbangan di atas fondasi dan spesies-spesies dan penyusunnya. Dalam keseimbangan tersebut, spesies-spesies ada dan berinteraksi satu sama lain dalam hubungan predator-mangsa, serta dalam hubungan-hubungan kompetisi yang ada. Jadi, interaksi-imteraksi faktor biotik mendenterminasi struktur komunitas kahidupan dalam ekosistem. Pendekatan ini menciptakan sebuah ide tentang kesimbangan alam “ the balanced of nature” . Namun, keseimbangan ini dapat terganggu oleh sebab-sebab alamiah dan manusia.

5. Saat ini, pariwisata juga duketahui memberikan dampak terhadap satwa liar lainnya. Reynols dan Braithwaite (2001) mendeskripsikan bahwa aktifitas wisata yang dekat dengan habitat satwa liar, dapat mempengaruhi kehidupan liar. Pengaruh-pengaruh negatif tersebut antara lain: (1) Pengambilan secara ilegal terhadap satwa dan kematian satwa; (2) Pembersihan habitat; (3) Perubahan komposisi tumbuhan; (4) Mengurangi produktifitas tumbuhan; (5) Mengubah struktur tumbuhan; (6) Polusi; (7) Emigrasi satwa; (8) Mengurangi daya reproduksi satwa; (9) Habituasi; (10) Munculnya perilaku stereotip; (11) Penyimpangan pola makan satwa; (12) Penyimpangan perilaku social; (13) Meningkatnya predasi; (14) Modifikasi pola-pola aktifitas; dan (15) Mengubah struktur aktifitas.

(12)

REVERENSI:

1. Damanik, J dan Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata; Dari Teori ke Aplikasi. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

2. Nasikun, J. 1999. Globalisasi dan Pembangunan Periwisata Berbasis Komunitas. Yogyakarta: Dewan Pariwisata Nasional dan Puspar UGM.

3. Hakim Luchman. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Malang: Bayumedia Publishing.

---Konservasi yaitu usaha perlindungan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di permukaan bumi yang bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebihmendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Strategi pelaksanaan konservasi antara lain sebagai berikut :

1. Evaluasi secara menyeluruh kawasan konservasi

2. Dikembangkannya kawasan-kawasan konservasi untuk menjamin keberadaan dan keterwakilan

tipe-tipe ekosistem

3. Peningkatan pembinaan hewan liar baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi

4. Peningkatan pembinaan kawasan suaka alam melalui penilaian keunikan dan keasliannya

5. Peningkatan pembangunan dan pengelolaan taman nasional, taman wisata, taman hutan raya

untuk mendorong industri pariwisata alam baik di daratan maupun di lautan 6. Peningkatan keterpaduan kawasan konservasidengan pembangunan wilayah

7. Penerapan AMDAL secara ketat bagi semua kegiatan pembangunan kehutanan.

8. Pemantapan kegiatan perlindungan hutan melalui peningkatan kegiatan operasi pengamannan

hutan terpadu, penanaman cinta alam, penyuluhan serta peningkatan jumlah dan mutu polisi khusus kehutanan dan penyuluh kehutanan bidang konservasi.

9. Peningkatan pengelolaan hutan lindung

Jumlah manusia terus berkembang, maka kebutuhan hidupnya juga meningkat baik jenisnya maupun jumlahnya. Sumber daya alam di bumi terus dikuras dan dieksploitasi yang mengakibatkan persedian makin menipis bahkan nyaris habis untuk generasi berikutnya. Berdasarkan keadaan itulah maka manusia mulai menyadari perlunya menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana yang dikenal dengan konservasi. Konservasi dalam arti sederhana

Tinjauan anlitis komprehensif

mengenai:

4. Pokok-pokok pemikiran tentang solusi yang berhubungan dengan aktivitas konservasi dan pelestarian lingkungan melalui model

(13)

adalah pengawetan, perlindungan, atau penyelamatan sumber daya alam. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990. Konservasi adalah pengelolaan sumber daya lingkungan yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Wilayah-wilayah yang perlu dikonservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup antara lain sebagai berikut :

a. Daerah resapan air

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, ada yang meresap ke dalam tanah ada pula yang mengalir ke sungai menjadi air sungai yang seterusnya mengalir kelaut. Air ini merupakan cadangan air yang dapat digunakan pada musim kemarau oleh tumbuhan, hewan, dan manusia. Daerah resapan air merupakan daerah yang perlu dilindungi. Jika daerah ini rusak maka air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah tetapi akan mengalir kelaut. Pada musim hujan akan terjadi banjir dan musim kemarau kering. Hutan juga berfungsi sebagai daerah resapan air, oleh karena itu perlu dilindungi.

b. Daerah rawan erosi dan longsor

Daerah ini memiliki topografi yang terjal, misalnya perbukitan dengan lereng yang curam, memiliki lapisan tanah yang tebal, dan curah hujan yang tinggi. Daerah ini jika tidak dilindungi akan menjadi ancaman terjadi erosi dan tanah longsor. Lapisan tanah yang ada akan terhanyut dan menjadi tanah yang tandus dan gersang, atau terjadi longsor yang mengakibatkan bencana bagi orang disekitarnya. Cara perlindungannya adalah membiarkan wilayah tersebut menjadi hutan alami, atau jika ditebang harus direboisasi dengan jenis tanaman tahunan dan tidak diolah lagi oleh manusia.

c. Lahan potensial dan subur

Lahan potensi dan subur merupakan lahan pertanian yang sangat produktif memberikan hasil bahan pangan. Daerah ini perlu dilindungi dengan cara menjaga lahan agar tidak dialihfungsikan menjadi lahan industri atau pemukiman, dan dijaga agar tidak tercemar tanahnya.

d. Hutan mangrove/bakau

Hutan mangrove yang tumbuh di pantai dapat melindungi pandai dari gempuran ombak, mengendapkan lumpur dan merupakan tempat udang atau ikan mencari makan. Jika hutan mangrove ini rusak akan terjadi abrasi laut yang menghancurkan dan mengerosi pantai. Komunitas ikan dan udang akan musnah.

e. Habitat hewan dan tumbuhan langka

Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu untuk tujuan tertentu seperti dimakan, untuk obat, perhiasan. Habitatnya perlu dilindungi agar hewan dan tumbuhan tidak mengalami kepunahan dengan ditetapkan sebagai kawasan cagar alam dan suaka margasatwa.

(14)

Sejalan dengan makin pesatnya perkembangan penduduk, industri, kegiatan pertanian dan perkebunan, peternakan dan kegiatan–kegiatan lain yang banyak membutuhkan air tawar, maka air tanah perlu dilindungi. Di daerah pesisir pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan intrusi air laut sehingga air tanah yang tadinya tawar menjadi payau atau asin. Di daerah tertentu air tanah tercemar bahan berbahaya dan polusi limbah dari pabrik sehingga tidak bisa digunakan bagi berbagai kepentingan. Untuk melindungi air tanah ini perlu digalakan cara pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk menetralkan air limbah sebelum dibuang ke sungai.

Damanik dan Weber ( 2006 : 38 ) mengatakan dalam Deklarasi Quebec bahwa salah satu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata yang prakteknya terlihat dalam bentuk kegiatan wisata yang :

1) Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya.

2) Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka.

3) Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisir dalam bentuk kelompok kecil ( UNEP, 2000; Heher, 2003 ).

Damanik dan Weber ( 2006 : 37 ) menyatakan bahwa dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni:

1. ekowisata sebagai produk, dimana ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam.

2. ekowisata sebagai pasar, merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan.

3. ekowisata sebagai pendekatan pengembangan., yang merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara ramah lingkungan.

Dari definisi di atas, dapat diidentifikasikan beberapa prinsip ekowisata ( TIES 2000 ) seperti disebutkan oleh Damanik dan Weber ( 2006: 39 - 40) :

1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisawatan, masyarakat lokal dan pelaku wisata lainnya.

3. Menawarkan pengalaman – pengalaman positif bagi wisatawan dan masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW.

(15)

5. Memberikan keuntungan finasial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai – nilai lokal.

6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di daerah tujuan wisata.

7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja dalam arti memberi kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebgai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam transaksi wisata.

Prinsip dan Kriteria Ekowisata dapat dijadikan sebagai solusi yang berhubungan dengan aktivitas konservasi, antara lain:

 Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem

pemintakatan (zonasi).

 Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan.

 Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya.

 Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata.

 Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan.

 Mengelola usaha secara sehat.

 Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya.

 Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata.

 Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

 Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.

 Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata.

 Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan kawasan tersebut kepada masyarakat setempat.

 Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat

(multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

(16)

masyarakat setempat. setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.

 Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat.

 Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.

 Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya.

4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.

 Menetapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata.

 Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainya (multi-stakeholders) dalam penyusunan kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha

ekowisata.

 Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata.

 Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

5. Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional.

 Memperhatikan dan melaksanakan secara konsisten: Dokumen-dokumen Internasional yang mengikat (Agenda 21, Habitat Agenda, Sustainable Tourism, Bali Declaration dsb.). GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.

 Menyusun peraturan-peraturan baru yang diperlukan dan memperbaiki dan menyempurnakan peraturan-peraturan lainnya yang telah ada sehingga secara keseluruhan membentuk sistem per-UU-an dan sistem hukum yang konsisten.

 Memberlakukan peraturan yang berlaku dan memberikan sangsi atas pelanggarannya secara konsekuen sesuai dengan ketentuan yang berlaku (law enforcement).

 Membentuk kerja sama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

REVERENSI:

(17)

2. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997. Agenda 21 Indonesia, Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.

3. Damanik, J dan Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata; Dari Teori ke Aplikasi. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

4. Hakim Luchman. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Malang: Bayumedia Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang Edward Snowden sebagai mantan pekerja NSA, kemudian penjelasan mengenai program-program rahasia NSA yang telah dibocorkan seperti PRISM dan

dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda dengan memberikan tanda centang (√) pada jawaban Anda... Informasi yang diberikan oleh Go-Jek melalui

Pemanfaatan tumbuhan pegagan yang banyak tumbuh di sekitar lingkungan masyarakat terutama Desa Pagersari dapat dilaksanakan melalui program pengabdian kepada

(2) Badan usaha atau kontraktor di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya yang melakukan kegiatan usaha, berdasarkan

optimal the cause of the failure of martial arts langga to exist in the era of globalization. Based on the background described above, the formulation of the problem in this study

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan menerapkan teori yang diperoleh dari

Proses identifikasi unsur gerak dasar beladiri langga sebetulnya untuk memudahkan pengembangan beladiri langga, hal dilakukan agar beladiri langga yang masih

Term of Reference adalah kerangka acuan dalam desain yang diterapkan pada kegiatan pekerja/pelaksana. Dalam perancangan kali ini T.O.R merupakan salah satu hal yang